GURU PEMBIMBING :
Ibu Yosi Mariana S.Pd
DISUSUN OLEH :
1. Alisya Sutawijaya (01)
2. Rista Agustina (29)
KELAS X MIPA 2
SMAN 1 TRAWAS
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.
Makalah ini berisikan tentang pengertian Seni Dan Budaya beserta sejarahnya.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini
PENDAHULUAN
Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan.
Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Secara umum,
pengertian seni adalah suatu ekspresi manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya
dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa,
gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau
adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang
cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala
hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola
pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam
aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
sejarah peradaban manusia. Seni dapat berupa seni tari, seni musik, seni teater, maupun seni
rupa.
2. Untuk lebih mengetahui salah satu contoh seni dan budaya yang ada di Madura.
3. Untuk lebih mengetahui perkembangan dan sejarah salah satu seni (alat musik
tradisional) dan budaya yang ada di Madura di era globalisasi saat ini.
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang salah satu seni (alat musik
tradisional) dan budaya / tradisi yang ada di Madura.
Saronen Madura
2.1.1 Deskripsi
Saronen adalah musik rakyat yang tumbuh berkembang di Madura. Harmonisasi yang
dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang dihasilkannya memang dipadukan
dengan karakteristik dan identitas masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka
mengilhami penciptanya. Saronen berasal dari bahasa Madura " sennenan
Berdasarkan sejarahnya, awal mula kesenian saronen ini dipakai sebagai media dakwah.
Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat tertarik untuk memeluk agama Islam. Dulu
kegiatan ini dilakukan oleh cicit dari Sunan Kudus yaitu Kyai Khatib. Beliau bertempat
tinggal di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Sumenep.
Konon katanya setiap hari pasaran tertentu, Kyai Khatib dan para pengikutnya
menghibur pengnjung pasar menggunakan saronen dengan berpakaian seperti badut. Setelah
banyak pengunjung pasar yang berkumpul, mulailah Kyai Khatib berdakwah memberi
pemaparan tentang agama Islam dan juga kritik sosial.
Gaya dakwah yang kocak dan humoris ini mampu menggetarkan hati pengunjung
sehingga banyak masyarakat hadir tertarik untuk masuk Islam. Jadi, alat musik saronen ini
sudah ada sejak lama dan bisa dikatakan sebagai alat musik yang membantu penyebaran
agama islam di Madura.
Alat musik saronen merupakan sebuah alat musik yang sangat historis dan patut untuk
dijaga kelestariannya, jadi nggak heran apabila pesta atau acara adat seperti arak-arakan di
Madura dan sekitarnya, alat musik saronen ini akan turut hadir memeriahkan acara tersebut
2.1.3 Perkembangan
Umumnya dalam Saronen terdiri atas lima orang pemain yang memainkan beberapa alat
musik saronen. Seyogyanya Saronen adalah sebuah alat musik yang mewakili seluruh iringan
alat musik lainnya. Itulah alasannya kenapa di sebut Saronen oleh orang Madura . Saronen
memiliki fungsi hanya sebagai bagian pelengkap dalam setiap kegiatan kemasyarakatan di
desa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Namun seiring perkembangannya,
musik Saronen tidak lagi hanya berfungsi sebagai musik pengiring, melainkan juga sebagai
satu kesatuan paket yang justru beberapa kegiatan seni budaya sangat membutuhkan musik
saronen untuk ditampilkan sebagai salah satu jenis kesenian tradisional yang berkembang
dimasyarakat.
2.2 Contoh Budaya
Karapan Sapi
2.2.1Deskripsi
Awal mula kerapan sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk
lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya
sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk
bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.
Suatu Ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran
Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang
bambu yang dikenal dengan masyarakat Madura dengan sebutan "nanggala" atau "salaga"
yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk
memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura memelihara sapi dan
menggarapnya di sawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan ini kemudian
menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap
tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis.
2.2.3 Perkembangan
Dalam perkembangannya, muncul kritik atas kekerasan dan penyiksaan terhadap sapi
dalam kerapan atau dikenal dengan istilah rekeng. Yakni melecut badan sapi dengan cambuk
berpaku agar sapi berlari kencang. Menurut Sumintarsih, hal itu memunculkan dua versi
pelaksanaan karapan sapi: pakem lama dan pakem baru.
Pakem lama, dengan rekeng, diklaim para pengerap (pemilik atau peserta kerapan)
sebagai warisan nenek-moyang dan karapan sapi Madura sebenarnya. Sebaliknya versi
pakem baru diprakarsai oleh para pecinta binatang, ulama, hingga budayawan yang ingin
mengembalikan karapan sapi seperti dulu tanpa rekeng.
Pemerintah juga berkali-kali menghimbau agar tak ada kekerasan dalam karapan sapi.
Setelah sempat muncul dualisme, kini karapan sapi yang memperebutkan Piala Presiden
diadakan tanpa kekerasan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saronen di jawa umumnya dapat di temukan di wilayah tapal kuda untuk mengiringi
berbagai kesenian seperti jaran kencak, macanan kaduk, tari-tarian adat Madura. Namun
karena keterbatasan alat dan personil, biasanya suara saronen justru di gantikan oleh suara
selompret seniman reyog ponorogo yang dibunyi nadakan madura sehingga memunculkan
nada khas yang baru, karena dalam angka kesenian di tapal kuda sendiri lebih banyak
kesenian ponorogo dibandingkan kesenian madura.
Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari
Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam
kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu
dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain.
3.2 Saran
kita sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga
budaya lokal diantaranya adalah mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar
mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita, Ikut
berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan, Mengajarkan
kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat
bertahan, Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain,
Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya
berbahasa, Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita
miliki.
DAFTAR PUSTAKA
-https://www.adira.co.id/sahabatlokal/article_short/metalink/saronen
-https://www.validnews.id/kultura/Mengenal-Saronen--Alat-Musik-Legenda--Dari-Madura-
wnG
-https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/karapan_sapi/
-https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/karapan-sapi-madura/