Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH TARIAN TRADISONAL DI INDONESIA

Di susun oleh:
Gracia Wibowo
Husda Car Zaki
Nur Adinda Widya Putri
Sabrina Cinta Salsabila
Syahly Raidan Ustaviv
Vidiya Nurhayani

X MM 1
SMK Yuppentek-5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah yang berjudul “Sejarah Tari Tradisonal di Indonesia” ini dalam rangka
penyelesaian tugas praktek mata pelajaran Seni Budaya.
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang
hati.
Tulisan ini dapat kami selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada guru mata pelajaran Seni Budaya yaitu
Bapak Arifin Moh Sidik, S.Sos, M.I Kom yang telah memberikan bimbingan demi
kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Semoga tulisan yang jauh dari
sempurna ini ada manfaatnya.

Tangerang, Februari 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
Bab II. Pembahasan
2.1 Pengertian Tari Tradisional
2.2 Sejarah Tari Tradisional
2.3 Fungsi Tari Tradisional
2.4 Ragam Gerak Tari
2.5 Jenis-jenis Seni Tari
2.6 Unsur Elemen dan Komposisi Tari Tradisonal
2.7 Contoh Tari Tradisonal Indonesia
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Perjalanan dan bentuk seni tari di Indonesia sangat terkait dengan
perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun
dalam lingkup negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia
sebagai negara kesatuan, maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar
belakang keadaan masyarakat Indonesia. Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa
secara politis dan ekonomis menguasai seluruh Asia Tenggara, kecuali Thailand
menurut Soedarsono (1977),salah seorang budayawan dan peneliti seni
pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara garis besar perkembangan seni
pertunjukan Indonesia Tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya kontak dengan
budaya besar dari luar (Asing) “. Berdasarkan pendapat Soedarsono tersebut, maka
perkembangan seni pertunjukan Tradisional Indonesia secara garis besar terbagi
atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh asing. Namun apabila
ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia pada saat ini, maka masyarakat
sekarang merupakan masyarakt Indonesia dalam lingkup negara kesatuan.tentu
saja masing masing periode menampilkan budaya yang berbeda bagi seni
pertunjukan,kerena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyarakat
pendukungnya
Tarian daerah Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian Indonesia seni tari
membuat Indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian.dengan mengenal lebih
banyak tarian adat diseluruh provinsi di Indonesia mudah-mudahan membuat kita
lebih mencintai negri kita ini.tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan
keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.terdapat lebih dari700 suku
bangsa Indonesia:dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan
Melanesia,di pengaruhi oleh berbagai budaya negeri tetangga di asia bahkan
pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi.setiap suku bangsa di Indonesia
memiliki berbagai tarian khasnya sendiri.di Indonesia terdapat lebih dari 3000
tarian asli Indonesia.tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan berbagai sanggar
dan sekolah seni tari yang di lindungi oleh pihak keraton atau academi seni yang di
jalankan pemerintah.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini guna memenuhi tugas dari guru Seni
Budaya yaitu Bapak Arifin Moh Sidik, S.Sos, M.I Kom. Manfaat yang dapat di
peroleh oleh penyusun melalui makalah ini yaitu dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu acuan dalam membuat makalah berikutnya, sehingga dalam penyusunan karya
tulis yang akan datang hal-hal yang sudah baik di tingkatkan dan yang salah
diperbaiki serta untuk menambah wawasan kami mengenai seni tari di Indonesia.
Melalui makalah ini manfaat yang dapat diperoleh oleh pelajar adalah sehingga
setalah membaca makalah ini, pelajar dapat terus menjaga dan melestarikan seni
tari serta menemukan cara-cara terbaru untuk mengatasinya agar tarian suatu
daerah di Indonesia dapat terjaga sampai generasi selanjutnya.
BAB II
Pembahasan

2.1 pengertian Tari Tradisonal


Seni adalah pengalaman dalam bentuk medium indrawi yang menarik dan di
tata dengan rapi, yang di wujudkan untuk di komunikasikan dan di renungkan.
Seni adalah karya manusia yang dapat menimbulkan rasa senang dalam rohani
kita.
Menurut Herbert Read “seni adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang demikian itu memuaskan kesadaran
keindahan kita dan rasa indah ini terpenuhi bila kita menemukan kesatuan atau
harmoni dari hubungan bentuk-bentuk yang kita amati itu”. Keindahan adalah
sesuatu yng dapat menimbulkan rasa senang dan seni adalahkeindahan.
Tari merupakan salah satu bentuk kesenian yang memiliki media ungkap atau
substansi gerak, dan gerak yang terungkap adalah gerak manusia. Gerak- gerak
dalam tari bukanlah gerak realistis atau gerak keseharian, melainkan gerak yang
telah diberi bentuk ekspresif.
Gerak ekspresif ialah gerak yang indah, yang bisa menggetarkan perasaan
manusia.Gerak yang di stilir mengandung ritme tertentu,yang dapat memberikan
kepuasan batin manusia. Gerak yang indah bukan hanya gerak-gerak yang halus
saja, tetapi gerak-gerak yang kasar, keras, kuat, penuh dengan tekanan-tekanan,
serta gerak anehpun dapat merupakan gerak yang indah. Gerak merupakan elemen
pertama dalam tari, maka ritme merupakan elemen kedua yang juga sangat penting
dalam tari.

2.2 Sejarah Tari Tradisonal


Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan
Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada
berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup
sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatra (Suku Batak, Nias, Mentawai), di
Kalimantan (Suku Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku
Toraja, Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (Dani, Asmat,
Amungme).
Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari
gerakan ritual dan upacara keagamaan.[1] Tarian semacam ini biasanya berawal
dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir
penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan
dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh
alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya
menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang
berasal dari Sumatra Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh
atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk
menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan
kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam
tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang
Dedari adalah tarian sakral di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa
menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian
ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan
tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan.

A.Tari Bercorak Hindu Budha


Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme
dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti Ramayana,
Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama
yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode
tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini,
terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara
rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama
dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa
Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata.
Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan
tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting
terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal.
Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat
dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual
suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan
lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk
memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.

Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu
Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih
tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan
mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di
tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak
terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh
dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki
kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh
ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga
tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendet. Tari topeng
juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang
dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng
yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.

B.Tari Bercorak Islam


Sebagai agama yang datang kemudian, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan
Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari
masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih
berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian
ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan
emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya
lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari
Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia,
digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam.
Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan
gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula
senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.
2.3 Fungsi Tari Tradisional
Fungsi dan Peranan Seni Tari Sebagai suatu kegiatan, seni tari memiliki
beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagai sarana upacara, seni tari sebagai hiburan,
seni tari sebagai media pergaulan, seni tari sebagai penyaluran terapi, seni tari
sebagai media pendidikan, seni tari sebagai pertunjukkan, dan seni tari sebagai
media katarsis. (Wardhana, 1990 : 21-36).
1. Seni tari sebagai sarana upacara.
Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya,
seperti tari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan
manusia.
2. Seni tari sebagai hiburan.
Tari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan
menjenuhkan. Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana,
tidak muluk-muluk, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dan tata
panggungnya dipersiapkan dengan cara yang menarik.
3.Seni tari sebagai penyaluran terapi.
Jenis tari ini biasanya ditujukan untuk penyandang cacat fisik atau cacat mental.
Penyalurannya dapat dilakukan secara langsung bagi penderita cacat tubuh atau
bagi penderita tuna wicara dan tuna rungu, dan secara tidak langsung bagi
penderita cacat mental. Bagi masyarakat timur, jenis tarian ini pantangan kerena
perasaan iba atau tak sampai hati.
4. Seni tari sebagai media pendidikan
Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti mendidik anak untuk
bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-nilai
keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
5. Seni tari sebagai media pergaulan.
Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa orang.
Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan. Kegiatan
tari, seperti latihan tari yang rutin atau pementasan tari bersama, adalah sarana
pergaulan yang baik.
6. Seni tari sebagai media pertunjukkan.
Tari bukan hanya sarana upacara atau hiburan, tari juga bisa berfungsi sebagai
pertunjukkan yang sengaja digarap untuk dipertontonkan. Tari ini biasanya
dipersiapkan dengan baik, mulai dari latihan hingga pementasan, diteliti dengan
penuh perhitungan. Tari yang dipentaskan, lebih menitikberatkan pada segi
artistiknya, penggarapan koreografi yang mantap, mengandung ide-ide,
interprestasi, konsepsional serta memiliki tema dan tujuan.
7. Seni tari sebagai media katarsis
Katarsis berarti pembersihan jiwa. Seni tari sebagai media katarsis lebih mudah
dilaksanakan oleh orang yang telah mencapai taraf atas, dalam penghayatan seni.

2.4 Ragam Gerak Tari Tradisonal


Soedarsono mengetengahkan sebuah definisi “Tari adalah ekspresi jiwa
manusia yang di ungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. untuk
menghasilkan gerak yang indah membutuhkan proses pengolahan atau
penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersipat stilatif dan
distortif.”
1.Gerak Stilatif yaitu: gerak yang telah mengalami proses pengolahan
(penghalusan) yang mengarah pada benuk-bentuk yang indah.
2.Gerak Distorsif yaitu: pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya
dan merupakan salah satu proses stilasi.
Dari hasil pengolahan gerak yang telah mengalami stilasi dan distorsi lahirlah dua
jenis gerak tari yaitu, gerak murni (pure movement) dan gerak maknawi.
1.Gerak murni : dalam pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian
tertentu, yang dipentingkan factor keindahan gerak saja.
2.Gerak maknawi : dalam pengolahannya mengandung suatu pengertian atau
maksud tertentu, disamping keindahannya. Gerak maknawi di sebut juga gerak
Gesture, bersifat menirukan (imitative dan mimitif).
a. Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b. Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
Tari merupakan komposisi gerak, berdasarkan bentuknya ada 2 jenis tari yaitu :
1.Tari Representasional yaitu tari yang menggambarkan sesuatu
secara jelas. Tari bersumber pada kehidupan sehari-hari.
Contoh: Tari perang, tari tani dll.

2.Tari Non Representasional yaitu tari yang idak menggambarkan


sesuatu, menekankan pada keindahan gerak semata.

Tubuh kita terdiri dari bagian-bagian anggota tubuh, antara lain:


1. Kepala, gerak kepala antara lain:
Gedeg, anggut, coklek, gibas dll
2. Gerak Bahu :
Kereg,
3. Gerak Tangan;
Seblak, Gebyok, Kebyak, ridong, tangkis, pukul, sabet, tawing, ukel karno, ulap
ulap dll.
Sikap tangan dalam menari:
Ngepal, Ngithing, Nyekiting, Ngruji, baya mangap, nyempurit, ngontho baskoro
dll
4. Gerak tubuh / badan:
Ogeg, goyang, oyog dll biasanya menyesuaikan gerak tangan, kaki dan kepala
5. Gerak Kaki:
Srisig: lari sambil njinjit
Kenser: Jalan ngesot ke samping kiri/ kanan
Trecet : Lari posisi hadap depan dan ke aran samping
Lumaksana berfariasi: lampah 3, sigsak, loncat dll
Sikap kaki : Posisi mendhak, badan ke arah depan, paha di buka, kaki napak dan
ibu jari melentik, bentuk kaki membentuk huruf T atau huruf V.
Keindahan dalam seni tari tidak hanya pada gerak tubuh, untuk keutuhannya
memerlukan dukungan seni lain sebagai kelengkapan seperti: busana, rias,
property, musik, tata pentas, drama dan sastra. Sehingga seni tari menjadi bentuk
seni yang komplek, yang mengandung beberapa macam unsur seni.

2.5 Jenis-jenis Seni Tari


Jenis tari ditinjau dari bentuk penyajiannya terbagi tiga kelompok, yaitu:
1. Tari tunggal
Yaitu tari yang dilakukan oleh satu orang. Contohnya adalah tari gambir
anom, tari kocar, tari gunung sari, tari gatot kaca, tari bondan, dll.

2. Tari Berpasangan
Yaitu tari yang dilakukan dengan berpasangan, laki-laki dengan perempuan,
laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan.
3. Tari Kelompok/Massal
Tari ini dilakukan dengan ramai-ramai atau dengan menggunakan banyak
penari.
2.6 Unsur Elemen dan Komposisi Seni Tari
Elemen pokok tari adalah gerak. Rodolf laban pakar tari kreatif menyatakan
bahwa gerak merupakan fungsional dari body (gerak bagian kepala, badan, tangan
dan kaki), space (ruang gerak yang terdiri dari level, jarak atau tingkatan gerak),
time (berhubungan dengan durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan),
dynamic (kualitas gerak menyangkut kuat, lemah, elastis dan penekanan gerakan).
A.Ruang
Jika Kmu melakukan gerakan di tempat tanpa berdiri berarti melakukan gerak
di ruang pribadi, sedangkan jika kamu bergerak berpindah tempat maka kamu
melakukan gerak diruang umum. Gerak di ruang dapat dilakukan sendiri,
berpasangan atau berkelompok.
B. Waktu
Setiap gerak yang dilakukan membutuhkan waktu baik gerak estesis maupun
gerak fungsional. Gerak fungsional seperti berjalan menuju ke tempat umum tentu
membutuhkan waktu. Jika jarak yang ditempuh dekat maka waktu yang
dibutuhkab lebih sedikit dibandingkan dengan jarak yang jauh. jika jarak yang jauh
ingin sama cepat nya dengan jarak yang dekat tiba ditempat, maka gerak yanf
dilakukan haruslah memiliki kecepatan 2 atau 3 kali dari jarak yang dekat.
perbedaan cepat atau lambat gerak berhubungan dengan tempo. Jadi tempo
merupakan cepat atau lambatnya gerak yang dilakukan.

C. Tenaga
Penggunaan tenaga dalamgerak tari meliputi :
1.intesitas yang berkaitan dengan kuantitas tenaga dalam tarian yang menghasilkan
tingkan ketegangan gerak.
2.aksen/tekanan muncul ketika gerakan dilakukan secara tiba-tiba dan kontras
3.kualitas berkaitan dengan cara penggunaan atau penyaluran tenaga.
2.7 Contoh Tari Tradisonal Indonesia
1. Tari Reog Ponorogo

adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan
rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa
dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda
lumping. Reog merupakan salah satu seni budaya yang berasal dari Jawa
Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang
sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua
sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu
budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Reog Sebuah seni pertunjukan tua yang bertahan dari gempuran zaman.
Memiliki nilai seni sekaligus nilai-nilai luhur. Reog Ponorogo adalah bentuk
kesenian yang tumbuh berabad-abad lalu. Reog merupakan salah satu seni budaya
yang berasal dari Jatim bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal
Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan
gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah
salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal
yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Tarian tradisional dalam arena
terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari
utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa
penari bertopeng dan berkuda lumping. Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo
yang dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival. Reog modern
biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, dan hari-
hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai
3 tarian pembukaan. Reog obyog Sering pentas di pelataran atau jalan tanpa
mengikuti pakem tertentu. Biasanya mengisi acara hajatan, bersih desa, hingga
pementasan semata untuk menghibur. Sedangkan Reog Festival sudah mengalami
modifikasi dan ditampilkan sesuai pakem dalam acara tahunan Festival Reog yang
diadakan Pemerintah Kota Ponorogo sejak 1997.

2. Tari Kecak

Kecak adalah pertunjukan dramatari seni khas Bali yang lebih utama


menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian
ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk
berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat
kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun, Kecak berasal dari
ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan
kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak
seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula
para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta,
Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa .
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak
digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki
penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana. Sekitar tahun 1930-an Wayan
Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak
berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak
memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
3.Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk


merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman
mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan
untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur
menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman,
seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari Saman
ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan
Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Tari Saman merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan atau
dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun,
kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil
seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat
(keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan,
pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian
adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup
tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada
kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang
disajikan oleh pihak lawan.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang saya tuliskan dalam karya tulis ini, bahwa seni tari merupakan
sebuah karya manusia yang diekspresikan dalam gerak – gerak yang indah. Di
mana setiap unsur geraknya mempunyai arti dan tujuan dari sang koreografinya.
Gerak seni tari bukan hanya tertumpu pada tubuh saja tetapi kelengkapan tari
(Rias, busana, musik, dll) menjadi kebutuhan yang sangat terkait.
Berbagai macam tari yang sering kita lihat banyak di pengaruhi oleh fungsi
social seperti tari upacara, tari hiburan dan tari pertunjukkan. Sementara
bedasarkan penyajiannya bentuk tarian terbagi atas tari tunggal, tari berkelompok,
dan tari berpasangan. Cara penyajiannya dapat secara Statis dan Mobile.

3.2 Saran
Kami mempunyai saran untuk tari tradisional ini agar lebih di kembangkan
kembali, karena alangkah baiknya jika tari tradisional ini lebih menonjol lagi di
Negara kita Indonesia dan di adakannya festival-festival tari tradisional. Boleh juga
diadakannya latihan-latihan atau kursus tari tradisional untuk kalangan-kalangan
remaja khususnya untuk mengharumkan bangsa kita.

Anda mungkin juga menyukai