Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Makalah
Bab 2 Pembahasan
2.1 Sejarah tari di Indonesia
2.2 Pengertian seni tari
2.3 Unsur-unsur tari tradisional
2.4 Fungsi tari
2.5 Macam-macam tari di Indonesia
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik
3.3 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari Indonesia sengat terkait dengan perkembangan
kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup
Negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai Negara kestuan,
maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat
Indonesia.
Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai
seluruh Asia Tengga, kecuali Thailand. Menurut Soedarsono (1977), salah seorang
budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara garis
besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh
adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing)”. Berdasarkan pendapat
Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia
secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh
asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia hingga saat ini,
maka masyrakat sekarang merupakan masyrakarat Indonesia dalam lingkup kesatuan.
Tentu saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni
pertunjukan, karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyrakat
pendukungnya.
Tarian Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian Indonesia seni tari membuat
Indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian. Dengan mengenal lebih banyak Tarian
adat diseluruh Provinsi di Indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai
negeri kita sendiri. Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku
dan bangsa Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia, dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austranosia dan Melanesia, dipenagruhi oleh berbagai budaya
dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh Barat yang diserap melalui kolonialisasi.
Setiap suku bangsa diIndonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia
terdapat lebih dari 300 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan
diberbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau
akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Serimpi atau Srimpi adalah bentuk repertoar tari Jawa klasik dari
tradisi kraton Kesultanan Mataram dan dilanjutkan pelestarian serta
pengembangan sampai sekarang oleh empat istana pewarisnya di Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
a. Sejarah Tari Serimpi
Hampir seluruh jenis tari mempunyai sejarah yang menjadi latar
belakangnya, begitu pun dengan tari serimpi. Tarian ini berawal pada
masa kerajaan Mataram saa Sultan Agung bertahta pada tahun 1613
hingga 1646.Serimpi termasuk karya seni tertua di Jawa dan dianggap
memiliki keskaralan serta kesucian karena hanya digelar di Kawasan
keraton sebagai bagian dari ritual. Pada masa itu, hanya penari-penari
terpilih yang diperbolehkan membawakan tarian ini.
Saat kerajaan Mataram mengalami perpecahan pada tahun 1755
menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta, tarian ini pun
terkenan dampaknya. Dampaknya adalah adanya perbedaan gerakan
antara tari serimpi Jogja dan Surakarta, meskipun keduanya memiliki inti
tarian yang sama.
Tarian ini terpecah menjadi beberapa jenis, seperti Serimpi
Dhempel, Serimpi Babul Layar, Serimpi Genjung, Serimpi Padhelori,
Serimpi Among Beksa, Serimpi Cina, dan Serimpi Pramugari yang
berkembang di keraton Yogyakarta.
Selanjutnya pada tahun 1788 sampai 1820, tarian ini muncul
kembali di lingkungan Keraton Surakarta. Bahkan sejak tahun 1920 hingga
saat ini, tarian ini masuk dalam pelajaran Taman Siswa Jogja, serta
kelompok tari dan karawitan Krida Beksa Wirama. Selain dikenal sebagai
tari serimpi, awalnya tarian ini juga dinamakan srimpi sangopati yang
memiliki makna kandidat penerus raja. Sebab kata serimpi mempunya arti
perempuan. Akan tetapi, ada pula pendapat dari Dr. Priyono yang
menyatakan bahwa “serimpi” berasal dari kata dasar “impi” yang berarti
mimpi.
b. Fungsi Tari Serimpi
Seperti jenis tarian Jawa Tengah dan Yogyakarta pada umumnya,
tari serimpi merupakan tarian yang berasal dari lingkungan keraton. Pada
awalnya, tarian ini hanya boleh ditampilkan di lingkungan keraton.
Pada zaman dulu, tarian ini digelar saat acara pengukugan sultan
atau raja baru, serta acara kenegaraan di keraton. Akan tetapi seiring
perkembangan waktu, tarian ini juga dipentaskan oleh masyarakat umum
sebgai tari hiburan.
a. Ragam Gerak
Dalam praktiknya, ragam gerak dalam tari yang dilakukan secara
bersamaan ini ada dua posisi yaitu pada posisi duduk dan posisi berdiri.
Untuk lebih lengkapnya, berikut penjelasan gerakan dasar beserta urutan
gerakan dalam tari Bungong Jeumpa:
Pertama yaitu sikap tubuh siap menari yang disebut Pancat.
Dimana, telapak kedua tangan saling bertemu seperti posisi bertapa
dengan posisi berdiri sembari jalan di tempat sesuai tempo atau iringan
musik. Gerakan ini memakai hitungan 2 x 8.
Kedua, secara bergantian, tangan kanan berdiri dan tangan kiri
menyetuh siku, lalu tangan kiri berdiri dan tangan kanan menyentuk siku,
dengan jari tangan sambil memetik jari. Posisi tubuh mendhak (patrap) ke
kanan dua kali dan ke kiri dua kali. Gerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Gerakan yang sama dengan gerakan kedua diulang sebanyak delapan
hitungan di setiap arah tangan dua kali pengulangan.
Ketiga yaitu memposisikan tangan dengan ibu jari menempel di
telapak tangan dan empat jari merapat (ngrayung). Kedua telapak tangan
menghadap ke atas dan ke bawah, posisi tubuh ke kanan dan kiri masing-
masing dua kali. Gerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Keempat yaitu memposisikan kedua tangan membentuk lingkaran
seperti bulan sambil jalan di tempat, yang dalam praktiknya memerlukan
ketahanan atau keajegan (Lutut). AGerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Kelima yaitu meletakkan kedua tangan di bahu, kemudian lurus ke
depan dan diikuti dengan posisi turun secara perlahan. Gerakan ini
memakai hitungan 2 x 8.
Keenam yaitu tangan kiri memegang pinggang kanan dan tangan
kanan memegang bahu kiri secara bergantian dan dilengkapi dengan
penglihatan dari mata, lalu m
engatur gerak kepala, badan, dan kaki (pandeleng). Posisi sedikit
demi sedikit semakin duduk saat dalam hitungan terakhir. Gerakan ini
memakai hitungan 4 x 8 ditambah 4.
Ketujuh yaitu kedua tangan bertepuk tangan ke depan, atas, dan
dada. Dimana penari harus peka terhadap iringan musik (solah). Gerakan
ini memakai hitungan 4 x 8.
Kedelapan yaitu kedua tangan bertepuk tangan, lalu diikuti dengan
tangan kanan tegak siku dan tangan kiri posisinya berada di bawah
tangan kanan. Tangan berbentuk siku-siku. Gerakan ini memakai hitungan
4 x 8.
Kesembilan yaitu posisikan kedua tangan lurus samping atas ke
kanan dan atas kiri lalu ke bawah kanan dan ke bawah kiri. Gerakan ini
memakai hitungan 4 x 8.
Kesepuluh, gerakan ini sama dengan saat pertama kali memulai,
yaitu dengan tangan seperti saat bertapa.
c. Lagu
Tari tradisional asal Provinsi Aceh ini diiringi dengan irama lagu
Bungong Jeumpa, yang sekaligus menjadi keunikan lain dari tari ini. Dalam
bahasa Aceh, Bungong Jeumpa artinya yaitu bunga cempaka. Selain
menceritakan tentang keindahan dan semangat Aceh, Bunga Cempaka ini
juga memiliki beberapa dua fungsi. Pertama, yaitu sebagai pelengkap
tradisi seperti dalam upacara pernikahan, serta bahan wewangian untuk
mandi balimau dan air ziarah makam. Kedua, yaitu sebagai inspirasi motif
pada kain songket dan ornamen pada bangunan.
d. Fungsi Dan Makna
Tari Bungong Jeumpa dianggap sebagai simbol kecintaan dan
kebanggan dari masyarakat Aceh terhadap bunga cempaka. Itu dia adalah
penjelasan mengenai tari Bungong Jeumpa, mulai dari busana, pola
lantai, hingga, fungsinya.
2.5.3 Tari Ebeg atau Kuda Lumping
Nama : Ahmad Yusril
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 05
Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut dengan
omprok, yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi
ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh
Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun
berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada
masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota
melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah
tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan
pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini. Selanjutnya pada
mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi
membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan
ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali,
bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan
magis.
Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak
bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai
serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling,
corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih
yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari
gandrung tidak memakai kaus kaki, tetapi semenjak dekade tersebut
penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap
pertunjukannya.
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua
buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung
hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian
tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang
subuh.
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu
buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua
buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping
itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-
kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas
memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap
pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain
kluncing. Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali,
angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.
c. Jenis-jenis gandrung
Gandrung dibagi menjadi beberapa tarian antara lain:
Jejer gandrung
Paju gandrung
Seblang subuh
Seblang lukinto
Gandrung dor
Gandrung marsan
Gama gandrung
Jaripah
c. Tata Busana
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya:
Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu
terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.
Pepeson
Bagian ini dimulai dengan nyanyian dan tarian bersama oleh
penari janger dan kecak. Mereka membentuk formasi sedemikian
rupa di gapura tempat pertunjukan. Dilanjutkan dengan iring-
iringan janger yang terbagi menjadi dua baris yakni ketika para
penari janger duduk dan disusul dengan masuknya penari Kecak.
Mereka kemudian membentuk formasi saling berhadap-hadapan.
Kecak dengan kecak di sisi yang berseberangan dan janger dengan
janger di sisi yang berseberangan lainya. Demikian formasi
mereka adalah membentuk garis segi empat dengan arah hadap
penari semuanya menghadap kedalam arena tari.
Pejangeran
Pada sesi ini, penari kecak dan janger menari sambil
menyanyi saling bersahut-sahutan bersama-sama. Mereka larut
dalam suasana gembira dan penuh semangat. Nyanyian yang
dibawakan berbahasa bali dengan tema muda-mudi. Tidak jarang
penari kecak berpindah tempat yakni duduk berhadap-hadapan
dengan penari janger. Setelah bagian pejangeran ini selesai maka
penari kecak maupun penari janger merubah posisi menjadi
duduk dua baris di sisi-sisi arena tari sehingga penari yang tampil
berikutnya mempunyai ruang gerak yang lebih luas.
Lakon
Bagian lakon biasanya diisi dengan kisah-kisah termasuk lakon
arjuna wiwaha, sunda-upasunda, gatot kaca sraya dan lainya.
Bentuk lakon ini adalah semacam prembon dimana terdapat
unsur penasarnya, Mentri, Baris atau Jauk. Terdapat pula unsur
Rangda dan lain sebagainya. Selama adegan ini berlangsung
janger dan kecak seolah-olah sebagai penonton biasa. Kalau
seandainya diperlukan penari tambahan seperti penari bidadari,
kupu-kupu dan lain sebagainya biasanya diambil dari penari
janger.
Penutup
Bagian penutup kembali diisi dengan Tarian Janger dan Kecak
dengan menyanyikan lagu permohonan maaf dan selamat tinggal
kepada penonton. Dengan demikian perlahan-lahan penonton
beranjak dari tempat duduk dan para penari kecak dan janger
juga keluar kalangannya atau masuk ke ruang ganti.
Keindahan Gerakan
Pada umumnya tari kontemporer menggunakan properti
sebagai pendukung pementasan, hal ini tidak berlaku pada tari
yapong. Tarian ini dilakukan murni atas dasar keindahan gerakan
sang penari.
a. Tari Pendet
Tari pendet merupakan salah satu tarian selamat datang yang
paling tua di Pulau Bali. Menarikan tarian ini sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali. Para
ahli seni pertunjukan Bali, berdasarkan beberapa catatan yang ada,
menyetujui bahwa tahun 1950 adalah tahun kelahiran tari Pendet. Tidak
hanya saat menyambut tamu-tamu penting, dalam setiap pertunjukan
tari-tarian Bali, tarian ini selalu dijadikan sebagai tarian pembuka. Tari
Pendet adalah tari yang tadinya hanya dilakukan pada saat pemujaan
saja, tepatnya di tempat beribadah umat Hindu di Indonesia (Pura).
Sebab, tari ini memang tadinya bertujuan untuk melakukan
penyembahan kepada dewata yang sedang turun ke alam dunia. Namun
demikian, seiring berkembangnya waktu tari ini beralih fungsi sebagai
tari penyambutan tamu. Pendet sendiri diartikan sebagai persembahan
yang mana bentuknya sebuah tarian. Karena hal ini, tari Pendet bukanlah
tari biasa tapi tari dengan gerakan yang perlu dikuasai dengan latihan
intensif. Gadis-gadis muda yang menarikan tari ini mengikuti gerakan dari
wanita yang lebih tua, yang mana lebih senior dan bisa menjadi contoh
yang baik. Tari Pendet yang ditarikan oleh putri biasanya dipentaskan
setelah tari Rejang di halaman pura. Ciri khas tari Pendet adalah waktu
dipentaskannya. Di atas telah disebutkan bahwa tari Pendet tadinya
dipertunjukkan pada upacara sakral, namun sekarang ini juga sering
dipertunjukkan pada acara penyambutan.
Acara-acara yang membutuhkan penyambutan di Bali sudah biasa
jika tarian ini ikut pula dipentaskan. Contohnya pada acara Asian Games
yang diadakan di Jakarta beberapa tahun lalu, di acara yang mengundang
banyak tamu dari luar negeri itu juga ikut mementaskan tari Pendet.
Pembuat atau koreografer dari tari Pendet adalah I wayan Rindi. Tari
Pendet ini tadinya dibuat untuk upacara sakral yang mengandung religius
tinggi. Seiring berkembangnya waktu, seniman-seniman tari di Bali
menjadikan tari Pendet ini sebagai tari penyambut atau tari selamat
datang. Jumlah penari tari Pendet adalah lima orang aslinya, yang mana
berasal dari apa yang dikembangkan oleh I Wayan Beratha pada tahun
1961 lalu. Tadinya tari Pendet ini ditarikan hanya empat orang, namun
sejak tahun 1961 itu I Wayan Beratha menambahkan satu orang sehingga
menjadi lima orang. Meski begitu, tari Pendet ini tetap bisa ditarikan oleh
lebih dari lima orang. Contohnya pada Asian Games yang pernah
diselenggarakan di Indonesia. Saat itu dipentaskannya tari Pendet
dengan sekitar 800 penari.
a. Tari Tor-Tor
Tari Tor Tor adalah tarian perayaan yang telah ada sejak ratusan
tahun lalu. Asal tarian ini adalah dari daerah Batak Toba, Sumatera Utara.
Berdasarkan sejarah, tarian ini awalnya merupakan tari ritual dan sakral
yang dipentaskan pada upacara kematian, kesembuhan, dan sebagainya.
Seiring perkembangan zaman dan masuknya budaya Hindu-Budha, maka
tarian ini memperoleh pengaruh dan berkembang tidak hanya sebagai
tarian upacara. Tari Tor Tor kemudian digelar sebagai hiburan dan
tontonan warga Batak. Selain itu, busana tradisional yang dikenakan
penari Tor Tor juga berubah dan mengalami modifikasi agar lebih
menarik.Tarian ini diperkirakan telah ada sejak zaman Batak purba. Pada
masa itu, tarian tor tor dijadikan sebagai tari persembahan bagi roh
leluhur. Nama tari ini berasal dari kata tor tor, yaitu bunyi hentakan kaki
penari di lantai papan rumah adat Batak. Meski berasal dari Batak,
ternyata jika ditelusuri tarian ini mendapat pengaruh dari India, bahkan
lebih jauh lagi tarian ini juga memiliki kaitan dengan budaya Babilonia.
Ada pendapat yang memperkirakan jika tari tor tor ada sejak abad
ke-13 Masehi dan telah menjadi bagian dari kebudayaan Batak. Pendapat
ini disampaikan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara periode
1973 hingga 2010, sekaligus pakar tor tor. Secara sederhana, tor tor
adalah sebuah tarian. Akan tetapi lebih dari itu, tor tor juga merupakan
media komunikasi. Hal ini nampak melalui gerakan yang dipentaskan
melibatkan interaksi antar partisipan upacara.Adapun jenis lagu yang
akan dimainkan adalah lagu-lagu dengan tema permohonan kepada
Dewa dan roh leluhur agar seluruh anggota keluarga diberi keselamatan,
kesejahteraan, kebahagiaan, limpahan rezeki, dan harapan upacara adat
dapat menjadi sumber berkat baki keluarga dan para tamu.
Ada keunikan dalam upacara tortor, yaitu adanya banyak
pantangan yang tidak boleh dilanggar saat manortor. Misalnya tangan
penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu. Jika hal tersebut
dilanggar, maka dapat diartikan bahwa penari menantang siapapun
dalam ilmu perdukunan, moncak atau pencak silat, atau adu tenaga
dalam, serta lainnya.Tarian tor tor mempunyai gerakan yang sangat
sederhana, sehingga mudah untuk dipelajari. Bahkan bagi orang yang
pertama kali mencobanya akan langsung bisa memainkannya. Gerakan
tari ini terbatas apda gerakan tangan melambai naik turun secara
bersamaan. Kemudian ada pula gerakan hentak kaki sesuai dengan
alunan musik mangondangi atau gondang. Tari tor tor adalah tarian asal
Batak yang dilakukan dengan iringan atau tabuhan alat musik tradisional
Sumatera Utara yang disebut Mangondangi. Mangondangi terdirid ari 9
jenis alat musik, seperti gondang, tagading, terompet khas Batak, suling,
sarune, kaleem hesek, odap gordang, ogunf, doal, oloan dan panggora.
Seluruh alat musik dimainkan dalam tempo tertentu sehingga
menghasilkan suara harmonis dan merdu untuk mengiring penari tor tor.
2.5.23 Tari Gambyong
Nama : Poetri Lailatuz Zuhroh
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 29
a. Tari Gambyong
Tarian gambyong merupakan kesenian tari asli yang berasal dari
daerah Surakarta. Tari ini terus berkembang hingga ke daerah Jawa
sekitarnya. Dahulu tari gambyong dibawakan saat raja menyambut para
tamu serta sebagai tontonan upacara adat keraton.
Zaman yang terus berkembang menjadikan tarian ini dikenal
masyarakat dan menjadi media hiburan. Hingga saat ini tari gambyong
banyak dipentaskan di acara masyarakat, seperti pernikahan dan upacara
keagamaan.
Terciptanya tari gambyong berasal dari tarian tayub yang lebih dulu
ada. Tarian tayub umumnya digelar pada upacara panen atau saaat
proses menanam padi. Penamaan nama gambyong berasal dari nama
penari terkenal di masa lalu, yaitu Sri Gambyong. Penari ini terkenal akan
keluwesan gerakan menari dan mempunyai suara yang merdu.
Raja Kasultanan Surakarta saat itu, yaitu Pakubuwono IV
mendengar tentang Sri Gambyong, kemudian mengundangnya ke istana
untuk membawakan tarian tayub. Tarian yang dilakukan oleh Sri
Gambyong di lingkungan tersebut kemudian menginspirasi nama jenis
tari baru, yaitu tari gambyong
Membangkitkan Semangat
Berdasarkan aktegori jenis tarian, tari seudati termasuk dalam
jenis Tribal War Dance atau tarian perang. Hal itu dicerminkan dari
syair-syair pengiring tarian yang dipenuhi oleh kata-kata yang
menggugah semangat. Bahkan ketika masa kolonial Belanda
berkuasa, tarian ini dilarang untuk ditampilkan.
Syair dan lagu tari seudati akan membangkitkan para pemuda
dan menginsipirasi pemberontakan terhadap Belanda. Kemudian
setelah Indonesia merdeka, tarian ini boleh ditampilkan secara bebas.
Mengajarkan Nilai Kehidupan
Selain sebagai pengobar semangat, tarian ini juga mengandung filosofi
tentang kehidupan. Dalam syair tari seudati terkadang disisipkan
cerita tentang persoalan hidup dan sosial sehari-hari, sehingga dapat
menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat.
Sarana Dakwah Agama Islam
Dalam bait syair pengiring tari seudati juga disisipkan ajaran-
ajaran Agama Islam. Oleh karena itu, tarian ini juga menjadi sarana
penyebaran dan pendidikan agama Islam. Rakyat yang terhibur oleh
gerakan dtari ini juga sekaligus mendapatkan pemahaman tentang
agama.
a. Tari Topeng
Tari Topeng Betawi adalah tarian yang dibawakan saat pementasan
teater rakyat Topeng Betawi, seni pertunjukan tradisional yang terdiri
dari tari, musik, nyanyi, bebodoran (lawak), dan lakon (drama). Kesenian
ini berkembang di wilayah komunitas Betawi Pinggir (Betawi Ora),
mengangkat kehidupan masyarakat yang direpresentasikan dalam
bentuk gerak tari dan lakon. Tema pementasan Topeng Betawi
mempengaruhi gerakan tarian karena tari Topeng Betawi sifatnya
teatrikal, dimana dalam gerakan tari mengandung pesan yang hendak
disampaikan. Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling
oleh para seniman. Mereka biasanya di undang sebagai pengisi hiburan
dalam acara pesta pernikahan, khitanan, dan lainnya. Masyarakat Betawi
dahulu mempercayai bahwa tarian Topeng Betawi bisa menjauhkan diri
dari mara bahaya atau petaka. Namun seiring perubahan jaman
kepercayaan itu mulai luntur, dan tari Topeng Betawi hanya berfungsi
sebagai hiburan semata dalam hajatan atau acara adat lainnya.
3.1 Kesimpulan