Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SENI DAN BUDAYA YANG BERASAL DARI PULAU JAWA

GURU PEMBIMBING :
Ibu Yosi Mariana S.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Alisya Sutawijaya (01)
2. Rista Agustina (29)

KELAS X MIPA 2
SMAN 1 TRAWAS
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.

Makalah ini berisikan tentang pengertian Seni Dan Budaya beserta sejarahnya.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini

Trawas, 22 oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

1.1 Latar Belakang ………………………….……......................……...….…………….....


………

1.2 Rumusan Masalah …………………………….…………………............………….....


………..

1.3 Tujuan ..………………………………………………........…............…………….…....


………...

1.4 Manfaat .....……………….…………….............................................….....……….…...

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................

2.1 Contoh Seni ………..……..……………………………………....…….…….


…………………..….

2.1.1 Deskripsi …………………......................………….....……..…….......


…………..

2.1.2 Sejarah ……..…………..................…………….……………………..………..


….….

2.1.3 Perkembangan ………………......…..


…………………………………………………

2.1.4 Cara Memainkan .............................................................................

2.1.5 Makna dan Fungsi ...........................................................................


2.2 Contoh Budaya …………………..…………………….…….……………………….
……….….....

2.2.1 Deskripsi ………..……………………….…………….……….............….


…………...

2.2.2 Sejarah .…………………………….…..…………………...................…..….


…......

BAB III PENUTUP …………..……….………..……….……..….………………………..


……....

3.1 Kesimpulan ………………………………..……………………………………..


…………………....

3.2 Saran ……….………………………………………..……………………..


…………………….…......

DAFTAR PUSTAKA ……………………….


……………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan pelayanan.
Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian. Secara umum,
pengertian seni adalah suatu ekspresi manusia yang memiliki unsur keindahan di dalamnya
dan diungkapkan melalui suatu media yang sifatnya nyata, baik itu dalam bentuk nada, rupa,
gerak, dan syair, serta dapat dirasakan oleh panca indera manusia.

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau
adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang
cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala
hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola
pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.

Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam
aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
sejarah peradaban manusia. Seni dapat berupa seni tari, seni musik, seni teater, maupun seni
rupa.

1.2 Rumusan masalah

 Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Deskripsikan tentang musik dan budaya tersebut!

2. Bagaimana perkembangan alat musik tradisional tersebut di era sekarang ini?

3. Bagaimana sejarah music tradisional tersebut?

4. Bagaimana sejarah budaya di daearah tersebut?

5. Bagaimana perkembangan tradisi tersebut di era sekarang ini?


1.3 Tujuan

1. Untuk lebih mengetahui seni dan budaya di Indonesia khususnya di Madura.

2. Untuk lebih mengetahui salah satu contoh seni dan budaya yang ada di Madura.

3. Untuk lebih mengetahui perkembangan dan sejarah salah satu seni (alat musik
tradisional) dan budaya yang ada di Madura di era globalisasi saat ini.

1.4 Manfaat

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang salah satu seni (alat musik
tradisional) dan budaya / tradisi yang ada di Madura.

2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah serta perkembangan


salah satu seni (alat musik tradisional) dan budaya / tradisi yang ada di Madura.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Contoh Seni

Saronen Madura

2.1.1 Deskripsi

Saronen  adalah musik rakyat yang tumbuh berkembang di Madura. Harmonisasi yang
dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang dihasilkannya memang dipadukan
dengan karakteristik dan identitas masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka
mengilhami penciptanya. Saronen berasal dari bahasa Madura " sennenan 

2.1.2 Sejarah Saronen

Berdasarkan sejarahnya, awal mula kesenian saronen ini dipakai sebagai media dakwah.
Hal ini dilakukan agar banyak masyarakat tertarik untuk memeluk agama Islam. Dulu
kegiatan ini dilakukan oleh cicit dari Sunan Kudus yaitu Kyai Khatib. Beliau bertempat
tinggal di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Sumenep.

Konon katanya setiap hari pasaran tertentu, Kyai Khatib dan para pengikutnya
menghibur pengnjung pasar menggunakan saronen dengan berpakaian seperti badut. Setelah
banyak pengunjung pasar yang berkumpul, mulailah Kyai Khatib berdakwah memberi
pemaparan tentang agama Islam dan juga kritik sosial.

Gaya dakwah yang kocak dan humoris ini mampu menggetarkan hati pengunjung
sehingga banyak masyarakat hadir tertarik untuk masuk Islam. Jadi, alat musik saronen ini
sudah ada sejak lama dan bisa dikatakan sebagai alat musik yang membantu penyebaran
agama islam di Madura.

Alat musik saronen merupakan sebuah alat musik yang sangat historis dan patut untuk
dijaga kelestariannya, jadi nggak heran apabila pesta atau acara adat seperti arak-arakan di
Madura dan sekitarnya, alat musik saronen ini akan turut hadir memeriahkan acara tersebut

2.1.3 Perkembangan

Perkembangan tempat pertunjukan saronen1975-2000 dan 2001-2015,bahwa pada tahun


1975-2000 musik saronen menggunakan tempat pertunjukan berbentuk prosenium,
sedangkan2001-2015 musik saronen menggunakantempat pertunjukan berbentuk arena,musik
yang disajikan tahun 1975-2000 ketika mengiringi ludruk menggunakan notasi jula juli
sebagai pembuka dan adegan konflik, sedangkan satu notasi lagi sebagai pengiring adegan
dialog, tahun 2001-2015 mengiringi sape sono’ menggunakan satu pola permainan dengan
irama lorongan toju’ dan lorongan jhelen, menggunakan instrumengamelan berlarasslendro

Perkembangan Fungsi Musik saronen1975-2000 sebagai hiburan ketika mengiringi


ludruk, remoh, mamaca,sebagai saranaritual di acaraslametan dan rokatan bhuju’,tahun 2001-
2015mengiringi jheren kenca’ dan sape sono’sebagai hiburan, berfungsi sebagai sarana ritual
tahun 2001-2015 di acara slametan dan rokatan bhuju’,berfungsi sebagai presentasi estetis
dalamacara festival tahunan yang disebut gubeng.

2.1.4 Cara Memainkan


Cara memainkannya dengan ditiup atau termasuk jenis musik aerophone. Bentuknya mirip
dengan terompet, tapi ada perbedaan pada peniup yang dibuat seperti kumis-kumisan. Setiap
alat musik saronen dibuat dengan bentuk berbeda-beda sesuai dengan kreatifitas pembuat
saronen. Seringnya, alat musik saronen dimainkan pada saat acara adat, seperti arakan
pengantin, atau sebagai pengiring lomba karapan sapi.

2.1.5 Makna Dan Fungsi

Umumnya dalam Saronen terdiri atas lima orang pemain yang memainkan beberapa alat
musik saronen. Seyogyanya Saronen adalah sebuah alat musik yang mewakili seluruh iringan
alat musik lainnya. Itulah alasannya kenapa di sebut Saronen oleh orang Madura . Saronen
memiliki fungsi hanya sebagai bagian pelengkap dalam setiap kegiatan kemasyarakatan di
desa Tanjung Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Namun seiring perkembangannya,
musik Saronen tidak lagi hanya berfungsi sebagai musik pengiring, melainkan juga sebagai
satu kesatuan paket yang justru beberapa kegiatan seni budaya sangat membutuhkan musik
saronen untuk ditampilkan sebagai salah satu jenis kesenian tradisional yang berkembang
dimasyarakat.
2.2 Contoh Budaya

Karapan Sapi

2.2.1Deskripsi

Karapan sapi (bahasa Madura: Kerrabhân sapè) merupakan istilah untuk menyebut


perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan
ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan
mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan
pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba
pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota
di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap
tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota
Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
2.2.2 Sejarah

Awal mula kerapan sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk
lahan pertanian, sebagai gantinya orang-orang Madura mengalihkan mata pencahariannya
sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi yang sekaligus digunakan untuk
bertani khususnya dalam membajak sawah atau ladang.

Suatu Ketika seorang ulama Sumenep bernama Syeh Ahmad Baidawi (Pangeran
Katandur) yang memperkenalkan cara bercocok tanam dengan menggunakan sepasang
bambu yang dikenal dengan masyarakat Madura dengan sebutan "nanggala" atau "salaga"
yang ditarik dengan dua ekor sapi. Maksud awal diadakannya Karapan Sapi adalah untuk
memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah. Orang Madura memelihara sapi dan
menggarapnya di sawah-sawah mereka sesegera mungkin. Gagasan ini kemudian
menimbulkan adanya tradisi karapan sapi. Karapan sapi segera menjadi kegiatan rutin setiap
tahunnya khususnya setelah menjelang musim panen habis.

2.2.3 Perkembangan

Dalam perkembangannya, muncul kritik atas kekerasan dan penyiksaan terhadap sapi
dalam kerapan atau dikenal dengan istilah rekeng. Yakni melecut badan sapi dengan cambuk
berpaku agar sapi berlari kencang. Menurut Sumintarsih, hal itu memunculkan dua versi
pelaksanaan karapan sapi: pakem lama dan pakem baru.

Pakem lama, dengan rekeng, diklaim para pengerap (pemilik atau peserta kerapan)
sebagai warisan nenek-moyang dan karapan sapi Madura sebenarnya. Sebaliknya versi
pakem baru diprakarsai oleh para pecinta binatang, ulama, hingga budayawan yang ingin
mengembalikan karapan sapi seperti dulu tanpa rekeng.

Pemerintah juga berkali-kali menghimbau agar tak ada kekerasan dalam karapan sapi.
Setelah sempat muncul dualisme, kini karapan sapi yang memperebutkan Piala Presiden
diadakan tanpa kekerasan.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saronen adalah musik rakyat yang tumbuh berkembang di Madura. Harmonisasi yang


dinamis, rancak, dan bertema keriangan dari bunyi yang dihasilkannya memang dipadukan
dg karakteristik dan identitas masyarakat Madura yang tegas, polos, dan sangat terbuka
mengilhami penciptanya. Saronen berasal dari bahasa Madura " sennenan " (Hari Senin).

Saronen di jawa umumnya dapat di temukan di wilayah tapal kuda untuk mengiringi
berbagai kesenian seperti jaran kencak, macanan kaduk, tari-tarian adat Madura. Namun
karena keterbatasan alat dan personil, biasanya suara saronen justru di gantikan oleh suara
selompret seniman reyog ponorogo yang dibunyi nadakan madura sehingga memunculkan
nada khas yang baru, karena dalam angka kesenian di tapal kuda sendiri lebih banyak
kesenian ponorogo dibandingkan kesenian madura.

Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari
Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam
kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu
dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain.

3.2 Saran

kita sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga
budaya lokal diantaranya adalah mau mempelajari budaya tersebut, baik hanya sekedar
mengenal atau bisa juga dengan ikut mempraktikkannya dalam kehidupan kita, Ikut
berpartisipasi apabila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan, Mengajarkan
kebudayaan itu pada generasi penerus sehingga kebudayaan itu tidak musnah dan tetap dapat
bertahan, Mencintai budaya sendiri tanpa merendahkan dan melecehkan budaya orang lain,
Mempraktikkan penggunaan budaya itu dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya
berbahasa, Menghilangkan perasaan gengsi ataupun malu dengan kebudayaan yang kita
miliki.

DAFTAR PUSTAKA
-https://www.adira.co.id/sahabatlokal/article_short/metalink/saronen

-https://www.validnews.id/kultura/Mengenal-Saronen--Alat-Musik-Legenda--Dari-Madura-
wnG

-https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/Repositorys/karapan_sapi/

-https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/karapan-sapi-madura/

- Wikipedia, Brainly, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai