Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Suku Arfak
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah
Teori Etnisitas

Dosen Pengampu:
Dra. Sriati Dwiatmini., M. Hum.
Yuyun Yuningsih., M. Hum.

Disusun oleh:
Fahmi (203233060)

INSTITUSI SENI BUDAYA INDONESIA


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
ANTROPOLOGI BUDAYA
BANDUNG
2021

i
Kata Pengantar

Rasa syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab berkat
rahmat serta hidah-Nya saya bisa menyusun makalah ini dengan baik serta berakhir
secara tepat waktu. Makalah ini saya beri judul “ Suku Arfak”.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester


perkuliahan dari dosen pengampu. Tidak hanya itu, makalah ini pula bertujuan
untuk membagikan pengetahuan untuk saya sebagai penulis serta untuk para
pembaca.

Saya selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada ibu
Dra. Sriati Dwiatmini., M. Hum. Serta ibu Yuyun Yuningsih., M. Hum. Selaku
dosen pengampu.

Terakhir, saya menyadari kalau makalah ini masih belum seluruhnya


sempurna. Maka dari itu saya terbuka terhadap kritik serta saran yang dapat
membangun keahlian, supaya pada tugas selanjutnya dapat menulis makalah
dengan lebih baik lagi. Mudah- mudahan makalah ini berguna untuk saya serta para
pembaca.

Bandung, 10 Januari 2021

Fahmi

ii
Daftar isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar isi ................................................................................................................. iii

1 Bab 1 pendahuluan........................................................................................... 4

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 4

1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 4

1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 4

2 Bab 2 pembahasan ........................................................................................... 5

2.1 Sejarah dan asa-usul suku arfak ............................................................... 5

2.2 Unsur-unsur kebudayaan suku Arfak ....................................................... 6

2.3 Hubungan suku Arfak dengan suku lainnya ............................................. 9

2.4 Alasan mengapa suku Arfak dikategorikan suku termarjinalkan ............. 9

3 Bab 3 Penutup ................................................................................................ 10

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10

3.2 Kritik dan Saran ...................................................................................... 10

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 11

iii
1 Bab 1 pendahuluan

1.1 Latar belakang


Suku di indonesia beragam dari sabang sampai merauke, setiap suku
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Satu suku pasti mempunyai adat atau
kebiasaan yang lahir sejak adat itu terbentuk. Hingga saat ini masih banyak suku-
suku yang masih mempertahankan budaya adat istiadatnya.
Provinsi papua di Indonesia merupakan provinsi yang unik, namun provinsi
papua kerap dipandang sebelah mata karena masyarakatnya masih dianggap masih
primitiv. Masyarakat atau suku-suku papua masih berpegang teguh akan budaya
dan adat istiadatnya termasuk suku arfak yang masih berpegang teguh akan budaya
dan adat isitiadatnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana sejarah asal-usul dan filosofi kehidupan suku arfak?
2. Apa saja unsur kebudayaan yang terdapat di suku arfak?
3. Bagaiman hubungan suku arfak dengan suku lainnya?
4. Mengapa suku arfak bisa dikategorikan dalam suku termarjinalkan atau
terasingkan?

1.3 Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui sejarah asal-usul dan filosofi kehidupan suku arfak.
2. Untuk mengetahui unsur kebudayaan yang terdapat di suku arfak.
3. Untuk mengetahui hubungan suku arfak dengan suku lainnya.
4. Untuk mengetahui alasan suku arfak bisa dikategorikan dalam suku
termarjinalkan atau terasingkan.

4
2 Bab 2 pembahasan

2.1 Sejarah dan asa-usul suku arfak


Suku Arfak mrupakan suku papua yang mendiami di pedalaman Kota
Manokwari tepatnya di pegunungan Arfak “pegunungan besar” dengan ketinggian
2.950 mdpl. Manokwari adalah ibukota Provinsi Papua Barat yang terletak di
kepala burung pulau papua. Manokwari dikenal sebagai kota tertua dan tempat
dimulainya penyebaran injil di tanah papua oleh Misionaris.

Suku Arfak adalah komunitas asli terbesar di Kota dan kabupaten


Manokwari. Namun suku besar Arfak sendiri terdiri dari beberapa anak suku, yaitu:
a. Moule
b. Meyah
c. Moskona
d. Mansim-borai
e. Kebar-karon timur (Mpur)
f. Sough
g. Hatam

Untuk asal-usul kehidupan suku, suku atau yang pertama kali datang dan
bermukim di suatu tempat dengan seluruh wilayah yang dijelajahinya akan milik
suku atau marga pemukim di wilayah tersebu. Mereka berhak memiliki atas tanah
dan sumber daya alam yang ada didalamnya. Adapun pola kepemilikan dan
penguasaan sumber daya alam dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Warisan
Yang berasal dari keluarga atau kepemilikan keluarga yang diberikan
secara turun menurun.
b. Invasi ke marga lain.
c. Ekspansi ke wilyah lain.

5
Masyarakat arfak memiliki nilai dan kearifan budaya dengan menjaga batas-
batasnya. Yang mengandung makna bahwa sesutu yang ada di alam raya termasuk
manusi sekalipun memilik batas unutk mengelolanya. Apabila batas tersebut
dilanggar akan terjadi musibah bencana akibatnya. Hakikatnya adalah segala
sesuatu di alam semesta ini bukan hal yang tak terbatas. Itu merupakan sebuah nilai
atau landasan hidup masyarakat atau suku Arfak. Orang papua menghindari untuk
melakukan pelanggaran hak adat atas tanah dan sumber daya alam yang mereka
miliki bersama. Begitu pun suku Arfak yang sangat menjaga batasan atau tidak
menggunakan sumber daya alam secara berlebihan.

2.2 Unsur-unsur kebudayaan suku Arfak


Dalam masyarakat suku Arfak terdapat struktur adat yang terdiri dari
Andigpoy (Kepala Adat), pinjoydig (pembantu tugas kepala adat), pinjoy piley
(pelaksana tugas). Semua komponen institusi adat haru menjalankan tugasnya
sesuai nilai-nilai yang bersumber.

Bahasa masyarakat suku Arfak adalah berbeda-beda dikarenak suku Arfak


memiliki anak suku yang setiap anak sukunya memiliki seorang kepala suku yang
berbeda. Begitupun dengan sistem bahasanya yang berbeda setiap anak sukunya.
Orang Arfak terdahulu merupakan perantara antara ekspansi belanda dan portugis
untuk membantu berkomunikasi dengan suku-suku lainnya di papua.

Mata pencaharian utama masyarakat Arfak ialah berladang. Cara bercocok


tanam di ladang dilakukan dengan sistem tebang bakar. Mereka mengenal
pembagian kerja berdasarkan gender dan umur dalam proses bercocok tanam itu.
Tempat berladang dipilih setelah diperhitungkan apakah bebas dari pengaruh magis
jahat. Magis jahat itu mereka ketahui, apabila mereka menjadi sakit karena
menghirup udara atau makan makanan tertentu di tempat yang akan dijadikan
ladang itu. Tanda-tanda buruk lainnya ialah apabila di tempat itu terlihat binatang
kaki seribu (aweya) atau cecurut, tikus tanah bermoncong panjang, yang keluar dari
dalam tanah.

6
Tanaman pokok mereka adalah ubi-ubian, misalnya keladi (momos), bete
(mom), kiha (mesi), kasbi (mogenang), babatas (mou), kentang, dan jagung.
Mereka juga menanam tebu, kacang, pisang. Beberapa jenis tanaman untuk sayuran
seperti bawang merah, bawang putih, labu, genemon (maknaofak) dan lain-lain
telah mereka kenal dan mereka jual ke pasar. Di daerah tertentu, seperti di daerah
Munyambow, Mokwan, banyak tumbuh merkisah dan buah tomat pohon. Merkisah
yang berupa tumbuhan liar itu merambat di semak-semak tanpa dipelihara. Di
daerah tertentu lainnya tumbuh pohon langsat, durian, rambutan. Kayu yang
penting di daerah Arfak antara lain kayu besi, kayu matoa, damar dan keluih
(artocarpus).

Masyarakat Arfak menjadikan berburu sebagai mata pencaharian


sampingannya, binatang buruan mereka antara lain kuskus, babi hutan, berbagai
jenis burung kecil, kelelawar, katak, tikus, burung cendrawasih, biawak, ular. Kulit
biawak mereka gunakan untuk menutup tifa. Daging kelelawar dimakan, tulangnya
digunakan untuk perhiasan dan alat rumah tangga, misalnya untuk pisau atau mata
panah. Buru burung cendrawasih diambil sebagai perhiasan. Penangkapan ikan juga
hanya merupakan pekerjaan sambilan. Mereka menangkap ikan dengan
membendung anak sungai dan memberi tuba. Mereka juga menggunakan pancing
dengan mata kail dari duri yang diberi umpan katak atau belalang.

Dalam bidang keseniaan, kebudayaan suku arfak yang paling terkenal


adalah tari magasa yang bagi orang luar dikenal sebagai tari ular. Diberi julukan
atau sebutan sebagai tari ular karena formasi yang dibentuk seperti liukan ular
dengan gerakan mengikuti irama lagu yang dinyanyikan. Tari magasa ini biasanya
akan ditampilkan pada pagelaran acara perkawinan, masa panen raya, penyambutan
tamu yang datang serta dalam acara acara penting lainnya.

Dalam pelaksanaannya, tari magasa ini merupakan tarian yang diperagakan


secara berkelompok dari semua lapisan masyarakat baik muda maupun para tetua.

7
Tarian ini dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita dengan saling
bergandengan tangan dan berhimpit disertai lompatan dan hentakan ke tanah
mengikuti irama lagu yang dimainkan. Tari magasa ini menceritakan tentang
keromantisan, sifat kepahlawanan, hingga keindahan alam.
Selain tari magasa, ada salah satu tari dari kebudayaan suku arfak lainnya
yang dipentaskan oleh para pemuda arfak dengan tampilan dan konsep koreografi
yang unik serta natural dan dapat mengambarkan suasana tanah papua yang eksotik
dan menarik untuk dijelajahi. Tari buah merah tersebut juga menjadikan bukti
bahwa kebudayaan di tanah papua tidak kalah dengan kebudayaan lainnya.

Hubungan kekerabatan orang Arfak adalah hubungan darah, hubungan


karena perkawinan, dan hubungan kerabat fiktif, artinya hubungan akrab yang
berasal dari leluhur. Orang Arfak tidak biasa mempunyai pengetahuan tentang
anggota kerabat dari angkatan yang jauh. Mereka hanya memperhatikan anggota
kerabat yang masih hidup sampai derajat kedua saja. Mereka menarik garis
keturunan berdasarkan prinsip bilateral, artinya hubungan keturunan itu
diperhitungkan melalui ayah dan ibu. Hubungan kerabat karena perkawinan
menyebabkan mereka mengenal mertua, ipar, menantu, semua istri atau suami
saudara-saudara mereka. Pada umumnya tiap kelompok kerabat di satu daerah tidak
lagi mengetahui nenek moyang pendiri kelompok itu, mereka seolah-olah tidak
mengindahkan hal-hal semacam itu.

Dalam hal kepercayaan, orang Arfak sangat percaya akan adanya kekuatan
tertentu pada benda, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Kekuatan itu dapat
digunakan untuk menyakiti atau membunuh orang lain. Kepercayaan semacam
inilah yang menyebabkan selalu adanya saling curiga di kalangan kelompok kecil
maupun besar. Untuk mengatasi hal itu mereka mengenal adanya peranan dukun.
Sebaliknya dalam masyarakat Arfak ini tidak jelas adanya tokoh dewa yang mereka
yakini. Oleh sebab itu tidak tampak adanya upacara-upacara terhadap tokoh
semacam itu.

8
2.3 Hubungan suku Arfak dengan suku lainnya
Hubungan suku arfak dengan suku lainnya berjalan dengan baik terbukti
dengan kelompok suku atau marga lain yang datang di kemudian hari dapat
memanfaatkan tanah berdasarkan aturan yang di tetapkan. Masyarakat suku Arfak
berkomitmen untuk melanjutkan para orang tuanya dalam menjaga kerukunan dan
kedamaian. Suku Arfak menjamin masyarakat dari seluruh suku aman tinggal di
Manokwari.

2.4 Alasan mengapa suku Arfak dikategorikan suku


termarjinalkan
Suku Arfak bisa dikategorikan dalam suku termarjinalkan dikarenakan
masih kurangnya sarana dan prasana seperti, sarana pendidikan, jaringan listrik,
sarana transportasi, dan sebagainya. Sedikitnya sarana pendidikan membuat
masyarakat suku Arfak masih rendah dalam bidang pengetahuan atau pendidikan.
Kurangnya transportasi umum dan prasananya yg masih kurang mendukung bahkan
terbilang jelek membuat sulitnya mobilitas masyarakat suku Arfak.

9
3 Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan
Suku Arfak mrupakan suku papua yang mendiami di pedalaman Kota
Manokwari tepatnya di pegunungan Arfak “pegunungan besar” dengan ketinggian
2.950 mdpl. Suku Arfak adalah komunitas asli terbesar di Kota dan kabupaten
Manokwari. Namun suku besar Arfak sendiri terdiri dari beberapa anak suku, yaitu
Moule, Meyah, Moskona, Mansim-borai, Kebar-karon timur (Mpur), dan Sough
Hatam.
Terdapat unsur kesenian, unsur sistem religi, unsur mata pencaharian, unsur
bahasa, dan sistem organisasi kemasyarakatan dalam masyarakat suku Arfak.

Hubungan suku arfak dengan suku lainnya berjalan dengan baik terbukti
dengan kelompok suku atau marga lain yang datang di kemudian hari dapat
memanfaatkan tanah berdasarkan aturan yang di tetapkan.

Suku Arfak bisa dikategorikan dalam suku termarjinalkan dikarenakan


masih kurangnya sarana dan prasana.

3.2 Kritik dan Saran


Sumber bacaan menyangkut Suku Arfak masih terbilang sedikit, sehingga
ada kesulitan dalam mencari materi.
Sebaiknya sumber bacaan dijadikan berupa buku, makalah, atau jurnal tentang
Suku Arfak dan suku-suku termarjinal lainnya. Agar nantinya sumber bacaan akan
lebih lengkap lagi. Dan juga suku-suku yang termajinal tersebut akan terangkat agar
dan lebih banyak orang yang tahu guna meningkatkan rasa toleransi antar suku, ras,
dan agama.

10
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/54781102/Kebudayaan-Masyarakat-Arfak-Papua#scribd (diakses
tanggal 11 januari pukul 21.00)
https://id-id.facebook.com/notes/paling-indonesia/menengok-kebudayaan-suku-
arfak/221977107844547 (di akses tanggal 11 Januari pukul 22.00)
https://ilmuseni.com/seni-budaya/kebudayaan-suku-arfak (di akses tanggal 12 Januari pukul 21.00)
Situmorang Marel. 2013. Strategi Adaptasi Masyarakat Arfak Dalam Pengelolaan
dan Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Cagar Alam Pegunungan Arfak. Skripsi.
Fakultas Kehutanan. Universitas Papua.

11
12

Anda mungkin juga menyukai