Anda di halaman 1dari 6

SENI RUPA DAN SENI KRIYA DALAM KESENIAN BEBEGIG

DI UPACARA NYANGKU PANJALU

Dosen Pengampu:
Khairul Mustaqin, S.Sn., M.Sn.

Disusun oleh:
Fahmi (203233060)

INSTITUSI SENI BUDAYA INDONESIA


FAKULTAS BUDAYA DAN MEDIA
ANTROPOLOGI BUDAYA
BANDUNG
2023
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul seni dan seni kriya dalam kesenian Bebegig dalam
Upacara Adat Nyangku di Panjalu, Ciamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui struktur, bentuk, makna dan fungsi. Tradisi ini di lakukan pada setiap
bulan Maulud atau Rabiul Awal. Dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengemukakan rumusan masalah mengenai adanya seni rupa dn seni kriya dalam
kesenian Bebegig dalam Upacara Adat Nyangku beserta bentuk, dan fungsi tradisi
Upacara Adat Nyangku pada masyarakat Panjalu. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini bertitik tolak dari rumusan masalah yaitu untuk menjelaskan
bagaimana peran seni rupa dan seni kriya dalam kesenian Bebegig didalam Upacara
Adat Nyangku untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk, dan fungsi
Kesenian Bebegig dalam Upacara Adat Nyangku pada Masyarakat Panjalu. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data yaitu studi pustaka, observasi, wawancara dan analisis data.
Berdasarkan Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa fungsi Kesenian Bebegig
merupakan kesenian dengan struktur dan fungsi pertunjukan. Ada beberapa tahapan
yaitu persiapan, kedua penyajian, dan tahap ketiga penutup.
PENDAHULUAN
Desa Panjalu merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Panjalu,
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Desa Panjalu terkenal dengan tradisi
Nyangku, dimana merupakan rangkaian prosesi adat penyucian benda-benda
pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora, para raja, dan bupati Panjalu
juga penerusnya yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Bumi alit sendiri adalah
museum tempat penyimpanan benda peninggalan yang terletak 200meter ke arah
selatan dari Situ Lengkong Panjalu. Benda-benda pusaka yang dimandikan, antara
lain, pedang zulfikar, keris pancaworo, bangreng, goong kecil, cis, keris komando,
dan trisula.

TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan antara lain untuk mengetahui ataupun meneliti, memberikan
informasi dan memenuhi tugas mata kuliah seni rupa dan kriya nusantara Prodi
Antropologi Budaya, Fakultas Budaya dan Media di Institut Seni Budaya Indonesia
Bandung.
PEMAPARAN
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, dan keseniannya di setiap
daerah memiliki karakteristik tersendiri dalam bidang budaya dan seninya. Salah
satu dari sekian banyaknya daerah yang memiliki budaya yaitu Kabupaten Ciamis.
Adapun upacara Nyangku atau mencuci benda yang digelar di lapangan Panjalu,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Tradisi upacara Nyagku diikuti oleh masyarakat Ciamis dan wisatawan atau
peziarah dari berbagai daerah dan pejabat tinggi juga menghadiri upacara Nyangku
ini, yang berarti bahwa semua lini masyarakat berpartisipasi dalam upacara
Nyangku yang dilaksanakan pada tahun di bulan Maulud, Pada saat yang sama,
Nabi Muhammad SAW.

Istilah Nyangku berasal dari kata yanko yang dalam bahasa Arab berarti
membersihkan. Tapi itu disesuaikan dan pengucapan berubah menjadi nyang saya.
Upacara tradisi Nyangku adalah tradisi mencuci benda pusaka peninggalan Prabu
Borosngora yaitu pedang Zulfikar cindramata dari Sayi dinaAli, senjata bela diri
Kujang Panjalu, Keris Stokkomando.

Banyak kesenian dari Kabupaten Ciamis yang ditampilkan ketika Upacara


Adat Nyangku itu sendiri, seperti kesenian Bebegig yang akan kita bahas.
PEMBAHASAN
Kesenian Bebegig merupakan kesenian dalam seni pertunjukan yang
menggunakan topeng yang menyerupai bentuk dari kepala singa seperti pada
topeng Barong, namun yang membedakannya yaitu pada topeng Bebegig ini
menggunakan rambut gimbal yang tersusun dari bunga rotan atau bunga curuluk
yang disebut bubuai.
Bebegig merupakan representasi penjaga lingkungan alam sekitar. Bebegig
berkaitan erat dengan wilayah sebelah Utara Desa Sukamantri, yang disebut
Tawang Gantungan, sebuah bukit dengan hutan larangan yang masih dianggap
keramat dan angker. Wilayah ini oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai bekas
kerajaan. Orang yang berkuasa di wilayah Tawang Gantungan pada waktu itu
adalah Prabu Sampulur, yang dikenal sakti dan juga cerdik. Untuk menjaga dari
gangguan orang yang punya niat jahat, dibuatlah topeng-topeng dari kulit kayu
yang sedemikian rupa menyerupai wajah yang menyeramkanKesenian Bebegig ini
sering ditampilkan dalam acara Nyangku Upacara Adat Panjalu. Kesenian Bebegig
pun kini marak ditampilkan dalam acara syukuran lainnya.

Kesenian Bebegig memiliki fungsi sosial bagi masyarakat daerah sekitar


sendiri dikarenakan di dalam kesenian Bebegig ini terdapat sebuah ikatan
solidaritas. Dalam pelaksaannya kesenian Bebegig telah mempererat hubungan
antar masyarakatnya, terbukti dengan kebersamaan saling gotong royong dan saling
membantu dalam pelaksanaanya.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian kesenian Bebegig dalam Upacara Adat Nyangku, kita
dapat mengetahui bahwa Upacara Adat Nyangku merupakan upacara adat warisan
dari nenek moyang yang masih menjadi tradisi turun temurun dalam masyarakat
desa Panjalu dan masih sangat dilestarikan bahkan Upacara Adat Nyangku telah
menjadi festival kebudayaan nasional. Dalam upacara adat nyangku, museum Bumi
Alit dan Situ Lengkong mempunyai hubungan satu sama lain dalam sejarah dan
kebudayaan Panjalu.

Tujuan dilaksanakanya upacara adat nyangku adalah untuk memperingati


Maulid Nabi Muhammad SAW, serta sebagai sarana untuk menjaga warisan
kebudayaan dan kesenian dari nenek moyang dan serta untuk mengapresiasi
kebudayaan yang banyak meliputi hal seperti kesenian, estetika, dan lain
sebagainya.

Nyangku saat ini bukan hanya pesta warga Panjalu tapi sudah sekala
Nasional sebagai warisan budaya. Sekaligus sebagai sarana silaturahmi antar
sesama warga panjalu. Nyangku menjadikan masyarakat Panjalu lebih berkarakter,
dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai