PENGANTAR ANTROPOLOGI
TARIAN JAIPONG TRADISIONAL JAWA
BARAT
DISUSUN OLEH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun tugas tentang "TARI JAIPONG" dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan
dari penulisan tugas ini dimana tugas ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah
Pengantar Antropologi ,yaitu tentang TARI JAIPONG.Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Ibu Yeni Handayani, S.E, M.Pd. selaku dosen pengampu.Saya ucapkan terima kasih
juga kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan
mendukung penulisan tugas ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh
Meski penulis telah menyusun tugas ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran
Dulu tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah sebuah
inovasi yang dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H.
Suanda.
Haji Suanda merupakan salah satu seniman berbakat yang berasal dari daerah Karawang.
Beliau mempunyai bakat yang luar biasa. Serta memiliki keahlian menguasai sejumlah
kesenian tradisional Indonesia dari berbagai daerah, Terutamanya daerah Karawang.
Beberapa kesenian daerah yang dikuasainya diantaranya yaitu Wayang Golek, Pencak
Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet.
Pada saat pertunjukan kesenian daerah tersebut digelar belum diberikan nama tari
jaipong. Iringan musik yang dipakai dalam pementasan itu menggunakan alat musik yang
diantaranya adalah Gendang, Degung, Gong, dan alat musik yang diketuk lainnya.
Perpaduan berbagai jenis alat musik tersebut melahirkan sebuah musik pengiring tarian
menjadi sangat energik dan unik.
Selain iringan alat musik, pada setiap pementasan kesenian tari ini juga diiringi oleh
nyanyian dari seorang sinden. Kemudian dari pertunjukan tersebut, menarik perhatian
dari seorang seniman yang berasal dari daerah Sunda bernama Gugum Gumbira untuk
mempelajarinya.
Kala itu Gugum Gumbira sudah lihai pada tarian ini. Lalu, beliau menyusun ulang semua
gerakan pada tarian itu, hingga akhirnya terciptalah sebuah tarian bernama Jaipong. Pada
sejak itulah, tarian ini mulai diperkenalkan oleh masyarakat Bandung.
Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), Tari Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman yang berasal dari
Karawang dan Bandung bernama H. Suanda dan Gugum Gumbira pada tahun 1975.
Perhatian H. Suanda dan Gugum Gumbira terhadap kesenian tari daerah dengan salah
satunya yaitu tari ketuk tilu tersebut, membuat kedua seniman ingin mengenal, dan
memahami mengenai perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang terdapat pada
Bajidoran/ Kelingan atau Ketuk Tilu.
2.2
2.3 Gerakan
Tari Jaipong mempunyai pola gerakan yang cukup penting saat penari mementaskan
tarian itu di atas panggung. Pola gerakan pada seni tari ini memiliki pengaruh yang cukup
besar pada penampilan penari saat mereka sedang tampil di atas panggung.
Penari jaipong akan melakukan gerakan tari dengan sangat enerjik, dan unik tetapi tetap
terkesan sederhana. Meskipun melakukan gerakan sederhana, tarian ini tetap memiliki
keunikan dan ciri khas tersendiri. Sehingga banyak dari masyarakat menyukai, dan
meminati tarian ini.
Lalu, Apa saja pola gerakan Tari Jaipong. Berikut adalah 4 gerakan pada tarian jaipong:
1. BUKAAN
Gerakan tarian jaipong yang pertama ini yaitu gerakan bukaan. Gerakan ini adalah gerakan
pembuka ketika melakukan pertunjukan hendak dimulai. Pada umumnya, para penari
melakukan gerakan dengan cara berjalan memutar, dan sembari memainkan selendang yang
dikalungkan pada leher penari. Penari melakukan gerakan bukaan ini dengan lemah gemulai.
Agar mampu menarik perhatian dari para penonton yang menyaksikan pementasan tari jaipong.
2 PENCUNGAN
Gerakan Tari Jaipong yang selanjutnya yaitu gerak pencungan. Gerakan ini adalah
gerakan tari yang memiliki tempo yang cukup cepat dengan diiringi alunan musik dan
lagu yang juga cukup cepat pula.
Gerakan ini juga dibawakan penari dengan gerakan yang penuh semangat. Oleh
karena itu, gerakan pencungan tersebut mampu membuat para penonton terbawa
suasana, dan menikmati tarian jaipong ini.
3 NGALA
Gerakan tarian jaipong yang ketiga ini yaitu gerakan ngala. Gerakan ini adalah gerak
patah-patah. Gerakan tersebut merupakan perpindahan dari titik ke titik selanjutnya, dan
dilakukan dengan menggunakan tempo yang sangat cepat. Gerakan Ngala ini menjadi
salah satu gerakan yang membuat keunikan tersendiri bagi tarian jaipong.
4 MINCIT
Gerakan terakhir dari Tari Jaipong ini adalah Mincit. Gerakan ini merupakan perpindahan
dari satu variasi gerakan variasi gerakan lainnya. Gerakan Mincit ini dilakukan oleh
penari setelah para penari melakukan gerakan Ngala.
Jika kamu menonton pementasan tari Jaipong secara langsung maupun dari televisi maka
kamu akan memahaminya. Selain pola gerakan diatas, terdapat juga gerakan dasar yang
juga memiliki pengaruh ketika memainkan tarian jaipong.
Tak hanya itu saja, gerakan dasar ini juga perlu dikuasai sebagai gerakan dasar dan
panduan secara keseluruhan gerak tari ketika memainkan tarian jaipong. Pada umumnya
gerakan dasar tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Apa saja itu? Mari simak penjelasan
berikut ini.
Geol merupakan gerak yang berfokus pada daerah pinggul.
Gitek merupakan gerak dengan cara mengayunkan pinggul dengan disertai hentakan.
Goyang merupakan gerak pada bagian pinggul yang dilakukan dengan tidak memakai
hentakan.
3.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Tari Rawayan merupakan sebuah tari Jaipongan karya Gugum Gumbira yang syarat akan
makna simbolis yang terkandung di dalamnya. Makna yang terkandung tersebut,
menggambarkan bagaimana cara menyikapi kehidupan yang hanya penuh dengan
kefanaan. Setiap manusia yang hidup di dunia ini seperti layaknya wayang yang
dimainkan oleh sang dalang atau Tuhan Yang Maha Esa. Manusia tidak memiliki daya
upaya atau kekuatan yang mampu menandingi kuasa-Nya. Hendaknya setiap manusia
yang hidup di dunia harus berhati-hati dalam melangkah dan bertindak, bila tidak nafsulah
yang akan membuat diri menyesal. Tari Rawayan memiliki keterkaitan khusus dengan
masyarakat Suku Baduy Luar. Kata Rawayan dalam bahasa Sunda memiliki arti jembatan
yang terbuat dari bambu. Rawayan terdapat di Kampung Gajeboh, Desa Kanekes,
Kabupaten Lebak, Banten, Jawa Barat. Korelasi antara judul tari dengan tema tari
Rawayan adalah disaat menyebrangi rawayan, kita harus berhati-hati dalam melangkah.
Hal tersebut Gugum Gumbira analogikan dengan situasi yang terjadi pada masa
pembangunan yang diusung bapak Soeharto dan ibu Tien. Ia ingin menyampaikan bahwa
dalam masa pembangunan yang sedang berlangsung ini, bapak Soeharto dan ibu Tien
harus ingat dan hati-hati dalam mempertahankan 94 nilai-nilai tradisi yang dimiliki bangsa
Indonesia agar tercapainya kestabilan yang merupakan persyaratan agar pembangunan
dapat berlangsung dengan baik. Hal tersebut bukan hanya wejangan untuk bapak Soeharto
dan ibu Tien Soeharto melainkan untuk seluruh manusia yang hidup di bumi ini. Tari
Rawayan merupakan sebuah tarian yang tampaknya sederhana namun di balik
kesederhanaannya memiliki nilai yang sangat tinggi. Nilai tinggi yang dimiliki tari
Rawayan bukan hanya karena tarian ini tercipta atas permintaan Ibu Negara Republik
Indonesia pada saat itu yaitu Ibu Tien Soeharto, melainkan nilai yang tinggi tersebut
muncul dari makna dan simbol yang Gugum Gumbira tuangkan pada tari Rawayan
tersebut. Tema tari Rawayan yang mencerminkan kehati-hatian yang meliputi segala aspek
kehidupan yang dijalani manusia merupakan ilmu yang sangat berguna bagi penikmat seni
yang tidak hanya melihat sisi teks suatu karya tari melainkan melihat juga sisi konteks dari
karya tari tersebut. Tari Rawayan pantas dijadikan panutan sikap yang baik bagi
masyarakat yang beretnis Sunda sendiri maupun masyarakat di luar etnis Sunda, karena
tari Rawayan merupakan sebuah tarian yang memvisualisasikan citra perempuan
khususnya perempuan khususnya perempuan Sunda yang pemberani, tangguh, tegas,
percaya diri, bertanggungjawab, memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi dan memiliki
rasa mengayomi atau kekeluargaan. Tari Rawayan dapat dijadikan simbol perempuan
Sunda yang memiliki dua sisi yang berbeda namun saling berhubungan yaitu sisi lemah
lembut dan sisi 95 tangguh yang diperlukan dalam menjalani kehidupan. Tari Rawayan
menyimbolkan perempuan Sunda yang sederhana, cantik apa adanya tidak cantik dari
sesuatu yang membalut dirinya seperti emas dan permata namun karena kecantikan yang
terpancar dari hatinya, mandiri, dapat menjadi tulang punggung keluarga, dan dihormati di
lingkungan sekitarnya. Tari Rawayan dapat menjadi tontonan serta tuntunan dan diminati
sebagai pembelajaran pelestarian kesenian khususnya pada bidang seni tari oleh
masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat dan masyarakat di luar Jawa Barat
Untuk rias dan busana pada tari jaipong Entog Mulang karya Awan Metro ini disesuaikan
dengan kebutuhan tarian yang mempertegas garis-garis wajah serta menutupi kekurangan
pada wajah penari sehingga terlihat lebih baik dan cantik. Tata rias pada tari jaipong Entog
Mulang dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan pertunjukan. Bentuk rias yang
diterapkan yaitu berpedoman kepada karakter tari jaipong Entog Mulang yang merupakan
interpretasi pencipta tarian beserta penata rias. Tata rias yang diterapkan dan digunakan
pada penari berupa riasan yang disesuaikan dengan kebutuhan tarian, yaitu riasan
corrective. Alasan Awan Metro memilih rias korektif karena tarian merupakan penampilan
dari suatu maksud yang menggambarkan karakteristik tarian tersebut yaitu
menggambarkan wanoja Sunda yang energik, cantik dan mempesona.
Busana yang digunakan dalam tari jaipong Entog Mulang tidak memiliki patokan yang
khusus baik dari segi motif maupun dari jenis kain serta warnanya. Hanya saja motif yang
digunakan adalah motif-motif tradisi. Bahan yang digunakan pada tarian ini sangat ringan
sehingga akan mudah bergerak mengikuti gerak penari ketika penari sedang menari.
sedangkan warna yang dipilih yaitu warna yang soft seperti warna pink baby dan silver
yang menurut penciptanya memiliki arti sesuatu yang sangat manis, cantik serta indah
dipandang. Busana yang digunakan sangat tertutup, tidak ketat dan tidak membentuk
lekukan tubuh terlalu jelas, namun tetap tidak mengurangi nilai keindahannya. Tata busana
yang dikenakan oleh penari pada tari jaipong Entog Mulang adalah bulu-bulu, aksesoris
kepala dari bahan kulit yang dibentuk dengan indah, rambang melati, apok, rok, samping,
kebaya, coker, obi, tileu, sayap, sabuk, pita/korsase. Diantara tata busana dan aksesoris
kepala tersebut ada dua hal yang wajib dipakai oleh penari, yakni bulu-bulu sebagai
lambing dari entog (hewan berbulu) dan tileu (penutup bokong) sebagai lambang ekor
entog.
Musik pengiring untuk pertunjukan ini diambil dari beberapa alat musik seperti Degung,
Gendang, Gong dan alat musik ketuk lainnya, sehingga membuat musik pengiring tarian
ini cukup unik dan enerjik.
Pada pertunjukan ini juga diiringi nyanyian, yang dinyanyikan oleh seorang perempuan
yang biasa disebut Sinden. Seorang seniman dari Sunda yakni Gugum Gumbira sangat
antusias belajar tarian ini.
Berbagai acara pentas seni yang mementaskan tarian ini membuat para masyarakat
menjadi terhibur. Bertemunya orang-orang pada saat pertunjukan tarian ini membuat
orang-orang tersebut akan mudah bertukar informasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/tari-jaipong/
https://www.suara.com/news/2021/06/18/175835/tari-jaipong-sejarah-dan-makna-setiap-
gerakannya