Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR ANTROPOLOGI
TARIAN JAIPONG TRADISIONAL JAWA
BARAT

Dosen Pengampu : Yeni Handayani, S.E., M. Pd

DISUSUN OLEH

Azwar Gina Gymnastiar : 202215500149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
.
Kata
Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis

dapat menyusun tugas tentang "TARI JAIPONG" dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan

dari penulisan tugas ini dimana tugas ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah

Pengantar Antropologi ,yaitu tentang TARI JAIPONG.Tidak lupa kami ucapkan terimakasih

kepada Ibu Yeni Handayani, S.E, M.Pd. selaku dosen pengampu.Saya ucapkan terima kasih

juga kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan

mendukung penulisan tugas ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh

Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski penulis telah menyusun tugas ini dengan maksimal, tidak menutup

kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran

yang konstruktif dari pembaca sekalian.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................


DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................
1.4 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.5 Tujuan Penelitian…………………………………………………………
1.6 Manfaat Penelitian……………………………………………………….
BAB II KAJIAN TEORI ...............................................................................
2.1 Sejarah Tari Jaipong ..................................................................................
2.2 Pengertian Tari Jaipong .............................................................................
2.3 Gerakan ......................................................................................................
2.4 Makna dan Perkembangan Tari Jaipong
…………………………………………………………………….
2.5 Ciri Khas Tari Jaipong…………………………………………………..

BAB III METODE PENETILIAN...............................................................


3.1 Kesimpulan Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang beragam
banyaknya.Secara spesifik,keadaan Budaya Indonesia sangatkompleks,mengingat
pnduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuansuku bangsa.Indonesia
memiliki 67 budaya yang terbesar dari barat sampai ke timur Nusantara.Dari pernyataan
diatas dapat diketahui bahwa Indonesia adalah Negara yangkaya raya akan sumber daya
alam,Sumber daya manusia dan sumber daya budayayang melimpah.Bangsa kita
merupakan bangsa yang serba multi,baik multi bangsa,multi agama,maupun multi
budaya.Bahkan banyak dari budaya kita yangdipamerkan dan dipertontonkandi pameran
luar negri.Kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan
hasilcipta,karsa,dan karya manusia,termasuk didalamnya benda-benda hasil
kreativitasdan ciptaan manusia,lagu daerah,dan kesenian daerah lainnya.Sehubungan
dengan hal itu,penulis akan menyodorkan suatu informasi mengenaikebudayaan tari
Indonesia khususnya tari jaipong yang mungkin berguna sebagaiinformasi bagi
pembaca.Kami tertarik membahas kajian ini karena kita sama-sama tau kalau saat
inikebudayaan Indonesia hamper kurang diminati oleh masyarakat,khususnya
pararemaja.mengingat kemajuan budaya barat dan globalisasi dengan harapan
masyarakatlebih dalam mengetahui tari jaipong dan akan terus melestarikannya di
generasi berikutnya.
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi bahwa Buyung
Rumingkang telah membuat inovasi baru dalam tari Jaipong. Buyung Rumingkang
mentransformasikan ide-idenya ke dalam tari Jaipong yang dijadikan sebagai media
industri kreatif berbasis seni tradisi. Kualitas tari Jaipong karya Buyung Rumingkang
yang mengagumkan telah menciptakan prestasi bagi sanggar Rumingkang. Berdasarkan
prestasinya, tari Jaipong karya Buyung Rumingkang dapat dinikmati oleh kalangan lokal,
nasional maupun internasional. Identifikasi tersebut menimbulkan ketertarikan bagi
peneliti. Peneliti tergerak untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses kreativitas
Buyung Rumingkang, proses pembelajaran tari Jaipong karya Buyung Rumingkang,
proses produksi serta komersialisasi tari Jaipong karya Rumingkang, sehingga Jaipong
karya Buyung Rumingkang mampu dijadikan sebagai media industri kreatif. Agar
terfokusnya permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dan berdasarkan pada uraian
di latar belakang serta identifikasi di atas, maka rumusan masalah yang akan
dikemukakan adalah “Bagaimana Tari Jaipong karya Rumingkang Sebagai Media
Industri Kreatif Berbasis Seni Tradisi”, dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut
. 1. Bagaimana proses pengolahan ide-ide Buyung Rumingkang ke dalam karya tarinya?
2. Bagaimana konsep pertunjukan tari Jaipong karya Buyung Rumingkang? 3.
Bagaimana rantai nilai industri kreatif tari Jaipong karya Buyung Rumingkang?

1.3 Batasan Masalah


1. Jenis Kebudayaan yang diteliti adalah keseian berupa tari tarian
2. Kesenian yang diteliti adalah kesenia khas Jawa Barat
3. Tari yang dibahas adalah Tari jaipong

1.4 Rumusan Masalah


1. Pesan apa yang dapat diambil dari kesenian Tari Jaipong ?
2. Bagaiaman makna gerakan penari dalam seni Tari Jaipong ?
3. Bagaiaman makna busana dalam seni Tari Jaipong?
4. Bagaiaman makna ekspresi wajah yang di tujukan dalam seni Tari Jaipong ?

1.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pengolahan ide-ide
Buyung Rumingkang ke dalam karya tarinya.
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan konsep pertunjukan tari
Jaipong karya Buyung Rumingkang.
3. Untuk mengidentifikasi rantai nilai industri kreatif tari Jaipong karya
Rumingkang
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan
a. Dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan tari tradisi
sebagai media industri kreatif
b. Dapat menambah kajian ilmu seni, khususnya seni tari untuk
mengetahui proses kreatif yang diterapkan dalam manajemen seni
pertunjukan, dalam hal ini tari Jaipong.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Sejarah tari jaipong


Tari Jaipong merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari daerah Karawang,
Jawa Barat. Tarian ini berkembang di era tahun 1960 an. Awalnya tari ini dikenal
masyarakat dengan nama Tari Banjet. Sebuah pertunjukan kesenian tari yang
ditampilkan dengan gerakan tari dan diiringi alunan musik berupa instrumen gamelan
.

Dulu tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah sebuah
inovasi yang dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H.
Suanda.

Haji Suanda merupakan salah satu seniman berbakat yang berasal dari daerah Karawang.
Beliau mempunyai bakat yang luar biasa. Serta memiliki keahlian menguasai sejumlah
kesenian tradisional Indonesia dari berbagai daerah, Terutamanya daerah Karawang.
Beberapa kesenian daerah yang dikuasainya diantaranya yaitu Wayang Golek, Pencak
Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet.

Kemudian, H. Suanda membuat sebuah inovasi. Beliau menciptakan inovasi berupa


menggabungkan beberapa macam tarian yang dikuasainya menjadi satu. Tarian tersebut
terdiri dari Tari Banjet, Tari Pencak Silat, Tari Ketuk Tilu, Tari Wayang Golek, dan Tari
Topeng. Hasil dari pencampuran tersebut yakni munculnya sebuah karya seni daerah
yang unik dan digemari oleh masyarakat.

Pada saat pertunjukan kesenian daerah tersebut digelar belum diberikan nama tari
jaipong. Iringan musik yang dipakai dalam pementasan itu menggunakan alat musik yang
diantaranya adalah Gendang, Degung, Gong, dan alat musik yang diketuk lainnya.
Perpaduan berbagai jenis alat musik tersebut melahirkan sebuah musik pengiring tarian
menjadi sangat energik dan unik.

Selain iringan alat musik, pada setiap pementasan kesenian tari ini juga diiringi oleh
nyanyian dari seorang sinden. Kemudian dari pertunjukan tersebut, menarik perhatian
dari seorang seniman yang berasal dari daerah Sunda bernama Gugum Gumbira untuk
mempelajarinya.
Kala itu Gugum Gumbira sudah lihai pada tarian ini. Lalu, beliau menyusun ulang semua
gerakan pada tarian itu, hingga akhirnya terciptalah sebuah tarian bernama Jaipong. Pada
sejak itulah, tarian ini mulai diperkenalkan oleh masyarakat Bandung.

Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), Tari Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman yang berasal dari
Karawang dan Bandung bernama H. Suanda dan Gugum Gumbira pada tahun 1975.

Perhatian H. Suanda dan Gugum Gumbira terhadap kesenian tari daerah dengan salah
satunya yaitu tari ketuk tilu tersebut, membuat kedua seniman ingin mengenal, dan
memahami mengenai perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang terdapat pada
Bajidoran/ Kelingan atau Ketuk Tilu.

2.2
2.3 Gerakan
Tari Jaipong mempunyai pola gerakan yang cukup penting saat penari mementaskan
tarian itu di atas panggung. Pola gerakan pada seni tari ini memiliki pengaruh yang cukup
besar pada penampilan penari saat mereka sedang tampil di atas panggung.
Penari jaipong akan melakukan gerakan tari dengan sangat enerjik, dan unik tetapi tetap
terkesan sederhana. Meskipun melakukan gerakan sederhana, tarian ini tetap memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri. Sehingga banyak dari masyarakat menyukai, dan
meminati tarian ini.
Lalu, Apa saja pola gerakan Tari Jaipong. Berikut adalah 4 gerakan pada tarian jaipong:

1. BUKAAN

Gerakan tarian jaipong yang pertama ini yaitu gerakan bukaan. Gerakan ini adalah gerakan
pembuka ketika melakukan pertunjukan hendak dimulai. Pada umumnya, para penari
melakukan gerakan dengan cara berjalan memutar, dan sembari memainkan selendang yang
dikalungkan pada leher penari. Penari melakukan gerakan bukaan ini dengan lemah gemulai.
Agar mampu menarik perhatian dari para penonton yang menyaksikan pementasan tari jaipong.
2 PENCUNGAN

Gerakan Tari Jaipong yang selanjutnya yaitu gerak pencungan. Gerakan ini adalah
gerakan tari yang memiliki tempo yang cukup cepat dengan diiringi alunan musik dan
lagu yang juga cukup cepat pula.
Gerakan ini juga dibawakan penari dengan gerakan yang penuh semangat. Oleh
karena itu, gerakan pencungan tersebut mampu membuat para penonton terbawa
suasana, dan menikmati tarian jaipong ini.
3 NGALA
Gerakan tarian jaipong yang ketiga ini yaitu gerakan ngala. Gerakan ini adalah gerak
patah-patah. Gerakan tersebut merupakan perpindahan dari titik ke titik selanjutnya, dan
dilakukan dengan menggunakan tempo yang sangat cepat. Gerakan Ngala ini menjadi
salah satu gerakan yang membuat keunikan tersendiri bagi tarian jaipong.
4 MINCIT
Gerakan terakhir dari Tari Jaipong ini adalah Mincit. Gerakan ini merupakan perpindahan
dari satu variasi gerakan variasi gerakan lainnya. Gerakan Mincit ini dilakukan oleh
penari setelah para penari melakukan gerakan Ngala.
Jika kamu menonton pementasan tari Jaipong secara langsung maupun dari televisi maka
kamu akan memahaminya. Selain pola gerakan diatas, terdapat juga gerakan dasar yang
juga memiliki pengaruh ketika memainkan tarian jaipong.
Tak hanya itu saja, gerakan dasar ini juga perlu dikuasai sebagai gerakan dasar dan
panduan secara keseluruhan gerak tari ketika memainkan tarian jaipong. Pada umumnya
gerakan dasar tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Apa saja itu? Mari simak penjelasan
berikut ini.
Geol merupakan gerak yang berfokus pada daerah pinggul.
Gitek merupakan gerak dengan cara mengayunkan pinggul dengan disertai hentakan.
Goyang merupakan gerak pada bagian pinggul yang dilakukan dengan tidak memakai
hentakan.

2.4 Makna dan Perkembangan Tari Jaipong


Seperti yang telah diketahui bahwa setiap jenis kesenian daerah tentunya mempunyai
makna dan nilainya tersendiri yang diangkatnya, serupa halnya dengan tarian jaipong.
Setiap gerakan yang terdapat pada tari jaipong mempunyai nilai dan makna sendiri.
Berikut adalah beberapa makna dari masing-masing gerakan pada tarian jaipong.
1. Gerakan Cingeus
Gerakan pertama ini bernama Gerakan Cingeus. Gerakan tersebut merupakan gerakan
pada tari Jaipong dengan cara menggerakkan bagian kepala, dan bagian tubuh secara
luwes.
Makna dari gerakan ini adalah sebagai bentuk representasi dari keluwesan serta kecekatan
seorang perempuan dalam menapaki jejak kehidupan.
2. Gerakan Kaki
Gerakan yang kedua ini adalah gerakan kaki. Pada gerakan kaki dibagi menjadi beberapa
variasi. Diantaranya yaitu gerak minced, gerak Depok, dan gerak sonteng.
Dalam gerakan kaki pada tarian jaipong mempunyai makna mengenai kegesitan, serta
sifat adaptif wanita Sunda ketika menjalani kehidupan sehari-hari.
3. Gerakan Meliuk
Gerakan yang ketiga ini bernama Gerakan Meliuk. Gerakan ini merupakan suatu gerakan
meliuk yang dilakukan oleh penari jaipong dengan cara meliuk-liukan bagian tubuh
sesuai dengan tempo yang ada pada alunan musik pengiringnya.
Gerakan Meliuk merupakan sebuah representasi dari sifat fleksibel yang dipunyai oleh
seorang wanita Sunda ketika menghadapi masalah kehidupan.
4. Gerakan Ngagaleong
Gerakan selanjutnya ini bernama Gerakan Ngagaleong. Gerakan tersebut merupakan
suatu gerakan dengan lebih menonjolkan gerak-gerik pada mata, Nantinya, para penari itu
akan memainkan sorot matanya yang tajam pada sebuah objek tertentu.
Makna dari gerakan Ngagaleong ini yaitu wanita harus dapat berani dalam menyuarakan
pendapat dan bisa melakukan komunikasi secara baik.
5. Gerakan Variasi
Gerakan yang terakhir bernama Gerakan Variasi. Gerakan ini merupakan gerakan yang
dilakukan dengan cara menyesuaikan tempo, dan dinamika alunan musik pengiringnya.
Serta gerakan bisa diawali dengan tempo lambat lalu berubah menjadi tempo cepat atau
sebaliknya.
Makna Gerakan ini yaitu sebagai representasikan sifat yang tidak menjemukkan dan lebih
bisa untuk membaur pada segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupanya.
Selain makna gerakan diatas, terdapat juga makna tari Jaipong. Pada biasanya, gerakan
pada tarian Jaipong memberikan gambaran mengenai wanita Sunda sekarang ini yang
tidak pantang menyerah, dan energik, berani, ramah, genit, lincah, mandiri dan
bertanggung jawab, namun tetap santun.
Hal itu secara langsung bisa mengubah stereotip lama mengenai wanita sunda yang
berparas cantik namun malas. Wajah cantik dengan lekuk tubuh yang indah tersebut
adalah aset yang berharga sehingga menjadi daya tarik yang selalu ditonjolkan dari para
penari Jaipong.
Dari situ tersirat lah sebuah pesan yaitu bahwa di balik kelembutan, dan keanggunan dari
wanita Sunda, terdapat juga keinginan untuk menjadi diri sendiri dengan tidak terhambat
oleh sudut pandang orang lain.
Tarian Jaipong juga memiliki arti bahwa wanita tak harus selalu dinilai hanya dari
luarnya saja yang didasarkan pada stereotip budaya lama yang sudah melekat pada
masyarakat wilayah Indonesia.
Pada perkembangannya, Tari Jaipong melahirkan seorang para penari yang lihai atau
handal. Diantaranya yaitu Yeti Mamat, Tatit Saleh, Pepen Dedi Kirniadi, dan Eli Somali.
Tarian ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi para pegiat seni, guna lebih
sungguh-sungguh dalam memperkenalkan tarian daerah yang kurang mendapatkan
perhatian masyarakat.
Dari situlah, kini Tari Jaipong mulai dikenal, dan menjadi populer. Dengan kepopuleran
tersebut, saat ini banyak bermunculan sanggar-sanggar tari yang mengajarkan kesenian
tari dengan salah satunya yaitu tarian jaipong.
Sekarang Tari Jaipong memiliki ciri khas atau gaya lain yang dikenal dengan istilah
kaleran. Tarian jaipong gaya ini mempunyai gerakan semangat, erotis, spontanitas,
humoris, dan lebih sederhana.
Hal itu bisa dilihat dari pola penyajian ketika pertunjukan tari. Pola tersebut serupa
dengan Ibing Pola yang terkenal di wilayah Bandung, dan Ibing Saka yang tanpa pola
yang berkembang di wilayah Karawang dan Subang. Gaya baru tersebut dinamakan
dengan nama Tari Jaipong gaya kaleran.
Pada sekarang ini tarian jaipong dikenal sebagai salah satu kesenian tari yang berasal dari
Jawa Barat. Walaupun faktanya, tarian ini berasal dari daerah Karawang.
Pada biasanya, tari jaipong dipentaskan pada beberapa acara penting. Misalnya
penyambutan tamu besar yang datang berkunjung ke daerah Jawa Barat, ataupun lain
sebagainya.
Tarian Jaipong juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesenian daerah di
Jawa Barat. Diantaranya yaitu Genjring, Terbangan, Wayang Dengung, dan lain
sebagainya. Tak hanya sampai disitu saja, tarian ini juga pernah dikolaborasikan dengan
musik dangdut modern oleh seorang yang bernama Leni dan Mr. Nur yang lalu dikenal
sebagai Pong Dut.
Selain tari jaipong, di tahun 1980 dan 1990 an Gugum Gumbira juga mengembangkan ke
dalam jenis tarian lainnya, Seperti Tari Kuntul Mangut, Setra Sari, Rawayan, Toka-toka,
Seonteng, Iring-iring Daun Puring, Pencug, dan Kawung Anten.
Demikian adalah beberapa pembahasan mengenai sejarah tari jaipong, pola gerakan tari
jaipong, ciri khas tari jaipong, makna dan perkembangan tari jaipong. Semoga penjelasan
diatas dapat menambah wawasan baru untuk anda mengenai Tari jaipong.

2.5 Ciri Khas Tari Jaipong


Bangsa Indonesia dikenal sebagai negara yang tak hanya kaya akan hasil bumi saja,
tetapi juga kaya akan kebudayaan. Mulai dari bidang seni sastra, seni tari, seni rupa
berupa seni rupa terapan dan seni rupa murni, seni bangunan, seni musik dan lain
sebagainya.
Dari keberagaman kesenian tradisional yang sangatlah beragam tersebut, tentunya tiap
kesenian itu memiliki masing-masing ciri khasnya tersendiri. Dengan salah satunya
kesenian tari berasal dari Jawa Barat yaitu tari Jaipong.
Tarian ini mempunyai ciri khas khususnya pada tarian jaipong gaya kaleran. Diantaranya
yaitu humanism, keceriaan, semangat, erotisme, kesederhanaan, dan spontanitas.
Ciri khas tarian jaipong tersebut dapat tercermin pada penyajian tariannya. Terdapat
pemberian pola atau yang disebut juga dengan nama ibing pola.
Ibing pola umumnya dibawakan oleh seorang penari tunggal atau dikenal dengan nama
Sinden Tatandakan. Seorang sinden yang tidak bisa menyanyi tetapi menarikan lagu
sinden atau istilah yaitu Juru Kawih.
Misalnya pada seni tari jaipong yang berkembang di wilayah Bandung. Tak hanya itu,
iringan alat musik berupa Dengung tersebut membawa suasana menjadi ceria. Maka tak
heran, jika banyak orang yang ikut menari ketika melihat pementasan ini.
Dilansir dari laman Bobo, properti tari jaipong antara lain sampur atau selendang yang
dikenakan di leher, apok atau baju atasan penari dan sinjang atau kain panjang untuk
celana panjang yang digunakan para penari.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan payung etnokoreologi dengan dukungan teori dan pendekatan
lainnya secara multidisiplin. Beragam fenomena dalam tari Jaipongan Kawung Anten sebagai
citra perempuan Sunda. Maryeni, (2005: hlm 58) mengungkapkan “metode merupakan cara yang
ditempuh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang ditetapkan”,
sedangkan penelitian itu sendiri pada dasarnya bertujuan untuk mencari kebenaran tentang apa yang akan
diteliti. Metode penelitian ini tentunya akan membantu peneliti dalam menentukan langkah-langkah yang
akan dilakukan dalam sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengarahkan peneliti dalam
memperoleh data-data yang bisa menjawab permasalahan penelitian. Untuk melandasi kajian penelitian
diperlukan suatu pendekatan secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin dimaksudkan untuk melihat
lebih jelas kehadiran teks tari Jaipongan Kawung Anten dalam membawa konteks budaya masyarakat
Sunda, khususnya dalam citra perempuan Sunda. Hal ini utamanya terkait dengan nilai dan fungsi tari itu
melalui proses dan hasilnya, untuk membentuk nilai citra perempuan Sunda pada tari Jaipongan Kawung
Anten. Untuk itu disiplin ilmu yang dipilih sebagai payung penelitian adalah Etnokoreologi, dibantu
dengan teori dan pendekatan Semiotika, Sosiologi, Folklor dan Estetika Paradoks. Semiotik dipergunakan
untuk menelaah aspek interpretasi terhadap tari Jaipongan Kawung Anten serta kaitannya sebagai suatu
tanda yang membawa tanda-tanda sosial budaya yang melingkupinya. Untuk melingkupi pendekatan
semiotika atas tari Kawung Anten, aspek kesejarahan dan sosiologi masyarakat Sunda
.

3.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Tari Rawayan merupakan sebuah tari Jaipongan karya Gugum Gumbira yang syarat akan
makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Makna yang terkandung tersebut,
menggambarkan bagaimana cara menyikapi kehidupan yang hanya penuh dengan
kefanaan. Setiap manusia yang hidup di dunia ini seperti layaknya wayang yang
dimainkan oleh sang dalang atau Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak memiliki daya
upaya atau kekuatan yang mampu menandingi kuasa-Nya. Hendaknya setiap manusia
yang hidup di dunia harus berhati-hati dalam melangkah dan bertindak, bila tidak nafsulah
yang akan membuat diri menyesal. Tari Rawayan memiliki keterkaitan khusus dengan
masyarakat Suku Baduy Luar. Kata Rawayan dalam bahasa Sunda memiliki arti jembatan
yang terbuat dari bambu. Rawayan terdapat di Kampung Gajeboh, Desa Kanekes,
Kabupaten Lebak, Banten, Jawa Barat. Korelasi antara judul tari dengan tema tari
Rawayan adalah disaat menyebrangi rawayan, kita harus berhati-hati dalam melangkah.
Hal tersebut Gugum Gumbira analogikan dengan situasi yang terjadi pada masa
pembangunan yang diusung bapak Soeharto dan ibu Tien. Ia ingin menyampaikan bahwa
dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung ini, bapak Soeharto dan ibu Tien
harus ingat dan hati-hati dalam mempertahankan 94 nilai-nilai tradisi yang dimiliki bangsa
Indonesia agar tercapainya kestabilan yang merupakan persyaratan agar pembangunan
dapat berlangsung dengan baik. Hal tersebut bukan hanya wejangan untuk bapak Soeharto
dan ibu Tien Soeharto melainkan untuk seluruh manusia yang hidup di bumi ini. Tari
Rawayan merupakan sebuah tarian yang tampaknya sederhana namun di balik
kesederhanaannya memiliki nilai yang sangat tinggi. Nilai tinggi yang dimiliki tari
Rawayan bukan hanya karena tarian ini tercipta atas permintaan Ibu Negara Republik
Indonesia pada saat itu yaitu Ibu Tien Soeharto, melainkan nilai yang tinggi tersebut
muncul dari makna dan simbol yang Gugum Gumbira tuangkan pada tari Rawayan
tersebut. Tema tari Rawayan yang mencerminkan kehati-hatian yang meliputi segala aspek
kehidupan yang dijalani manusia merupakan ilmu yang sangat berguna bagi penikmat seni
yang tidak hanya melihat sisi teks suatu karya tari melainkan melihat juga sisi konteks dari
karya tari tersebut. Tari Rawayan pantas dijadikan panutan sikap yang baik bagi
masyarakat yang beretnis Sunda sendiri maupun masyarakat di luar etnis Sunda, karena
tari Rawayan merupakan sebuah tarian yang memvisualisasikan citra perempuan
khususnya perempuan khususnya perempuan Sunda yang pemberani, tangguh, tegas,
percaya diri, bertanggungjawab, memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi dan memiliki
rasa mengayomi atau kekeluargaan. Tari Rawayan dapat dijadikan simbol perempuan
Sunda yang memiliki dua sisi yang berbeda namun saling berhubungan yaitu sisi lemah
lembut dan sisi 95 tangguh yang diperlukan dalam menjalani kehidupan. Tari Rawayan
menyimbolkan perempuan Sunda yang sederhana, cantik apa adanya tidak cantik dari
sesuatu yang membalut dirinya seperti emas dan permata namun karena kecantikan yang
terpancar dari hatinya, mandiri, dapat menjadi tulang punggung keluarga, dan dihormati di
lingkungan sekitarnya. Tari Rawayan dapat menjadi tontonan serta tuntunan dan diminati
sebagai pembelajaran pelestarian kesenian khususnya pada bidang seni tari oleh
masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat dan masyarakat di luar Jawa Barat
Untuk rias dan busana pada tari jaipong Entog Mulang karya Awan Metro ini disesuaikan
dengan kebutuhan tarian yang mempertegas garis-garis wajah serta menutupi kekurangan
pada wajah penari sehingga terlihat lebih baik dan cantik. Tata rias pada tari jaipong Entog
Mulang dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan pertunjukan. Bentuk rias yang
diterapkan yaitu berpedoman kepada karakter tari jaipong Entog Mulang yang merupakan
interpretasi pencipta tarian beserta penata rias. Tata rias yang diterapkan dan digunakan
pada penari berupa riasan yang disesuaikan dengan kebutuhan tarian, yaitu riasan
corrective. Alasan Awan Metro memilih rias korektif karena tarian merupakan penampilan
dari suatu maksud yang menggambarkan karakteristik tarian tersebut yaitu
menggambarkan wanoja Sunda yang energik, cantik dan mempesona.

Busana yang digunakan dalam tari jaipong Entog Mulang tidak memiliki patokan yang
khusus baik dari segi motif maupun dari jenis kain serta warnanya. Hanya saja motif yang
digunakan adalah motif-motif tradisi. Bahan yang digunakan pada tarian ini sangat ringan
sehingga akan mudah bergerak mengikuti gerak penari ketika penari sedang menari.
sedangkan warna yang dipilih yaitu warna yang soft seperti warna pink baby dan silver
yang menurut penciptanya memiliki arti sesuatu yang sangat manis, cantik serta indah
dipandang. Busana yang digunakan sangat tertutup, tidak ketat dan tidak membentuk
lekukan tubuh terlalu jelas, namun tetap tidak mengurangi nilai keindahannya. Tata busana
yang dikenakan oleh penari pada tari jaipong Entog Mulang adalah bulu-bulu, aksesoris
kepala dari bahan kulit yang dibentuk dengan indah, rambang melati, apok, rok, samping,
kebaya, coker, obi, tileu, sayap, sabuk, pita/korsase. Diantara tata busana dan aksesoris
kepala tersebut ada dua hal yang wajib dipakai oleh penari, yakni bulu-bulu sebagai
lambing dari entog (hewan berbulu) dan tileu (penutup bokong) sebagai lambang ekor
entog.
Musik pengiring untuk pertunjukan ini diambil dari beberapa alat musik seperti Degung,
Gendang, Gong dan alat musik ketuk lainnya, sehingga membuat musik pengiring tarian
ini cukup unik dan enerjik.
Pada pertunjukan ini juga diiringi nyanyian, yang dinyanyikan oleh seorang perempuan
yang biasa disebut Sinden. Seorang seniman dari Sunda yakni Gugum Gumbira sangat
antusias belajar tarian ini.

Berbagai acara pentas seni yang mementaskan tarian ini membuat para masyarakat
menjadi terhibur. Bertemunya orang-orang pada saat pertunjukan tarian ini membuat
orang-orang tersebut akan mudah bertukar informasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/tari-jaipong/

https://www.suara.com/news/2021/06/18/175835/tari-jaipong-sejarah-dan-makna-setiap-
gerakannya

Anda mungkin juga menyukai