Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TARI KIPAS PAKARENA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Seni Pertunjukan

Dosen Pengampuh : Sri Wahyuni Muhtar, S.Pd, M.Sn

Disusun Oleh:

Alifa Nur Maulidya

210802500008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Tari Kipas
Pakarena ini dengan baik.

Tersusunnya makalah ini tentu bukan hanya usaha penulis seorang.


Dukungan moral dan moril dari berbagai pihak sangat membantu tersusunnya
buku ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman
kelas, sahabat, dan pihak lainnya yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dalam


mencari informasi mengenai mata kuliah Tinjauan Seni.

Makassar, 30 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………1

A. LATAR BELAKANG………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………….2
C. TUJUAN PENELITIAN……………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….3

A. SEJARAH TARI KIPAS PAKARENA………………………………..3


B. RAGAM GERAK TARI KIPAS PAKARENA………………………..5
C. MUSIK PENDUKUNG TARI PAKARENA…………………………6

BAB III PENUTUP………………………………………………………7

A. KESIMPULAN…………………………………………………………7
B. SARAN DAN REKOMENDASI………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seni tari merupakan budaya yang dapat di lestarikan, karena memiliki peran
penting bagi masyarakat. Indonesia salah satu bangsa yang memiliki
keanekaragaman budaya, yang membuat bangsa Indonesia semakin maju dan
berkembang dari segi kesenian dapat membuat bangsa Indonesia semakin di kenal
dengan beragam budayanya.

Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang mempunyai ciri khusus yang


menunjukan sifat-sifat kedaerahan yang berbeda dari daerah satu dengan daerah
lainnya. Kesenian merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia dan
kesenian menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan gagasan-gagasan atau
pemikiran.

Dalam kegiatan berkesenian manusia mengekspresikannya melalui beberapa


media antar lain melalui media gerak yaitu tari. Tari adalah bagian dari
kebudayaan manusia yang dapat kita jumpai di berbagai daerah yang ada di
Indonesia. Kebudayaan masyarakat tersebut berkembang pada setiap daerah itu
sendiri serta memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, kerena bisa
memberikan berbagai manfaat seperti hiburan dan sarana komunikasi antara
penonton / seniman.

Budaya menari hidup dan berkembang di dalam berbagai kolompok


masyarakat yang akhirnya melahirkan tari-tarian tradisi. Tari tradisi adalah tari
yang lahir, 2 tumbuh, berkembang pada suatu masyarakat yang kemudian di
turunkan atau di wariskan secarah terus menerus dari generasi ke generasi serta
sesuai adat kebiasanya itu sendiri dan telah diakui oleh masyarakat
pendukungnya.

1
Seiring perkembangan pemikiran manusia dan kehidupan manusia serta
berubahnya selerah masyarakat dalam berkesenian, maka muncul jenis-jenis tari
yang tidak hanya untuk tujuan upacara keagamaan saja, tetapi muncul tari-tarian
yang berfungsi hiburan maupun ungkapan keindahan. Selain itu muncul juga
karya-karya tari kreasi yang semakin memperkaya bangsa Indonesia.

Tari kreasi adalah jenis tari koreografinya merupakan perkembangan dari tari
tradisional atau pegembangan dari pola-pola tari yang sudah ada. Salah satu
kebudayaan seni tari yang masih berkembang yaitu Tari Kipas Pakarena yang
berasal dari Kabupaten Gowa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah Tari Kipas Pakarena?


2. Apa saja gerakan yang digunakan dalam Tari Kipas Pakarena?
3. Musik seperti apa yang digunakan dalam Tari Kipas Pakarena?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tari
Kipas Pakarena yang berasal dari Kabupaten Gowa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH TARI KIPAS PAKARENA

Menurut sejarah, Tari Kipas Pakarena adalah tarian peninggalan Kerajaan


Gowa. Kerajaan ini dulunya mengalami masa kejayaan dan menguasai
wilayah Sulawesi bagian Selatan selama berabad-abad. Budaya yang muncul
dari masa ini kemudian mempengaruhi kebudayan masyarakat Gowa dan
sekitarnya, sehingga terciptalah Tari Kipas Pakarena. Meski Kerajaan Gowa
telah runtuh, Tari Kipas Pakarena masih dilestarikan oleh masyarakat hingga
saat ini.

Nama pakarena berasal dari kata “karena” yang berarti bermain. Dahulu
tarian ini juga disebut sebagai tari Sere Jaga. Tari sere jaga merupakan sarana
ritual warga sebelum atau sesudah menanam padi. Ketika itu properti yang
digunakan adalah seikat padi sebagai perumpamaan dewi padi. Sere jaga
dipentaskan dalam berbagai upacara adat, seperti ammatamata jene, ammata-
mata benteng, dan lainnya. Kemudian seiring perkembangannya, terjadi
beberapa perubahan dalam penyajian dan atribut yang digunakan, misalnya
seikat padi diganti menjadi kipas.

Tari kipas pakarena juga berkaitan dengan watak wanita Makassar dengan
ciri utama kipas dan selendang, gerakan tangan lambat, langkah tenang dan
iringan musik yang khas. Tari ini menjadi dimensi ritual dan terus dilestarikan
oleh masyarakat Gowa dan sekitarnya. Bahkan tarian pakarena sempat
menjadi kesenian istana pada masa Sultan Hasanuddin menjadi Raja Gowa ke-
16 melalui sentuhan ibunya, Li’motakontu. Tarian ini melalui dimensi waktu
dan diwariskan secara turun temurun oleh anrongguru atau pemimpin kesenian
istana. Dalam pewarisannya terdapat apsang surut, terutama ketika ada
gerakan pemurnian Islam oleh Kahar Muzakkar. Pada saat itu, pakarena

3
dianggap sebagai kesenian yang bertentangan dengan ajaran Islam. Akan
tetapi peristiwa tersebut tidak menyurutkan minat masyarakat untuk terus
melestarikan tarian ini dan menjadikannya sebagai bagian dari hidup mereka.
Tari ini masih ada hingga sekarang tidak lepas dari perubahan fungsinya. Jika
awalnya tari kipas pakarena adalah tarian sakran, kini juga dihadirkan dengan
fungsi lebih profan, yakni sebagai hiburan. Polemik yang terjadi tersebut
menjadikan tari pakarena terbagi menjadi dua, yaitu seniman pro wisata dan
seniman tradisi yang kukuh menjaga tarian ini sebagai jenis tari sakral.

Sama seperti tarian daerah pada umumnya, Tari Kipas Pakarena juga
memiliki maksud tertentu. Pementasan tarian ini memiliki beberapa kegunaan
dan tujuan sebagai berikut:

 Tari Ritual – Menurut sejarahnya, tarian ini berkaitan dengan cerita bumi
dan langit atau khayangan. Tari pakarena digelar sebagai tarian ritual
dengan tujuan mengucapkan terimakasih terhadap bumi dan langit.
 Tari Pengiring Raja – Tarian ini juga menjadi tari pengiring Raja Gowa
hingga saat ini.
 Sarana Dakwah – Melalui gerakan-gerakannya, tari ini mengajarkan
tentang kehidupan bahwa manusia harus sabar dan tidak mudah putus asa.
 Wujud Syukur – Mulanya tarian ini diselenggarakan sebagai ungkapan
syukur karena pertanian berjalan dengan baik dan panen melimpah.
 Sarana Hiburan – Tari kipas pakarena juga dipentaskan sebagai sarana
hiburan warga serta wisatawan yang datang ke Gowa.

4
B. RAGAM GERAK TARI KIPAS PAKARENA

1. Sambori’na (berteman) Tangan kanan memegang kipas di depan perut (ibu


jari menghadap ke depan) dengan tangan memegang rok.
2. Ma’biring kassi’ (bermain ditepi pantai) Tangan kanan memegang kipas
dengan gerakan membuka kemudian menutup lagi di depan perut,tangan
kiri menutup pusar. Membuka kedua tangan, tangan kanan mengayunkan
kipas dengan arah hadap badan ke kiri dan kaki kiri melangkah ke
belakang.
3. Anging kamalino (angin tanpa berhembus) Membuka kedua tangan
dengan lintasan melengkung ke atas lalu tangan kiri tetap membuka,
tangan kanan mengayun dari bawah kiri ke kanan sambil kaki kanan
melangkah jinjit. Kembali hadap ke depan.
4. Digandang (berulang-ulang) Kedua tangan lurus ukel depan, sambil kaki
melangkah ke depan dengan kaki kiri nitik ke lantai. Lalu kaki kiri mundur
ke belakang, arah hadap badan ke kiri dengan tangan kanan ukel sambil
membuka menglentakkan kipas ke bawah. Kedua tangan membuka dengan
kaki kanan melangkah ke depan, arah hadap kembali ke depan. Tangan
kanan yang memegang kipas tetap membuka, tangan kiri mengayun 1
lingkaran penuh dari atas kembali ke tempatnya lagi kemudian saat tangan
kiri kembali di tempat kemudian di ukel.
5. Jangan lea-lea (ayam yang mundur-mundur sementara berkelahi) Sikap
duduk kipas di tutup sambil mengambil selendang kemudian kipas di
masukkan dalam selendang sambil di genggam dengan tangan tangan.
Berdiri perlahan-lahan, tangan kanan diayunkan ke arah kanan. Kemudian
belok kanan hadap belakang tangan kanan di ayunkan kemudian belok
kanan lagi tangan kanan di ayunkan belok kanan hadap depan.
6. Iyale’ (sebelum menyanyi ada seperti aba-aba) Nyanyian tengah malam
mengambil selendang di bahu dengan tangan kiri, selendang diletakkan di
atas kipas di genggam dengan tangan kanan, di ayunkan ke kanan
bersamaan kaki kanan melangkah, kemudian tangan kanan kembali ke

5
depan pusar kaki kanan menutup kembali, gerakan ini diulangi 3x dengan
berputar sampai menghadap arah depan kembali.
7. So’naya (yang bermimpi) Kedua tangan diayunkan kedepan dengan
memegang kipas dan selendang sambil berjalan mundur dan berputar
sesuai dengan 4 arah mata angin.
8. Lambbasari (hati timur) Selendang diletakkan kembali dibahu, kipas
kembali digenggam ditangan kanan, tangan kiri menghampiri tangan
kanan, kemudian tangan kiri diayunkan kearab samping telinga kiri lalu di
ukel. Tangan kanan diletakkan di depan pusar, tangan kiri memegang rok
berjalan keluar dengan melangkah kaki kanan berbelok ke kanan,
melangkah kaki kiri berbelok ke arah kiri dan seterusnya.

C. MUSIK PENDUKUNG TARI KIPAS PAKARENA

Dalam menarikan tarian ini, para penari akan diiring dengan alunan musik
tradisional yang disebut grondong rinci. Grondong rinci terdiri dari
beberapa alat musik, seperti gandrang atau biasa disebut gendang dan puik-
puik atau biasa disebut seruling. Jumlah pemain musiknya sekitar 4 sampai 7
orang. Alat musik tersebut dimainkan secara harmonis sehingga menghasilkan
suara yang merdu. Meski tari kipas pakarena memiliki gerakan lembut, namun
musiknya bertempo cepat. Akan tetapi gerakan penari tetap teratur dan hal ini
menjadi keunikan dari tarian ini. Tari Kipas Pakarena menggunakan lagu khas
daerah Makassar yang berjudul Dongang – Dongang.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seni tari merupakan budaya yang dapat di lestarikan, karena memiliki


peran penting bagi masyarakat. Indonesia salah satu bangsa yang memiliki
keanekaragaman budaya, yang membuat bangsa Indonesia semakin maju dan
berkembang dari segi kesenian dapat membuat bangsa Indonesia semakin di kenal
dengan beragam budayanya.

Tari Kipas Pakarena adalah tarian peninggalan Kerajaan Gowa. Kerajaan


ini dulunya mengalami masa kejayaan dan menguasai wilayah Sulawesi
bagian Selatan selama berabad-abad. Budaya yang muncul dari masa ini
kemudian mempengaruhi kebudayan masyarakat Gowa dan sekitarnya,
sehingga terciptalah Tari Kipas Pakarena. Meski Kerajaan Gowa telah runtuh,
Tari Kipas Pakarena masih dilestarikan oleh masyarakat hingga saat ini.
Dalam menarikan tarian Tari Kipas Pakarena, para penari akan diiring dengan
alunan musik tradisional yang disebut grondong rinci.

Tari kipas pakarena memiliki tujuan sebagai Tari ritual, Tari pengiring
raja, Sarana Dakwah, Wujud syukur, dan sebagai sarana Hiburan.

B. SARAN DAN REKOMENDASI

Sebaiknya kita sebagai generasi penerus bangsa memperdalam


pemahaman kita tentang kebudayaan kita sendiri khususnya dalam seni tari. Agar
tetap dapat diwariskan kepada generasi generasi berikutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2016-1-2-88209-341412014-
bab1-28122016111609.pdf

https://rimbakita.com/tari-kipas-pakarena/

https://www.scribd.com/doc/260283245/RAGAM-TARI-
PAKARENA-docx

Anda mungkin juga menyukai