Anda di halaman 1dari 11

Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya

pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong


Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

PERTNJUKAN SENI TEREBANG GEBES GRUP CANDRALIJAYA


PADA ACARA HAJAT LEMBUR DI KAMPUNG CIRANGKONG
DESA CIKEUSAL KECAMATAN TANJUNGJAYA
KABUPATEN TASIKMALAYA
Diana Maulida Rahman1
Nanag Supriatna2
Toni Setiawan Sutanto2
Departemen Pendidikan Musik
Fakultas Pendidikan Seni dan Desain
Universitas Pendidikan Indonesia
indobatrabdg@gmail.com
email papap
email a toni

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya pada Acara
Hajat Lembur di Kampung Cirangkong Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten
Tasikmalaya, yang mengkaji permasalahan tentang bagaimana struktur pertunjukan dan fungsi
pertunjukannya. Temuannya mengenai struktur pertunjukan seni yang terbagi kedalam tiga bagian
meliputi bagian awal, bagian isi, dan bagian penutup, sedangkan fungsi seni diklasifikasikan
menjadi fungsi primer yaitu sebagai sarana ritual, ungkapan pribadi dan presentasi estetis.
Penelitian ini digali melalui metode deskriptif analitik, dengan pendekatan kualitatif yang alamiah,
ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan lewat data yang dikumpulkan.

Kata kunci: pertunjukan, terebang.

ABSTRACT

The title of this research is the art of Terebang Gebes Performance by Candralijaya Group in Acara
Hajat Lembur at Kampung Cirangkong, Cikeusal Village, Tanjungaya, Tasikmalaya Region, West
Java Province. This research aim to study about the stucture and the function of Terebang Gebes
Performance. The result of this research are about the stucture of the art performance are divided
into three section, the first is introduction, the second is content and the last is closing. Besides that,
the function of the art performance can be divided into primary and secondary function. The
primary function of art performance is as a place for personal ritual expression and artistic
presentation, and the secondary function of art performance are people‟s enggagement,
comunication media, interaction, education and economics. The research method of this study is
analitical descriptive with qualitative approach, this method used to answer the research problems
and questions which proposed in this study.

Key words: The performance, terebang.


Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

PENDAHULUAN Terbang gebes merupakan musik


ensambel yang memainkan beberapa alat
Indonesia merupakan Negara terebang (rebana), dikemas dalam bentuk
kepulauan yang kaya akan budaya dan pertunjukan dan bernuansa Islami. Pada
keragaman suku bangsa. Kekayaan suku mulanya pertunjukan terebang gebes juga
bangsa di Indonesia itu banyak melahirkan termasuk kedalam jenis kesenian
kebudayaan dan kesenian yang tradisional yang dalam pertunjukannya
berkembang di daerahnya masing-masing. memperlihatkan atau menonjolkan
Budaya merupakan kebiasaan atau cara kekuatan fisik. Tetapi seiring dengan
hidup sekelompok orang yang perkembangan zaman dan proses
keberlangsungannya diwariskan dari penyebaran agama Islam, terjadi perubahan
generasi ke generasi. Budaya yang lahir dalam struktur dan fungsi pertunjukannya.
dan berkembang ini menjadi kekayaan Pertunjukan terebang gebes saat ini lebih
yang dimiliki oleh masyarakat sebagai diutamakan untuk mengiringi shalawatan
pendukungnya. atau pupujian terhadap Allah SWT dan
Jawa Barat dikenal sebagai salah satu Rasulullah SAW serta mengiringi kesenian
provinsi di Indonesia yang dikenal akan vokal seperti beluk. Kesenian ini lebih
kekayaan dan ragam jenis kesenian diutamakan untuk hiburan sehari-hari,
tradisional yang hidup tersebar hampir di ritual keagamaan seperti peringatan hari-
seluruh kabupaten, salah satunya hari besar Islam, peringatan hari-hari besar
Tasikmalaya. Hal ini dapat dilihat dari Nasional, perayaan seperti hajat lembur,
kesenian yang baru lahir maupun kesenian hajatan pernikahan, khitanan, pindah
yang dikembangkan. Diantaranya ada rumah, kelahiran bayi, serta acara-acara
musik, tari, rupa, teater dan sebagainya. resmi pemerintahan. Formatnya berupa
Dalam perkembangannya, kesenian kelompok atau grup dengan menggunakan
tersebut akan menjadi sebuah identitas waditra terebang saja.
yang khas bersifat tradisional yang dimiliki Candralijaya merupakan nama sebuah
oleh warga itu sendiri dan tumbuh dalam group kesenian terebang gebes yang
lingkungan seni yang berbeda satu sama berasal dari Kampung Cirangkong Desa
lain. Kesenian juga dapat dikatakan sebagai Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya
warisan leluhur yang harus dilestarikan. Kabupaten Tasikmalaya. Nama
Maka dari itu, kesenian tradisional Candralijaya ini diambil dari nama seorang
merupakan suatu hal yang menarik untuk tokoh masyarakat yang mengembangkan
dikaji. kesenian ini yaitu Mbah Candrali dan nama
Di Cirangkong Desa Cikeusal sebuah lapangan sepak bola di Kampung
Kecamatan Tanjungjaya (pemekaran dari Cirangkong yaitu Candrajaya. Akhirnya
Kecamatan Sukaraja) Kabupaten sanggar ini diberi nama Sanggar
Tasikmalaya ini terdapat seni pertunjukan Candralijaya atas gagasan Ipin Saripin
yang memiliki daya tarik cukup besar. selaku pimpinan sanggar.
Salah satu seni pertunjukan tersebut adalah Tradisi hajat lembur pada prinsipnya
“Terebang Gebes”. Umumnya masyarakat adalah merupakan wujud ekspresi syukur
sekitar kampung cirangkong sudah masyarakat terhadap Allah SWT atas
mengenal akan kesenian ini pada saat musim panen. Hal ini bisa di lihat dari nilai
acara-acara tertentu, akan tetapi pengenalan dan makna yang terkandung di dalam
yang hanya sepintas menyebabkan prosesi tradisi ini, yang pada dasarnya
kurangnya pemahaman mengenai bukanlah semata-mata hanya acara ritual
pertunjukan seni yang mendalam terutama belaka, akan tetapi lebih jauh dari itu
masyarakat Kabupaten Tasikmalaya merupakan adanya keterkaitan antara
sendiri. sistem kepercayaan (cosmos), sistem
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

pengetahuan (corvus) dan praktik-praktik Mengacu pada permasalahan diatas,


masyarakat (praxis) dalam memaknai dan peneliti termotivasi untuk melakukan
menghargai arti lingkungan bagi penelitian terhadap struktur pertunjukan
kelangsungan hidupnya. dan fungsi pertunjukan seni terebang gebes
Disisi lain, perkembangan zaman dan ini agar bisa dikenal lebih luas dan
arus globalisasi yang begitu kuat seperti dipahami secara mendalam khususnya oleh
sekarang ini memberi banyak pengaruh masyarakat sekitar. Selain itu sebagai
secara tidak langsung terhadap generasi pelestarian kesenian tradisional agar tidak
muda dalam hal minat dan pelestarian dilupakan oleh masyarakat Jawa Barat
kesenian tradisional ini. Perkembangan terutama oleh masyarakat Kabupaten
zaman merupakan pengaruh terbesar Tasikmalaya.
terhadap perkembangan sebuah kesenian Setelah melakukan studi pendahuluan
tradisional ini. Salah satunya yaitu melalui observasi dan mengajukan
kesenian terebang gebes ini terbukti beberapa pertanyaan penelitian kepada
semakin sedikit diminati oleh warga sekitar grup kesenian tradisional terebang gebes
terutama para generasi muda. Hal ini grup Candralijaya di Kampung Cirangkong
menjadi tuntutan bagi para tokoh seniman Desa Cikeusal Kabupaten Tasikmalaya,
untuk mampu beradaptasi dengan serta uraian yang telah dipaparkan diatas,
perkembangan zaman tersebut agar peneliti merasa tertarik menelitinya dengan
kesenian ini bisa tetap dilestarikan. judul “Pertunjukan Seni Terebang Gebes
Keberlangsungan suatu kesenian Grup Candralijaya pada Acara Hajat
ditentukan oleh hubungan dinamis dan Lembur di Kampung Cirangkong Desa
selaras antara pelaku seni yang mewarisi Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya
dengan upayanya dalam melakukan Kabupaten Tasikmalaya”.
perkembangan, memperbaharui, serta Peneliti berharap semoga grup
melestarikan kesenian yang sudah ada kesenian terebang gebes grup Candralijaya
sebelumnya. Kesenian terebang gebes Kampung Cirangkong Desa Cikeusal
dapat tumbuh berkembang apabila Kabupaten Tasikmalaya ini dapat lebih
didukung oleh pelaku-pelaku seni yang dikenal, dilestarikan dan
kreatif, ada kemauan untuk melestarikan ditumbuhkembangkan oleh seluruh
serta mempertahankan keberlangsungan masyarakat, serta kegigihan Ipin Saripin
kesenian tersebut. selaku pimpinan kesenian terebang gebes
Maka dari itu, warga Kampung yang bertekad kuat dalam mencintai
Cirangkong Desa Cikeusal Kecamatan kesenian terebang gebes ini bisa
Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya membuahkan hasil yang lebih baik lagi
melaksanakan acara hajat lembur pada dikemudian hari.
setiap tahunnya sebagai wujud syukur Berdasarkan latar belakang penelitian
setelah musim panen tiba. Hajat lembur ini di atas, maka rumusan masalah penelitian
menampilkan pertunjukan terebang gebes ini adalah mengenai “Bagaimana
dan lima kesenian buhun khas Cirangkong pertunjukan seni terebang gebes grup
lainnya. Melihat dari pertunjukan yang Candralijaya pada Acara Hajat Lembur di
disajikan pada acara hajat lembur ini Kampung Cirangkong Desa Cikeusal
tentunya memiliki kekhususan yang belum Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten
semua orang mengetahuinya. Kekhususan Tasikmalaya”. Aspek-aspek yang akan
dalam hal ini diantaranya adalah struktur dikaji dalam penelitian ini disusun melalui
pertunjukan dan fungsi pertunjukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
kesenian terebang gebes. 1. Bagaimana struktur pertunjukan
seni terebang gebes Grup Candralijaya
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

pada acara Hajat Lembur di Kampung Menurut Sugiyono (dalam Hikmat,


Cirangkong Desa Cikeusal Kecamatan 2011, hlm. 30), metode penelitian
Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya? merupakan cara ilmiah yang digunakan
2. Bagaimana fungsi pertunjukan seni untuk mendapatkan data dengan tujuan
terebang gebes Grup Candralijaya pada tertentu. Oleh karena itu, dalam melakukan
acara Hajat Lembur di Cirangkong Desa penelitian ilmiah ada dua hal yang
Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya merupakan bagian tahap penelitian ilmiah
Kabupaten Tasikmalaya? yang penting dan harus dilakukan, yakni
pendekatan dan metode penelitian.
METODE Pendekatan kualitatif merupakan
tatacara penelitian yang menghasilkan
Metode merupakan proses, prinsip- deskriptif analitik, yaitu apa yang
prinsip dan prosedur yang digunakan untuk ditanyakan oleh sasaran penelitian yang
mendekati masalah yang muncul dan bersangkutan secara tertulis atau lisan, dan
mencari jawaban. Dalam sebuah penelitian, perilaku nyata. Penelitian deskriptif pada
untuk mendapatkan hasil yang sesuai umumnya dilakukan dengan tujuan utama,
dengan tujuan penelitian harus yaitu menggambarkan secara sistematis
menggunakan sebuah metode yang tepat. fakta dan karakteristik objek atau suatu
Pendekatan kualitatif sangat subjek yang diteliti secara tepat.
memungkinkan untuk meneliti fokus Menurut Hikmat (2011, hlm. 37)
permasalahan yang akan diteliti pada bahwa “Metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian ini secara mendalam, penelitian yang menghasilkan data
sehubungan dengan penelitian mengenai deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
pertunjukan seni terebang gebes grup lisan dari orang-orang yang berprilaku
Candralijaya pada acara hajat lembur di yang diamati”. Maka dari itu, pada
Kampung Cirangkong Desa Cikeusal penelitian ini peneliti menggunakan
Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten pendekatan kualitatif dengan metode
Tasikmalaya. deskriptif. Karena metode ini dilakukan
Penelitian merupakan upaya untuk meniliti suatu objek dan kondisinya
sistematis dan objektif untuk mempelajari yang bertujuan untuk membuat deskripsi
suatu masalah dan menemukan prinsip- penggambaran secara sistematis terhadap
prinsip umum yang juga berarti upaya masalah yang dikaji, serta bersifat alamiah
pengumpulan informasi yang bertujuan (naturalistik).
untuk menambah pengetahuan. Penelitian deskriptif merupakan
Dikemukakan oleh Sugiyono (dalam metode penelitian yang berusaha
Hikmat, 2011, hlm. 30) kegiatan penelitian menggambarkan dan menginterpretasikan
dilakukan dengan tujuan menemukan, objek sesuai dengan apa adanya. Secara
membuktikan, dan mengembangkan harfiah metode deskriptif adalah metode
pengetahuan tertentu. Dengan ketiga hal penelitian untuk membuat gambaran
tersebut, dapat digunakan untuk mengenai situasi atau kejadian, sehingga
memahami, memecahkan, dan berkehendak mengadakan akumulasi data
mengantisipasi masalah. Namun, untuk dasar. Penelitian ini juga sering disebut
melakukan penelitian dengan hasil noneksperimen, karena pada penelitian ini
kebenaran atau sesuatu yang mendekati peneliti tidak melakukan control dan
kebenaran tidaklah mudah. Diperlukan cara memanipulasi variable penelitian.
yang tepat sebagai strategi penelitian, Deskriptif analitik digunakan untuk
sehingga penelitian dapat mencapai sasaran memecahkan masalah yang aktual dengan
berupa jawaban dari masalah atau jalan mengumpulkan data, menyusun data,
kebenaran. menganalisis data dan menafsirkan data.
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Dengan demikian, metode ini dilakukan terebang gebes ini memiliki beberapa
dengan cara intensif, terinci dan mendalam. tahapan. Tahapan tersebut meliputi bagian
Metode ini juga digunakan untuk menggali pembuka, bagian isi, bagian penutup atau
berbagai data yang dibutuhkan mengenai bagian akhir. Semua tahapan tersebut
struktur pertunjukan terebang gebes grup terlebih dahulu telah tersusun dan
Candralijaya dan fungsi pertunjukannya terkonsep sedemikian rupa melalui proses
untuk memecahkan segala permasalahan dan hasil garapan proses penyajian
yang ada. pertunjukan serta penataan secara menarik.
Pada bagian pertama, pola tabuh
HASIL DAN PEMBAHASAN perkusif satu suara yang sederhana namun
berkhas dan memiliki aksen pada ketukan
1. Struktur Pertunjukan Seni Terebang pertama sebagai tanda telah dimulainya
Gebes pada Acara Hajat Lembur pertunjukan. Pada bagian ini bisa dikatakan
sebagai pemanasan para penabuh terebang.
Untuk membedah struktur pertunjukan
Setelah tahap bagian pertama dianggap
seni terebang gebes Grup Candralijaya,
cukup, selanjutnya mulai bagian kedua
peneliti menggunakan teori-teori dari para
dengan dua pola tabuhan yaitu dogdog dan
ahli yang mampu membedah data-data dari
dan balaganjur dengan disusul masuknya
hasil temuan penelitian di lapangan. Salah
beluk. Pada bagian ini penabuh terebang
satunya teori yang menjelaskan mengenai
mulai menaikan adrenalinnya agar menarik
struktur pertunjukan yaitu menurut
perhatian penonton didukung oleh suara
Djelantik (1999, hlm. 37) bahwa “kata
beluk yang sangat memukau sehingga
struktur mengandung arti bahwa di dalam
penonton dengan mudahnya dapat terbawa
karya seni terdapat suatu pengorganisasian,
suasana pertunjukan. Setelah bagian kedua
ada hubungan tertentu antara bagian-bagian
selesai, masuklah ke tahapan selanjutnya
yang tersusun itu”. Pendapat tersebut
yaitu bagian ketiga. Bagian ini bisa
berhubungan dengan struktur pertunjukan
dikatakan bagian penutup, yang mana
seni terebang gebes grup Candralijaya
kembali memainkan pola tabuh pertama
terutama pada tahapan-tahapan atau
yaitu jeungjleung dan pola tabuh dogdog
susunan pertunjukannya.
saja. Pada bagian ini juga beluk lebih dulu
Sebelum pertunjukan seni terebang
berhenti dari waditra terebang.
gebes dimulai, acara hajat lembur di
Pada sebuah pertunjukan kesenian
Kampung Cirangkong dibuka oleh seorang
tradisional, masing-masing akan berbeda
pembawa acara yang memandu acara.
struktur pertunjukannya. Perbedaan
Selanjutnya sambutan-sambutan dari
pertunjukan itu dilihat dari budaya
beberapa tokoh masyarakat diantaranya
masyarakat dan perbedaan adat istiadat
Bapak Ipin Saripin selaku Pimpinan Grup
yang akan memunculkan keanekaragaman
Kesenian Candralijaya, Ibu Neneng selaku
kesenian tradisional. Dalam struktur
pelopor adanya acara hajat lembur
pertunjukan terebang gebes di Kampung
Kampung Cirangkong, Perwakilan dari
Cirangkong Desa Cikeusal Kecamatan
Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya, dan
Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya ini
salah satu perwakilan tokoh masyarakat.
prosesnya sangat sederhana tidak harus
Setelah itu, sambil menyantap hidangan
dengan aturan yang formal, yang terpenting
yang disediakan masyarakat Cirangkong,
esensi dari kesenian terebang gebes dapat
ada beberapa kesenian yang ditampilkan
ditampilkan sebagai wujud syukur dan
sebelum terebang gebes seperti
hiburan bagi masyarakat Cirangkong.
tutunggulan, rengkong, lais, dan lain-lain.
Pertunjukan ini pula merupakan sebuah
Seni terebang gebes dipertunjukan
ungkapan nilai-nilai budaya yang
pada akhir pertunjukan. Pada pertunjukan
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

mengajarkan sifat kesederhanaan yang pertunjukan seni terebang gebes terdapat


harus selalu diterapkan dalam kehidupan pada bagian dua.
sehari-hari. Hal ini tidak hanya dilihat dari Isi dari pertunjukan seni terebang
struktur pertunjukannya saja, tetapi bisa gebes ditandai dengan mulainya perubahan
juga dilihat dari busana yang biasa mereka pola ritmik dari jeungjleung ke pola ritmik
kenakan. dogdog. Setelah itu, pelantun beluk
Pertunjukan terebang gebes yang berkolaborasi antara penabuh terebang dan
berada di Kampung Cirangkong Desa pelantun beluk.
Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Pada bagian ini masih menggunakan
Kabupaten Tasikmalaya kali ini disajikan pola ritmik dogdog yang berfungsi sebagai
dengan berkolaborasi dengan kesenian penanda menuju bagian inti. Akan tetapi,
beluk yang merupakan kesenian tarik suara beberapa waktu kemudian terdapat beluk
(vokal). Beluk yang dimaksud disini yang berbunyi Au dengan iringan pola
berbeda dengan pengertian beluk secara ritmik dogdog.
teori yang meyebutkan bahwa beluk Setelah itu terdapat frase beluk yang
merupakan sebuah pergelaran wawacan baru aeo selama beberapa waktu dengan
(cerita yang dinyanyikan) sedangkan beluk iringan pola ritmik dogdog, setelahnya
dalam hal penelitian hanya menyanyikan terdapat satu bar ala dan satu bar e dengan
nada-nada tinggi tanpa adanya syair iringan pola ritmik jeungjleung. Fungsi dari
maupun cerita. Hal ini merupakan bukti pola ritmik jeungjleung disini merupakan
bahwa kesenian di Indonesia sangat sebuah jembatan dimana pada bar
beragam atas budayanya. Beikut sebelumnya menggunakan pola ritmik
merupakan penjelasan struktur pertunjukan dogdog, selanjutnya menggunakan iringan
seni terebang gebes. pola ritmik balaganjur dengan frase yang
Struktur pertunjukan seni terebang baru pula. Pada bagian ini terdapat frase
gebes Grup Candralijaya diawali dengan baru lagi lantunan eee dengan pola ritmik
monofonik (satu suara). Sebelum semua yang berbeda dari sebelumnya, yaitu pola
instrument mulai, ada satu terebang yang ritmik balaganjur. Hal ini menunjukan
bermain sendiri selama empat ketuk bahwa setiap frase yang dilantunkan oleh
sebagai pembuka atau kode. Pola ritmik ini pemain beluk, selalu berubah-ubah sesuai
merupakan tabuhan sederhana yang kebutuhan dan keinginan pelantun beluk itu
bernama Jeungjleung. Meskipun peneliti sendiri. Dan dengan adanya perubahan pola
hanya menulis pola jeungjleung 10 bar ritmik, hal ini menunjukan memasuki
saja, akan tetapi pada kenyataannya bagian puncak sebuah pertunjukan terebang gebes.
ini lebih banyak dan fleksibel karena Bagian ini berlangsung sangat lama karena
memang tidak bisa dintentukan sesuai pada bagian ini terlibat interaksi antara
kebutuhan saat pertunjukan. Setelah pemain dan penonton.
beberapa menit kemudian, terebang 2 Hal ini menunjukan bahwa seni
memainkan pola ritmik yang berbeda terebang gebes bukan hanya sebuah
dengan memainkan arsis dari terebang 1 pertunjukan untuk ditonton saja. Akan
dan terebang 3. Pola ini dinamakan pola tetapi, pertunjukan ini memiliki daya tarik
ritmik dogdog. Dengan munculnya pola yang kuat sehingga penonton dapat
tabuh dogdog menunjukan bahwa para menikmati dan mengekspresikan dirinya
penabuh terebang akan memasuki bagian seakan-akan penonton juga memiliki peran
dua dimana pada bagian dua ini merupakan yang sama penting dalam proses
puncak pertunjukan seni terebang selain pertunjukan ini.
pola tabuh yang bervariasi, lantunan beluk Selanjutnya, bagian ketiga merupakan
juga dimulai pada bagian ini. Hal ini bagian penutup. Bagian ini merupakan
membuktikan bahwa isi atau inti dari proses dimana pertunjukan akan berakhir.
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Baik sebelumnya menggunakan pola ritmik pada zaman dahulu benar-benar menjadi
dogdog, maupun balaganjur. ajang adu kasakten dengan bantuan ilmu
gaib (magis). Tempatnya pun tidak bisa
sembarangan seperti zaman sekarang, ritual
2. Fungsi Pertunjukan Seni Terebang
ini biasanya digelar disebuah gunung bukit
Gebes pada Acara Hajat Lembur
yang dekat dengan perkampungan. Untuk
Seni pertunjukan di Indonesia ritual saat ini, pertunjukan terebang gebes
memiliki berbagai fungsi primer dan hanya dilaksakan pada saat perayaan hari
sekunder pada setiap zaman, setiap ethnic, besar Islam saja untuk mengiri shalawatan
serta lingkungan masyarakatnya. (Wawancara Ipin Saripin, September
Pembagian fungsi primer menjadi tiga atas 2015).
„siapa‟ yang menjadi penikmat seni Menurut hasil wawancara diatas,
pertunjukan itu sendiri. Hal ini penting kita pertunjukan seni terebang gebes sudah
perhatikan, karena seni pertunjukan disebut mengalami perubahan. Maka dari itu,
juga seni pertunjukan karena dipertunjukan peneliti menyimpulkan bahwa fungsi
bagi penikmatnya. pertunjukan seni terebang gebes sebagai
Seiring berjalannya waktu dan ritual sampai saat ini masih ada. Akan
semakin berkembangnya kebutuhan tetapi, bentuk pertunjukan dan acara yang
masyarakat, fungsi seni terus mengalami digelarnya sudah berbeda. Hal ini
perkembangan fungsi seni pertunjukan membuktikan bahwa pertunjukan terebang
yang disesuaikan dengan kebutuhan gebes yang berfungsi sebagai ritual hanya
masyarakat setempat. dilaksanakan pada perayaan hari Islam saja,
Dari sisi fungsinya, keberadaan dan tidak dipertunjukan untuk upacara ritual
kemampuan bertahan kesenian terebang lain, terutama perayaan hari besar agama
gebes di Kampung Cirangkong Desa lain.
Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Fungsi yang kedua adalah sebagai
Kabupaten Tasikmalaya berkaitan dengan ungkapan pribadi atau hiburan pribadi.
fungsi-fungsi. Fungsi pertunjukan terbagi Menurut Soedarsono (2002, hlm.123)
menjadi 3, yaitu: (1) Kesenian tradisional “Seni pertunjukan jenis ini penikmatnya
sebagai sarana ritual; (2) Kesenian harus melibatkan diri dalam pertunjukan”.
tradisional sebagai sarana hiburan pribadi; Hal ini membuktikan bahwa pertunjukan
(3) Kesenian tradisional sebagai presentasi seni terebang gebes dalam acara hajat
estetis. Berkaitan dengan fungsi-fungsi lembur setiap setelah musim panen tiba
itulah maka hingga kini kesenian merupakan ungkapan pribadi atau hiburan
tradisional terebang gebes mampu pribadi terutama masyarakat Kampung
bertahan sebagai bagian dari kehidupan Cirangkong Desa Cikeusal. Hal ini
masyarakat setempat. merupakan pengungkapan rasa syukur
Fungsi Sekunder menurut Caturwati terhadap hasil panen nya. Kesenian
(2008, hlm.12) mengemukakan bahwa terebang gebes menjadi bagian tak
“Adapun fungsi sekunder apabila seni terpisahkan dari pelaksanaan acara
pertunjukan bertujuan bukan untuk tersebut.
dinikmati, tetapi untuk kepentingan yang Fungsi primer ketiga adalah fungsi
lainnya”. seni sebagai presentasi estetis. Menurut
Pertunjukan seni terebang gebes Soedarsono (2002, hlm. 216)
sebagai sarana ritual adu kasaktek mengemukakan bahwa: “Pada umumnya
dilaksanakan pada zaman dulu saja seni yang berfungsi sebagai presentasi
sebelum Syekh Abdul Muhyi menyebarkan estetis penyandang dana produksinya
agama Islam di tatar Sukapura. Karena (production cost) adalah pembeli karcis”.
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Hal ini menjelaskan bahwa fungsi menampilkan beberapa kesenian khas


pertunjukan seni yang ditampilkan Cirangkong. Hal ini membuktikan fungsi
merupakan sebuah penampilan yang seni sebagai pengikat kebersamaan yang
pendanaannya bergantung kepada dana sebelumnya jarang terjadi yaitu dengan
produksi yang biasanya berasal dari karcis. adanya acara ini secara tidak sadar semua
Akan tetapi, pertunjukan seni terebang masyarakat berkumpul dan bersilaturahmi..
gebes pada acara hajat lembur tidak Fungsi yang kedua yaitu sebagai
melibatkan fungsi ini. Tetapi tidak sarana komunikasi atau interaksi. Hal ini
menuntut kemungkinan jika pertunjukan bisa dilihat dari peranan kesenian dalam
seni terebang gebes pada acara lain yang kehidupan ini ditentukan oleh keadaan
pendanaan pelaksanaannya menyandang masyarakat, maka dari itu dengan adanya
dana produksi. fungsi pertunjukan seni sebagai sarana
Dalam pelaksanaan ketiga fungsi komunikasi meningkatkan kondisi
tersebut tidak selalu berlangsung sendiri- masyarakat dalam hal pengembangan
sendiri. Pelaksanaannya tidak selalu kesenian.
terpisah dengan fungsi yang lain. Dalam Fungsi yang ketiga yaitu sebagai
satu pertunjukan sangat memungkinkan ekonomi (mata pencaharian). Meskipun
berlangsungnya beberapa fungsi sekaligus. pemain terebang gebes memiliki mata
Sebagai contoh, pertunjukan kesenian pencaharian sebagai petani, selain atas
terebang gebes selain berfungsi sebagai dasar kecintaan para seniman terhadap
sarana ritual, namun pada saat bersamaan kesenian terebang gebes ini, pertunjukan
ternyata fungsi lain pun mengikutinya, seni terebang gebes memiliki fungsi
misalnya fungsi sebagai sarana hiburan, sebagai mata pencaharian. Hal ini
dan presentasi estetis. dibuktikan dengan adanya pertunjukan
Sedangkan fungsi sekunder memiliki terebang gebes pada undangan acara-acara
tujuan bukan untuk dinikmati. Seperti yang dilaksanakan pelaksana hajat seperti
menurut Caturwati (2008, hlm.12) festival seni, khitanan, dan syukuran
mengemukakan bahwa: “adapun fungsi merupakan sebuah pertunjukan yang
sekunder apabila seni pertunjukan mendatangkan materil. Maka dari itu, seni
bertujuan bukan untuk dinikmati, tetapi pertunjukan terebang gebes memiliki
untuk kepentingan yang lainnya, atau fungsi sebagai mata pencaharian.
multifungsi, antara lain sebagai pengikat Selanjutnya, fungsi seni terebang
kebersamaan, media komunikasi, interaksi, gebes sebagai edukasi. Pertunjukan
ajang gengsi, ajang bisnis dan mata terebang gebes dimanapun bisa dikatakan
pencaharian”. Hal ini menjelaskan bahwa sebagai edukasi. Hal ini terjadi ketika
adanya fungsi yang tidak terlihat secara sebuah pertunjukan terebang gebes
kasat mata pada saat pertunjukan. Maka dilaksanakan di masyarakat Cirangkong
dari itu, tidak menutup kemungkinan maupun masyarakat di luar Cirangkong,
apabila ada perubahan fungsi seni sekunder menjadi sebuah pendidikan salah satu
dari waktu ke waktu. kebudayaan yaitu kesenian buhun yang
Fungsi sekunder sebagai pengikat mengenalkan salah satu kesenian
kebersamaan ini terjadi pada saat tradisional yang masih bertahan. Selain itu,
pertunjukan terebang gebes bisa dilihat pertunjukan terebang gebes sebagai
dari sebelum dimulainya pertunjukan. edukasi terhadap masyarakat untuk
Dengan adanya acara hajat lembur, baik mempertahankan dan lebih meningkatkan
masyarakat Kampung Cirangkong maupun apresiasi masyarakat terhadap warisan
apresiator, berkumpul di suatu tempat budaya yang ada. Terbukti masyarakat
untuk menyaksikan bersama-sama setempat pada saat ini masih menghargai
pelaksanaan acara hajat lembur yang dan melaksanakan pertunjukan tersebut.
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Sehingga kesenian terebang gebes sampai waditra terebang ataupun penambahan


saat ini masih bertahan dan hidup dalam properti-properti yang dibutuhkan sesuai
masyarakat pendukung sebagai pemilik dengan pertunjukannya. Tujuan utama
kesenian itu sendiri. Hal ini juga pertunjukan kesenian-kesenian pada acara
berhubungan dengan manfaat penelitian ini hajat lembur khas Cirangkong, salah
yaitu menambah ilmu dan wawasan yang satunya seni terebang gebes yaitu sebagai
luas serta pengalaman yang nyata. wujud syukur atas musim panen tiba.
Merujuk pada rumusan masalah
KESIMPULAN mengenai struktur pertunjukan dalam
pertunjukan seni terebang gebes Grup
Berdasarkan proses dan hasil temuan Candralijaya, peneliti menyimpulkan
dilapangan mengenai pertunjukan seni bahwa dalam pertunjukannya, Grup
terebang gebes grup Candralijaya pada Candralijaya terbagi kedalam tiga bagian,
acara hajat lembur di Kampung yaitu bagian pertama sebagai pembukaan
Cirangkong Desa Cikeusal Kecamatan yang hanya memainkan waditra terebang
Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya, yang saja dengan satu pola ritmik sederhana,
mengungkap tentang struktur pertunjukan bagian kedua yang terdiri atas tiga jenis
dan fungsi pertunjukan dapat disimpulkan pola ritmik dan berkolaborasi dengan
bahwa kesenian terebang gebes merupakan kesenian beluk, dan bagian ketiga yang
sebuah seni tradisi buhun yang telah terdiri dari dua jenis pola ritmik diakhiri
berkembang sejak dulu. Meskipun pada dengan pola sederhana yang digunakan
awalnya fungsi seni terebang gebes adalah pada bagian pertama.
sebagai ritual adu kasakten (adu kesaktian), Fungsi pertunjukan dalam
akan tetapi dengan perkembangan agama pertunjukan seni terebang gebes Grup
Islam, kini berubah fungsi menjadi sebuah Candralijaya, dibagi menjadi dua bagian
seni pertunjukan sebagai sarana ritual, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder.
hiburan dan presentasi estetis. Selain itu, Fungsi primer meliputi fungsi seni sebagai
seni terebang gebes juga menjadi sebuah sarana ritual, fungsi seni sebagai sarana
kesenian yang tidak hanya dipertunjukan hiburan, fungsi seni sebagai sarana
pada acara yang diadakan masyarakat presentasi estetis. Dan fungsi sekunder
Kampung Cirangkong, akan tetapi bisa pada pertunjukan seni terebang gebes
ditampilkan pada acara-acara lain. Sejak meluputi pengikat kebersamaan, media
keberadaan grup Candralijaya, kesenian ini komunikasi, interaksi, ekonomi (mata
telah mengalami perkembangan. Baik itu pencaharian) dan edukasi.
dalam penambahan anggota, penambahan

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan artikel jurnal

Caturwati, Endang. (2008). Tradisi Sebagai Tumpuan Kreatifitas Seni. Bandung:


Sunan Ambu STSI Press
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika : Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Esten, M. (2001). Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa Budaya.


Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana
Lembaga Sastra & Sastra Sunda. (1975). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung:
Tarate.
Hikmat, Mahi M. (2011). Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Khayam, Umar. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Margono, S. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Murgianto, Sal. (1996). Cakrawala Pertunjukan Budaya, Mengkaji Batas dan Arti
Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya & MSPI.
Nano, S & Engkos, Warnika. (1983). Pengetahuan karawitan Sunda. Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Sedyawati, Edi. (2002). Seni Pertunjukan. Jakarta: Groiler.
Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Sukmadinata, Nana Saodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda Karya.
Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Soedarsono. (2003). Seni Pertunjukan Dari Perspektif, Sosial, dan Ekonomi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soepandi, Atik. (1975). Dasar-dasar Teori Karawitan. Bandung: Lembaga
Kesenian Bandung.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya
Jakarta: Bumi Aksara
UPI. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

2. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Departemen


Pertunjukan Seni Terebang Gebes Grup Candralijaya
pada Acara Hajat Lembur di Kampung Cirangkong
Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya

Pendidikan Nasional

3. Sumber online dan bentuk lain

Abadi, Wais Alqorni. (2015). Pertunjukan Seni Angklung Sered Balandonga


Grup Tunggal Jaya di Desa Sukaluyu Kecamatan Mangunreja Kabupaten
Tasikmalaya. Skripsi S1 pada FPSD UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/06/21-pengertian-seni-menurut-para-ahli.html
http://bappeda.sumedangkab.go.id/artikel-1-kearifan-lokal--tradisi-hajat-lembur-dalam-
perspektif-dinamika-cara-pandang-orang-sunda-terhadap-lingkungannya.html

Anda mungkin juga menyukai