Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita, yakni Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa'atnya di akhirat nanti.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Drs. Akhmad Qomarudin selaku Guru Mata Pelajaran Seni Budaya SMA
Negeri 2 Kota Mojokerto atas kesempatan, bimbingan, dan dukungan yang telah
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran ditujukan
untuk perbaikan agar menjadikan makalah ini menjadi lebih sempurna. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya di masa
yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penyusunan....................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penyusunan..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
2.1 Sejarah Tari Gandrung.................................................................................. 4
2.2 Makna yang Terdapat Pada Tari Gandrung.................................................. 6
2.3 Pandangan Mengenai Tari Gandrung dari Berbagai Aspek.......................... 17
2.4 Upaya Pelestarian Tari Gandrung................................................................. 20
BAB III PENUTUP............................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 21
3.2 Saran.............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mendukung upaya pelestarian warisan budaya ini. Eksplorasi ini menjadi
jendela untuk memahami esensi kehidupan masyarakat Jawa dan bagaimana
seni pertunjukan tradisional menjadi wadah utama dalam mengabadikan nilai-
nilai yang bersifat universal namun tetap mengakar dalam kekayaan budaya
Jawa.
2
2. Apa saja makna yang terdapat pada Tari Gandrung Banyuwangi Jawa
Timur?
3. Bagaimana pandangan mengenai Tari Gandrung dari berbagai aspek?
4. Bagaimana upaya melestarikan Tari Gandrung?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gambar 2.1 Tari Gandrung Laki-Laki
Sumber : www.dictio.id
5
mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin
terdesak sejak akhir abad ke-20.
6
untuk ngrepen atau repenan yang merupakan salah satu sesi dimana
penari gandrung akan duduk bersama tamu untuk membawakan
gendhing atas permintaannya, sebelum tamu tersebut ikut menari
diatas pentas. Biasanya setelah berakhirnya gendhing yang dibawakan
tamu meletakkan sejumlah uang diatas talam sebagai penghargaan
atau imbalan atas permintaan gendhing tadi.
c. Maju Gandrung
Dalam hal ini, penari tari gandrung akan diatur oleh "pramugari" atau
"gedhog" yang akan membagi giliran tamu menari bersama penari
gandrung. Biasanya didasarkan atas kedudukan individu tamu tersebut
didalam masyarakat. Sebagai contoh bagi individu yang mempunyai
kedudukan sebagai pejabat atau penguasa tertinggi dilingkunganya
mendapat giliran yang pertama, diantara tamu yang lain. Dan
selanjutnya menurut urutan yang lebih rendah. Kalau sudah tidak ada
lagi urutan menurut kedudukan itu maka sebagai bahan pertimbangan
dipergunakanlah urutan kedatangan tamu tersebut dalam pesta itu.
Bagi yang lebih dahulu memasuki tempat peralatan itu. Dialah yang
berhak menerima giliran lebih dahulu pula.
d. Seblang Subuh
Saat menjelang subuh, pagelaran akan di tutup dengan ditampilkan
bentuk tarian seblang-seblangan. Secara garis besar gerak yang
dipertontonkan mirip gerak seorang wanita dari lingkungan
masyarakat petani. Sebagian dari ragam geraknya bertemakan
pemujaan terhadap Dewi Sri yaitu Dewi kemakmuran bagi masyarakat
agraris yang kedudukanya sama dengan Dewi Ceres bagi masyarakat
Yunani. Tari seblang tersebut diselenggarakan pada waktu menjelang
pagi, sebab pada waktu itu biasanya para wanita termasuk gadis-gadis
petani dilingkungan orang yang punya hajad sudah bangun, sehingga
mereka dapat menyaksikan tari seblang-seblangan tersebut.
7
2. Makna Tata Busana Pada Tari Gandrung
a. Pada Bagian Kepala
8
pewarnaan merah tersebut melambangan ksatria pemberani,
sedangkan ular tersebut adalah Antaboga yang berarti keabadian dan
kesetiaan. Hal itu merupakan penggambaran dari warga Blambangan
yang senatiasa menjunjung tinggi nilai perjuangan yang ksatria nan
pemberani.
Selanjutnya pada mahkota terdapat juga ornamen berbentuk
oval berwarna perak yang mempunyai fungsi membuat wajah penari
gandrung seakan-akan bulat telur.
Dilanjutkan, bagian depan omprog terdapat Bathukan dan
Pilisan. Bagian depan omprog tersebut menggambarkan jika kita harus
mendahulukan pemikiran yang jernih. Sedang di bagian belakang
omprog punya pentuk Nanasan. Bentuk dari Nanasan sendiri
disimbolkan bentuk gunungan dalam wayang yang berati kehidupan.
Selain Nanasan, bagian belakang memiliki ombyog atau ronce yang
terbuat dari untaian manik-manik di bagian belakang bawah Omprog.
Apabila sedang menari ombyog nampak meliuk bak ombak laut,
seakan menyampaikan pesan bila hidup akan selalu berombak naik
turun dan tak akan pernah tenang.
Dilengkapi dengan berbagai warna seperti merah, putih, hitam, hijau
dan kuning emas, Omprog juga memancarkan konsep 'Sedulur Papat
Limo Pancer’ yang merupakan perwujudan dari perjalanan manusia di
dunia ini, mencakup baik dan buruknya.
9
1) Otok atau kemben yang terbuat dari kain beludru warna hitam
yang biasanya dibagian belakang otok terdapat tulisan nama
penarinya yang bertujuan untuk lebih memudahkan kepemilikan
otok atau kemben, serta terdapat hiasan monte-monte kuning
emas. Otok atau kemben berfungsi untuk menutup bagian dada.
10
Gambar 2.7 Pending
Sumber : www.dictio.id
11
6) Oncer, yaitu potongan kain kecil-kecil pendek berwarna putih dan
merah yang di tempatkan di sekeliling pinggangnya sebagai
pengisi pada bagian- bagian pinggang yang tidak tertutup oleh
sembong dan biasa di sebut sembongan.
12
1) Sewek atau sarung, dengan pemakaian yang agak tinggi di atas
mata kaki dan di bawah lutut biasanya dipergunakan kain panjang
batik motif Gajah Oling dengan warna dasar yang biasanya
dipakai yakni putih, merah dan hijau. Motif itu memberi makna
untuk selalu bersyukur dalam menjalani kehidupan, dan secara
keseluruhan motif Gajah Oling juga bisa menggambarkan sebuah
harapan akan adanya kesuburan di lingkungan masyarakat
Banyuwangi, tidak mengalami kekurangan dalam mencari
makanan. Adapun corak batik yang lain dipakai penari gandrung
yaitu, corak paras gempal dan kangkung setingkes.
14
Gambar 2.15 Kethuk
Sumber : www.dictio.id
15
Gambar 2.17 Gong
Sumber : www.dictio.id
4) Gong 2 buah yang berfungsi sebagai pemanis suara indah pada
akhir komposisi nada.
16
akhir Tari Gandrung yakni, Seblang Lukinton, Sekar Jenang,
Kembang Pepe, Sondreng-sondreng, dan Kembang Prima.
a. Syair-syair dalam Seblang Lukinto merupakan deskripsi
waktu menjelang fajar yang disampaikan dengan
menggunakan tanda alam cahaya merah di timur dan suara
ayam berkokok.
b. Budayawan Banyuwangi Hasnan Singodiman dan Fatrah
Abal, menceritakan bahwa sebelum tahun 60-an, ketika
babak Seblang-seblang dipentaskan dan diiringi gendhing
Seblang Lukinto, Sekar Jenang, Kembang Pepe, dan
Sondreng-sondreng, banyak orang tua yang menyaksikan
tidak dapat menahan tangis karena lagu-lagu tersebut mampu
membangkitkan ingatan atau kenangan tentang masa lalu
suku Osing yang kelam ketika menghadapi Belanda.
3) Kembang Pepe
a. Kembang Pepe adalah gendhing yang memiliki tiga bait dan
setiap baitnya terdiri dari empat lirik. Sama seperti Seblang
Lukinto, Kembang Pepe dimainkan saat babak Seblang
Subuh atau Seblang-seblang.
b. Kembang Pepe menitikberatkan penggunaan Tari Gandrung
sebagai siasat untuk melawan penjajah. Tari Gandrung
dipentaskan bersama dengan pertunjukan Barong untuk
membuat tentara Belanda lengah. Mereka dibuat larut lewat
tarian dan suguhan minuman-minuman keras. Di saat itulah,
tentara-tentara Belanda diserang.
17
ajang berkumpulnya para pejuang dan melalui sarana tersebut pusat
informasi dan pembangkit semangat para pejuang yang disampaikan
melalui gending-gending yang dibawakannya dan dengan gending-
gendingnya pula berbagai informasi yang merupakan kata sandi
disampaikan kepada para pejuang, itulah andil dari kesenian gandrung
pada masa perjuangan.
4. Aspek Ekonomi
Setiap penampilan kesenian gandrung paling tidak akan melibatkan 6
pemain musik dan 1 orang sampai 5 orang penari gandrung, hal ini belum
termasuk petugas pengatur sound system, genjot dan lain-lain yang secara
18
tidak langsung merupakan lapangan pekerjaan yang melekat dan dapat
memberikan nafkah kepada mereka. Belum lagi efek ikutan yang terbawa
dengan adanya pementasan kesenian gandrung seperti ramainya para
pedagang makanan dan mainan yang ikut bergabung meramaikan setiap
pementasan, akan mempercepat perputaran roda ekonomi di kalangan
masyarakat luas.
Hal lain yang dapat membawa pengaruh terhadap berputarnya
perekonomian masyarakat adalah bahwa dengan hadirnya kesenian
gandrung ditengah-tengah masyarakat maka timbul kreasi-kreasi seni yang
bersumber dafri kesenian gandrung, sehingga disekolah sekolah, sanggar-
sanggar tari ikut membuka lapangan kerja melalui kebutuhan pelatih-
pelatih tari dan perajin-perajin pakaian gandrung yang sangat luas
cakupannya dan secara ekonomis membawa dampak yang sangat besar
terhadap meningkatnya perekonomian di kalang an masyarakat luas.
19
2.4 Upaya Pelestarian Tari Gandrung
Pelestarian Tari Gandrung dapat dilakukan dengan cara :
1. Melaksanakan pelatihan-pelatihan secara menyeluruh di sekolah-sekolah
dan sanggar-sanggar yang ada, bahkan mulai dari taman kanan-kanak,
SD sampai SMA.
2. Melaksanakan pementasan tari gandrung di pusat-pusat hiburan
masyarakat seperti balai pemuda, taman budaya, dan pada berbagai acara
formal ataupun informal sebagai bentuk apresiasi tari gandrung.
3. Pembentukan sanggar-sanggar seni baru untuk pelaksanaan pelatihan
agar bisa menambah daya minat untuk terus berlatih tarian ini hingga
membuat kesenian ini tidak hilang.
4. Memanfaatkan kesenian tradisional secara optimal dengan menghormati
hak-hak sosial dan budaya masyarakat yang berkepentingan. Salah satu
faktor rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan
atas kesenian tradisional adalah kurangnya minat terhadap kesenian itu
sendiri. Tidak jarang kesenian tradisional Indonesia lebih diapresiasi oleh
pihak asing dibandingkan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa karya
adaptasi atas kesenian tradisional Indonesia justru dilakukan oleh
seniman asing dan ternyata mendapat sambutan yang positif.
5. Memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat dan para
seniman tradisional mengenai arti pentingnya Tari Gandrung, agar di
harapkan dari sosialisasi ini masyarakat dan para seniman dapat terus
meneruskan kesenian ini.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tari Gandrung merupakan kesenian asli masyarakat Banyuwangi yang
ditilik dari sejarah perkembangannya penuh dengan berbagai tantangan dan
perjuangan. Semangat yang dikobarkan melalui gendhing-gendhing yang
dibawakannya mampu membalut dan menyembuhkan luka para pejuang
untuk mempertahankan tanah kelahirannya. Sebagai seni yang sudah
mendarah daging dalam masyarakatnya dan sangat mewarnai bagi kehidupan
seni budaya masyarakat Banyuwangi maka semoga upaya-upaya yang
dilakukan baik seniman, budayawan, masyarakat dan pemerintah untuk tetap
mempertahankan kesenian Gandrung sebagai kesenian rakyat yang digemari,
disukai dan ditumbuh kembangkan menjadi kenyataan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna di dunia ini kecuali
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pembuatan makalah ini tentunya kami masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya agar
lebih baik lagi. Akhir penulisan makalah ini penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam
menyusun proposal ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ciputra, William. 2022. Tari Gandrung Asal Banyuwangi: Sejarah, Gerakan, dan
Ciri Khas. Tersedia pada https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/26/1
23402078/tari-gandrung-asal-banyuwangi-sejarah-gerakan-dan-ciri-khas?
page=3. Diakses pada 10 Februari 2024.
Safitri, Wanda. 2020. Apa Busana yang diKenakan Dalam Tari Gandrung?.
Tersedia pada https://www.dictio.id/t/apa-busana-yang-dikenakan-dalam-
tari-gandrung/57022. Diakses pada 10 Februari 2024.
Safitri, Wanda. 2020. Pengiring dari Tari Gandrung. Tersedia pada
https://www.dictio.id/t/pengiring-dari-tari-gandrung/57019. Diakses pada
10 Februari 2024.
Arifianto, Hermawan. 2023. Mengungkap Rahasia dan Filosofi Mahkota Penari
Gandrung Banyuwangi. Tersedia pada https://www.liputan6.com/suraba
ya/read/5377652/mengungkap-rahasia-dan-filosofi-mahkota-penari-gandr
ung-banyuwangi. Diakses pada 10 Februari 2024.
Aprilia, Warsadhita. 2023. Tata Rias Tari Gandrung di Era Modern. Tersedia
pada https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/3728438. Diakses
pada 10 Februari 2024.
Pradipta, Joseph. 2017. Mengenal 3 Gending Klasik Pengiring Tari Gandrung.
Terdapat pada https://m.kumparan.com/kumparantravel/mengenal-3-
gending-klasik-pengiring-tari-gandrung. Diakses pada 10 Februari 2024.
Dariharto. 2009. Kesenian Gandrung Banyuwangi. Terdapat pada
https://dariharto.blogspot.com/2009/11/kesenian-gandrung-banyuwangi.ht
ml?m=1. Diakses pada 10 Februari 2024.
Isun, Gandrungono. 2017. Upaya Pelestarian Tari Gandrung. Terdapat pada
https://filosofigandrung.blogspot.com/2017/09/upaya-pelestarian-tari-gand
rung.html?m=1. Diakses pada 10 Februari 2024.
22