Anda di halaman 1dari 19

Vol. 12. No. 2.

Juli - Desember 2016


ISSN. 1907-4859

Garak Jo Garik
Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni

Pengarah
Pengelola penerbitan Jurnal ISI Padangpanjang

Penanggung Jawab
Ketua Prodi Seni Tari ISI Padangpanjang

Ketua Penyunting
Dr. Erlinda, S.Sn., M.Sn

Tim Penyunting
Dra. Yusfil, M.Hum
Dra. Surherni, M.Sn
Hartati, M, S.Kar., M.Hum

Mitra Bebestari
Prof. Dr. RM Soedarsono
Prof. Mohd Anis MD. Nor, Ph.D
Prof. Dr. Y. Sumandiyo Hadi, SU
Dr. Atmazaki, M.Pd

Redaktur
Dr. Rasmida, S.Sn., M.Sn
Dra. Yarlis, M.Sn

Penterjemah
Dio Wahyu Asra Putra

Tata Letak & Desain Sampul


Olvyanda Ariesta, S.Pd., M.Sn
Candra, S.Kom
Wira Dharma Prasetya, S.Kom

Web Jurnal
Rahmadhani

Alamat Redaksi
Program Studi Seni Tari Institut Seni Indonesia Padangpanjang
Jln. Bahder Johan Padangpanjang 27128. Telp. 0752-82077
Fax. 0752-82803 Website : journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/Garak
email: garakjogarik@gmail.com

GARAK JO GARIK: JURNAL PENGKAJIAN DAN PENCIPTAAN SENI diterbitkan oleh Program
Studi Seni Tari ISI Padangpanjang di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat (LPPMPP) ISI Padangpanjang. Jurnal ini terbit dua kali dalam setahun
pada bulan Januari-Juni dan Juli- Desember

Penyunting menerima sumbangan tulisan tentang seni yang belum pernah diterbitkan dalam
media lain. Naskah diketik di atas HVS kuarto spasi ganda antara 20-35 halaman dengan
format seperti tercantum pada halaman kulit bagian belakang. Naskah yang masuk akan
dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata letak tanpa mengurangi
isi. Isi tulisan adalah tanggungjawab dari penulis.
ESTETIKA TARI PIRING LAMPU TOGOK
DI DESA GURUN BAGAN KELURAHAN VI SUKU SOLOK
SUMATERA BARAT

Anak Agung Istri Agung Citrawati


Program Studi Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia Padangpanjang
Sumatera Barat, Indonesia
E-mail :

ABSTRAK
Tari Piring Lampu Togok merupakan tarian yang terdapat di desa Gurun Bagan
Kelurahan VI Suku Solok. Tari Piring Lampu Togok ini ditarikan oleh laki-laki
maupun perempuan berjumlah genap 2 sampai 10 orang dengan cara berpasangan
memakai properti piring yang diujung jari tengahnya dipasang cincin yang terbuat
dari dama atau buah kemiri dan lampu togok yang masih menyala diletakkan di
atas kepala dengan membawakan gerak-gerak tari yang bersumber dari manusia,
alam, dan binatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk,
estetika tari Piring Lampu Togok di desa Gurun Bagan Kelurahan VI Suku Solok.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah
deskriptif analisis. Teori yang digunakan sebagai kerangka dasar dalam berpikir
untuk mengkaji fenomena ini antara lain teori bentuk dari Jacqualine Smith dan
teori estetika dari A.A.M. Djelantik. Hasil penelitian ini mengungkapkan bentuk,
estetika yang terdapat dalam tari Piring Lampu Togok. Nilai estetika tari Piring
Lampu Togok tercermin pada unsur-unsur yang membentuk tari Piring Lampu
Togok, yaitu adanya gerak, penari, properti, pola lantai, rias busana, musik, dan
tempat pertunjukan.
Kata Kunci : Tari Piring, Lampu Togok, bentuk, estetika.

ABSTRACT
Togok lamp plate is a dance from Gurun bagan village VI suku Solok. Togok lamp
plate dance is danced by both men or women with the even number, from 2 to 10
people in pairs using the property like a plate and on the middle finger is placed a
kind of ring that made from dama or pecan fruit with lights that are still lit up on
their head by bringing dance movements that come from humans, nature, and
animals. The purpose of this research is to known about the shape, aesthetics of
togok lamp plate dance in Gurun bagan village VI suku Solok. This research is a
qualitative research with descriptive analysis method. The theories that used as
the basic framework in thinking to examine these phenomena are the form theory
of Jacqualine Smith and the aesthetic theory of A.A.M. Djelantik. The results of
this study is to reveal the form of aesthetics that contained in togok plate dance.
The aesthetic value of togok lamp plate dance is reflected in elements that formed
the dance, which is the existence of motion, dancers, properties, floor patterns,
dressing, music, and the venue.
Keywords: Plate dance, togok lamp, form, aesthetics.
:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 38
PENDAHULUAN pertumbuhan dan perkembangan seni
budaya Minangkabau terdapat di dua
Minangkabau sebagai daerah
daerah, yaitu daerah darek dan daerah
seni budaya memiliki beraneka ragam
pesisir. Masing-masing daerah
jenis kesenian tradisional yang tumbuh
menunjukan ciri khas dalam
dan berkembang sesuai dengan
perwujudan tari tradisionalnya.
perkembangan teknologi saat ini. Hal
Tarian darek geraknya kaku
tersebut disebabkan karena kesenian
berkesan berat dan tenang, sedangkan
tradisional Minangkabau tumbuh dari
tarian pesisir gerakannya lebih lincah,
hasil aktivitas dan kreativitas
ringan dan banyak variasi serta
masyarakat di nagari-nagari.
menggunakan tenaga yang lebih kuat,
Kehidupan masyarakat pendukung dan
sehingga memberi kemungkinan
kondisi lingkungan mereka jelas akan
terhadap pencak dan tari, yang
mempengaruhi bentuk dan wujud
memiliki perbendaharaan gerak yang
kesenian yang tumbuh dan berkembang
sama, tetapi yang membedakan adalah
di lingkungan tersebut.
tujuannya. Pencak bertujuan untuk
Budaya Minangkabau terdiri
membela diri, sedangkan tari
atas banyak sub budaya yang terikat
bertujuan mengekspresikan keindahan
dalam ikatan nagari-nagari. Oleh
(Edi Sedyawati,1981: 68). Di tiap
karenanya tidak mustahil masing-
daerah Minangkabau mempunyai
masing nagari itu mempunyai jenis
berbagai macam tari, seperti tari
kesenian yang berbeda, baik secara
Pasambahan, Silat, tari Piring dan
fisik maupun non fisik. Kondisi ini
Randai yang teknis penyajiannya
dapat dipahami karena adat istiadat
ditampilkan dengan pengembangan
masyarakat setempat sangat
unsur gerak serta gaya yang berbeda,
berpengaruh dalam pelahiran bentuk
yang menunjukan ciri khas daerahnya
kesenian tersebut. Oleh sebab itu,
masing-masing. Musik pengiringnya,
kesenian di Minangkabau mempunyai
menggunakan instrumen, seperti
perbedaan sesuai dengan nagari di
talempong, gandang, pupuik, sarunai
mana kesenian itu tumbuh dan
,saluang dan dendang. Dalam hal
berkembang. Hal ini disebabkan karena
penataan busana, tiap daerah memiliki

39 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


persamaan dan perbedaan seperti Bathin silat mencari Tuhan
celana galembong hitam atau endong Tari Piring adalah kesenian
hitam dan baju lapang hitam, dan yang ada disetiap nagari atau desa di
perbedaannya terdapat pada pemakaian Minangkabau. Tari piring dimulai
destar atau deta dan sisamping atau masyarakat agraris, dimana hampir
ikat pinggang. seluruh nagari mempunyai tari piring
Masyarakat Minangkabau hidup dengan ciri khasnya masing-masing.
dalam suasana kekeluargaan yang Keadaan demikian memungkinkan
begitu kental, sehingga menyebabkan adanya dinamika kebudayaan yang
hasil karya seninya banyak yang berlangsung melalui perpindahan
seragam dan memiliki kesamaan, salah penduduk untuk membuka lahan
satunya tari piring. Gerak–gerak dalam pertanian baru. Menurut A.A. Navis,
tari piring umumnya berasal dari gerak karateristik tari Piring digolongkan
silat. Oleh karena itu zaman dahulu dalam kesenian darek yang
laki-laki di Minangkabau belajar silat menggambarkan para petani dengan
di surau dengan tujuan selain untuk hasil panen yang melimpah (Navis,
membela diri juga belajar ilmu agama. 1989: 80). Tarian ini menggambarkan
Sebagaimana disebutkan pepatah rasa kegembiraan musim panen tiba.
Minangkabau. Para pemuda mengayunkan gerak
Musuah pantang dicari, langkah dengan menunjukkan
Basuo pantang dielakan kebolehannya memainkan piring di
Jago tali jan putuih, tangannya yang ditampilkan dengan
Jago raso jan ilang ekpresi wajah penuh perasaan gembira.
Lahia silek mancari kawan, Adapun penggunaan properti piring,
Batin silek mancari Tuhan menggambarkan hasil panen yang
Bahasa Indonesianya : mencukupi penduduk setempat, yang
Musuh pantang dicari, diungkapkan dengan ekpresi rasa
Bertemu pantang dielakan gembira, yang sangat atraktif dan unik
Jaga tali jangan putus dalam memainkan piring dengan tanpa
Jaga rasa jangan ilang takut jatuh.
Lahir silat mencari teman

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 40


Dari sekian banyak tari piring tersebut akan menghasilkan bunyi
yang hidup di nagari-nagari di piring yang menimbulkan suasana
Minangkabau, yang menarik untuk kegembiraan sesudah panen padi.
dibahas adalah tari piring yang hidup di Lampu togok dijadikan sebagai
Solok yang diberi nama oleh penerangan bagi masyarakat Gurun
masyarakat setempat “Tari Piring Bagan pada saat itu. Kemudian piring
Lampu Togok” sebagai bentuk dan lampu togok pun dijadikan
kesenian yang hidup dan berkembang pelengkap dalam tari ini, yang
saat sekarang. kemudian terbentuklah tari Piring
Lampu Togok. Dan dari dulu hingga
PEMBAHASAN saat ini gerakan dalam tari Piring
A. Keberadaan Tari Piring Lampu Lampu Togok ini masih dilakukan
Togok dengan gerakan-gerakan yang sama,
begitu pula dengan musik, busana,
Tari Piring Lampu Togok berasal
properti yang digunakan yang terdapat
dari Desa Gurun Bagan, Kelurahan VI
dalam tari Piring Lampu Togok ini
Suku, Kecamatan Lubuak Sikarah Kota
belum mengalami perubahan dari
Solok, diciptakan tarian dalam bentuk
dahulu hingga sekarang.
gerakan tari Randai yaitu gerakan-
Umar Kayam mengatakan bahwa
gerakan randai yang telah dirubah
kesenian adalah salah satu penyanggah
dalam bentuk tari, yang dirangkai
kebudayaan (Umar Kayam, 1981: 80).
menjadi satu gerakan tari sehingga
Secara historis, tari Piring Lampu
terbentuklah tari Piring Lampu Togok
Togok berasal dari Kabupaten Solok,
(Wawancara Elvi Wirman, 15 Oktober
khususnya di Desa Gurun Bagan
2012). Sedangkan piring yang
Kelurahan VI Suku. Keberadaan tari
digunakan sebagai alat atau properti
Piring Lampu Togok telah ada ratusan
dalam tarian ini, dan tempurung kemiri
tahun. Adapun yang menarik pada tari
yang telah dilobangi isinya digunakan
ini adalah properti yang digunakan
sebagai penghasil bunyi yang mana
berupa piring dan lampu togok. Lampu
dari dentingan piring dengan kulit
togok diletakkan diatas kepala penari,
damar yang dilobangi tengahnya
hal ini menjadi keunikan tersendiri

41 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


dalam tari Piring Lampu Togok. Di sini B. Bentuk Pertunjukan Tari Piring
penari dituntut selain lincah Lampu Togok
memainkan piring, dia juga harus
Berbicara mengenai bentuk
menjaga keseimbangan lampu togok di
pertunjukan suatu tari tidak akan bisa
atas kepala. Makna simbolik yang
lepas dari arti yang terkandung dalam
ingin disampaikan adalah makna
istilah bentuk dan pertunjukan itu
keberhasilan panen petani. Hal tersebut
sendiri. Jacqualine Smith mengatakan
juga melambangkan kemakmuran
bahwa bentuk adalah wujud, dan
masyarakatnya. Dalam
struktur sesuatu yang dapat dibedakan
pertunjukkannya tari Piring Lampu
dari materi yang ditata (Jacqualine
Togok ditarikan oleh penari laki-laki
Smith terjemahan Ben Soeharto, 1995:
dan perempuan berjumlah enam sampai
15). Selanjutnya pertunjukan tari tidak
sepuluh orang. Penari menggunakan
hanya pada rangkaian gerak tetapi akan
properti piring yang diujung jari
lebih menarik bila dilihat secara
tengahnya dipasang cincin yang terbuat
keseluruhan (1995: 30).
dari tempurung dama atau buah kemiri,
Berdasarkan pengertian di atas
dan lampu togok yang menyala
bentuk pertunjukan tari Piring sama
diletakkan di atas kepala, sambil
halnya dengan bentuk dari keseluruhan
menarikan gerak-gerak sederhana serta
isi, maka bentuk tari Piring ini
banyak melakukan gerakan berulang-
dimaksudkan sebagai wujud dan
ulang yang bersumber dari pencak silat,
penyajian atau pertunjukan
yaitu : sambah, langkah ampek dan
dimaksudkan sebagai sesuatu yang
gerak meniru binatang seperti gerak
disajikan atau ditampilkan. Jadi bentuk
tupai bagaluik, ramo-ramo bagaluik,
pertunjukan tari Piring adalah wujud
alang tabang, yang dipertunjukan di
tari secara keseluruhan yang
halaman atau di lapangan (arena), serta
ditampilkan kepada penonton.
diiringi oleh musik talempong pacik,
Adapun bentuk pertunjukan tari
saluang, sarunai dan gandang
Piring Lampu Lampu Togok dalam
(Wawancara Epi Malano Sati, 25
bahasan ini merupakan perpaduan
Agustus 2012).
antara gerak, penari, properti, pola

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 42


lantai, rias busana, musik dan tempat
pertunjukan yang membentuk satu
kesatuan yang utuh. Uraian masing-
masing aspek dalam konteks bentuk
pertunjukan ini dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Gerak
Foto 1
Gerak tari Piring Lampu Gerak Sembah
(Dokumentasi. A.A.I.A Citrawati. 15 Oktober 2012)
Togok dalam bentuk penyajiannya
terwujud dalam pola-pola gerak
2. Penari
yang sederhana dan kadang-kadang
Penari dalam pertunjukan tari
terkesan rumit. Ciri khas tari Piring
Piring Lampu Togok, menggunakan
Lampu Togok ini terlihat dari
properti piring dan lampu togok
penggunaan gerak yang dipusatkan
mengekspresikan tubuhnya untuk
pada tangan yang selalu memegang
mengungkapkan makna yang
piring dan lampu togok sebagai
terkandung pada setiap gerakan,
propertinya. Gerak tangan
dengan memusatkan kekuatan gerak
mengutamakan gerak pergelangan
pada piring sambil memutar-
tangan yang selalu diberi aksen.
mutarkan pergelangan tangan dan
Gerak mata dan gerak kepala selalu
posisi piring ada pada telapak
mengikuti gerak tangan, dan
tangan, yang ditarikan dengan
didukung oleh gerak badan dan
jumlah penari yang selalu genap
gerak kaki. Dilihat dari susunan
berkisar 2 sampai 10 orang bahkan
gerak dalam pertunjukan tari Piring
lebih baik laki-laki maupun
Lampu Togok, tari ini terdiri dari 5
perempuan secara berpasangan.
gerak : yaitu 1) Sambah awal, 2)
Dalam penampilan tari Piring
Alang Babega, 3) Langkah Simpia,
Lampu Togok ini, penarinya terdiri
4) Ramo – ramo bagaluik, 5) Tupai
dari laki-laki. Dilihat dari jumlah
Bagaluik.
penari dalam tari Piring Lampu
Togok biasanya berjumlah genap

43 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


adapun jumlahnya dua, empat, enam terdengarlah dentingan piring
atau lebih. Dengan teknik dengan cincin. Bunyi dentingan
berpasangan ini di mana dengan cincin akan menimbulkan emosional
jumlah tersebut telah membudaya baik itu penari maupun penonton. Di
dalam masyarakat Minangkabau. samping itu juga dentingan cincin
Jumlah genap yang selalu untuk menunjukan aksentuasi
digunakan di Minangkabau ini juga gerakan, sekaligus berfungsi sebagai
digunakan oleh penari tari Piring musik internal dengan memukul-
Lampu Togok, melambangkan mukulkan telunjuk ke dasar piring
keseimbangan yang kokoh, seperti dan lampu togok yang diletakkan di
keseimbangan baik-buruk, bersih- atas kepala penari yang dulunya
kotor, kiri-kanan dan sebagainya. berfungsi sebagai alat penerangan.

3. Properti
Dalam sajian tari Piring
Lampu Togok ini properti yang
digunakan adalah dua buah piring
yang satu di telapak tangan kanan
dan satu lagi di telapak tangan kiri.
Selanjutnya diujung jari telunjuk
Foto 2
dipasangkan cincin yang terbuat dari Properti piring dan cincin dari batok kemiri
(Dokumentasi: A.A.I.A Citrawati. 15 Oktober 2012)
dama atau buah kemiri yang
dilobangi ditengahnya. Cincin
tersebut dalam tarian dijentikan
pada piring sehingga menimbulkan
suara dentingan piring, dentingan
cincin akan menambah meriahnya
suasana serta sebagai pengatur
tempo pada saat penampilan tari
Foto 3
Piring tersebut adalah penguat tari Properti lampu togok
(Dokumentasi: A.A.I.ACitrawati. 15 Oktober 2012)
dan ketika sedang menari

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 44


4. Pola Lantai Waktu pertunjukan dilakukan pada
Tari Piring Lampu Togok malam hari dan lama pertunjukan
menggunakan pola lantai garis lurus kurang lebih 15 menit namun
dan lingkaran yang menghasilkan sekarang sudah diperpendek menjadi
garis vertikal dan garis horizontal. lima atau tiga menit.
Pola lantai yang membentuk garis
lurus dapat menyimbolkan kekuatan 6. Rias Busana
yang di dalamnya terkandung Penari tari Piring Lampu Togok
simbol dari kesederhanaan tidak menggunakan rias khusus,
(Sumandiyo Hadi, 2003:19). mereka tampil sederhana apa adanya.
Kebersamaan yang di dukung oleh Sedangkan dilihat dalam busananya
bentuk gerak dilakukan secara mereka mengikuti ketentuan umum
bersama dengan bentuk gerak yang yang berlaku. Adapun busana yang
sama sebagai kekuatan garis lurus. dipakai pada tari Piring Lampu Togok
Pada tari Piring Lampu Togok terdiri atas baju lapang atau longgar
menggunakan pola lantai garis lurus hitam, celana galembong hitam, peci
dan garis lurus yang membentuk hitam, sisamping, dan ikat pinggang.
lingkaran, hal ini menjadi suatu
keindahan dari garis yang dihasilkan
baik garis vertikal maupun garis
horizontal.

5. Tempat Pertunjukan
Foto 4
Tempat pertunjukan tari Piring Busana tari Piring Lampu Togok
(Dokumentasi: A.A.I.A Citrawati. 15 Oktober 2012)
Lampu Togok ini adalah
dipertunjukan di lapangan terbuka
C. Estetika Tari Piring Lampu
(arena) dan halaman rumah. Dengan
Togok
mengadakan pertunjukan di lapangan
terbuka, penonton dapat menikmati Keindahan tari akan dapat dilihat
pertunjukan tersebut dari depan, melalui pertunjukannya sebagaimana
samping kanan dan samping kiri. yang diungkapkan oleh A. A. M.

45 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


Djelantik bahwa untuk menetapkan 1.1 Gerak
estetika semua benda atau peristiwa Gerak tari Piring Lampu Togok
kesenian adalah mengandung tiga di desa Gurun Bagan Kelurahan VI
unsur dasar, yaitu: wujud atau rupa, Suku Solok dijadikan sebagai media
bobot atau isi, dan penampilan atau utama untuk mengungkapkan
penyajian (2004: 15). Ketiga aspek ini keinginan- keinginan maupun
akan dirujuk untuk membahas estetika pengalaman dari masyarakatnya.
tari Piring Lampu Togok di Desa Dengan adanya keinginan dari
Gurun Bagan Kelurahan VI Suku masyarakat mereka, maka
Solok selanjutnya. masyarakatnya pun menciptakan
gerak-gerak tari Piring Lampu Togok
1. Wujud
yang telah ditata, serta memiliki
Wujud menurut A. A. M.
keindahan yang dapat dirasakan oleh
Djelantik mengacu pada kenyataan
masyarakatnya.
yang nampak secara kongkrit (berarti
- Gerak Sambah
dapat dipersepsi dengan mata atau
Dalam hal ini dapat diartikan
telinga) maupun kenyataan yang tidak
sebagai suatu persembahan awal yang
tampak secara kongkrit, yang abstrak
dilakukan pada awal tari, yang
hanya bisa dibayangkan, seperti
dilakukan untuk memohon
sesuatu yang diceritakan atau yang
keselamatan kepada Tuhan Yang
dibaca dalam buku (2004: 17).
Maha Esa, di samping itu minta maaf
Sehubungan dengan hal tersebut di
kepada penonton jika terjadi suatu
atas, tari Piring Lampu Togok adalah
keikhlasan atau kejanggalan dalam
sesuatu kenyataan yang nampak
penampilan yang menyinggung
secara kongkrit, seperti gerak, penari,
perasaan sesama penari maupun
properti, pola lantai, rias dan busana,
penonton. Estetika yang hadir lewat
musik dan tempat pertunjukan.
gerak ini yaitu dengan gerak duduk,
Sedangkan yang tidak tampak terlihat
badan jongkok, dan tangan berada di
pada gerak yang mempunyai makna.
bawah pinggang atas lutut, sehingga
menggambarkan sikap sopan dalam
bersikap terhadap sesama.

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 46


- Gerak Alang Babega Hal ini sesuai dengan adat Minangkabau yang
Gerak alang babega dalam tari Piring menghendaki asas kebersamaan. Estetika gerak
Lampu Togok melambangkan seseorang ramo-ramo bagaluik ini dilihat dari ayunan
penghulu yang melindungi anak dan tangan yang memutar dengan volume besar dari
kemenakannya. Makna dari gerak alang arah kanan ke arah kiri diikuti dengan kaki maju
babega itu sendiri berarti melindungi dan secara bergantian.
membimbing, sedangkan estetika dari - Gerak tupai bagaluik
gerak alang babega dapat dilihat pada Dalam gerak tupai bagaluik
gerak kedua tangan dibuka ke samping terkandung makna meski betapapun
kanan dan kiri dengan volume lebar yang pandai dan cerdiknya seseorang pada
menggambarkan seekor elang sedang suatu saat dia akan khilaf juga,
mengepakkan sayap. manusia tidak ada yang sempurna,
- Gerak Langkah Simpia karena kesempurnaa hanya milik
Gerak Langkah Simpia merupakan Allah semata. Estetika gerak tupai
gerak langkah maju dan mundur dalan tari bagaluik dapat dilihat dari gerakan
Piring Lampu Togok yang mempunyai tangan yang lincah dengan putaran
makna bahwa dalam berjalan yang dilalui dari arah kanan ke arah kiri
secara baik dan lurus seseorang tidak akan membentuk lingkaran kecil di depan
sampai kepada tujuan, sekurang- dada.
kurangnya mendapat halangan dan
1.2 Penari
rintangan. Estetika gerak simpia ini
Dengan bahasa tubuh gerak-
terlihat pada langkah kaki yang bergantian
gerak tari Piring Lampu Togok akan
melangkah ke kiri dan ke kanan dengan
dapat dimaknai sebagai lambang
keseimbangan gerakan oleh tangan yang
aktifitas para petani. Hal ini sesuai
juga sekaligus sebagai gerak transisi untuk
dengan nama- nama gerak yang
gerak selanjutnya.
tersaji pada tari Piring Lampu Togok.
- Gerak ramo-ramo bagaluik
Gerak-gerak dalam tari Piring Lampu
Gerak ramo-ramo bagaluik menggambarkan
Togok kelihatan rampak, yang
sepasang kupu-kupu yang sedang bercengkrama
sesungguhnya memberikan makna
atau bermain, yang mengandung makna
kekuatan dalam kebersamaan. Dalam
ungkapan rasa kegembiraan dan kebersamaan.

47 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


penyajian tari Piring Lampu Togok yang dibentuk oleh formasi penari
selalu ditampilkan penarinya dalam secara garis besar ada dua pola lantai
jumlah yang genap dan berpasangan, yaitu garis lurus dan garis lengkung.
jumlah genap dalam tari Piring Garis lurus ini memberika kesan
Lampu Togok melambangkan sederhana tetapi kuat, sedangkan
keseimbangan yang kokoh. garis lengkung memberikan kesan
lembut tetapi juga lemah. Tari Piring
1.3 Properti
Lampu Togok menggunakan pola
Piring sebagai properti utama
lantai garis lurus dan lingkaran, hal
dalam tari Piring terbuat dari porselin
ini menjadi suatu nilai keindahan dari
yang berukuran kecil pada pinggir
bentuk garis yang dihasilkan baik
piring dihiasi dengan desain gambar
vertikal dan horizontal. Pada tari
ukiran yang menarik dan cincin dari
Piring Lampu Togok ini simbolis
batok kemiri. Cincin dari tempurung
vertikal menggambarkan keterikatan
kemiri dipasang pada jari telunjuk
manusia dengan makhluk penguasa
yang didentingkan ke pinggir piring
alam dan menggambarkan kekuatan,
yang berfungsi menimbulkan efek
yang didalamnya terkandung simbol
bunyi sehingga menyebabkan piring
dari kesederhanaan. Garis horizontal
tersebut memiliki nilai keindahan
menyimbolkan hubungan manusia
serta gerak-gerak perputaran piring
dengan manusia dan hubungan
yang ditimbulkannya dan desain yang
manusia dengan alam.
dibentuknya berupa desain lingkaran,
menimbulkan kesan estetis pada 1.5 Rias Busana
keseluruhan gerak tari. Bagi - Baju Taluak Balango
masyarakat, lampu togok Busana yang dipakai untuk
mengandung simbol ketenangan, penampilan Tari Piring Lampu Togok
ketegasan, keilmuan, serta sumber menggunakan busana tradisional
kehati-hatian dalam bertingkah laku. Minangkabau atau busana penghulu
yang disebut baju Taluak Balango.
1.4 Pola Lantai
Baju lapang (longgar) bahan kain
Pada tari Piring Lampu Togok
beludru hitam. Baju warna hitan
garis dilantai yang dilalui penari dan
:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 48
merupakan lambang kepemimpinan. dengan pengertian murah dan mahal
Hitam tahan tapo, putih tahan sasah hatinya serta perbuatannya yang
(hitam tahan terpa, putih tahan cuci), pantas.
maksudnya umpat dan puji adalah hal - Sesamping
yang biasa dan harus diterima seorang Sesamping merupakan
pemimpin. Lengan baju diberi bis dari komponen busana yang dipasang
benang emas besar dan dikreasikan dipinggang penari, bentuknya dari
dengan benang emas kecil, yang songket. Sisamping terbuat dari dasar
mempunyai makna bahwa penghulu kain berbenang emas. Kain itu dilipat
mempunyai pengiring atau pembantu menjadi dua dan dikenakan
yaitu manti, malin, dan dubalang. dipinggang penari. Sisamping
- Celana Silat atau Galembong berwarna merah melambangkan
Celana galembong besar hitam keberanian. Sisamping tidak boleh
terbuat dari beludru berwarna hitam, dipasang tinggi di atas lutut,
celana ini lapang dan besar, dan tidak maknanya bahwa seorang penghulu
mempunyai pisak seperti celana harus meletakkan sesuatu pada
biasa, tetapi celana ini longgar tempatnya dan tidak boleh membeda-
sehingga kelihatan terletak di bawah bedakan antara anak, cucu, dan
lutut disebut juga pisak tapak itiak. kemenakannya, baik kaya maupun
Model celana seperti ini dimaksudkan miskin.
agar bisa bergerak dengan bebas dan - Peci Hitam
digunakan untuk kostum silat dan Penari tari Piring Lampu Togok
randai, karena pisak tersebut apabila mengatakan bahwa peci atau kopyah
dipukul akan menimbulkan bunyi. tersebut di pakai sebagai ciri
Celana penghulu yang ukuran kekhasan tari tersebut dan befungsi
kakinya besar mempunyai makna sebagai penyangga lampu togok serta
kebesaran dalam memenuhi segala sebagai simbol bahwa masyarakat
panggilan dalam hidup Gurun Bagan mayoritas beragama
bermasyarakat. Kebesarannya itu Islam.
dibatasi oleh salah satu martabat
penghulu, yaitu murah dan mahal

49 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


1.6 Musik basuo yaitu sebuah tempat pertemuan
- Gendang Kajidor dan juga tempat menampilkan
Gendang Kajidor adalah kesenian yang ada di Desa Gurun
sejenis alat karawitan pukul yang Bagan. Tempat penampilan tari Piring
berbentuk silender bermuka dua sama Lampu Togok tersebut biasanya
besar yang terbuat dari membrane. dihiasi dengan gabah-gabah kelapa
Gendang ini berfungsi dalam (hiasan dari janur yang dibuat
memberikan warna bunyi bass untuk melengkung) dan sekeliling arena
mengiringi tari Piring Lampu Togok. tersebut dipasang marawa kecil dan
- Gendang Katindik marawa besar (umbul-umbul) yang
Gendang Katindik, adalah dapat memberikan keindahan tempat
sejenis alat karawitan pukul yang tersebut dan ini sebagai tanda kepada
berbentuk silinder bermuka dua, masyarakat bahwa akan adanya
panjang kurang dari 50 cm, muka sebuah pertunjukan kesenian rakyat
yang satu lebih kecil dari muka yang yang akan tampil pada saat itu.
lain. Gendang ini terbuat dari kayu
2. Bobot
nangka untuk badannya dan kulit
Bobot dalam kesenian tersebut
kambing betina untuk selaputnya.
diamati dari tiga hal, yaitu : suasana,
- Talempong Pacik
gagasan atau ide dan ibarat atau
Talempong pacik merupakan alat
anjuran (2004: 52).
musik pukul yang memainkannya
dengan cara dipegang atau dijinjing.
2.1 Suasana
Talempong terbuat dari campuran
A.A.M. djelantik mengatakan
logam dan tembaga, di mana pada
bahwa suasana dapat ditonjolkan
bagian tengah ada permukaan yang
sebagai unsur utama dalam bobot
menonjol untuk dipukul.
karya tersebut (2004: 52). Pada tari
Piring Lampu Togok yang dimaksud
1.7 Tempat Pertunjukan
sejalan dengan pengertian dan tujuan
Tari Piring Lampu Togok
tari tersebut sebagai simbol kekaraban
biasanya dipertunjukan di sasaran, di
antara penari dan masyarakat
halaman rumah gadang, atau balai
penonton. Dalam tari ini yang lebih
:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 50
ditonjolkan atraksi dari penari yang 3. Penampilan
memainkan piring serta menonjolkan Menurut A.A.M. Djelantik, tiga
Lampu Togok yang sedang menyala unsur yang berperan dalam
di atas kepala. penampilan adalah : bakat,
keterampilan, sarana atau media
2.2 Gagasan
(2004: 65).
Tari Piring Lampu Togok di
desa Gurun Bagan kelurahan VI suku 3.1 Bakat
solok yang merupakan tari permainan Para penari tari Piring Lampu
anak nagari, ide atau gagasannya Togok adalah para masyarakat yang
tercipta dengan adanya atraksi berbakat dan mempunyai kesadaran
permainan anak nagari yang untuk melestarikan kesenian,
ditonjolkan untuk menumbuh khususnya tari Piring Lampu Togok
kembangkan rasa keakaraban dalam yang ada di daerah mereka. Bagi yang
masyarakat. Dimana lewat ide dan berbakat akan ikut bergabung dalam
gagasan dapat diciptakan sebuah sanggar beringin sakti dan bersama-
karya tari, yakni tari Piring Lampu sama melestarikan tari Piring Lampu
Togok yang ditampilkan untuk Togok tersebut yang merupakan
masyarakat itu sendiri. warisan dari generasi sebelumnya.

2.3 Ibarat 3.2 Keterampilan


Melalui ibarat atau anjuran ini, Untuk mencapai hasil yang
para pengamat dapat mengamati diinginkan sanggar baringin sakti
pesan yang ingin disampaikan dalam latihan untuk meningkatkan
seniman lewat karyanya. Maka dalam keterampilan anggotanya
penampilan karya tari, seorang menggunakan kiat-kiat tertentu
seniman akan menggunakan ide dan seperti, mengadakan latihan dengan
gagasannya untuk menyampaikan waktu yang telah tersusun atau
pesan kepada penonton khususnya terjadwal, yaitu setiap hari rabu dan
bagi pengamat seni. sabtu. Pelatihan langsung diberikan
oleh beberapa seniman tradisi atau
salah seorang yang mewakili,
51 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::
biasanya disebut dengan pelatih. pengembangan gerak Pencak Silat.
Dengan adanya pelatihan yang Adapun di dalam gerakan-gerakan
terjadwal yang langsung diberikan Pencak Silat terkandung kegiatan
beberapa orang atau salah seorang manusia dan binatang. Pengembangan
pelatih, ini akan menambah gerak dari kegiatan manusia yaitu
keterampilan anggotanya dalam gerak Sembah Pembuka, Sembah
menampilkan kesenian khususnya tari Penutup, dan gerak Simpia.
Piring Lampu Togok. Pengembangan gerak dari kegiatan
binatang yaitu gerak alang babega,
3.3 Sarana atau Media
gerak ramo-ramo bagaluik, dan gerak
Penampilan tari Piring Lampu
tupai bagaluik.
Togok dilakukan di lapangan terbuka
Estetika tari Piring Lampu Togok
menggunakan sarana atau media yang
dapat dilihat melalui keindahan wujud
sifatnya sederhana. Dalam
yang terkandung dalam tari tersebut
penampilannya hanya menggunakan
yang terdapat pada gerak, penari,
lampu seadanya sebagai penerang,
properti, pola lantai, rias busana, musik
kostum dan make up pun sederhana
dan tempat pertunjukan, karena tari
sehingga penampilannya pun bersifat
Piring Lampu Togok merupakan tari
sederhana.
yang menjadi identitas masyarakat
Desa Gurun Bagan dikarenakan tari
PENUTUP
Piring Lampu Togok tersebut
Tari Piring Lampu Togok
mempunyai keunikan tersendiri
adalah salah satu tari tradisional yang
dibandingkan dengan tari Piring yang
tumbuh dan berkembang di Desa
ada pada masyarakat Minangkabau
Gurun Bagan Kelurahan VI Suku
pada umumnya, keunikan dalam
Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok
pertunjukan di samping memakai
Sumatera Barat. Tari Piring Lampu
properti piring dan cincin dari batok
Togok ini mencerminkan identitas
kemiri yang dilubangi dapat
masyarakat Desa Gurun Bagan, hal ini
menciptakan suasana kemakmuran,
dapat dilihat dari visualisasi geraknya
kesatuan, dan kesenangan pada saat
yang rampak yang didasarkan pada
penampilan karena pada saat piring

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 52


dimainkan, pada ujung jari telunjuk dan berkembang pada masa-masa yang
dipasang cincin yang akan akan datang. Seterusnya bagaimana
menghasilkan bunyi yang upaya sanggar-sanggar khususnya
menimbulkan suasana kegembiraan. sanggar Beringin Sakti untuk dapat
Lampu togok sebagai alat penerangan mendokumentasikan tarian tari Piring
pada saat penjajahan Belanda yang Lampu Togok ini agar bisa dipedomani
menggambarkan simbol ketenangan, oleh generasi berikutnya.
keimanan, dan kehati-hatian dalam
berbicara dan bertingkah laku. Makna DAFTAR PUSTAKA
yang terkandung dalam pertunjukan
A.A. M Djelantik. 2004. Estetika
tari Piring Lampu Togok dapat sebuah pengantarr. Bandung:
Masyarakat Seni Pertunjukan
terwujud dalam pola pertunjukan, yaitu
Indonesia.
gerak tari Piring Lampu Togok dan
A.A. Navis. 1989. Seni Minangkabau
properti.
Tradisional Sumbangan Budaya
Tari Piring Lampu Togok dalam Pembangunan Nasional.
Jakarta: Majalah Analisis
merupakan salah satu bentuk kesenian
Kebudayaan.
yang berasal dari budaya lokal
A.A. Navis. 1984. Alam Takambang
masyarakat Desa Gurun Bagan
Jadi Guru. Adat dan Kebudayaan
Kelurahan VI Suku Solok. Dalam Minangkabau. Jakarta: Grafiti
Press
usaha mempertahankan dan
melestarikan budaya lokal tersebut Agus sachari. 2002. Estetika : makna,
simbol dan dayo. Bandung : ITB
diharapkan kepada lembaga pemerintah
kota Solok lebih meningkatkan Alma, M. Hawkins. 1990. Mencipta
Lewat Tari. Yogyakarta:
perhatian dan mempertahankan
Manhhili
kesenian tari Piring Lampu Togok
Edi Sedyawati. 2004. Penelitian Seni:
tersebut, seterusnya diharapkan kepada
Jenis dan Metodenya
sanggar Beringin Sakti sebagai grup (disampaikan dalam Lokakarya
Penelitian Pengabdian
yang menaungi tari Piring Lampu
Masyarakat ISI Yogyakarta:28
Togok ini agar dapat melestarikan Mei-1 Juni ).
kesenian ini kepada genarasi-generasi
penerus agar kesenian ini dapat tumbuh

53 :: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni ::


Hadari Nawawi, 1983. Penelitian Nyoman Kutha Ratna. 2007. Estetika
Bidang Sosial. Yogyakarta : Sastra dan Budaya. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press PUSTAKA BELAJAR
The Liang Gie. 1996. Filsafat
Jacqualine Smith, 1995. Dance Keindahan. Yogyakarta : PUBIB
Compotition And Practical Guide (Pusat Belajar Ilmu Berguna)
for Teacher, terjemahan Ben
Suharto, Komposisi sebuah Y. Sumandiyo Hadi. 2003. Aspek-
pertunjukan Praktis Bagi Guru. aspek Dasar Koreografi
Yogyakarta : IKASTI Kelompok. Yogyakarta :
ELKAPHI

:: Garak Jo Garik|Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni :: 54

Anda mungkin juga menyukai