Anda di halaman 1dari 12

Seni Rupa dan Kriya dalam Wayang Landung di upacara

nyangku panjalu

Dosen Pengampu:
Khairul Mustaqin, S.Sn., M.Sn.

Disusun oleh:
Bizly (203233058)

INSTITUSI SENI BUDAYA INDONESIA


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
ANTROPOLOGI BUDAYA
BANDUNG
2023
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Seni Rupa dan Kriya dalam Wayang Landung di
Upacara Adat Nyangku di Panjalu, Ciamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran seni rupa dan kriya serta struktur, bentuk, dan fungsi. Tradisi ini
di lakukan pada setiap bulan Maulud atau Rabiul Awal. Dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengemukakan rumusan masalah mengenai struktur Wayang
Landung dalam Upacara Adat Nyangku beserta bentuk, dan fungsi tradisi Upacara
Adat Nyangku pada masyarakat Panjalu. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini bertitik tolak dari rumusan masalah yaitu untuk menjelaskan
bagaimana peran seni rupa dan kriya serta struktur Wayang Landung dalam
Upacara Adat Nyangku untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk, dan fungsi
Wayang Landung dalam Upacara Adat Nyangku pada Masyarakat Panjalu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data yaitu studi pustaka, observasi, wawancara dan analisis data.
Berdasarkan Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa fungsi Wayang Landung
merupakan kesenian dengan struktur dan fungsi pertunjukan. Ada beberapa tahapan
yaitu persiapan, kedua penyajian, dan tahap ketiga penutup.
PENDAHULUAN
Desa Panjalu merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan
Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desa Panjalu terkenal dengan
tradisi Nyangku, dimana merupakan rangkaian prosesi adat penyucian benda-benda
pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora, para raja, dan bupati Panjalu
juga penerusnya yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Bumi alit sendiri adalah
museum tempat penyimpanan benda peninggalan yang terletak 200meter ke arah
selatan dari Situ Lengkong Panjalu. Benda-benda pusaka yang dimandikan, antara
lain, pedang zulfikar, keris pancaworo, bangreng, goong kecil, cis, keris komando,
dan trisula.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan antara lain untuk mengetahui ataupun meneliti,
memberikan informasi dan memenuhi tugas mata kuliah seni rupa dan kriya
nusantara Prodi Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media di Institut Seni
Budaya Indonesia Bandung.
PEMAPARAN
Kesenian Wayang Landung dalam Upacara Adat Nyangku
Indonesia adalah negara yang penuh dengan kebudayaan di setiap daerah.
Salah satu dari sekian banyak daerah yang memiliki budaya kental adalah Ciamis.
Ada upacara nyangku atau mencuci benda pusaka untuk membesarkan Prabu
Bongosngora yang digelar di alun-alun Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Tradisi ini dihadiri oleh masyarakat Ciamis dan wisatawan atau peziarah
dari berbagai daerah bahkan pejabat tinggi dan jajarannya mengikuti proses upacara
Nyangku. Tradisi upacara Nyangku ini dilakukan setipa setahun sekali di bulan
Mulud, sekaligus memperindah maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi upacara
tradisional Nyangku adalah proses mencuci dan membersihkan pusaka peninggalan
Raja Panjalu, Prabu Sanghyang Borosngora sebagai ulama yang menyebarkan
Islam di wilayah Panjalu. Dalam pelaksanaannya, peninggalan Raja Panjalu yang
tersimpan di Bumi Alit dipindahkan dan diarak ke Nusa Gede yang berada di tengah
Situ Lengkong Panjalu. Kelompok yang membawa pusaka ini tidak sembarangan
dibawa, melainkan harus dari keturunan Raja Panjalu, Prabu Sanghyang
Borosngora.

Setelah prosesi ke Nusa Gede Situ Lengkong, pusaka itu dicuci bernama
Jamasan. Dimulai dengan pembungkus pusaka dibuka dan kemudian dibawa ke
tempat pembersihan yang terbuat dari bambu. Pembersihan dilakukan dengan
menggunakan air dari tujuh mata air (Cai Karomah Tirta Kahuripan) dan jeruk
nipis. Setelah membersihkan pusaka yang diolesi minyak khusus kemudian
dibungkus dengan kain putih dan disimpan kembali ke Bumi Alit. Pusaka tersebut
adalah pedangdut Zulfikar, Kujang Panjalu, dan Keris Stokkomando. Dalam
prosesi upacara nyangku terdapat berbagai kesenian yang ditampilkan, termasuk di
dalamnya terdapat kesenian Wayang Landung yang akan kita bahas dalam artikel
ini.
PEMBAHASAN
Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk karya seni dengan
media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini dengan
mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan
dengan acuan estetika.
Seni kriya adalah adalah seni yang dihasilkan menggunakan tangan, melalui
berbagai media seni. Karya seni kriya dapat dikategorikan sebagai karya seni rupa.
Istilah seni kriya berasal dari bahasa Sansekerta, yakni kata "krya" berarti
mengerjakan. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi karya, kriya, dan kerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kriya adalah pekerjaan
(kerajinan tangan). Sedangkan dalam bahasa Inggris, kriya disebut craft, berarti
energi atau kekuatan, yang digambarkan dengan suatu keterampilan untuk
mengerjakan atau membuat sesuatu.
Sedangkan seni pertunjukkan merupakan karya seni yang melibatkan aksi
individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya
melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman
dengan penonton.
Peran seni rupa dan kriya dalan seni pertunjukan, Antara seni rupa dengan
seni pertunjukan selalu berhubungan, berkaitan dan saling mendukung antara satu
dengan cabang seni lainya. Sehingga setiap seniman harus mengusai setiap cabang
seni itu walaupun tidak sepenuhnya. Misalnya seniman lukis harus mengerti tentang
teater untuk mengambil ide dalam karyanya begitu juga dengan seniman
pertunjukan harus mengetahui tentang seni rupa untuk menata artistiknya. Karena
penataan artistik dalam pertunjukan sangat erat hubungannya dengan unsur seni
rupa.
Semua unsur seni rupa sangat berperan dalam seni pertunjukan. Terutama
dalam penataaan artistik seperti warna lampu, garis pada penata rias, tekstur dalam
alat pendukung pertunjukan baik itu tekstur semi maupun tekstur bentuk. serta
bentuk dan ruang dari pertunjukan. Kemudian penataan panggung dan sudut
pandang serta pusat perhatian para penonton terhadap pertunjukan yang
ditampilkan.

Wayang Landung adalah kesenian yang berasal dari desa Panjalu


Kabupaten Ciamis, Wayang Landung diperkenalkan pertama kali diacara Festival
Jembaran Bali pada tahun 2007 yang dibuat oleh 3 kreator yaitu Pandu Radean,
Aan Dompleng dan Bah Ganda dan sekarang membentuk komunitas yang
melestarikan Wayang Landung Panjalu yaitu KAI (Komunitas Anak Ibu) Panjalu
yang bertempat di Dusun Pabuaran Desa Panjalu Kabupaten Ciamis. Arti kata
landung sendiri yaitu tinggi, besar, dan pada bagain bawah bergelambir hingga ke
tanah. wayang ini merupakan simbolisasi dari sukuran petani untuk menyambut
bulan suci Ramadhan.Wayang Landung memiliki tinggi 3 hingga 4meter dan
memiliki berat 30 hingga 45kilogram wayang ini adalah rekonstruksi dari wayang
golek yang diperbesar, keseluruhan pementasan Wayang Landung Panjalu
mengambil dari Wayang Golek hanya saja bentuk visual yang berbeda, saat ini
pementasan Wayang Landung biasa dipentaskan pada acara seperti acara 17
Agustus, sunatan masal, nyangku dan acara – acara tertentu pementasan Wayang
Landung Panjalu terdapat beberapa unsur seni seperti, seni musik, seni rupa, seni
sastra, dan seni tari. Pementasannya juga menyerupai Ondel –ondel dari Jakarta
karena dimainkan oleh orang yang menopang Wayang Landung Panjalu itu sendiri.

Wayang Landung Panjalu termasuk pada jenis seni pertunjukan dan seni
rupa kontemporer karena adanya peleburan atau pencampuran dari seni lain melihat
dari sejarah pembuatan wayang landung adalah rekontruksi ulang dari wayang
golek, bahan yang digunakan juga berbeda jika wayang golek biasanya terbuat dari
bongkahan kayu dan penambahan bahan kain batik sedangkan Wayang Landung
Panjalu terbuat dari bahan yang ada di alam dan dapat ditemukan di 17 daerah Desa
Panjalu ini memperlihatkan karateristik dari seni kontemporer dimana tidak ada
batasan pembuat atau kreator pada saat proses pembuatan wayang landung.
Pementasan wayang landung juga mengalami peleburan dari segi musik yang
mengiringi pementasan karena adanya moderenisasi yang menyesuaikan dengan
zaman sekarang dilihat dari alat musik tradisonal degung atau tradisional dengan
alat musik modern seperti gitar listrik dan speaker yang digunakan secara
bersamaan.

Pada saat ini wayang landung terus dikembangkan oleh KAI (Komunitas
Anak Ibu) Panjalu tentu dengan seiringnya zaman pementasan Wayang Landung
Panjalu akan mengalami perubahan baik dari segi cara pementasan meliputi musik,
properti, narasi, dan cerita. Ini menunjukan kebebasan bagi pembuat atau kreator
dalam eksplorasi. Bahan – Bahan Pembuatan Wayang Landung Wayang Landung
Panjalu terbuat dari bahan – bahan yang terdapat di alam. Bagian bawah Wayang
Landung Panjalu terbuat dari kararas atau daun pisang kering bagian badan terbuat
dari dedaunan seperti daun janur atau daun kelapa bagian muka dari Wayang
Landung Panjalu terbuat dari bubur kertas atau gipsum yang dibentuk kemudian
dicat, mahkota Wayang Landung Panjalu terbuat dari injuk atau ban bekas yang
sengaja dibentukan dan kerangka tubuh Wayang Landung Panjalu terbuat dari
bambu guna agar dapat menopang dan menjadi pondasi agar kokoh. Daun pisang
kering atau kararas digunakan pada bagian bawah atau pada wayang golek biasanya
menggunakan samping atau kain. Kararas juga berguna untuk menutupi orang yang
sedang memainkan Wayang Landung Panjalu dan untuk menutupi kerangka untuk
bambu yang dipasangkan kepada pundak pemain wayang.

Pada bagian badan wayang menggunakan daun janur karena daun ini
mempunyai ukuran yang cukup panjang daun janur juga salah satu daun yang khas
dari kota Ciamis daun ini juga digunakan pada kesenian Bebegig. Selain daun janur
ada juga aksesoris daun lain seperti daun kelapa dan dedaunan lainnya yang
dibentuk menyerupai kalung pada dada Wayang Landung. Badan Wayang Landung
juga biasanya beragam karena menyerupai postur dari karakter wayang seperti buta
dan pandawa lima.

Pada bagian mahkota menggunakan injuk dan jerami atau ilalang kering ini
gunamahkota dapat mudah dibentuk karena mahkota memiliki bentuk yang dari
bagian bawah besar dan di atas mengecil. Bahan dari mahkota juga biasanya
menyesuaikan dengan bahan yang ada dan didapatkan biasanya untuk kerangka
awal menggunakan karet ban kemudian dipasangkan dan ditumpuk menggunakan
injuk atau jerami. Pada bagian mahkota juga menggunakan daun – daun untuk
membuat aksesoris pada bagian depan dan samping mahkota, rupa wajah wayang
dibuat dari potongan kertas atau gypsum yang kemudian dikeraskan menggunakan
lem lalu dicat dengan warna dari karakter yang sudah ada seperti buta biasanya
menggunakan warna merah yang menunjukan sifat kemarahan dan kecemburuan
sedangkan untuk karakter pandawa lima biasanya menggunakan warna putih yang
berarti kebersihan dan legendaris atau warna orange yang memiliki arti cemburu
atau penyakit.

Cara Pementasan Wayang Landung Panjalu biasa diiringi dengan musik


degung (musik trasdisional) dengan tambahan gitar listrik dan satu dalang yang
membacakan cerita dalam pementasan Wayang Landung terdapat 2 babak yaitu
lalampahan dan jogol, lalampahan adalah proses arak – arakan dan jogol adalah
proses pertarungan sesama wayang setidaknya terdapat 5 hingga 10 wayang dalam
pementasan. Tetapi dengan berjalannya waktu pementasan terdapat beberapa
perubahan dengan adanya teatrikal penari pada saat sebelum masuk babak jogol.
Lalampahan
Lalampahan merupakan proses arak – arak Wayang Landung Panjalu dari
titik satu menuju titik pementasan, biasanya jauh dari lalampahan ini beragam bisa
dari 100meter hingga 1 kilometer. Proses ini diiringi mengunakan musik degung
(musik tradisional) yang ditambahkan alat musik elektronik seperti gitar, simbal
dan sound musik sudah dimainkan mengikuti proses lalampahan biasanya musik
dinaikan ke gerobak atau mobil bak terbuka. Pada prosesi ini semua wayang
berjalan dan menari hingga sampai pada tempat untuk proses jogol.

Jogol
Jogol merupakan proses pertarungan wayang sebelum bertarung biasanya
dibuka dengan teatrikal penari. Pada proses ini wayang diiringi musik degung
(musik tradisional) dan seorang dalang yang menceritakan cerita sehingga wayang
bergerak tidak ada gerakan khusus atau penyeragaman pada saat prosesi ini semua
wayang mengikuti cerita yang diadopsi dari wayang golek seperti cerita Ramayana
dan Mahabarata yang dibacakan dalang, proses ini biasanya dimainkan di lapang
karena membutuhkan lahan yang luas agar gerakan wayang bisa leluasa.

Dalam upacara adat Nyangku yang berada di panjalu ini biasanya akan
menampilkan kesenian-kesenian khas dari daerah Kabupaten Ciamis, seperti
Wayang Landung yang beserta musik pengiringnya yaitu, musik Degung. Adapun
kesenian lainnya yang ditampilkan dalam prosesi Upacara Adat Nyangku adalah
bebegig.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Wayang Landung dalam Upacara Adat Nyangku, kita
dapat mengetahui bahwa Upacara Adat Nyangku merupakan upacara adat warisan
dari raja-raja Panjalu yang masih menjadi tradisi turun temurun masyarakat desa
Panjalu. Dalam upacara adat nyangku, museum Bumi Alit dan Situ Lengkong
mempunyai kaitan satu sama lain dalam sejarah Panjalu.

Tujuan dilaksanakanya upacara adat nyangku adalah untuk memperingati


Maulid Nabi Muhammad SAW, serta sebagai sarana untuk menjaga warisan
kebudayaan dari nenek moyang dan serta untuk mengapresiasi kebudayaan yang
banyak meliputi hal seperti kesenian, estetika, dan lain sebagainya.

Nyangku saat ini bukan hanya pesta warga Panjalu tapi sudah sekala
Nasional sebagai warisan budaya. Sekaligus sebagai sarana silaturahmi antar
sesama warga panjalu. Nyangku menjadikan masyarakat Panjalu lebih berkarakter,
dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi yang
baik dan toleran.

Anda mungkin juga menyukai