PENDAHULUAN
1
| repository.upi.edu
maupun
karena
Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan
kesenian tradisional maupun kontemporer. Bandung dikenal sebagai wilayah
dengan kesenian tradisional yang beragam, baik dalam lingkup kota maupun
kabupaten. Beberapa dari kesenian tradisional tersebut diantaranya adalah
Benjang, Reak, Longser, Wayang Golek, Jaipongan, dan lain sebagainya.
Ujungberung merupakan bagian dari kota Bandung yang ternyata
menyimpan beragam kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang sejak
lama. Desa Cinunuk sebelumnya termasuk ke dalam wilayah Ujungberung.
Namun seiring dengan perubahan batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, berdasarkan Pasal 3 PP
No.16 tahun 1987, Desa Cinunuk masuk ke dalam wilayah administratif
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Di desa inilah terdapat kesenian Reak
yang tumbuh dan berkembang sejak lama dan tetap bertahan secara turun
temurun.
Reak merupakan kesenian yang memadukan beberapa jenis seni
tradisional lainnya, seperti reog, angklung, gendang pencak, tari dan topeng.
Kesenian ini biasanya selalu dimainkan oleh orang-orang tua atau orang dewasa
(http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=334&lang=id,
16
Desember 2010). Perpaduan berbagai jenis seni tradisional dalam kesenian ini
menjadikan pertunjukannya terlihat ramai dan meriah.
Pada awal perkembangannya, kesenian Reak digunakan untuk menarik
simpati anak-anak yang belum dikhitan (sunat). Hal yang paling prinsip dari
pertunjukan ini adalah keramaian atau kemeriahan agar banyak masyarakat yang
2
| repository.upi.edu
menonton terutama anak-anak kecil. Oleh karena itu, memadukan beberapa jenis
kesenian seperti dikemukakan di atas mempunyai pengaruh agar pertunjukan
Reak
menjadi
lebih
meriah
(http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-
3
| repository.upi.edu
yang bermunculan,
turut
menggempur
eksistensi
kesenian
tradisional. Seni pertunjukan dari masa lampau itu kini masih hidup secara turun
temurun dalam masyarakat. Hanya saja keberadaan seni lama yang masih hidup
ini banyak yang sudah tidak utuh lagi strukturnya, akibat perubahan-perubahan
sosial budaya, penafsiran-pernafsiran atau pola pikir masyarakat pendukungnya
dari zaman-zaman kemudian karena dinamisasi kehidupan dengan tuntutan
perubahan zaman. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya
pergeseran nilai di masyarakat sehingga terdapat beberapa pandangan terhadap
4
| repository.upi.edu
seni tradisi tersebut. Perubahan tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk kesenian
tradisional yang mengalami pergeseran fungsi di masyarakat. Gejala tersebut juga
nampak pada kesenian Reak yang dulu berfungsi sebagai sarana ritual untuk
upacara anak khitanan yang bersifat sakral, saat ini telah berubah fungsi menjadi
seni pertunjukan untuk tontonan dan hiburan. Seperti yang dikemukakan
Sumardjo (2001: 15-16) bahwa:
Semua seni pertunjukan Indonesia lama yang sekarang masih hidup (living
tradition) adalah hasil dari konteks sosio-budaya lama kita, meskipun
bentuknya sudah tidak seutuh semula lagi. Hampir semua seni pertunjukan
lama itu kini telah difungsikan sesuai dengan konteks sosio-budaya
modern kita, terutama di lingkungan masyarakat kota dan pinggirannya,
yaitu sebagai seni pertunjukan sekuler, untuk keperluan hiburan atau
kesantaian.
Berbagai kesenian tradisional menjadi semakin tidak dikenal di kalangan
masyarakat, terutama generasi mudanya yang lebih mengenal kesenian modern
dibandingkan kesenian tradisional. Eksistensi sebuah kesenian tergantung pada
selera masyarakat pendukungnya, apabila masyarakat telah berubah pandangan,
maka kesenian tersebut lambat laun akan ditinggalkan sehingga menjadi langka di
tengah-tengah masyarakat. Ketika sejumlah kesenian tradisional mengalami erosi
dan diambang kepunahan di tengah derasnya arus globalisasi, kesenian Reak
masih tetap mampu mempertahankan keberadaannya di tengah masyarakat
pendukungnya. Kesenian ini tetap digemari sebagian masyarakatnya, namun
sebagian masyarakat lainnya menganggap kesenian ini ketinggalan zaman. Oleh
karena itu, selain harus dipertahankan eksistensinya, kesenian Reak perlu
ditingkatkan popularitasnya sebagai aset kebudayaan daerah.
5
| repository.upi.edu
dirasa
kurang
terhadap
keberadaan
kesenian
ini
sehingga
6
| repository.upi.edu
7
| repository.upi.edu
8
| repository.upi.edu
9
| repository.upi.edu
eksistensi
kesenian
tradisional
Reak
sehingga
10
| repository.upi.edu
11
| repository.upi.edu
12
| repository.upi.edu