Anda di halaman 1dari 18

Sanggar Tari Cindua Mato Sebagai Upaya Mereverentasi “TARI

SIKAMBANG Di daerah Inderapura,Kecamatan Pancung Soal


Kabupaten Pesisir Selatan

Bidang :EkoSosbud

Pembimbing :

Wilsa Restu Verrira

Disusun Oleh:

Apnita Zulma Putri 18032031

BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT ,atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dap;at menyelesaikan makalah yang berjudul”Sanggar
Tari Cindua Mato sebagai mereverentasi tari didaerah Inderapura,Pesisir Selatan,
Sebagai upaya melestarikan tarian asli dari daerah yang sudah mulai ditinggalkan
dan dilupakan akibat factor-faktor tertentu.

Makalah ini membahas tentang tari sikambang yang tidak banyak dikenal
lagi oleh orang-orang akibat kurangnya kesadaran untuk membudayakan tari
ini.Oleh karena itu penulis mengangkat kembali tari sikambang ini supaya nantinya
bisa dilestarikan lewat sanggar –sanggar(arena pelatihan )yang ada didaerah.Dan
mengetahui solusi untuk bisa menghidupkan kembali sanggar dan melestarikan tari
sikambang.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing yang telah


membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.Kemudian kepada teman-teman di PPIPM Universitas Negeri Padang
serta semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan di


dalam makalah ini,untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan
makalah kedepannya.

Padang,2 Oktober 2019

Apnita Zulma Putri

NIM. 18032031
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah……………………………………………….iii

B.Rumusan Masalah……………………………………………………..iii

C.Tujuan Makalah……………………………………………………….iii

D.Manfaat Penulisan…………………………………………...………..iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Grand Theory yang relevan……………………………………………..1

BAB III METODE PENULISAN

A.Jenis penelitian atau Penulisan………………………………………….4

B.Instrumen /Tekhnik Pengumpulan Data………………………………...4

C.Sistematika Penulisan…………………………………………………...5

BAB IV PEMBAHASAN

A.Sejarah Tari Sikambang………………………………………………

B.Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Tari Sikambang Pada Anak Muda..

C.Kendala Dalam Melestarikan Tari Sikambang………………………….

D.Solusi Dalam Melestarikan Tari Sikambang…………………………….

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan……………………………………………………………

B.Saran……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
BIODATA PENULIS

Nama :APNITA ZULMA PUTRI

Nim/TM :18032031

Tempat/tanggal lahir :INDERAPURA/5 APRIL 2000

Prodi :BIOLOGI(NK)

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

Agama :ISLAM

Jenis Kelamin :PEREMPUAN

Nomor HP :085272144871

Alamat Asal :PESISIR SELATAN

Alamat :JL.GAJAH 8

Motto :MANJADDA WAJADDA


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pancung Soal adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan


Sumatera Barat ,Indonesia. Secara administrative Di kecamatan inilah terletaknya
bekas kerajaan Inderapura pada masa dahulunya yang kini disebut sebagai Nagari
Inderapura, Nagari Inderapura Selatan. Pada masa lampau, wilayah kekuasaan
Inderapura meliputi seluruh wilayah Kabupaten Pesisir Selatan sekarang, ditambah
wilayah BengkuluUtara, Padang, hingga ke Air Bangis, Pasaman.
Akan tetapi pada jaman modern saat ini sangat jarang menemukan
kebudayaan yang ada di Inderapura,Pesisir Selatan,khususnya tari nenek moyang
pada zaman dahulu,yaitu Tari Sikambang. karena tidak banyak generasi muda yang
mau melestarikan kebudayaan Inderapura oleh karena itu generasi muda di
Inderapura yang telah di pengaruhi oleh budaya asing. Seperti: Modern dance, K-
pop, Hip hop, Tango, Balet dan lain-lain. Mereka lebih menyukai budaya asing
dibandingkan dengan budaya lokal. Hal ini sangat memperhatinkan karena jika
generasi muda tidak lagi mengenal budaya lokal maka lambat laun budaya-budaya
di Indonesia terancam punah.
B.Rumusan masalah
1. Apa saja masalah yang timbul ketika menumbuhkan rasa cinta terhadap
melestarikan Tari Sikambang di Inderapura ?
2. Bagaimana sanggar dalam melestarikan Tari Sikambang ?
3. Apa saja kendala yang menghambat untuk melestarikan Tari Sikambang ?
4. Bagaimana solusi dalam memelihara serta melestarikan Tari Sikambang ?
C.Tujuan
1. Untuk dapat menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Tari Sikambang
2. Untuk mengetahui bagaimana peran sanggar dalam melestarikan Tari
Sikambang
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang menghambat pelestarian Tari
Sikambang
4. Untuk mengetahui solusi dalam memelihara dan melestarikan Tari
Sikambang
D.Manfaat
Makalah ini ditulis demi mengedukasi pembaca mengenai budaya
Indonesia,terutama daerah Inderapura PESSEL dimana Tari Sikambang yang
semakin hilang dan terlupakan karena perkembangan zaman.Dengan adanya
makalah ini diharapkan kesadarn untuk mencintai dan melestarikan budaya sendiri
dapat tumbuh.Juga untuk mendorong pembaca sekaligus anak muda untuk
memperintens eksistensi tari tradisional Tari Sikambang baik di daerah maupun
nasional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.Pengertian seni

Seni adalah pengalaman dalam bentuk medium indrawi yang menarik dan
di tata dengan rapi, yang di wujudkan untuk di komunikasikan dan di renungkan.
Seni adalah karya manusia yang dapat menimbulkan rasa senang dalam rohani
kita.(Kayam Umar,1981)
Menurut Herbert Read “seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu memuaskan kesadaran
keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita menemukan kesatuan atau
harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati itu”.
Keindahan adalah sesuatu yng dapat menimbulkan rasa senang dan seni adalah
keindahan.Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang memiliki media ungkap
atau substansi gerak, dan gerak yang terungkap adalah gerak manusia. Gerak- gerak
dalam tari bukanlah gerak realistis atau gerak keseharian, melainkan gerak yang
telah diberi bentuk ekspresif.
Gerak ekspresif ialah gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan
manusia.Gerak yang di stilir mengandung ritme tertentu,yang dapat memberikan
kepuasan batin manusia. Gerak yang indah bukan hanya gerak-gerak yang halus
saja, tetapi gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan,
serta gerak anehpun dapat merupakan gerak yang indah. Gerak merupakan elemen
pertama dalam tari, maka ritme merupakan elemen kedua yang juga sangat penting
dalam tari.
Soedarsono mengetengahkan sebuah definisi “Tari adalah ekspresi jiwa
manusia yang di ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. untuk
menghasilkan gerak yang indah membutuhkan proses pengolahan atau
penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersipat stilatif dan
distortif.”

1.Gerak Stilatif yaitu: gerak yang telah mengalami proses pengolahan


(penghalusan) yang mengarah pada benuk-bentuk yang indah.
2.Gerak Distorsif yaitu: pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya
dan merupakan salah satu proses stilasi.

2.Perkembangan tari
perkembangan tari adalah sebagai berikut:
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum lahirnya kerajaan di
Indonesia.Wujud dan bentuk tariannya cendrung menirukan gerak alam
lingkungannya yang bersifat imitatif. Sebagai contoh menirukan binatang yang
akan diburu, pemujaan, dan penyembuhan penyakit.
Zaman Indonesia Hindu, seni tari mulai digarap dan banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan dari India.Beberapa jenis tari pada zaman Indonesia Hindu,seperti tari-
tarian adat dan keagamaan berhasil disempurnakan menjadi tarian yang mempunyai
nilai artistik yang tinggi.Sebagai contoh,Wayang Wong,Klana Topeng,Dramatari
Topeng,dan Wayang Topeng.
Zaman Indonesia Islam, seni tari mengalami kejayaan penggarapannya di
lingkungan keraton,yaitu di Kasunanan dan Kasultanan.Kedua kerajaan tersebut
mengembangkan identitasnya yang akhirnya muncul menjadi dua jenis tari,yaitu
Kasunanan (Bedaya Ketawang, Serimpi, Gamyong, Wayang Wong, dan
Langendriyan), dan Kasultanan (Tari Merak, Joget Mataram, Bedaya Semang, dan
Langen Mandrawanara).
Zaman Penjajah, tari-tarian mengalami kesuraman sebab dalam suasana
penjajahan. Untuk mengangkat semangat kepahlawanan akibat penjajahan muncul
jenis tari Pejuang, Prajuritan, Bondoyudo, dan Prawiroguna.
Zaman Setelah Merdeka sampai Sekarang, perkembangan seni tari
kembali mulai difungsikan, yaitu untuk upacara keagamaan dan untuk hiburan.

3.Fungsi Tari Tradisional

Fungsi dan Peranan Seni Tari Sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki
beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana upacara, seni tari sebagai hiburan,
seni tari sebagai media pergaulan, seni tari sebagai penyaluran terapi, seni tari
sebagai media pendidikan, seni tari sebagai pertunjukkan, dan seni tari sebagai
media katarsis. (Wardhana, 1990 : 21-36).
1. Seni tari sebagai sarana upacara.
Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak
macamnya, seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam
kehidupan manusia.
2. Seni tari sebagai hiburan.
Tari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan
menjenuhkan. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang
sederhana, tidak muluk-muluk, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan.
Kostum dan tata panggungnya dipersiapkan dengan cara yang menarik.
3.Seni tari sebagai penyaluran terapi.
Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat
mental. Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat
tubuh atau bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung
bagi penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan
kerena perasaan iba atau tak sampai hati.

4. Seni tari sebagai media pendidikan


Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti mendidik anak
untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-
nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
5. Seni tari sebagai media pergaulan.
Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa
orang. Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan.
Kegiatan tari, seperti latihan tari yang rutin atau pementasan tari bersama, adalah
sarana pergaulan yang baik.
6. Seni tari sebagai media pertunjukkan.
Tari bukan hanya sarana upacara atau hiburan, tari juga bisa berfungsi
sebagai pertunjukkan yang sengaja digarap untuk dipertontonkan. Tari ini
biasanya dipersiapkan dengan baik, mulai dari latihan hingga pementasan,
diteliti dengan penuh perhitungan. Tari yang dipentaskan, lebih menitikberatkan
pada segi artistiknya, penggarapan koreografi yang mantap, mengandung ide-
ide, interprestasi, konsepsional serta memiliki tema dan tujuan.
BAB III

METODE PENULISAN

A.Jenis Penulisan

Dalam penulisan makalah ini ,penulis menggunakan jenis tulisan


dekskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran suatu masalah yang berkembang
dengan suatu gagasan yang kreatif yang akan dijadikan sebagai solusi yang efektif
dan berkelanjutan

B.Sumber Data

Sumber pengumpulan data yang digunakan pada makalah adalah study


research yaitu pengambilan data dari berbagai sumber bacaan ,seperti jurnal-jurnal
para ahli,artikel resmi,dan website-website yang berkaitan dengan maklah ini.

C.Analisa Data

Analisa data dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode


dekskriptif kualitatif .Metode ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk
membuat gambaran sistematis mengenai hubungan antara masalah dan hasilnya
tidak dinyatakan dengan angka.

D.Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub
bab pembahasan dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

1. Bab pertama pendahuluan,menguraikan tentang latar belakang


masalah,rumusan masalah pembatasan masalah ,serta tujuan dan manfaat
penulisan.
2. Bab kedua,menguraikan tentang landasan teori yang relevan dengan
masalah yang dikaji dalam makalah ini.
3. Bab ketiga,menguraikan metode penulisan seperti jenis penelitian ,sumber
data,analisa data ,sistematika penulisan serta kerangka berpikir.
4. Bab keempat,menguraikan tentang pembahasan masalah yang akan
dibahas.Pada bab ini juga mengemukakan rumusan masalah dan tujuan dan
berlandaskan dengan teori-teori yang ada.
5. Bab kelima adalah bab penutup dari makalah ini,yang berisikan tentang
kesimpulan makalah dan saran yang sejalan dengan gagasan yang
diusulkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

1.Sejarah Tari Sikambang

Asal –usul tari sikambang ini adalah dari kerajaan yang ada di
Inderapura.Kerajaan Inderapura ini berada di wilayah di wilayah kabupaten Pesisir
Selatan,Provinsi Sumatera Barat sekarang,berbatasan dengan provinsi Jambi dan
Bengkulu.Secara resmi kerajaan ini ini pernah menjadi bawahan(vazal)Kerajaan
Pagaruyung.Walau pada praktiknya kerajaan ini berdiri sendiri serta bebas
mengatur urusan dalam dan luar negerinya.

Kerajaan Inderapura pada masa kejayaannya meliputi wilayah pantai barat


Sumatera mulai dari Padang di utara sampai sungai Hurai di selatan.Produk
terpenting di Inderapura pada saat itu adalah rempah-rempah dan emas.

Tari Sikambang ini juga dikenal dengan tari Sikambang Manih di daerah
Inderapura.Arti Sikambang ini menurut mamak –mamak/penghulu di sana adalah
seorang dayang ,dan manih(manis)adalah perawakannya cantik,elok,dan manis.
yang merupakan ekspresi jiwa (kesenangan/ kegembiraan) yang dirasakan oleh para
(beberapa) orang sikambang (pelayan) pada saat menumbuk padi yang diwujudkan
dalam bentuk gerak. Tari Sikambang Manih terdapat dan berkembang di beberapa
daerah di Kabupaten Pesisir Selatan, terumata daerah Kecamatan Airpura dan
daerah eks Kecamatan Pancung Soal. Meskipun secara administratif pada masa
sekarang dua derah tersebut merupakan kecamatan yang berbeda, namun secara
historis daerah-daerah tersebut adalah satu kesatuan yang sama pada masa lampau,
yaitu daerah Kesultanan Inderapura.

Sebagai suatu tarian, tari Sikambang Manih dibangun atas gerak yang
berpola yang dipandu atau diiringi dengan musik ditampilkan oleh 6 orang penari.
Pola dan gerak yang terdapat dalam tari sikambang terdiri dari beberapa pola dan
jenis gerak. Musik pemandu/pengiring Tari Sikambang terdiri dari ansambel dan
vokal. Musik ansabel terdiri dari suara yang bersumber dari alat musik rebana besar
dan gendang.
Keberadaan tari Sikambang Manih erat kaitannya dengan Kerajaan Inderapura.
Pada suatu hari tiga orang sikambang (pelayan) sedang menumbuk padi di bagian
belakang istana/ rumah raja/sultan kesultanan Inderapura. Mereka menumbuk
dengan gembira sambil menyanyi dan melakukan gerakan-gerakan yang indah.
Raja/Sultan yang sedang … memperhatikan aktivitas para sikambang. Raja/Sultan
yang tertarik dengan gerakan dan nyanyian sikambang mendekati mereka. Para
sikambang meminta maaf dan ampun kepada raja/sultan karena lalai dalam bekerja.
Diluar dugaan para sikambang, raja/sultan malah memuji gerakan-gerakan indah
yang dilakukan para sikambang sambil menumbuh padi. Pada ketika raja ingin
mengadakan suatu perhelatan. Raja memanggil para sikambang untuk
mempersiapkan tarian dalam acara perhelatan tersebut. Untuk melengkapi jumlah
penari menjadi empat orang, raja/sultan menyuruh seorang dubalang berlatih
menari bersama sikambang. Tari yang berasal dari gerakan-gerakan sikambang saat
menumbuk padi tersebut diberi nama tari Sikambang Manih. Karena beberapa
alasan/kondisi, dalam acara perhelatan tari sikambang manih ditampilkan oleh laki-
laki yang berpakaian dan berdandan seperti perempuan. Hal ini kemungkinan besar
karena pada masa itu tabu bagi perempuan untuk tampil/menari di keramaian. Tari
Sikambang Manih kemudian menjadi sebuah tarian Kesultanan Inderapura, yang
ditampilkan untuk menghibur tamu-tamu dalam acara perhelatan-perhelatan
kerajaan/kesultanan Inderapura.

Sampai saat ini, meskipun kesultanan Inderapura sudah berakhir masa kekuasaan
dan kejayaannya, tari Sikambang Masih tetap dilestarikan oleh beberapa seniman
kerabat kerajaan/kesultanan. Tari sikambang Manih ditampilkan untuk acara-acara
menghibur tamu-tamu nagari maupun tamu-tamu kebesaran lainnya yang datang ke
daerah bekas kesultanan Inderapura. Tari Sikambang Manih mengalami perubahan
dalam era awal 90-an, tari Sikambang Manih mulai dimainkan/ ditampilkan oleh
perempuan. Sampai pada era tahun 80-an, menurut penuturan Junaidi Chan yang
merupakan guru sekaligus pengelola sanggar Puti Gubalo Intan tempat pelestarian
seni budaya kesultanan Inderapura, dia (Junaidi Chan) masih memakai pakaian
perempuan dan berdandan seperti perempuan dalam menarikan tari Sikambang
Manih. Selain terjadi perubahan genre penari, terdapat juga perubahan dalam aspek
jumlah penari
Sikambang Manih ditampilkan oleh 6 orang penari.

Fungsi karya seni budaya adalah sebab mengapa musik itu digunakan? Ketika ada
alasan yang kuat mengapa musik itu digunakan dan apa bila alasan tersebut masih
relevan sampai sekarang, maka karya buday tersebut penting untuk dilestarikan.

Fungsi hiburan. Dalam masyarakat pada masa lampau maupun pada masa sekarang,
tari Sikambang Manih mempunyai fungsi pemenuhan kebutuhan manusia terhadap
estetika, baik estetika sebagai kebutuhan ekspresi jiwa penciptan dan pelakunya,
maupun estetika sebagai kebutuhan konsumen atau penikmat.

Fungsi pengukuhan nilai-nilai humanis dan politis. Tari Sikambang Manih


menjalankan fungsi pengukuhan nilai-nilai demokratis yang dianut oleh
pemerintah/pemimpin (sultan, pada masa itu). Dengan diterima dan dikukuhkan tari
sikambang manih yang diciptakan oleh sikambang yang notabene adalah
masyarakat rendah oleh sultan sebagai tari dalam lingkungan kesultanan, maka
akan kuat dan kokoh nilai bahwa kesultanan Inderapura menghargai seluruh lapisan
masayarakat dan tidak arogan. Dengan demikian, posisi tawar penguasa (sultan)
semakin kokh dalam masyarakat.

Keberadaan Tari Sikambang manih pada saat ini juga menjalankan fungsi-fungsi
sosial. Fungsi ekonomi. Meskipun fungsi ini belum begitu berjalan/berdampak, tari
sikambang Manih pada saat ini sudah menjalankan aspek ekonomi. Keberadaan
tarian ini sudah bisa menjadi salah satu sumber ekonomi bagi penari maupun
pengelola sanggar.

Fungsi pendidikan/penerusan sejarah. Melalui Tari Sikambang Manih masayarakat


sekarang dapat mengetahui beberapa aspek (sejarah) kesultanan Inderapura,
terutama aspek nilai-nilai yang dianut dalam kesultanan, maupun aspek
teritorial.Fungsi aspek pemersatu/pengumpul massa. Kesadaran beberapa kalangan
masyarakat tentang keberadaan dan status tari Sikambang Manih sebagai warisan
kesultanan Inderapura, sudah mendorong mereka untuk ikut melestarikan dengan
cara menyerahkan anak-anak untuk berlatih Tari Sikambang Manih.
2. Menumbuhkan rasa cinta pada tari sikambang pada anak muda

Cara menumbuhkan kembali cinta budaya kepada kaum muda dapat melalui
pelajaran muatan lokal (kesenian) berbasis pelestarian seni budaya di Inderapura,
didalam pelajaran kesenian dapat di kenalkan dengan budaya-budaya di daerah
yang ada dengan cara yang menyenangkan. Misalnya saja bisa melalui praktek
menari tari sikambang,sehingga siswa bisa melihat sekaligus mengetahui tarian
nenek moyangnya zaman dahulu,dab bisa menarik minat siswa untuk bisa ikut serta
melestarikan tari sikambang ini.
Bisa juga diadakan sebuah event oleh pihak pihak tertentu seperti
pemerintah yang menunggangi acara dan dikut sertakan mamak/penghulu nan
20(penghulu 20).Dengan diadakan acara tari yang besar,maka akan menarik minat
para anak muda khususnya untuk ikut serta.

3.Peran sanggar untuk melestarikan Tari Sikambang


a. Sebagai wadah atau tempat bernaung para pelestari tari sikambang
b.Sebagai media edukasi baik untuk penddikan maupun latihan harian Tari
Sikambang
c.Sebagai media hiburan bagi masyarakat sekitar dan peminat seni Tari
Sikambang
d.Sebagai tempat berkumpul,bersilaturahmi,dan berdiskusi dalam rangaka
mempererat persaudaraan sekaligus mengembangkan Tari Sikambang.
Jadi sanggar sangatlah penting untuk media melestarikan Tari Sikambang
ini,yang mana tari ini adalah tarian lama pada zaman dahulu,maka dibutukan media
atau tempat untuk membangkitkan kembali tarian ini.

4.Kendala dalam melestarikan Tari Sikambang

1.Banyaknya budaya asing yang masuk ke Indonesia,sehingga budaya luar


mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti budaya luar di inderapura
2.Tidak adanya kesadaran masyarakat akan indahnya berbagai macam kebudayaan
di daerah sendiri
3.Mengganggap bahwa Kebudayaan indonesia merupakan kebudayaan kuno yang
sudah ketinggalan jaman
4.Banyak masyarakat yang tidak perduli dengan kebudayaan
5.Kurangnya tenaga ahli untuk mengembangkan Tari Sikambang,seperti penghulu
yang sudah uzur,dan meinggal

Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budayayang dapat memperlambat


perubahan sosial budaya itu adalah:
1. Adanya perasaan puas terhadap struktur budaya yang ada
2. Adanya perasaan takut akan timbulnya goncangan-goncangan dalam masyarakat
Inderapura
3. Kurang mengadakan hubungan dengan masyarakat lain yang berbeda budayanya
4. Adanya hambatan bahasa dan geografis dalam berinteraksi dengan masyarakat
lain di Inderapura
5.Adanya prasangka jelek dan curiga terhadap masyarakat lain yang berbeda
budayanya
6.Kurangnya pengetahuan, wawasan, dan perkembangan pendidikan yang lamban
di daerah Inderapura.

5.Solusi Melestarikan Tari Sikambang


a.Membuat pertunjukan
b.Mencari informasi seni tari
c.Membagikan inforamsi pada orang alain seperti, di pamphlet,social media
dll.
d.Menampilkan karaya yang berhubungan dengan Tari Sikambang

.
BAB V
PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari uraian yang saya tuliskan dalam karya tulis ini, bahwa seni tari
merupakan sebuah karya manusia yang diekspresikan dalam gerak – gerak yang
indah. Di mana setiap unsur geraknya mempunyai arti dan tujuan dari
sangkoreografinya. Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh saja
tetapikelengkapan tari ( Rias, busana, musik, dll ) menjadi kebutuhan yang
sangatterkait.
Tari Sikambang telah di pengaruhi oleh fungsi social seperti tari upacara,
tari hiburan dan tari pertunjukkan. Sementara bedasarkan penyajiannya bentuk
tarian terbagi atas tari tunggal, tari rampak, tariberpasangan dan tari paduan
berpasangan..
B.Saran
Penulis mempunyai saran untuk tari tradisional ini agar lebih di kembangkan
kembali, karena alangkah baiknya jika tari tradisional ini lebih menonjol lagi di Negara kita
Indonesia dan di adakannya festival-festival tari tradisional. Boleh juga diadakannya
latihan-latihan atau kursus tari tradisional untuk kalangan-kalangan remaja khususnya
untuk mengharumkan bangsa kita.
DAFTAR PUSTAKA

Kayam Umar.1981.Seni Tradisi Masyarakat.Jakarta:Sinar Harapan.


Soedarsono.2012.Tarian Tradisional Daerah.Bandung:ITB.
Wardhana,1990.Peranan Sanggar Dalam Melestariakan Kesenian Tradisional
Betawi.Jurnal Kesenian Vol 5(21-36).
Wibowo,Fred.1981.Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Yogyakarta:Liberty.

Anda mungkin juga menyukai