BAB I
PENDAHULUAN
Seni pertunjukan yang banyak dijumpai saat ini adalah hasil dari
kreativitas para seniman, sehingga kesenian mampu bertahan sampai saat ini.
Proses pewarisan yang dilakukan oleh para seniman terdahulu lebih kepada
keberadaan satu jenis seni pertunjukan di masa lampau dan masa kini tersebar
di wilayah yang lebih luas dalam bentuk dan struktur yang berbeda-beda,
disebabkan oleh pewarisan seni tersebut secara lisan. Hal ini terjadi lebih-
masyarakat pedesaan.
pertunjukan sebagai bagian dari upaya kreatif yang diusung oleh semangat
1
2
samping itu, antara manusia yang hidup di negara berkembang dan yang
budaya agraris, seni pertunjukan memiliki fungsi ritual yang sangat beragam
(Soedarsono, 1999:54).
Dalam keadaan zaman yang terus berubah, seni tradisi pada umumnya
mengalami pergeseran fungsi dari fungsi ritual menjadi fungsi hiburan. Akan
tetapi dalam pelaksanaannya masih ada kegiatan ritual yang masih digunakan
hampir pada semua seni pertunjukan yang ada di daerah Jawa Barat
seni untuk acara ritual di antaranya acara khitanan yang di dalamnya terdapat
Bentuk penyajian seni reak tersebut yaitu bentuk helaran atau pawai
(arak-arakan) yang berfungsi untuk mengiringi anak yang dikhitan pada saat
menuju tempat pemandian. Istilah reak diambil dari kata reang yang artinya
seni angklung, seni kendang pencak, seni tari, dan seni topeng. Kesenian ini
biasanya selalu dimainkan oleh orang tua atau orang dewasa. Pada awal
anak-anak yang belum dikhitan (sunat). Hal yang paling prinsip dari
Berkaitan dengan asal mula munculnya seni reak, bahwa konon seni
reak lahir sekitar abad ke-12 di mana pada saat itu Prabu Kiansantang, putera
1
Dikutip dari www.disparbud.jabarprov.go.id 06 Mei 2015.
2
Ibid, 06 Mei 2015
4
khitanan bagi anak-anak ini mendapat kendala karena si anak selalu merasa
tidak takut, maka diciptakanlah suatu jenis kesenian yang disebut seni reak.
perpaduan dari berbagai jenis kesenian yang menghasilkan suatu bentuk seni
yang ramai, sorak-sorai para penonton menjadi bagian dari pertunjukan seni
reak ini. Oleh karena sorak-sorai dari pemain dan penonton itulah maka
kesenian ini dinamakan seni reak diambil dari kata sorak-sorai gemuruh
dogdog yang terbuat dari kayu dan kulit, angklung yang terbuat dari bambu,
kendang yang terbuat dari kayu dan kulit, goong yang terbuat dari besi,
tarompet yang terbuat dari kayu dan tempurung, dan kecrek yang terbuat dari
besi. Ciri khas kesenian yang disebut reak ini adalah susurakan atau eak-
eakan (sorak-sorai).
respon yang baik dari masyarakat, banyak yang meminta menjadi pengiring
atau kursi yang bisa digotong. Setelah anak khitanan diarak mengelilingi
5
kampung, lalu ketika sampai di rumah, anak khitanan, reak ini dimainkan
tong, brung, bangplak, dan bedug. Tilingtit biasa ditabuh pertama, mengapa
tilingtingtit begitupun dengan tong suara yang dihasilkan berbunyi tong tong
tong, tong dibunyikan setelah tilingtit. Tidak jauh berbeda dengan brung,
bangplak, dan bedug, apabila ditabuh, waditra brung, bunyi yang keluar
adalah suara seperti brung brung brung, ketika bangplak dimainkan pun
plak, ketika menabuh bedug pun yang keluar hasilnya suara dug dug dug ,
dihasilkannya. Susunan pola tabuhnya yaitu pertama tilingtit, lalu diikuti oleh
Apabila dikaji lebih dalam, yang menjadi fokus dari latar belakang
permasalahan ini adalah mengapa pertunjukan seni reak grup lugay pusaka
bisa bertahan sampai saat ini, karena kesenian tersebut masih berfungsi dan
seringnya tampil, kostum yang menarik, manajemen yang teratur dan rapi,
tim publikasi audio visual yang sudah ada. Fungsi dan makna inilah yang
3
Ibid,06 Mei 2015
6
B. Perumusan Masalah
terfokus pada pertunjukan seni reak yang ada di Desa Cinunuk Kecamatan
Cinunuk ?
Cinunuk ?
di Desa Cinunuk.
D. Tinjauan Pustaka
penting. Hal ini dilakukan agar penelitian ini berbeda dari penelitian
dilakukan oleh para peneliti lainnya. Akan tetapi penelitian yang mengkaji
secara khusus mengenai fungsi dan makna secara spesifik belum ada, yang
sudah ada hanya sebatas deskripsinya. Maka dari itu, dalam penyusunan tesis
Kuda Lumping dalam Seni Reak“ (2003) terfokus pada pembahasan tentang
pertunjukan seni reak, dan penelitian ini tidak membahas mengenai fungsi
dan makna dari pertunjukan seni reaknya. Walaupun demikian, penelitian ini
sangat diperlukan sehingga dapat dijadikan salah satu acuan atau referensi.
8
serta menjelaskan seperti apa seni reak, bukan membahas mengenai fungsi
Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi Kab. Bandung” (2014). Penelitian ini
lebih pada pemaparan seni reak, dan hanya menguraikan serta menjelaskan
seni reak, walaupun ada pembahasan mengenai fungsi dari seni reak, tetapi
dan makna dari pertunjukan seni reak. Jadi, penelitian yang dikerjakan ini
E. Landasan Teori
terfokus pada fungsi dan makna yang terkandung dalam pertunjukan seni
reak. Berdasar pada fokus penelitian tersebut, kerangka teoretis ini disusun
pendapatnya tentang perbedaan arti kata “fungsi” dan “guna” musik dalam
dihidangkan itu tercapai tujuan yang paling utama. Dengan perkataan lain,
apa yang diberikan musik untuk manusia, itulah fungsi musik baginya.
menjadi bagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang
yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa
pemakai melakukan, dan terutama tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar
estetis). Suatu karya dapat dikatakan karya seni apabila musik tersebut
musik kita dapat merasakan nilai - nilai keindahan baik melodi ataupun
11
dinamikanya.
musik pasti mengandung unsur - unsur yang bersifat menghibur. Hal ini
serta leluhur.
simbolis). Musik memiliki fungsi dalam melambangkan suatu hal. Hal ini
dapat dilihat dari aspek - aspek musik tersebut, misalnya tempo sebuah
sebagai respon fisik). Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat
– aturan.
peranan penting dalam suatu upacara. Musik merupakan salah satu unsur
yang penting dan menjadi bagian dalam upacara, bukan hanya sebagai
pengiring.
Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang berkaitan dengan norma
sosial. Dalam hal ini, musik berisi tentang ajaran - ajaran untuk
selanjutnya.
Pernyataan di atas merupakan salah satu teori fungsi yang sudah lama
digunakan dalam mengkaji musik, dan dijadikan landasan teori bagi para
pertunjukan reak.
oleh Schleiermacher. Kini teks bukan lagi semata merujuk pada pengertian
teks ajaran (kitab suci), tetapi juga mencakup teks-teks lain. Bahkan definisi
teks dalam perkembangan hermeneutika lebih lanjut juga kian meluas, bukan
lagi teks tertulis tetapi juga lisan dan isyarat-isyarat dengan bahasa tubuh.
Oleh karena itu, sikap “diam” seseorang, misalnya, juga bisa dianggap
menurut Gadamer.
penerima wacana.4
(Sumaryono,1999:83).
tidaklah dimaknai sebagai suatu disiplin pembantu yang bersifat umum bagi
adalah:
4
Mudji Raharjo. Dasar-dasar Hermeneutika antara intensionalisme dan Gadamerian,
( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008)
15
mundur dari hal-hal yang kita sukai, serta meyakinkan kita dalam
membuat pertimbangan.
apa pun bentuknya, baik sebuah teks, notasi, maupun karya seni.5
tentang hidup atau ilmu-ilmu tetang manusia. Hidup itu tidak statis, tetapi
berubah antara rangkaian baik dan buruk, mulia dan nista, luhur dan rendah,
tegang dan biasa-biasa saja, dsb. Dari realitas hidup ini, yang menjadi bagian
5
E. Sumaryon. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 84
16
bildung adalah menentukan mana yang boleh dikenang dan mana yang harus
reak.
ALUR BERFIKIR
PERTUNJUKAN REAK
STUDI FUNGSI DAN MAKNA
REAK
STRUKTUR
PRA
PERTUNJUKAN
PASCA
TEORI FUNGSI
ALAN P. BENTUK TEORI
MERRIAM. HERMENEUTIK
HELARAN GADAMER
DOGCING
RITUAL
HIBURAN
EKONOMI RELIGIUS
INTEGRASI FUNGSI MAKNA
SOSIAL
SOSIAL
CULTURAL
KOMUNIKASI
PELESTARI
KEBUDAYAAN
6
Ibid,77,1999
17
F. Metode penelitian
budaya. Dengan metode ini penulis melakukan pencarian data dan fakta
secara nyata dan apa adanya. Selain metode, model analisisnya adalah
struktur, struktur menjadi bentuk, bentuk memiliki fungsi, dari fungsi akan
bentuk, fungsi, dan makna merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
adalah:
1. Menentukan topik
pengidentifikasian masalah.
1. Observasi
2. Wawancara
yaitu tokoh seni reak, di antaranya Bah Undang (57 tahun), Bah Emud
(52 tahun), Bah Apri (55 tahun), dan Bah Enjum (40 tahun), pimpinan
lingkung seni reak Lugay Pusaka Zaenal (40 tahun), dan masyarakat
sekitar.
3. Pendokumentasian
a. Pemotretan
yang sesuai dengan objek penelitian yaitu pertunjukan seni reak, dan
b. Perekaman Audiovisual
sehingga hasil dari perekaman ini bisa dijadikan data dan fakta bahwa
reak.
4. Triangulasi Data
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Gambar 1.1
Komponen Triangulasi Data
Sumber: Dokumen Hendi Rohendi, 2015
dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut: seluruh data yang telah
setelah pengumpulan data dalam periode tertentu. Tahapan analisis data yang
meliputi data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan
yang penting serta mencari tema dan polanya yang berkaitan dengan
analisis data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, namun mudah
Judul
Metode
+
Pendekatan
Rumusan Metode Analisis
Masalah
Teori Data
Gambar 1.2
Skema Metode Penelitian
Sumber: Dokumen Hendi Rohendi, 2015
proses pencarian data dan fakta yang disusun ke dalam sebuah laporan
penelitian (tesis). Data dan fakta yang telah disusun, kemudian disesuaikan
dengan landasan teori yang sudah dipilih. Hasil penelitian diharapkan dapat
G. Sistematika Penulisan
pembahasan, sehingga isi laporan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
yaitu:
BAB III. Pertunjukan reak, berisi tentang, asal usul dan perkembangan
dan repertoar.
BAB IV. Fungsi dan makna pertunjukan seni reak, berisi tentang: a) fungsi