Anda di halaman 1dari 6

Eksistensi Para Wiyaga Muda di Omah Cangkem Terhadap Pandangan Musik Remaja

Masa Kini

BAB I

A. Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan budaya nya yang sangat bervariasi, dari setiap kota
mempunyai ciri khas dan keunikan nya sendiri. Termasuk sebuah seni tradisional atau
seni daerah yang dimana ini dilahrikan nenek moyang di Indonesia. Disisi lain, seni ini
tradisional tidak bisa dianggap hanya sebuah peninggalan atau hal yang hanya sebatas di
jaga kelestarian nya, karena seni tradisional itu merupakan peninggalan yang sangat
berharga dari nenek moyang di masa lampau, sudah seharusnyas seni menjadi suatu
artifak yang di pikirkan dan dikembangkan. Seni tradisional bukan sekedar bentuk fisik
dari sebuah kesenian, di dalam nya juga tersimpan spirit atau jiwa yang tak akan
terbunuh oleh jaman, jiwa tradisi ini terus akan hidup dan hadir dalam regenerasi-
regenerasi di jaman berikutnya ( Suka Hardjana, 2004 ).

Budaya sendiri adalah cara hidup suatu masyarakat, dimana masyarakat


mencari, mempelajari dan mengembangkan suatu hal dan diwariskan ke generasi
selanjutnya sehingga budaya ini akan semakin terbentuk dan luas. Budaya sendiri
terbentuk dari unsur-unsur yang rumit seperti agama, adat istiadat, bahasa, pakaian,
bangunan dan masyarakat yang menempati tiap daerah. Budaya ini lebih kompleks dan
banyak macam nya, contoh nya saja seperti bahasa, yang dimana tidak terpisahkan dari
manusia dalam berkomunikasi dengan sesama. Bahasa juga bisa dipelajari yang
membuktikan bahwa budaya itu dapat dipelajari dengan latihan atau dibiasakan. Selain
bahasa, budaya juga mempunyai unsur-unsur lain seperti dari perlengkapan hidup atau
teknologi seperti alat-alat musik tradisional, sistem dalam mata pencaharian seperti
berburu, berternak hewan hingga bertani, sistem kekerabatan juga berperan penting
dalam struktur sosial berbudaya, kesenian hingga sistem kepercayaan yang di anut.

Tercatat dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud ), di


Indonesia sendiri hingga tahun 2020 telah tercatat memiliki 1.239 budaya. Budaya yang
di catat ini meliputi seni pertunjukan, tradisi dan ekspresi lisan, adat istiadat,
pengetahuan alam, kerajinan dan lainnya. ( Databoks Kemendikbud, 2021 ). Hal ini
membuktikan bahwasanya Indonesia terkenal akan budaya nya, tentu ini tak lupa bahwa
memang terdapat suku-suku yang masih aktif di setiap pulau hingga provinsi yang
masih membawa budaya mereka dan dengan bangga nya tetap diajarkan kepada
generasi ke generasi selanjutnya.

Seni menjadi muncul dan sering dibahas karena ada sebab dan alasan, berasal
dari keresahan setiap manusia yang memikirkan dan menciptakan seni itu, ini juga
berakibat ke hal dimana seni itu tidak bisa di gambarkan atau didefinisikan, tapi kita
bisa mendapatkan pemahaman tentang ini melalui para seniman yang menciptakan seni,
dan apa yang bisa sebuah karya seni itu persembahkan ke para penikmat dan penonton
nya. Karena seni merupakan hal yang tidak berpatok, seni juga hal yang menciptakan
sebuah keindahan, tidak dapat di pungkiri lagi bahwasanya seni akan selalu melekat di
setiap hidup kita. Standar keindahan juga merupakan hal yang sangat luas, berbeda
orang juga berbeda pandangan.

Padahal seni itu lekat dengan budaya karena budaya itu sendiri adalah seni yang
melekat di kehidupan sosial kita sekarang, setiap hal yang kita lakukan, komunikasikan
dan rasakan adalah bagian dari seni. Bedanya adalah, semakin kesini pemikiran tentang
budaya dan seni malah semakin jauh dari apa yang diharapkan, semakin tidak di kaitkan
satu sama lain. Budaya dengan unsur klasik serta membosankan, sedangkan seni
menjadi hal yang di angkat dan selalu dibicarakan bahwa seni menjadi suatu
pemikirikan yang indah, elegan, dan ekslusif yang berarti terpisah dari budaya yang
menurut generasi sekarang mulai tidak dipikirkan eksistensi nya. Seni di jaman modern
ini dikaitkan dengan budaya luar yang masuk ke Indonesia, justru semakin kesini seni
tidak berpatokan kepada dasar-dasar dan teknik keindahan yang telah di turunkan dari
nenek moyang dengan artian, apa yang mereka ciptakan jika itu berbeda, unik dan bisa
di pamerkan akan di anggap seni.

Di khawatirkan bahwa sebuah seni akan semakin menghilang seiring terlahirnya


masyarakat baru di jaman modernisasi, hal ini dikarenakan banyak faktor yang
membuat generasi selanjutnya semakin jauh dari budaya dan seni peninggalan nenek
moyang, dari tidak ada gebrakan, inovasi, dan ketertarikan yang tidak di olah lebih
mendalam sehingga generasi modern tidak memandang seni tradisional sebagai hal
yang patut untuk di bagikan dan di bicarakan, bahkan beberapa generasi jaman sekarang
menolak untuk meneruskan budaya ini karena menurut mereka ini tidak sesuai dengan
gaya hidup yang mereka anut.

Berkembang nya jaman juga mempengaruhi ber-evolusi nya suatu budaya, hal
ini terjadi di beberapa kesenian dari seni tari, wayang dan beberapa kesenian budaya
lain nya. Perkembangan tersebut memberi warna baru kepada generasi selanjutnya
dengan harapan mereka akan menjadi lebih peka dan tertarik dengan budaya Indonesia.
Dalam proses perkembangannya, kreativitas dan tingkat peradaban masyarakat
sebagai pemiliknya sehingga kemajuan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat
sesungguhnya merupakan suatu cermin dari kemajuan peradaban masyarakat
tersebut. (H.Muhammad Bahar Akkase Teng, 2017 )

Kota Yogyakarta sendiri memiliki beberapa budaya yang khas yang


perkembangan nya begitu pesat dan dimodifikasi, sehingga menciptakan aliran seni lain
yang juga tetap berpatokan pada dasar seni. Seni gamelan tidak asing terdengar di
masyarakat, tak hanya di Yogyakarta melainkan di seluruh Indonesia bahkan beberapa
masyarakat dunia udah tidak asing lagi dengan kesenian tarik suara ini karena memang
seni ini sering tampil di beberapa negara. Gamelan Jawa merupakan alat musik
kebudayaan Indonesia peninggalan nenek moyang yang tidak diketahui secara pasti
kapan dan bagaimana terciptanya. Gamelan biasa dimainkan sebagai sebuah
pertunjukan seperti Wayang Kulit dan Ketoprak (Haryono, 2007).

Hal ini membawa hal positif kepada Indonesia terutama para penabuh gamelan
atau wiyaga untuk tetap mempertahankan dan meneruskan ilmu kepada generasi
selanjutnya agar seni ini tetap terjaga, dikembangkan sehingga memiliki beberapa
variasi dengan tujuan lebih bisa menggapai mata dan hati para penonton agar semakin
antusias mendengarkan seni music tradisional ini.

Gamelan atau seni karawitan adalah suatu seni musik tradisional yang berasal
tidak hanya dari pulau jawa, namun seni musik ini juga ada di Pulau Bali dan juga
berkembang pesat di sana dengan perbedaan yang cukup jelas nampak dari ketukan,
ritme, dan beberapa alat gamelan yang dimiliki. Namun, selain perbedaan tersebut
terdapat juga kesamaan dari sistem nada yang digunakan yaitu slendro dan pelog. Seni
gamelan di Jawa sendiri memiliki ketukan yang secepat dan meledak-ledak seperti ritme
gamelan asal Pulau Bali. Dalam masyarakat Jawa, orkestra musik gamelan biasanya
disebut “Karawitan” yang berarti rumit, halus, kecil. Kesenian Jawa ini pada saat ini
masih ditampilkan pada acara-acara resmi seperti pernikahan, syukuran, dan lain-lain
(Supanggah 2002).

Kini musik tradisional ini semakin berkembang pesat dan membawa perubahan
pada aliran musik yang membawa suara gamelan ini kedalam nada-nada yang musisi
ciptakan, gamelan menjadi suatu aliran musik yang fleksibel karena dapat digabungkan
dengan genre musik lain seperti genre music EDM ( Electronic Dance Music ), salah
satu musisi Indonesia yang berhasil menggabungkan aliran musik tradisional dari
gamelan dan aliran musik elektronik ini adalah Weird Genius dan Eka Gustiwana.
Dengan keberhasilan mereka dalam mencampurkan kedua genre ini membuat gamelan
semakin dikenal luas di dunia, membawa banyak perubahan yang terjadi di dalam
negeri khususnya pada dunia musik

Berdasarkan beberapa fakta dan perkembangan bahwasanya gamelan adalah


suatu aliran musik atau genre yang fleksibel, maka para seniman termasuk seniman
yang bergerak di bidang kebudayaan khususnya kesenian tradisional gamelan untuk
terus di kembangkan dan tetap diajarkan ke generasi selanjutnya, hal ini akan
membentuk sebuah aliran baru berdasarkan kreativitas dari seniman selanjutnya di masa
modern.

Salah satunya adalah seniman gamelan dari Bantul, yaitu bapak Pardiman
Djoyonegoro. Beliau adalah lulusan ISI Yogyakarta ( Institut Seni Indonesia
Yogyakarta ) di tahun 1995 dan telah menekuni gamelan semenjak kuliah nya di
semester IV, setelah lulus dari kuliah nya beliau mengikuti beberapa aktivitas dari
kelompok-kelompok seni di Kota Yogayakarta dan juga pernah menjadi pengajar dalam
bidang karawitan. Mungkin bagi kelompok seniman, tak asing dengan kelompok
seniman bernama Acapella Mataraman, yaitu kelompok musik akapela asal Kota
Yogyakarta, beliau mendirikan kelompok ini disela-sela jam mengajar gamelan nya.
Namun pada akhirnya beliau memutuskan untuk tetap fokus mengajar gamelan karena
memang dari awal beliau telah jatuh cinta kepada seni karawitan semenjak beliau duduk
di bangku SMP nya dimana pada saat itu beliau datang ke pagelaran wayang dan
mendengar nada-nada gamelan yang dimana ini membekas sehingga semenjak hari itu
beliau memperdalam ilmu karawitan nya di saat beliau duduk di bangku SMKI
Yogyakarta dan juga mengikuti pembelajaran karawitan di luar sekolah, hingga beliau
dengan percaya diri nya menjadi pengajar gamelan di beberapa tempat dan
mendapatkan uang saku nya dari hasil mengajar nya. Hingga pada memasuki bangku
kuliah nya di ISI Yogyakarta, pergaulan beliau makin luar karena bergabung dengan
kelompok musik KUA ETNIKA yang didirikan oleh Djaduk Ferianto dan Purwanto
pada tahun 1995, kelompok ini berfokus ke penggabungan antara musik etnik atau
tradisional dengan musik modern sehingga memberi angin segar di tahun ini sehingga
dapat dinikmati oleh berbagai kalangan dari yang tua hingga yang muda.

Lalu karena beliau mempunyai visi yang lebih besar yaitu memiliki sanggar seni
karawitan nya sendiri, di tahun 2002 beliau mendirikan sanggar gamelan, dimana pada
proses nya alat-alat gamelan masih meminjam. Walau begitu, sanggar beliau semakin
ramai dikunjungi oleh anak-anak untuk belajar. Lalu pada tahun 2010, rumah beliau
dialihfungsikan juga menjadi sebuah studio bernama Omah Cangkem, studio ini
beralamt di Karangjati, RT 07 Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Seiring
berkembangnya, studio ini semakin ramai dan melahirkan generasi-generasi penabuh
gamelan yang berprestasi, hal ini tentu menarik perhatian beberapa pihak termasuk
pemerintah Kota Bantul untuk membantu memberi dana dan juga memberi alat gamelan
untuk pembelajaran tiap hari nya. Upaya pemerintah dan para donator pun tidak disia-
siakan oleh Bapak Pardiman, beliau semakin aktif dan semangat dalam
mengembangkan studio, dengan inisiatif beliau bahwa studio ini tidak akan hanya untuk
menampung karawitan, namun juga digunakan untuk melatih olah vokal. Hal ini
dilakukan agar eksistensi musik tradisional ini juga terjaga dan anak-anak tidak bosan.

Sistem pembelajaran di sanggar Omah Cangkem ini juga tidak membuat anak-
anak merasa malas mengikuti dan minder, karena sistem pembelajaran nya dengan cara
mendengarkan berulang-ulang kemudian anak-anak diharapkan dapat meniru nya,
dengan cara itu maka tidak hanya melatih dalam nada, namun juga melatih ingatan dari
anak-anak. Untuk tahapan-tahapan dalam pembelajaran nya pun dibagi dalam berbagai
kelas, yaitu srawung, tepung, dunung, perso dan heko.

Kelas srawung itu baru datang dan belum bergabung dan masih mempelajari
dasar-dasar dalam menabuh gamelan, sedangkan kelas tepung berarti murid-murid
sudah ikut kegiatan sehari-hari nya, sedangkan kelas dunung berarti murid-murid sudah
paham dan mempunyai bekal ilmu dalam menabuh, lalu ada kelar perso dimana dikelas
ini murid-murid telah mengerti dan paham, terakhir ada kelas heko yang berkaitan
dengan kreativitas, murid-murid nya sudah mempunyai prestasi, ilmu, pengalaman dan
bisa membantu dalam proses pembelajaran. Cara ini dikenal lebih efektif dalam sistem
pembelajaran yang di terapkan oleh Pak Pardiman.

Sanggar ini juga telah menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan, yaitu
salah satu kelompok penabuh gamelan bernama “ sragam ABG “ berhasil mendapatkan
penghargaan sebagai “ Pemain Terbaik “ pada Festival Gamelan Solo Internasional
tahun 2018. Sanggar ini juga telah melakukan beberapa kolaborasi dengan genre musik,
instrumen lain bahkan membuat suatu film. Berikut ini beberapa kolaborasi yang telah
di lakukan, yaitu berkolaborasi dengan grup musik angklung di Perancis, kolaborasi
dengan musik hip-hop

Namun dengan adanya pandemic yang terjadi di beberapa tahun terakhir ini
membuat para murid nya rindu akan suasana panggung dan persiapan-persiapan yang
dilakukan sebelum naik ke panggung. Kini sanggar Omah Cangkem tetap membuka
tempat untuk murid-murid tetap berlatih, bermain dan bercerita, walau hanya latihan
rutin saja namun anak-anak tetap memiliki antusias yang tinggi akan gamelan ini selagi
mereka tetap berharap bahwasanya pandemi segera hilang dan dapat merasakan sebuah
panggung atau konser karawitan

Anda mungkin juga menyukai