“DEGRADASI KEBUDAYAAN DAERAH DALAM PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISI ONDEL-
ONDEL”
REZA ALWYS 08204220 B
PROGRAM STUDI FOTOGRAFI
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA PADANG PANJANG 2022 LATAR BELAKANG Kebudayaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi masyarakat karena kebudayaan atau dengan kata dasarnya budaya adalah sikap atau perilaku yang dilakukan secara terus menerus dari satu generasi ke generasi selamjutnya sehingga Kebudayaan adalah identitas dari masyarakat itu sendiri. Ada beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli, salah satu diantaranya adalah tokoh terkenal dari Indonesia yaitu Koentjaningrat. Menurut Koentjaningrat (200: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta "buddhayah” ,yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta,karsa,dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta,karsa,dan rasa itu. Jadi, kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan meliputi cara-cara berlaku,kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu. Atau masyarakat lainnya. Diketahui sebagai negara yang kaya akan kebudayaan, Indonesia memang betul kaya beragam kebudayaan. Dikaruniai beragam suku,budaya,Bahasa,kebiasaan,adat istiadat sampai kesenian mengantarkan Indonesia pada destnasi wisata budaya dunia yang kerap berpartisipasi dalam mempelajari budaya asli karena begitu cintanya dengan kebudayaan Indonesia. Perlu diketahui bahwa kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia ini merupakan budaya asli dan satu-satunya. Keunikan dari tradisi yang dimiliki tidak dimiliki oleh negara manapun. Namun banyak negara-negara yang iri dengan kebudayaan Indonesia. Misalkan banyak negara yang mengklaim bahwa batik dari negaranya, Reog ponorogo dari negaranya padahal batik dan reog tersebut merupakan pakaian dan juga kesenian yang berkebudayaan khas Indonesia. Dan masih banyak lainnya. Maka dari itu sebagai rakyat Indonesia mari menjaga dan memajukan kelestarian dan perkembangan kebudayaan Indonesia agar tidak hilang ke makan zaman. Kebudayaan yang ingin diteliti adalah budaya Betawi asal DKI Jakarta yaitu kesenian ondel-ondel ,simbol ataupun maskot budaya Betawi yang di pergunakan untuk mengamen oleh oknum yang mencari keuntungan pribadi, dan membuat kesakralan ondel-ondel ini menjadi kehilangan daya tariknya oleh masyarakat luas,karena sering bahkan hamper setiap hari kita melihat ondel-ondel dipergunakan mengamen oleh oknum tersebut dilingkungan sekitar kita khususnya di jadetabek, dari situlah menggambarkan garis besar bahwa degredasi ondel-ondel semakin terang benderang dengan adanya fenomena ini. Padahal dahulu seni pertunjukan ondel-ondel merupakan salah satu kesenian Betawi yang sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama islam di pulau jawa. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Kesenia ondel- ondel juga memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa mejaga anak cucunya atau penduduk suatu desa karena pada awalnya berfungsi sebagai personifikasi leluhur lindung,maka dapat dikatakan bahwa ondel-ondel termasuk ke dalam salah satu teater tanpa tutur. Ondel-ondel berupa boneka besar itu memliki tinggi sekitar kurang lebih 2,5M dengan garis tengah kurang lebih 80cm,dibuat dari anyaman bambu yang dibentuk melingkar dan diberi penyangga sehingga mudah dipikul dari dalam. Bagian wajah berupa dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah , sedangkan yang Wanita di cat dengan warna putih. Seiring perkembangan zaman, kesenian ini sudah mulai banyak di tinggalkan. Sudah seharusnya kesenian rakyat Betawi ini tetap di pertahanan. Saat ini ondel-ondel biasanya hanya dipergunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk menyambut tamu terhormat misalnya, pada peresmian Gedung yang baru selesai dibangun. Untuk itu diperlukan upaya kerja sama antara pemerintah dan para pengrajin kesenia ondel-ondel ini pada masyarakat. Salah satunya melalui media promosi dan melakukan acara-acara pesta rakyat yang menarik dan mudah di pahami. Pada era 1900-an masyarakat Betawi menyebut ondel-ondel dengan istilah barongan yang mengartikan sebuah keseraman orang yang melihatnya denan mata yang sangar menggambarkan keseraman bagi orang yang melihat makanya saat itu banyak orang-orang takut,apalagi anak-anak. Namanya mulai perlahan berubah menjadi ondel-ondel,sejak lahu Bang Benyamin Sueb merilis lagunya yang berjudul ondel-ondel. Nama ondel-ondel ini pun pertama kali viral di kemayoran, itu karena lagunya Bang Benyamin dan perlahan nama ondel-ondel menjadi sebutan pengganti barongan yang terkesan menyeramkan. Bang Ben adalah seniman sekaligus actor televisi asli Betawi Namanya pun diabadikan didaerah kemayoran, Jakarta pusat dengan jalan Bernama Bunyamin Sueb. Begitu terkenal dan fenomenanya beliau membuat masyarakat Betawi menganggap beliau adalah babehnya orang Betawi. Ondel-ondel biasanya digunakan sebagai hajatan orang Betawi,seperti pernikahan,khitanan,dan perayaan budaya Betawi lainnya. Dan pada xaman Gubernur Ali Sodikin ondel-ondel mejadi maskot orang Betawi. Namun pada zaman sekarang ini kesenian sekaligus maskot kebanggan masyarakat Betawi yakni ondel-ondel miris nasibnya karena banyak dipergunakan oleh sekelompok orang digunakan untuk media “mengamen” dengan instan,apalagi peran posisi pemegang alat music telah digantikan oleh rekaman kaset dari gerobak kecil untuk mengamen dari satu tempat ke tempat lainnya atau dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya. Pengamen menggunkan media ondel-ondel ini menggunakan satu ondel-ondel saja dan satu kaset serta sound alat music di gerobak kecil yng di dorong oleh rekannya,saat ditanya ondel-ondel darimana, ia menjawab membeli dan dulu memang sering menyewa dan sekarang sudah membeli agar tidak repot memikirkan biaya sewanya. Namun jika hal ini terus dibiarkan terus menerus maka makna serta tradisi dan kesakralan ondel-ondel mungkin akan terlupakan. Jadi,akibat fenomena yang terjadi saat ini peran ondel-ondel membuat minat lihat masyarakat terhadap pertunjukan ondel-ondel berakibat semakin menurun dikarenakan ondel-0ndel sudah di salah gunakan oleh berbagai individu untuk meraup keuntungan pribadi melalui cara mengamen ini. Kalua kita menelaah makna budaya ,itu adalah hasil cipta karya dan karsa yang tertinggi dari manusia atau sekelompok manusia. Artinya adalah bahwa budaya itu adalah satu perjalanan kontemplasi yang sangat Panjang dari satu manusia atau sekelompok manusia sehingga menghasilkan satu wujud baik pemikiran.karya ataupun nilai. Kalau kita melihat dari perspektif ondel-ondel yang digunakan sebagai sarana untuk mengamen . Sebuah karya seni budaya yang sangat begitu luhur,namun dengan begitu sepelenya digunakan untuk mengamen. Dan suka tidak suka masyarakat kita masih menganggap dalam representasi mereka mengamen itu Sebagian sebuah pekerjaan yang bukan dapat dikatakan baik, apalagi mengamen dengan menggunakan media ondel-ondel yang khas Betawi sebagai alat untuk mengamen. Memang dari dulu ondel-ondel sudah diarak keliling kampung,namun konteksnya tidak seperti sekarang. Dulu ondel-ondel diaral untuk mengusir roh halus yang bergentayangan. Setelah itu , masyarakat yang kampungnya telah dilalui ondel-ondel akan berterimakasih dengan menyawer ondel-ondel tersebut. Tetapi ondel-ondel yang muncul sekarang ini berbeda. Ondel-ondel yang turun ke jalan memang mengharapkan imbalan dari hasil arakan tersebut. Berbeda dengan dulu, onde;-ondel tidak minta disawer tetapi masyarakat yang memang berinisiatif menyawer ondel-ondel tersebut Sebagian bentuk terimakasih. Memang ada yang berpendapat ondel-ondel yang kini tampil lebih humanis dan ramah memang menjadi inovasi realitasnya perkembangan zaman. Namun, apabila keramahan itu dianggap sebagai modernitas,lambat laun ondel-ondel akan tergerus dalam kemerosotan nilai budaya itu sendiri, makadari itu pemerintah pusat dan para budayawan wajib megakaji masalah ini dengan serius. RUMUSAN MASALAH Dari penjabaran diatas dapat diidentifikasikan beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana masyarakat melihat fenomena ondel-ondel sebagai budaya Betawi? 2. Dan apakah benar bahwa ondel-ondel sudah berubah fungsi dari kesenian menjadi alat komersil ? 3. Bagaimana sejarah awal dan pemaknaan simbolis pada ondel-ondel yang terdahulu? 4. Apa yang membuat tradisi ondel-ondel ini menjadi berubah seiring zaman berjalan? LANDASAN TEORI A. Teori Disonansi Kognitif dalam konteks budaya Dipopulerkan oleh L.Festinger, teori ini menjelaskan bahwa disonansi atau dalam kamus besar Bahasa Indonesia kurang enak atau kurang enak dilihat,akan terjadi Ketika sebuah element tidak diharapkan akan muncul dari hal lain.Teori disonansi kognitif merupakan salah satu model teori komunikasi persuaso klasik yang terletak dalam ranah antara ilmu komunikasi dan ilmu psikologi dengan aliran kognitif. Yaitu suatu aliran dalam psikologi yang mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indra diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dala kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk perilaku (teori teori komunikasi dalam pengsruh psiologi : Hutagalung:2018:144) Teori disonansi kognitif membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan individu yang diakibatkan oleh sikap,pemikiran,perlakuan, atau perilaku yang tidak konsisten yang memotivasi individu untuk mengambil Langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Ada kecenderungan individu akan mencari konsistensi logis dalam kognisi yang dimiliki. Jika rangsangan baru tidak sesuai dengan pola yang ada, atau tidak konsisten, maka individu akan merasakan ketidaknyamanan. Keitka ada ketidaknyamanan atau ketidaksesuaian dalam kognisi atau proses memperoleh pengetahuan si individu,yang merupakan hasil dari dua pikran atau karena diperlukannya ondel-ondel secara masif sebagai alat mengamen yan tidak sesuai dengan pemikiran individu tersebut ,maka akan timbul disonansi. Disonansi yang dialai dapat berupa rasa malu terhadap masyarakat lain atas digunakannya ondel-ondel yang tidaksesuai dengan digunakannya saat masa lalunya, atau bahkan kemarahan terhadap para pelaku yang menggunakan ondel-ondel sebagai alat mengamen.Individu dalam teori disonansi kognitif,ditempatkan sebagai pemroses informasi aktif yang secara internal mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk memodifikasi eleme-elemen kognitif dalam upaya memcapai keselarasan kognitif. Kondisi ini menempatkan teori disonansi kognitif sebagai teori yang bersifat individual,dimana proses hilang timbulnya disonansi dan di asumsikan terjadi secara pribadi. Asumsi teori Festinger ini sesuai dengan dimensi budaya individualistic yang merupakan karakteristik masyarakat dinegara-negara barat. Yaitu,suatu budaya yang cenderung lebih mengedepakan dan memperhatikan kepentingan dan nilai-nilai yang bersifat pribadi dalam setiap melihat atau mendengar perubahan dalam budayanya,dengan kata lain,penguji teori disonansi kognitif belum banyak diuji dalam konteks masyarakat asia. Khususnya masyarakat Indonesia yang berbudaya dengan gotong royongnya atau berkelompok. Tetapi penulis yakin teori disonansi kognitif dengan keputusan pribadi ini sangat cocok dengan permasalahan terkait budaya ondel-ondel sebagai media mengamen yang ketidaksesuaian dengan ondel-ondel pada masa pemerintahan Ali Sadikin atau sebelum tahun 2013-an yang mana mengamen dengan ondel-ondel ini dimulai sejakawal tahun 2014-an.