Anda di halaman 1dari 59

Kata Pengantar

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Makalah
Bab 2 Pembahasan
2.1 Sejarah tari di Indonesia
2.2 Pengertian seni tari
2.3 Unsur-unsur tari tradisional
2.4 Fungsi tari
2.5 Macam-macam tari di Indonesia
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik
3.3 Saran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan dan bentuk seni tari Indonesia sengat terkait dengan perkembangan
kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup
Negara kesatuan. Jika ditinjau sekilas perkembangan Indonesia sebagai Negara kestuan,
maka perkembangan tersebut tidak terlepas dari latar belakang keadaan masyarakat
Indonesia.
Pada saat itu, Amerika Serikat dan Eropa secara politis dan ekonomis menguasai
seluruh Asia Tengga, kecuali Thailand. Menurut Soedarsono (1977), salah seorang
budayawan dan peneliti seni pertunjukan Indonesia, menjelaskan bahwa, “secara garis
besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh
adanya kontak dengan budaya besar dari luar (asing)”. Berdasarkan pendapat
Soedarsono tersebut, maka perkembangan seni pertunjukan tradisional Indonesia
secara garis besar terbagi atas periode masa pra pengaruh asing dan masa pengaruh
asing. Namun apabila ditinjau dari perkembangan masyarakat Indonesia hingga saat ini,
maka masyrakat sekarang merupakan masyrakarat Indonesia dalam lingkup kesatuan.
Tentu saja masing-masing periode telah menampilkan budaya yang berbeda bagi seni
pertunjukan, karena kehidupan kesenian sangat tergantung pada masyrakat
pendukungnya.
Tarian Indonesia dengan beraneka ragam jenis tarian Indonesia seni tari membuat
Indonesia kaya akan adat kebudayaan kesenian. Dengan mengenal lebih banyak Tarian
adat diseluruh Provinsi di Indonesia mudah-mudahan membuat kita lebih mencintai
negeri kita sendiri. Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku
dan bangsa Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia, dapat terlihat
dari akar budaya bangsa Austranosia dan Melanesia, dipenagruhi oleh berbagai budaya
dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh Barat yang diserap melalui kolonialisasi.
Setiap suku bangsa diIndonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia
terdapat lebih dari 300 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan
diberbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau
akademi seni yang dijalankan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimakah sejarah tari di Indonesia?
b. Apa yang dimaksud dengan tari dan struktunya?
c. Apa aja tari yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan karya tulis hasil kelas XII MIPA 5 ini guna memenuhi tugas
dari Guru Seni Budaya yaitu Pak Ulil Sauma
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh oleh penyusun kelas XII MIPA 5 melalui makalah ini
yaitu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu azuan dalam membuat makalah berikutnya,
sehingga salam penyusunan karya tulis yang akan datang hal-hal yang sudah baik
ditingkatkan dan yang salah diperbaiki serta untuk menambah wawasan kami mengenai
seni tari di Indonesia. Melalui makalah ini menfaat yang dapat diperoleh oleh pelajar
adalah sehingga setelah membaca makalah ini, pelajar dapat terus menjaga dan
melestarikan aseni tari serta menemukan cara-cara terbaru untuk mengatasinya agar
tarian suatu daerah di Indonesia dapat terjaga sampai generasi selanjutnya.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tari di Indonesia


2.1.1 Seni Tari Zaman Hindu
Pada zaman ini, kesenian lebih banyak dipengaruhi oleh peradapan
dan kebudayaan dari India, tidak terkecuali seni tari. Seiring dengan penyebaran
agama Hindu dan Budhha di Indonesia, seni tari mengalami perkembangan yang
sangat pesat, bahkan telah memiliki standarisasi atau patokan.
Natya Sastra karangan Bharata Murni merupakan literature seni tari
apad masa itu. Buku tersebut menjelaskan tentang adanya 64 motif gerak tangan
mudra. Motif tersebut dibagi menjadi 3, diantaranya 24 motif yang terbentuk dari
satu tangan, 13 motif dari kedua tangan, serta 27 motif hasil kombinasi kedua
motif tangan.
Oleh karena system pemerintahan pada zaman ini berbentuk
kerajaan, maka lahirlah tari-tarian istana yang berkembang dengan baik karena
mendapat perhatian langsung dari raja. Sejarah seni tari dimasa kerajaan Hindu
juga diabadikan melalui berbagai peninggalan budaya berupa relief yang
menghiasi candi-candi.
Ciri-ciri pada zaman Hindu, diantaranya: Gerakan tari mulai disusun
secara sungguh-sungguh, pertunjukan tari difungsikan, serta besarnya perhatian
para penguasa terhadap seni tari. Selain itu, teman yang diusung dalam tari mulai
beragam karena banyka mengambil tema dari cerita Mahabrata, Ramayana dan
Panji

2.1.2 Seni Tari Zaman Islam


Karya seni tari peninggalan zaman Hindu di Indonesia masih
terpelihara dengan baik. Bahkan setelah masuknya Islam ke Indonesia, tari
sangatlah berkembang dengan ditandai munculnya beragam varian karya tari.
Sejarah seni tari pada masa Islam di Indonesia sangatlah bervariasi yang juga
bergantung pada dimana tarian tercipta.
Sebagai missal, di Aceh dan di beberapa daerah Melayu seperti Riau,
masing-masing memiliki keunikan tersendiri meskipun tetap mengusung nuansa
ke Islaman.
Di Pulau Jawa, seni tari berkembangan dengan sangat baik, terutama
dilingkup dua keraton Mataram, Ngayogyakarta Hadiningrat dan Surakarta
Hadiningrat. Setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi dimana Keraton
Mataram terbagi menjadi dua selanjutnya perjanjai Jatisari.
Pada perjanjian Jatisari tahun 1756 di tentukan masa depan kedua
kerajaan, termasuk dalam hal waeisan buaday Maratam. Kasunanan Surakarta
memilih mengembangkan apa yang sudah ada. Sementara itu, Kesultanan
Yogyakarta memilih melestarikan tradisi yang ada, khsusnya tari klasik.
2.1.3 Seni Tari Zaman Penjajahan
Masa Penjajahan tidak begitu berpengaruh pada seni tari doi
lingkungan istana. Di dua keraton Mataram, tarian tetap terpelihara dengan baik.
Hanya saja fungsinya sangat terbatas untuk kepentingan upacara istana saja,
seperti penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putri-putri raja
dan jumenengan raja.
Lain di istana, lain juga dengan tarian yang berkembang di
masyarakat. Di kalangan rakyat biasa tari hanya difungsikan untuk hiburan saja.
Uniknya, penderitaan rakyat akibat penjajahan turut menjadi ide untuk membuat
karya seni tari bertemakan kepahlawanan.

2.1.4 Pasca Kemerdekaan-Sekarang


Setelah perkembangannya banyak tersendat di masa penjajahan, seni tari
kembali tumbuh subur dimasa setelah kemerdekaan. Beragam jenis tari
difungsikan kembali, baik tari hiburan maupun tarian upacara. Perkembangan
yang sangat pesat, terutama terjadi pada tarian sebagai hiburan.
Banyak sekolah-sekolah deni didirikan, hingga semakin banyak pula
bermunculan tari kerasi baru seiring banyaknya koreagrafer-koreagrafer muda.
Mereka senantiasa mewujudkan nilai artistic dan bentuk tari sebagai upaya
menambah pendaharaan karya seni.

2.2 Pengertian Seni Tari


Seni tari adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerak yang
indah dari tubuh/fisik dan mimic. Seni tari secara umum memiliki aspek-aspek gerak,
ritmi, keindahan dan ekspresi. Selain itu, seni tari memiliki unsur-unsur ruang, tenaga
dan wwaktu. Ruang berhubungan dengan posisi, tingkatan dan jaukauan. Posisi
berhubungan dengan arah hadap dan arah gerak. Arah hadap, seperti menghadap
kedepan, kebelakang, serong kanan, serong kiri dan arah gerak, contohnya menuju
kedepan, kebelakang, memutar atau zigzag. Tingkatan berhubungan dengan tinggi
posisi duduk dan level tinggi dengan posisi kaki dijinjitkan atau dengan meloncat-loncat.
Jangkauan berhubungan dengan gerak yang panjang atau pendek, gerak yang besar
atau kecil.
Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yang
ditampilkan lebih kreatif. Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa dan
emosi, bukan dengan kekuatan otot. Gerakan tari yang dikendalikan dan diatur dengan
tenaga yang berbeda-beda akan membangkitkan kesan yang mendalam, bukan hanya
bagi penonton juga bagi si penari.

2.3 Unsur-Unsur Tari


Menurut aktifitasnya gerak dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
 Gerak setempat dalah gerak yang dilakukan tanpa berpindah tempat.
 Gerak berpindah tempat adalah gerak yang dilakukan dengan berpindah tempat
dapat dilakukan dengan gerak bergeser, melangkah, meluncur dan melompat.

Menurut bentuknya gerak dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:


 Gerak Realistik/gerak wantah adalah gerak yang dilakukan oleh seseorang
dengan apa yang dilihatnya.
 Gerak stilir adalah gerak yang sudah digubah, gerak tidak wantah dengan cara
diperhalus.
 Gerak Simbolik adalah gerak yang hanya sebagai symbol, gerak tidak wantah
yang sudah di stilir.
Menurut sifatnya gerak dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:
 Gerak Lemah adalah gerak yang dilakukan dengan tidak menggunakan kekuatan
otot.
 Gerak tegang adalah gerak yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot atau
kekuatan.
 Gerak Lembut adalah gerak yang dilakukan oleh seseorang yang gerak-geraknya
mengalir.
 Gerak Kasar adalah gerak-gerak yang dilakukan oleh seseorang dengan
menggunakan otot-otot yang kuat, seperti hentakan-hentakan kaki yang
dilakukan dengan kecepatan tinggi.

2.4 Fungsi Tari


Sebagai suatu kegiatan seni tari memiliki beberapa fungsi yaitu seni tari sebagai
sarana upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tari
sebagai penyaluran terapi, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagai
pertunjukan.

2.5 Macam-Macam tari di Indonesia


2.5.1 Tari Serimpi
Nama : Adellia Hidayatul Mufiddah
Kelas : XII MIPA5
Absen : 01

Serimpi atau Srimpi adalah bentuk repertoar tari Jawa klasik dari
tradisi kraton Kesultanan Mataram dan dilanjutkan pelestarian serta
pengembangan sampai sekarang oleh empat istana pewarisnya di Jawa
Tengah dan Yogyakarta.
a. Sejarah Tari Serimpi
Hampir seluruh jenis tari mempunyai sejarah yang menjadi latar
belakangnya, begitu pun dengan tari serimpi. Tarian ini berawal pada
masa kerajaan Mataram saa Sultan Agung bertahta pada tahun 1613
hingga 1646.Serimpi termasuk karya seni tertua di Jawa dan dianggap
memiliki keskaralan serta kesucian karena hanya digelar di Kawasan
keraton sebagai bagian dari ritual. Pada masa itu, hanya penari-penari
terpilih yang diperbolehkan membawakan tarian ini.
Saat kerajaan Mataram mengalami perpecahan pada tahun 1755
menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta, tarian ini pun
terkenan dampaknya. Dampaknya adalah adanya perbedaan gerakan
antara tari serimpi Jogja dan Surakarta, meskipun keduanya memiliki inti
tarian yang sama.
Tarian ini terpecah menjadi beberapa jenis, seperti Serimpi
Dhempel, Serimpi Babul Layar, Serimpi Genjung, Serimpi Padhelori,
Serimpi Among Beksa, Serimpi Cina, dan Serimpi Pramugari yang
berkembang di keraton Yogyakarta.
Selanjutnya pada tahun 1788 sampai 1820, tarian ini muncul
kembali di lingkungan Keraton Surakarta. Bahkan sejak tahun 1920 hingga
saat ini, tarian ini masuk dalam pelajaran Taman Siswa Jogja, serta
kelompok tari dan karawitan Krida Beksa Wirama. Selain dikenal sebagai
tari serimpi, awalnya tarian ini juga dinamakan srimpi sangopati yang
memiliki makna kandidat penerus raja. Sebab kata serimpi mempunya arti
perempuan. Akan tetapi, ada pula pendapat dari Dr. Priyono yang
menyatakan bahwa “serimpi” berasal dari kata dasar “impi” yang berarti
mimpi.
b. Fungsi Tari Serimpi
Seperti jenis tarian Jawa Tengah dan Yogyakarta pada umumnya,
tari serimpi merupakan tarian yang berasal dari lingkungan keraton. Pada
awalnya, tarian ini hanya boleh ditampilkan di lingkungan keraton.

Pada zaman dulu, tarian ini digelar saat acara pengukugan sultan
atau raja baru, serta acara kenegaraan di keraton. Akan tetapi seiring
perkembangan waktu, tarian ini juga dipentaskan oleh masyarakat umum
sebgai tari hiburan.

c. Busana Dan Properti Tari Serimpi


Selain gerakan penari serimpi yang gemulai dan lemah lembut, para
penari juga tampil cantik dengan kostum dan hiasan khas Jawa. Pada
masa lalu, penari serimpi selalu mengenakan pakaian pengantin putri
Yogyakarta.
d. Alat Musik Pengiring
Seni tari serimpi adalah bagian dari warisan budaya Jawa, oleh
sebab itu dalam penampilannya juga diiringi oleh gamelan Jawa. Saat
penari memasuki dan keluar pentas, akan diiringi oleh gending
sabrangan. Kemudian diikuti gendhing ageng atau tengahan, serta
hending ladrang. Sedangkan pada adegan peperangan akan diiringi ayak-
ayakan dan srebengan.

2.5.2 Tari Bengong Jumpa


Nama : Afifah Nurul Maghfiroh
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 03

Tari Bungong Jeumpa merupakan salah satu tari tradisional khas


Provinsi Aceh dan termasuk jenis tari tradisional. Konon, asal usul dari
tari Bungong Jeumpa ini berasal dari Kerajaan Jeumpa di Aceh.

a. Ragam Gerak
Dalam praktiknya, ragam gerak dalam tari yang dilakukan secara
bersamaan ini ada dua posisi yaitu pada posisi duduk dan posisi berdiri.
Untuk lebih lengkapnya, berikut penjelasan gerakan dasar beserta urutan
gerakan dalam tari Bungong Jeumpa:
Pertama yaitu sikap tubuh siap menari yang disebut Pancat.
Dimana, telapak kedua tangan saling bertemu seperti posisi bertapa
dengan posisi berdiri sembari jalan di tempat sesuai tempo atau iringan
musik. Gerakan ini memakai hitungan 2 x 8.
Kedua, secara bergantian, tangan kanan berdiri dan tangan kiri
menyetuh siku, lalu tangan kiri berdiri dan tangan kanan menyentuk siku,
dengan jari tangan sambil memetik jari. Posisi tubuh mendhak (patrap) ke
kanan dua kali dan ke kiri dua kali. Gerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Gerakan yang sama dengan gerakan kedua diulang sebanyak delapan
hitungan di setiap arah tangan dua kali pengulangan.
Ketiga yaitu memposisikan tangan dengan ibu jari menempel di
telapak tangan dan empat jari merapat (ngrayung). Kedua telapak tangan
menghadap ke atas dan ke bawah, posisi tubuh ke kanan dan kiri masing-
masing dua kali. Gerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Keempat yaitu memposisikan kedua tangan membentuk lingkaran
seperti bulan sambil jalan di tempat, yang dalam praktiknya memerlukan
ketahanan atau keajegan (Lutut). AGerakan ini memakai hitungan 4 x 8.
Kelima yaitu meletakkan kedua tangan di bahu, kemudian lurus ke
depan dan diikuti dengan posisi turun secara perlahan. Gerakan ini
memakai hitungan 2 x 8.
Keenam yaitu tangan kiri memegang pinggang kanan dan tangan
kanan memegang bahu kiri secara bergantian dan dilengkapi dengan
penglihatan dari mata, lalu m
engatur gerak kepala, badan, dan kaki (pandeleng). Posisi sedikit
demi sedikit semakin duduk saat dalam hitungan terakhir. Gerakan ini
memakai hitungan 4 x 8 ditambah 4.
Ketujuh yaitu kedua tangan bertepuk tangan ke depan, atas, dan
dada. Dimana penari harus peka terhadap iringan musik (solah). Gerakan
ini memakai hitungan 4 x 8.
Kedelapan yaitu kedua tangan bertepuk tangan, lalu diikuti dengan
tangan kanan tegak siku dan tangan kiri posisinya berada di bawah
tangan kanan. Tangan berbentuk siku-siku. Gerakan ini memakai hitungan
4 x 8.
Kesembilan yaitu posisikan kedua tangan lurus samping atas ke
kanan dan atas kiri lalu ke bawah kanan dan ke bawah kiri. Gerakan ini
memakai hitungan 4 x 8.
Kesepuluh, gerakan ini sama dengan saat pertama kali memulai,
yaitu dengan tangan seperti saat bertapa.

b. Kostum Tari Bengong Jumpa


Busana yang digunakan oleh penari tari Bungong Jeumpa yang
sekaligus menjadi salah satu unsur keunikan tarian tradisional asal Aceh
ini adalah baju atasan, celana panjang, dan ikat kepala.

c. Lagu
Tari tradisional asal Provinsi Aceh ini diiringi dengan irama lagu
Bungong Jeumpa, yang sekaligus menjadi keunikan lain dari tari ini. Dalam
bahasa Aceh, Bungong Jeumpa artinya yaitu bunga cempaka. Selain
menceritakan tentang keindahan dan semangat Aceh, Bunga Cempaka ini
juga memiliki beberapa dua fungsi. Pertama, yaitu sebagai pelengkap
tradisi seperti dalam upacara pernikahan, serta bahan wewangian untuk
mandi balimau dan air ziarah makam. Kedua, yaitu sebagai inspirasi motif
pada kain songket dan ornamen pada bangunan.
d. Fungsi Dan Makna
Tari Bungong Jeumpa dianggap sebagai simbol kecintaan dan
kebanggan dari masyarakat Aceh terhadap bunga cempaka. Itu dia adalah
penjelasan mengenai tari Bungong Jeumpa, mulai dari busana, pola
lantai, hingga, fungsinya.
2.5.3 Tari Ebeg atau Kuda Lumping
Nama : Ahmad Yusril
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 05

a. Sejarah Tari Ebeg


Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa
pengaruh yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat
misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Bali Room, yang
biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan
ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi
berfungsi untuk kegiatan upcara, tetapi untuk hiburan atau acara gaul.
Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang
mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu
yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini
popular sekitar tahun 1916. Sebagai pertunjukan rakyat, kesenian ini
hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang
meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki
pola gerak yang baku, kostu penari yang sederhana sebagai cerminan
kerakyatan. Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan
pamogaran (penonton yang berperan aktif falam seni pertunjukan Ketuk
Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan,
yang di aderah Pantai Utara Jawa Barat (karawang, Bekasi, Purwakarta,
Indramayu dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang
pola tarinya maupun peritiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan
dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub).

b. Properti yang digunakan dalam tari ebeg:


 Kuda lumping
 Cambuk
 Parang
 Gelang kaki dan gelang tangan
c. Alat dan bahan yang digunakan
 Gong
 Kenong
 Gendang
 Terompet
 Bende

d. Tata Cara pertunjukan


 Mempersiapkan alat-alat seperti gamelan, gong, kendang dan
terompet
 Pemain musik siap menepati alat musik masing-masing
 Menata perlengkapan seperti kuda, barongan, dan topeng
 Menyiapkan tanaman, wangi-wangi dupa dan kemenyan
 Pertunjukan siap dimulai

2.5.4 Tari Saman


Nama : Ainun Ni’mah
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 06

a. Pengertian Tari Saman


Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa
ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat.
Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu
biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di
Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang
berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman ditetapkan UNESCO
sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam
Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya
Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011.
Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan
(dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan
santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau
pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk
mewakili masyarakat setempat (keketar) atau nasihat-nasihat yang
berguna kepada para pemain dan penonton.
Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan
berkesinambungan, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-
muda dengan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat
juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup
sepangkalan (dua grup). Penilaian dititik beratkan pada kemampuan
masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang
disajikan oleh pihak lawan.

b. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam:


 Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
 Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
 Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan
oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
 Syekh, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan
suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda
perubahan gerak.
 Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah
dinyanyikan oleh penari solo.
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur
dasar dalam tarian saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga,
ketika menyebarkan agama Islam, Syekh Saman mempelajari tarian
Melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai
dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya .Dalam
konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan
sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan.

2.5.5 Tari Sparkling


Nama : Alifia Elina Hayyu Zahro
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 07

a. Pengertian Tari Sparkling


Tari sparkling
merupakan hasil
perpaduan antara tarian tradisional
khas jawa timur dan tarian modern kekinian ini disusun sangat baik
sehingga tidak meninggalkan seni khas kota Surabaya walaupun dianggap
merupakan tarian baru, Tari Sparkling Surabaya sangat dikenal oleh
masyarakat Surabaya. Tarian ini menggambarkan bagaimana jati diri
masyarakat surabaya, tarian ini sering dijadikan sebagai tarian
penyambutan tamu.
Tari Sparkling Surabaya memiliki ciri dan karakteristik tersendiri
yaitu perpaduan musik khas Jawa Timur dan musik modern. Tarian ini
menggunakan alat musik tradisional dan berbagai alat musik perkusi.
Penari wanita ini akan menggunakan kemben (meka’an) dan kebayya
transparan (kain brokat) di bagian atas. Sementara itu, untuk bagian
bawahnya mereka akan menggunakan kain batik khas Jawa Timur
sepanjang mata kaki. Bahkan, penari Sparkling Surabaya akan dipercantik
dengan berbagai macam aksesories lainnya. Warna dari kostum para
penari Sparkling Surabaya juga sangat bervariasi seperti warna hijau,
merah, kuning, biru hingga emas. Tidak hanya itu, penari Sparkling
Surabaya akan memiliki sayap kain berwarna emas sebagai salah satu
atribut dan aksesoriesnya.
Uniknya, tari sparking ini ditampilkan oleh lima penari. Ke lima
penari ini akan menggambarkan 5 wilayah yang ada di Surabaya, yaitu
Surabaya Pusat, Surabaya Barat, Surabaya Timur, Surabaya Utara, dan
Surabaya Selatan. Tidak hanya itu, tarian ini terlihat lebih energik dan
heboh. Inilah yang menunjukkan bahwa tarian ini sukses dipadukan
dengan tarian modern yang kekinian. Sampai saat ini, untuk
menyebarluaskan dan memperkenalkan tarian ini pada masyarakat,
tarian ini kerap ditampilkan diberbagai pagelaran seni dan budaya baik
didalam maupun diluar negeri. Bahkan, adanya karakteristik dari gerakan
tarian ini yang merupakan adopsi tarian modern, membuatnya lebih
mudah untuk masuk ke dalam lingkungan remaja saat ini. Itulah yang
menjadi daya tarik dari Tari Sparkling Surabaya ini. Bila kamu melihat
penampilan dari tarian ini, kamu akan diajak untuk merasakan
kegembiraan dan kehebohan oleh para penarinya.

b. Sejarah Tari Sparkling


Tari Sparkling ini merupakan tarian yang diciptakan pada tahun
2007 oleh Diaztiarni. Dulunya, tarian kreasi ini diciptakan untuk
menyambut ulang tahun Surabaya yang ke- 714. Sesuai tema ulang
tahunnya “Sparkling Surabaya”, membuat tari kreasi ini dinamai Tari
Sparkling Surabaya. Adanya keindahan dan kelincahan pada Tari Sparkling
Surabaya diharapkan dapat menggambarkan jati diri dan semangat warga
Kota Surabaya. Sparkling yang berarti gemerlap, berkilau atau bersinar,
menggambarkan kondisi masyarakat Kota Surabaya yang hidup dinamis
dam masyarakat yang plural. Bahkan, Sparkling juga menunjukkan
pengharapan agar kota Surabaya bisa terus bersinar. Selain itu,
masyarakat Kota Surabaya yang metropolis membuat sebagian besar
mesyarakatnya urang tertarik dengan tarian tradisional. Sehingga Tari
Sparkling Surabaya ini dibuat dengan megharap dapat menjadi sebuah
suguhan tarian tradisional yang tidak meninggalkan unsur kekinian.

2.5.6 Tari Cikalele


Nama : Angeline Rahma Putri
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 08

a. Pengertian Tari Cikalele


Tari Cakalele adalah tarian tradisional sejenis tarian perang yang
berasal dari daerah Maluku Utara. Tarian ini umumnya ditarikan oleh
para penari pria, namun ada juga beberapa penari wanita sebagai penari
pendukung. Tari Cakalele merupakan salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal di Maluku Utara dan sering ditampilkan di berbagai acara
adat maupun hiburan. Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di
berbagai acara budaya serta promosi pariwisata baik tingkat daerah,
nasional, bahkan internasional.

b. Sejarah Tari Cikalele


Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Cakalele ini
dulunya berasal dari tradisi masyarakat Maluku Utara. Pada saat itu tarian
ini dilakukan sebagai tarian perang para prajurit sebelum menuju medan
perang maupun sepulang dari medan perang. Selain itu tarian ini juga
menjadi sering dijadikan sebagai bagian dari upacara adat masyarkaat di
sana.
Tari calale ini kemudian meluas ke daerah-daerah sekitar, karena
pengaruh kerajaan pada saat itu. Tarian ini kemudian dikenal di daerah
lain seperti di daerah Maluku Tengah dan sebagian wilayah Sulawesi,
salah satunya di Sulawesi Utara. Di kalangan masyarakat Minahasa,
Cakalele juga dikenal dan menjadi bagian dari tarian perang mereka, yaitu
Tari Kabasaran.

c. Fungsi dan Makna Tari Cikalele


Pada masa sekarang ini, Tari Cakalele tidak lagi difungsikan sebagi
tarian perang, namun lebih sering ditampilkan untuk acara yang bersifat
pertunjukan maupun perayaan adat. Bagi masyarakat di sana, Tari
Cakalele dimaknai sebagai wujud apresiasi dan penghormatan
masyarakat terhadap para leluhur atau nenek moyang mereka. Selain itu
tarian ini juga menggambarkan jiwa masyarakat Maluku yang pemberani
dan tangguh, hal tersebut bisa dilihat dari gerakan dan ekspresi para
penari saat menarikan Tari Cakalele ini.

d. Pertunjukan Tari Cakalele


Tari Cakalele ini biasanya ditarikan secara berkelompok dan
dibawakan oleh penari pria serta penari wanita sebagai penari
pendukungnya. Dalam pertunjukannya penari pria menari menggunakan
parang (pedang) dan salawaku (tameng) sebagai atribut menarinya.
Sedangkan penari wanita biasanya menggunakan lenso (sapu tangan)
sebagai atribut menarinya. Selain itu dalam Tari Cakalele ini, biasanya
dipimpin oleh seorang penari yang berperan sebagai Kapitan (pemimpin
tarian) dan seorang yang menggunakan tombak yang menjadi lawan
tandingnya.
Dalam pertunjukan Tari Cakalele para penari menari dengan
gerakannya yang khas mengikuti genderang musik pengiring. Gerakan
para penari pria dan penari wanita dalam tarian ini sangat berbeda.
Gerakan penari pria biasanya lebih didominasi oleh gerakan lincah para
penari sambil tangan memainkan parang dan salawaku, serta gerakan
kaki berjingkrak-jingkrak secara bergantian. Sedangkan gerakan para
penari wanita didominasi oleh gerakan tangan yang diayunkan ke depan
secara bergantian serta gerakan
kaki yang dihentakan dengan cepat mengikuti iringan musik pengiring.

e. Pengiring Dalam Tari Cakalele


Dalam pertunjukan Tari Cakalele biasanya diiringi oleh iringan
musik tradisional seperti tifa, gong, dan bia (kerang yang ditiup). Irama
yang dimainkan dalam mengiringi tarian ini biasanya merupakan irama
yang bertempo cepat layaknya genderang perang pada zaman dahulu,
sehingga dapat memicu semangat para penari dan tak jarang membuat
para penonton terbawa suasana tersebut. Gerakan para penari biasanya
disesuaikan dengan musik pengiring ini. Karena kadang irama yang
dimainkan bisa jadi kode saat berganti gerakan atau formasi para penari.
f. Kostum Tari Cakalele
Kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Cakalele biasanya
menggunakan kostum khusus. Para penari pria biasanya menggunakan
pakaian perang yang didominasi warna merah dan kuning tua, serta
dilengkapi dengan senjata seperti parang, salawaku, dan tombak. Untuk
kostum kapitan biasanya menggunakan penutup kepala yang dihiasi
dengan bulu-bulu ayam. Sedangkan untuk penari wanita biasanya
menggunakan pakaian adat berwarna putih dan kain panjang pada bagian
bawah. Serta menggengam lenso atau sapu tangan sebagai atribut
menCakalele

g. Perkembangan Tari Cakalele


Dalam perkembangannya, Tari Cakalele hingga kini masih terus
dilestarikan dan dikembangkan oleh masyarakat di sana. Berbagai kreasi
dan variasi juga sering ditambahkan dalam pertunjukannya agar menarik,
namun tidak menghilangkan ciri khas dan keaslian dari tarian tersebut.
Tari Cakalele ini juga masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti
penyambutan tamu, perayaan adat, dan acara adat lainnya. Selain itu
tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya seperti
pertunjukan seni, festival budaya dan promosi pariwisata.

2.5.7 Tari Gandrung


Nama : Daffa Saadihilah Aqila Wardana
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 10

a. Sejarah Tari Gandrung


Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh
para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan
Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang
ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun,
gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun
1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk
transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung
laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian
penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk
menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat,
berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker. Tradisi gandrung yang
dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan
menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya.
Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan
menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh
ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, tetapi sejak
tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan
gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai
sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya
yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

b. Tata Busana Penari Gandrung Dan Musik Pengiring Tari Gandrung


 Bagian Tubuh
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru
berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-
manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher
hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan
terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup
tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan
dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian
pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi
hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu
dikenakan di bahu.

 Bagian Kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut dengan
omprok, yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi
ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh
Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun
berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada
masa lampau ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota
melainkan setengah terlepas seperti sayap burung. Sejak setelah
tahun 1960-an, ornamen ekor Antasena ini kemudian dilekatkan
pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini. Selanjutnya pada
mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi
membuat wajah sang penari seolah bulat telur, serta ada tambahan
ornamen bunga yang disebut cundhuk mentul di atasnya. Sering kali,
bagian omprok ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan
magis.

 Bagian Bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak
bermacam-macam. Namun corak batik yang paling banyak dipakai
serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling,
corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada dasar kain putih
yang menjadi ciri khas Banyuwangi. Sebelum tahun 1930-an, penari
gandrung tidak memakai kaus kaki, tetapi semenjak dekade tersebut
penari gandrung selalu memakai kaus kaki putih dalam setiap
pertunjukannya.
Pada masa lampau, penari gandrung biasanya membawa dua
buah kipas untuk pertunjukannya. Namun kini penari gandrung
hanya membawa satu buah kipas dan hanya untuk bagian-bagian
tertentu dalam pertunjukannya, khususnya dalam bagian seblang
subuh.
Musik pengiring untuk gandrung Banyuwangi terdiri dari satu
buah kempul atau gong, satu buah kluncing (triangle), satu atau dua
buah biola, dua buah kendhang, dan sepasang kethuk. Di samping
itu, pertunjukan tidak lengkap jika tidak diiringi panjak atau kadang-
kadang disebut pengudang (pemberi semangat) yang bertugas
memberi semangat dan memberi efek kocak dalam setiap
pertunjukan gandrung. Peran panjak dapat diambil oleh pemain
kluncing. Selain itu kadang-kadang diselingi dengan saron Bali,
angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.

c. Jenis-jenis gandrung
Gandrung dibagi menjadi beberapa tarian antara lain:
 Jejer gandrung
 Paju gandrung
 Seblang subuh
 Seblang lukinto
 Gandrung dor
 Gandrung marsan
 Gama gandrung
 Jaripah

2.5.8 Tari Melinting


Nama : Deni Anbiya Fairuzzabadi
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 11
a. Pengertian Tari Melinting
Tari Melinting adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari
daerah Lampung. Tarian ini merupakan tarian klasik peninggalan Kerajaan
Melinting yang ada di Lampung Timur. Tari Melinting tergolong tarian
tertua yang pernah ada di sana, karena diperkirakan tarian ini sudah ada
sejak masuknya agama Islam di Indonesia, khususnya di daerah Lampung
sendiri. Tarian ini biasanya dibawakan oleh para penari pria dan penari
wanita. Dan sering ditampilkan di berbagai acara baik acara adat maupun
acara budaya yang diselenggarakan di sana.

b. Sejarah Tari Melinting


Menurut sejarahnya, Tari Melinting merupakan salah satu tarian
klasik peninggalan Kerajaan Melinting yang ada di Labuhan Meringgai,
Lampung Timur. Tarian ini pertama kali diciptakan pada abad ke-16 oleh
Ratu Melinting II yang bergelar Pangeran Panembahan Mas. Awalnya
tarian ini hanya dikenal di lingkungan kerajaan saja, dan hanya
ditampilkan pada acara gawi adat di Kerajaan Melinting. Pada saat itu
tarian ini hanya bisa dibawakan oleh para putera dan puteri Ratu
Melinting saja.
Pada tahun 1958, Tari Melinting ini mulai mengalami
perkembangan dan penyempurnaan. Tarian yang awalnya hanya
ditampilkan di lingkungan kerajaan ini, kemudian berkembang menjadi
tarian rakyat. Tarian ini kemudian sering ditampilkan di berbagai acara
besar seperti upacara penyambutan, perayaan, maupun acara budaya
yang diselenggarakan di sana.

c. Fungsi Dan Makna Tari Melinting


Tarian melinting ini awalnya difungsikan sebagai tarian yang
bersifat sakral dan hanya ditampilkan pada acara gawi adat kerajaan saja.
Namun seiring dengan perkembangannya, tarian ini kemudian
difungsikan sebagai tarian pertunjukan yang sering ditampilkan di
berbagai acara seperti penyambutan, acara budaya dan acara besar
lainnya. Tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan
kebahagiaan masyarakat atas apa yang mereka dapatkan. Selain itu setiap
gerakan dalam Tari Melinting ini tentu memiliki makna dan filosofi
tersendiri di dalamnya.

d. Pertunjukan Tari Melinting


Tari Melinting biasanya dibawakan oleh para penari pria dan penari
wanita. Untuk jumlah para penari biasanya terdapat 8 penari yang terdiri
dari 4 penari pria dan 4 penari wanita. Dengan menggunakan busana adat
serta diiringi oleh alunan music pengiring, penari menari dengan
gerakannya yang khas dan menggunakan kipas sebagai atribut menarinya.
Dalam pertunjukan Tari Melinting biasanya dibagi menjadi
beberapa babak, diantaranya babak pembuka, babak kugawo ratu, babak
knui melayang, dan babak penutup. Pada babak pembuka ini penari
memberikan penghormatan kepada para tamu. Kemudian pada babak
kugawo ratu menggambarkan kelemah lembutan penari wanita dan
kelincahan serta keperkasaan penari pria. Sedangkan pada babak knui
melayang menggambarkan keagungan dan keanggunan para penari. Lalu
pada babak penutup diakhiri dengan salam dan penghormatan dari para
penari.
Gerakan para penari pria dan penari wanita dalam Tari Melinting ini
pada dasarnya berbeda. Gerakan para penari pria biasanya didominasi
oleh gerakan yang lincah dan dinamis. Gerakan tersebut meliputi gerakan
babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang
nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun.
Sedangkan para penari wanita lebih didominasi gerakan yang lembut
yang meliputi gerakan babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan,
timbangan/ terpipih mabel melayang, ngiyau bias, nginjak lado, nginjak
tahi manuk,dan lapah ayun.

d. Pengiring Tari Melinting


Dalam pertunjukan Tari Melinting biasanya diiringi oleh alunan
music tradisional yang terdiri dari kalo bala, gong, gendang dan beberapa
alat music tambahan lainnya. Music tradisional dimainkan secara apik dan
dipadukan dengan gerakan para penari. Setiap babak dalam Tari
Melinting ini biasanya diiringi dengan irama yang berbeda, karena harus
menyesuaikan dengan gerakan para penari.

e. Kostum Tari Melinting


Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari
Melinting biasanya merupakan pakaian tradisional. Untuk kostum para
penari wanita biasanya menggunakan siger bercadar bunga pandan
Subang, kalung buah jukum, gelang kano, bulu seretei, gelang rui
sesapurhanda, tapis, dan jungsarat. Sedangkan untuk kostum para penari
pria biasanya menggunakan kopiah emas, kembang melur bunga pandan,
buah jukum, jungsarat, papan jajar, bulu seretei, sesapur handap, injang
tuppal, dan celana reluk belanga.

f. Perkembangan Tari Melinting


Dalam pertunjukannya, Tari Melinting masih terus dilestarikan dan
dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi dalam segi
gerak, kostum, dan music pengiring juga sering ditambahkan di setiap
pertunjukannya agar terlihat menarik namun tidak meninggalkan keaslian
dan ciri khasnya. Tari Melinting ini juga masih sering ditampilkan di
berbagai acara seperti penyambutan tamu agung, acara adat dan acara
besar lainnya.
Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara
budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya, bahkan promosi
pariwisata. Hal ini tentu dilakukan sebagai salah satu usaha untuk
melestarikan serta memperkenalkan kepada generasi muda dan
masyarakat luas akan warisan budaya, khususnya Tari Melinting ini.
2.5.9 Tari Remo
Nama : Fakhri Ahmad Nuruddin
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 12

a. Pengertian Tari Remo


Tari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu
agung, yang ditampilkan baik oleh satu atau banyak penari. Tarian ini
berasal dari Provinsi Jawa Timur.

b. Sejarah Tari Remo


Tari Remo berasal dari Jombang, Jawa Timur. Tarian ini pada  
awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar
pertunjukan ludruk. Namun, pada perkembangannya tarian ini sering
ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan,
ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival
kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan
seorang pangeran dalam medan laga. Akan tetapi dalam
perkembangannya tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh
perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri
atau Tari Remo gaya perempuan.

c. Tata Busana
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya:
Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu
terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

d. Macam – macam Busana Tari Remo


 Busana gaya Surabayan
Terdiri atas ikat kepala merah, baju tanpa kancing yang
berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke-18, celana
sebatas pertengahan betis yang dikait dengan jarum emas, sarung
batik Pesisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang
diikat di pinggang, serta keris menyelip di belakang. Penari
memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan
yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan
penari memegang masing-masing ujung selendang.
Selain itu, terdapat pula gelang kaki berupa kumpulan lonceng
yang dilingkarkan di pergelangan kaki

 Busana Gaya Sawunggaling


Pada dasarnya busana yang dipakai sama dengan gaya
Surabayan, namun yang membedakan yakni penggunaan kaus
putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam kerajaan.

 Busana Gaya Malann


Busana gaya Malangan pada dasarnya juga sama dengan
busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada
celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak
disemat dengan jarum.

 Busana Gaya Jombangan


Busana gaya Jombangan pada dasarnya sama dengan gaya
Sawunggaling, namun perbedaannya adalah penari tidak
menggunakan kaus tetapi menggunakan rompi.

 Busana Remo Putri


Remo Putri mempunyai busana yang berbeda dengan gaya
remo yang asli. Penari memakai sanggul, memakai mekak hitam
untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup
bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu
selendang saja yang disemat di bahu.
2.5.10 Tari Jaipong
Nama : Fatimatuz Zahrok
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 13

e. Pengertian Tari Jaipong


Tari Jaipong adalah salah satu dari seni tradisional yang berasal dari
jawa barat dan tentunya sangat populer di Indonesia. Jaipongan adalah
sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal
Bandung, Gugum Gumbira. Tari jaipong merupakan penggabungan dari
beberapa seni tardisional contohnya silat, wayang golek, ketuk tilu dan
lain sebagainnya. Perhatiannya pada kesenian menjadikannya
mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari
tradisi yang ada pada Kliningan / Bajidoran atau Ketuk Tilu.

f. Sejarah Tari Jaipong


Pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda,
diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni
pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur
sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah
kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak
tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang
sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan
pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk
Tilu/ Doger/ Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan
Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi,
Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan
Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya
mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/ Doger/
Tayub).
Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup
digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak
Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis
tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (KetukTilu) yang
mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan
beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar
penciptaan tari Jaipongan.

g. Perkembangan Tari Jaipong


Dari tari Jaipong ini mulai lahir beberapa penari Jaipongan yang
handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kirniadi.
Kehadiran tari Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap para pencinta seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis
tarian rakyat yang sebelumnya kurang di perhatikan. Dengan munculnya
tari Jaipongan ini mulai banyak yang membuat kursus-kursus tari
Jaipongan, dan banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk pemikat
tamu undangan.
Di Subang Jaipongan gaya “Kaleran” memiliki ciri khas yakni
keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan.
Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada
yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada
di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya
pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui
pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang.

2.5.11 Tari Sajojo


Nama : Friskha nur hida rotus sya’roni
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 14

a. Pengertian Tari Sajojo


Tari Sajojo adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Papua.
Tarian ini sering dijadikan penampilan di berbagai acara, baik acara adat,
budaya, maupun sekadar hiburan saja. Tarian ini sangat terkenal di
Papua. Tarian ini bisa ditarikan oleh berbagai jenis kalangan, baik pria
maupun wanita, tua maupun muda, karena tarian ini termasuk tarian
pergaulan.

b. Sejarah tari sajojo


Asal usul Tari Sajojo ini masih belum bisa diketahui secara pasti.
Namun beberapa sumber banyak yang menyebutkan bahwa tarian ini
sudah ada sejak tahun 1990-an. Karena gerakannya yang sangat khas dan
penuh keceriaan, Tari Sajojo kemudian mulai dipopuler dan berkembang
pesat di kalangan masyarakat Papua hingga sekarang.
Nama Tari Sajojo sendiri diambil dari judul lagu yang mengiringinya,
yaitu lagu “Sajojo”. Lagu sajojo sendiri merupakan lagu daerah dari Papua
yang menceritakan tentang seorang gadis yang diidolakan dan dicintai di
kampungnya. Walaupun gerakan Tari Sajojo tidak terlalu
menggambarkan lirik lagu tersebut, namun iramanya yang penuh
keceriaan dalam lagu tersebut sangat cocok dengan gerakan Tari Sajojo.

c. Fungsi Dan Makna Tari Sajojo


Tari Sajojo difungsikan sebagai tarian pergaulan atau tarian hiburan
yang bisa dimainkan oleh siapa saja yang ingin menampilkannya. Tarian
sajojo ini dimaknai sebagai tarian yang menggambarkan keceriaan dan
semangat kebersamaan. Hal tersebut bisa dilihat dari ekspresi para
penari saat menari dan gerakannya yang seirama dan penuh
kekompakan.

d. Perkembangan Tari Sajojo


Dalam perkembangannya, Tari Sajojo masih terus dilestarikan dan
dikembangkan hingga sekarang. Berbagai kreasi dan variasi juga sering
ditambahkan di setiap pertunjukannya, baik dalam segi gerak maupun
kostum para penari, agar terlihat lebih menarik namun tidak
meninggalkan ciri khas dan keasliannya.Tari Sajojo juga masih sering
ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat, penyambutan, maupun
acara hiburan lainnya. Selain itu, tarian ini juga sering ditampilkan di
berbagai acara budaya seperti pertunjukan seni, festival budaya, dan
promosi pariwisata. Hal ini tentu dilakukan sebagai usah melestarikan
serta memperkenalkan kepada generasi muda dan masyarakat luas akan
Tari Sajojo ini.

e. Kostum Tari Sajojo


Untuk kostum penari Tari Sajojo ini hampir sama dengan kostum
tarian tradisional Papua lainnya. Kostum tersebut biasanya merupakan
busana tradisional yang terbuat dari akar atau daun. Namun seiring
dengan perkembangan, ada juga yang dikreasikan dengan kain agar
terlihat lebih menarik. Selain itu penari juga dilengkapi dengan berbagai
aksesoris seperti penutup kepala, kalung dan lukisan tubuh bercorak
etnis khas Papua.
f. Pertunjukan Tari Sajojo
Tari Sajojo ini biasanya ditampilkan oleh para penari pria dan
penari wanita. Untuk jumlah penari dalam pertunjukan Tari Sajojo ini,
biasanya disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan, sehingga tidak ada
batasan dalam hal tersebut. Dalam pertunjukannya, para penari biasanya
tampil menggunakan busana tradisional khas Papua serta diiringi oleh
iringan music dan lagu sajojo. Gerakan dalam Tari Sajojo ini sangat khas
dan enerjik sehingga menggambarkan keceriaan para penari. Gerakan
tersebut biasanya didominasi oleh gerakan kaki dan tangan yang
dimainkan sesuai dengan ritme dan irama lagu.

2.5.12 Tari Ponco-Ponco


Nama : Khasbi Azis Pratama Sugiarto
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 15

a. Pengertian Tari Ponco-Ponco


Poco-poco adalah sebuah senam dan tarian yang diiringi oleh lagu
bernama sama yang dibuat oleh Arie Sapulette. Pada awalnya, lagu-
tarian poco-poco hanya dikenal di lingkungan TNI dan Polri sebagai
gerakan untuk senam pagi. Tarian poco-poco lalu mulai mendapatkan
tempatnya di hati masyarakat pada saat stasiun televisi TVRI Jakarta
mulai menyiarkan program dengan nama Dansa Yo Dansa.Tarian tersebut
juga dijadikan lomba dalam ajang olahraga tingkat nasional.

b. Gerakan Tari Ponco-Ponco


Gerakan tari poco-poco diambil dari unsur-unsur gerakan tarian
dari berbagai daerah di Indonesia, seperti gerakan melempar lembing
dan melepas panah. Tari poco-poco diiringi oleh lagu yang berasal dari
Maluku yang diciptakan oleh Ari Sapulette dengan judul Poco-poco dan
dinyanyikan oleh penyanyi bernama Yopie Latul. Lagu poco-poco yang
mengiringi tarian poco-poco dibuat beraneka ragam, mulai dari versi
dangdut, disco hingga cha-cha.

2.5.13 Tari Kecak


Nama : Khusnul Khotimah
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 16

a. Pengertian Tari Kecak


Tari kecak adalah seni tari yang berasal dari Bali. Seni tari kecak ini
dipertunjukkan oleh puluhan penari laki-laki yang duduk berbaris dengan
pola melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak, cak, cak"
serta mengangkat kedua lengan.

b. Sejarah Tari Kecak

Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis


asal Jerman bernama Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini
terinspirasi dari ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Bali yang
kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan Hindu
untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke
Bali.Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang
dada dan mengenakan kain kotak-kota di pinggang hingga atas
dengkul.Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah
satunya adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh
daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti
festival yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.

c. Jumlah Penari Tari Kecak


Umumnya tari kecak dimainkan oleh 50 penari laki-laki. Dari semua
penari akan mengeluarkan suara "cak" sehingga membentuk musik
secara akapela. Satu orang akan bertindak sebagai pemimpin yang
memberikan nada awal, seorang lagi bertindak sebagai penekan yang
bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah dan seorang lagi
bertindak sebagai dalang yang mengantarkan alur cerita. Di tahun 1979,
tari kecak pernah dilakukan oleh 500 penari. Namun rekor tersebut
dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang
menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5.000 penari pada 29
September 2006.

2.5.14 Tari Jengger


Nama : Lutfi Nahdiyah
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 05
a. Sejarah Tari Jengger
Sejarah Perkembangan Tari Janger juga diwarnai pergolakan politik
yang terjadi selama perjalanannya. Dimana sifat pertunjukan tari ini lebih
difungsikan sebagai sarana kampanye, terutama terjadi di tahun 1960an.
Ketika itu Janger diracuni masalah politik yang kentara dengan adanya
Janger PKI dan Janger PNI sehingga mengakibatkan terjadi pertentangan
di tengah-tengah masyarakat bali. Setelah meletusnya G-30-S/PKI, Janger
pun menghilang. Masyarakat Bali trauma dengan kesenian Janger karena
seolah-oleh menggambarkan sisi buruk Bali. Janger kemudian muncul
kembali di Era Orde Baru dan tetap saja menjadi corong politik pada
masa itu yaitu Politik Pembangunan. Terhitung pada kisaran tahun 1970-
an popularitas Janger naik kembali.

b. Gerakan dan Busana Tari Jengger


Dalam hal Gerakan, tari ini menggunakan gerak Tari Klasik Bali yang
cenderung merupakan pemindahan dari gerakan Tari
Arja, Topeng, Baris atau Jauk. Penasar biasanya memakai gerakan Tari
Arja dan Topeng, Mentri juga menggunakan gerakan Tari Arja. Sebagai
pembeda dan merupakan ciri khas dari Pejanggeran adalah terdapat
pada gerakan tari pada Penari Kecak dan Jangernya. Meskipun Kecak
pada dasarnya masih tetap menampilkan gerak-gerak tari Bali Klasik
seperti nayog, ngagem kanan, ngagem kiri, ngeseh bawak, nyeloyog dan
beberapa motif gerak tari Bali klasik lainya. Namun gerakannya
dipadukan dengan unsur pencak silat sehingga menghasilkan gerakan
yang khas. Adapun Penari janger menari dengan berpegangan pada
gerak-gerakan Tari Bali Klasik diantaranya adalah mungkah
lawing,ngagem kanan, kiri, ngeseh bawah, nyeleyog, nguluh wangsul,
ngelikas, ngenjet, ngengot, ulap-ulap,dan lain sebagainya. Uniknya baik
penari Janger maupun Kecak, kebanyakan melakukan tarian dengan
posisi bersimpuh atau duduk bersila. Dalam hal Tata Busana, penari
janger dan kecak memakai busana peran yang ditampikan dalam lakon
adalah sama dengan arja, topeng, baris, maupun jauk.
Janger pada umumnya mengenakan busana seperti: gelungan
janger, badong gelang kanan, sabuk, kain, oncer dan ompak-ompak.
Perlengkapan lainnya yang digunakan janger adalah kipas. Sedangkan
kecak mengenakan busana terdiri dari: kain, kekancutan, sabuk, ampok-
ampok, badong, gelang kana dan udeng.
c. Bentuk Penyajian Tari Kecek
 Pembukaan
Bagian ini diisi dengan tabuh pembukaan dari
seperangkat gamelan yang terdiri dari kendang, ceng-ceng, kajar,
kendang rebana, klenang, kemong dan suling. Kadang-kadang
juga ditambah beberapa tungguh gender wayang yang berlaras
selendro. Bentuk lagu-lagu pembukaan bisa berupa batel
tetamburan, bisa juga lagu penggalang yang lain.

 Pepeson
Bagian ini dimulai dengan nyanyian dan tarian bersama oleh
penari janger dan kecak. Mereka membentuk formasi sedemikian
rupa di gapura tempat pertunjukan. Dilanjutkan dengan iring-
iringan janger yang terbagi menjadi dua baris yakni ketika para
penari janger duduk dan disusul dengan masuknya penari Kecak.
Mereka kemudian membentuk formasi saling berhadap-hadapan.
Kecak dengan kecak di sisi yang berseberangan dan janger dengan
janger di sisi yang berseberangan lainya. Demikian formasi
mereka adalah membentuk garis segi empat dengan arah hadap
penari semuanya menghadap kedalam arena tari.
 Pejangeran
Pada sesi ini, penari kecak dan janger menari sambil
menyanyi saling bersahut-sahutan bersama-sama. Mereka larut
dalam suasana gembira dan penuh semangat. Nyanyian yang
dibawakan berbahasa bali dengan tema muda-mudi. Tidak jarang
penari kecak berpindah tempat yakni duduk berhadap-hadapan
dengan penari janger. Setelah bagian pejangeran ini selesai maka
penari kecak maupun penari janger merubah posisi menjadi
duduk dua baris di sisi-sisi arena tari sehingga penari yang tampil
berikutnya mempunyai ruang gerak yang lebih luas.

 Lakon
Bagian lakon biasanya diisi dengan kisah-kisah termasuk lakon
arjuna wiwaha, sunda-upasunda, gatot kaca sraya dan lainya.
Bentuk lakon ini adalah semacam prembon dimana terdapat
unsur penasarnya, Mentri, Baris atau Jauk. Terdapat pula unsur
Rangda dan lain sebagainya. Selama adegan ini berlangsung
janger dan kecak seolah-olah sebagai penonton biasa. Kalau
seandainya diperlukan penari tambahan seperti penari bidadari,
kupu-kupu dan lain sebagainya biasanya diambil dari penari
janger.
 Penutup
Bagian penutup kembali diisi dengan Tarian Janger dan Kecak
dengan menyanyikan lagu permohonan maaf dan selamat tinggal
kepada penonton. Dengan demikian perlahan-lahan penonton
beranjak dari tempat duduk dan para penari kecak dan janger
juga keluar kalangannya atau masuk ke ruang ganti.

2.5.15 Tari Lilin


Nama : Moch Rian Aditya
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 19

a. Pengertian Tari Lilin


Tari Lilin merupakan salah satu tarian tradisional dari Sumatera
Barat. Seperti namanya, tarian ini dimainkan oleh para penari dengan
menggunakan piring kecil dengan lilin yang menyala di atasnya sebagai
atribut menari. Tarian lilin dimainkan oleh sekelompok penari dengan
gerakan yang atraktif dan seirama dengan alunan musik yang
mengiringinya. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang terkenal di
Indonesia dan menjadi salah satu icon tarian tradisional di Sumatera
Barat, khususnya masyarakat Minangkabau. Tari tradisional ini
merupakan tarian yang berasal dari istana pada zaman dahulu. Tarian
yang berasal dari daerah sumatera barat ini akan dilakukan pada malam
hari. Para penari tarian ini terdiri dari beberapa orang yang menggunkan
piring kecil yang terdapat sebuah lilin yang sedang menyala di tengahnya
sebagai properti tarian ini.

b. Sejarah Tari Lilin


Sejarah dan asal-usul tari lilin Sumatera Barat berdasarkan pada
cerita rakyat yang menceritakan seorang gadis yang telah ditinggalkan
oleh tunangan pergi untuk mencari harta.
Selama ditinggalkan tunangannya, gadis tersebut telah kehilangan
cincin pertunangannya. Gadis tersebut mencari cincin itu sampai larut
malam dengan menggunakan lilin yang ditempatkan diatas piring kecil.
Gerakan tubuh yang gemulai, membungkuk, dan gerakan berdoa
melahirkan gerakan yang sangat indah. Sehingga dari peristiwa ini
menciptakan tari lilin di kalangan gadis-gadis desa.
c. Fungsi Tari Lilin
Tari lilin ditampilkan untuk upacara rasa syukur kepada dewi pada
saat musim panen dengan hasil panen yang melimpah. Ciri khas yang
terdapat pada tarian ini adalah dengan menggunakan piring kecil yang
menjadi tempat meletakkan lilin sebagai propertinya Tari lilin
merupakan keunikan tari nusantara yang memukau.
Jadi, tarian ini tidak ditampilkan dan dipertunjukan setiap saat.
Namun dengan seiring perkembangan zaman, fungsi dari tarian ini
berubah. Yang tadinya sebagai ucapan rasa syukur, dan sekarang menjadi
tarian hiburan masyarakat.
d. Gerakan yang digunakan pada tari lilin
Pada setiap gerakan penari yang membawa sebuah lilin yang
diletakkan diatas piring kecil, penari akan menarikan tarian ini secara
kelompok dan bersamaan dengan memusingkan piring yang terdapat lilin
secara berhati hati agar piring tersebut tidak jatuh dan agar lilin tidak
padam.
Gerakan badan yang meliuk , membungkuk, dan gerakan berdoa
merupakan keunikan tersendiri gerakan dari seni tari ini. Dari gerakan
gerakan ini lah menciptakan gerakan gerakan yang sangat indah pada tari
lilin.

e. Busana Tari Lilin


Busana yang digunakan adalah pakaian gede atau hiasan gede,
yakni pakaian adat khas Palembang yang biasanya digunakan oleh para
pengantin wanita di wilayah Palembang. Hiasan gede juga digunakan
oleh para penari utama tari lilin. Sementara untuk penari lainnya
menggunakan dodot atau selendang mantri.

Makna yang terkandung dalam kostum ini adalah lebih


menekankan kepada kejayaan Hindu-Budha, yakni pada zaman Kerajaan
Sriwijaya. Pada waktu Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kebudayaan
Cina, terutama pada hiasan kepala, dada dan tangan kostum tersebut.

f. Properti dan Iringan Tari Lilin


Biasanya, iringan tarian lilin dalam hal alat musik menggunakan
akordeon, biola, gong, gitar, saxophone, kenong, bonang, gendang dan
tok-tok. Alat-alat musik ini memiliki hubungan erat dengan tarian lilin,
sebab keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan untuk properti yang digunakan dalam tarian lilin ada 2
macam, yakni lilin dan piring.

2.5.16 Tari Reog Ponorogo


Nama : Much Faqih Imron Rosyadi
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 20
a. Tari Reog Ponorogo
Reog adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi
sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah
orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa
penari bertopeng dan berkuda lumping. Reog merupakan salah satu seni
budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo
dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota
Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut
tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya
daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau
mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

b. Sejarah Tari Reog Ponorogo


Dewi Sanggalangit terkenal karena kecantikannya. Ia adalah puteri
raja Kediri. Banyak pangeran dan raja-raja ingin meminangnya untuk
dijadikan sebagai istri. Namun sayang, ia belum memiliki keinginan untuk
menikah. Hal ini membuat kedua orang tuanya bingung. Sebab, mereka
ingin menimang seorang cucu. Mereka pun mendesak sang Putri agar
cepat menikah. Karena itu, sang Putri akhirnya mau menikah, namun
dengan syarat dihibur oleh tontonan yang menarik. Tontonan itu harus
belum pernah ada. Tontonan ini harus semacam tarian yang diiringi
gamelan, dilengkapi barisan kuda kembar, dan ada binatang berkepala
duanya. Tak lama setelah itu, sang Raja mengadakan sayembara, isinya
persis seperti yang diminta oleh sang Putri. Para pelamar yang tadinya
bersemangat menjadi banyak yang ciut nyalinya. Banyak dari mereka
yang akhirnya mengundurkan diri. Akhirnya tinggal dua orang saja yang
tersisa. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja
Kelana Swandana dari Kerajaan Bandarangin.
Raja Singabarong adalah manusia yang aneh, yakni berkepala
harimau dan berbulu lebat. Bulu itu dipenuhi kutu. Itulah sebabnya ia
memelihara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutu itu.
Sifatnya buas dan kejam. Sedangkan Kelana Swandana adalah seorang
raja yang berwajah tampan dan gagah, namun punya kebiasaan suka
pada anak laki-laki. Raja Singabarong memanggil patihnya yang bernama
Iderkala. Ia diutus untuk menyelidiki pesaingnya, Kelanaswandana.
Setelah itu, sang Patih bergegas menuju Kerajaan Bandarangin untuk
menyelidiki. Setelah beberapa hari, ia pulang untuk melapor. Sang Patih
melapor jika semua syarat yang diajukan sang Putri berhasil disiapkan,
kecuali binatang berkepala dua. Mendengar hal itu, Singabarong menjadi
panik. Ia pun memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan
Bandarangin. Singabarong bermaksud merebut hasil usaha
Kelanaswandana. Setelah siap, Singabarong memerintahkan beberapa
mata-mata untuk amenyelidiki rute perjalanan Kelanawandana. Namun,
mata-mata tersebut tertangkap prajurit Bandarangin. Setelah
mengetahui rencana Singabarong, Kelanaswandana bergegas menyerang
Kerajaan Lodaya. Saat itu, Singabarong tengah tertidur di taman kerajaan
karena keenakan kutu di kepalanya dipatuki burung merak
peliharaannya. Di luar istana, pasukan Bandarangin berhasil
mengalahkan prajurit Lodaya. Saat itu, baru Singabarong terbangun.
Sementara itu, si burung merak masih saja mematuki kutu-kutu di kepala
Singabarong. Saat hendak mengamati keadaan, Singabarong dicegat oleh
Kelanaswandana. Dengan kesaktiannya, Kelanaswandana Mengubah
Singabarong menjadi harimau. Namun bagian kepala.

2.5.17 Tari Yapong


Nama : Muhammad Habib Al Akbar
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 05

a. Pengertian Tari Yapong


Tari yapong merupakan Satu jenis tarian tradisional yang diciptakan
untuk pertunjukan. Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan, yang
berasal dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya
kadangkala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara menari
sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi. Dan ada juga
yang definisi tentang
Tari Yapong merupakan suatu tari gembira dengan gerakan yang
dinamis dan erotis. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana
gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta. Adegan ini
dinamai Yapong dan tidak mengandung arti apapun. Namun istilah
Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis
pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong,
sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong.
b. Sejarah Tari Yapong
Tari ini diciptakan untuk memeriahkan ulang tahun Jakarta ke-
450.Ide tentang pertunjukan kesenian tradisional ini berasal dari Dinas
Kebudayaan DKI serta realisasi dipercayakan pada Bagong Kussudiarjo
yang tak lain adalah seniman kenamaan di masa itu.
Cerita yang diangkat pada tarian ini adalah perjuangan Pangeran
Jayakarta dan pementasannya dalam bentuk sendratari.Bahan untuk
tarian sendiri didapatkan melalui penelitian dan observasi pada
kebudayaan masyarakat Betawi.Tarian ini pertama dipertunjukkan pada
tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan.Sebanyak 300 orang
seniman yang terdiri dari penari serta musisi ikut serta pada pertunjukan
sendratari tersebut.
Tarian yapong merupakan salah satu tarian yang berasal dari DKI
Jakarta sendiri, dimana tarian ini sendiri merupakan tarian yang cukup
terkenal di daerah ini sendiri. Tarian ini sendiri bukan merupakan tarian
jaipong yang seperti kita kenal pada daerah jawa barat yang biasa
melakukan tarian ini sendiri. Tarian ini sendiri mula-mula diorbitkan
dalam rangka untuk mempersiapkan acara peringatan ulang tahun kota
Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat itu sendiri, dinas kebudayaan
dari provinsi ini menyiapkan sebuah pergelaran tari missal yang
spektakuler dengan mempergelarkan cerita pejuangan pangeran
jayakarta yang ada pada saat itu.
Tari yapong ini sendiri merupakan suatu tarian yang berbentuk
gembira dengan beberapa gerakan yang dinamis dan juga erotis. Dalam
adegan yang telah dipertunjukkan tadi suasana gembiar menyambut
kemenangan dari pangeran jayakarta. Dalam hal ini tarian yapong ini
sendiri berbeda dengan tarian lain yang biasanya memiliki beberapa
pengertian dalam tarian itu sendiri, sehingga pada dasarnya sendiri
dapatlah terbentuk tarian tersebut, tetapi tarian ini sendiri pun tercipta
dari lagu yang ada hubungannya dengan nama dari tarian ini, sehingga
kita dapat tahu bahwa tarian ini bukan memiliki arti yang sedemikian
rupa, tapi memiliki nama dengan asal yang cukup unik.

c. Fungsi Tari Yapong


Tarian yapong adalah salah satu kekayaan seni betawi yang kini
difungsikan dalam berbagai kegiatan elemen masyarakat, misalnya
festival daerah yang diselenggarakan tiap tahun. Melalu festival ini, maka
seni budaya betawi dapat lebih dikenal oleh sesama anak bangsa
maupun warga mancanegara.
Melestarikan tari yapong juga memberi manfaat untuk mencintai
kebudayaan sendiri. Bagi para pelajar tari yapong bermanfaat sebagai
media pendidikan untuk mengenal seni, khususnya tari.

d. Keunikan Tari Yapong


Yapong adalah salahs atu jenis tari betawi yang disukai oleh
masyarakat. Gerakan-gerakan tarian ini memilki berbagai keunikan,
seperti:
 Penari Wanita
Biasanya yapong dilakukan oleh 5 sampai 10 orang penari
perempuan. Meski begitu, bukan berarti penari pria tidak boleh
melakukannya. Dalam gerakannya, penari akan membentuk
barisan sejajar simetris sesuai jumlah penari. Kemudian tarian
dilakukan sesuai iringan musik tradisional.

 Keindahan Gerakan
Pada umumnya tari kontemporer menggunakan properti
sebagai pendukung pementasan, hal ini tidak berlaku pada tari
yapong. Tarian ini dilakukan murni atas dasar keindahan gerakan
sang penari.

e. Pola Lantai Penari Yapong


Terdapat dua macam pola lantai, yaitu:
 pola tarian yapong garis lurus
 pola tarian yapong garis melengkung

2.5.18 Tari Perang


Nama : Muhammad Khabib Al Bazi
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 22

a. Pengertian Tari Perang


Tari perang adalah tarian tradisional yang berasal dari papua
barat.tari ini menggambarkan tentang kepahlawanan dan kegagahan
masyarakat papua barat. Biasanya tarian ini dibawakan oleh para penari
pria dengan berpakaian adat dengan membawa panah sebagai atribut
menarinya. Tarian ini sering ditampilkan, baik acara adat, hiburan,
maupun budaya.

b. Sejarah Tari Perang


Konon tari perang dulunya digunakan sebelum melakukan
perang.menurut catatan sejarah,di papua dahulu sering terjadi perang
antara suku. Tarian ini kemudian dilakukan setiap suku untuk
memberikan semangat. Namun, sering tidak adanya perang antar suku,
tarian ini kemudian difungsikan sebagai tarian pertunjukan atau tarian
penyambutan

c. Pertunjukan Tari Perang


Tari Perang biasanya dibawakan oleh para penari pria secara
berkelompok. Jumlah penari dalam Tari Perang ini biasanya terdiri dari 7
orang penari atau lebih. Dalam pertunjukannya, para penari menari
dengan memakai pakaian tradisional dan membawa panah sebagai
atribut menari mereka. Dengan diiringi oleh suara genderang musik
tradisional dan lantunan lagu perang, para penari menari dengan
gerakannya yang khas penuh semangat layaknya prajurit yang akan
menuju medan perang.

d. Kostum Tari Perang


Untuk kostum yang digunakan para penari merupakan busana
tradisional daerah Papua. Busana tersebut terdiri dari rok yang terbuat
dari akar dan daun-daun yang dipasang di pinggang para penari.
Kemudian pada bagian kepala, penari menggunakan ikat kepala khas
Papua. Sedangkan untuk aksesoris terdiri dari kalung yang terbuat dari
manik-manik serta gelang yang terbuat dari bulu-bulu. Selain itu, badan
para penari biasanya dicat atau digambari dengan motif khas Papua.

2.5.19 Tari Sekapur Sirih


Nama : Nanda Aliyah Ramadhan Ashari
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 24

a. Sejarah Tari Sekapur Sirih


Menurut sejarahnya, Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh
salah satu seniman yang cukup terkenal di Jambi, bernama Firdaus
Chatap. Kemudian tarian ini diperkenalkan kepada masyarakat luas tahun
1962. Karena pada saat itu masih merupakan gerakan dasar, beberapa
seniman mulai mengembangkan tarian ini.
b. Jenis Tarian
Fungsi tari sekapur sirih : tarian sambutan selamat datang bagi
tamu kehormatan yang datang ke kota Jambi dalam acara tertentu
 Bentuk : tarian kelompok dengan beranggotakan 10-12 orang, 9
orang perempuan dan 2 atau 3 orang laki-laki. 9 orang perempuan
sebagai penari, 2 atau 3 orang laki-laki ini tidak ikut menari
melainkan membawa property atau berperan sebagai pengawal.
 Tema : Upacara
 Gaya tarian : Tarian tradisional

c. Properti tarian sekapur sirih


 Cerano : Sebuah tempat sebagai wadah daun sirih yang biasanya
pada akhir sammbutan dipersilahkan kepada para tamu untuk
dicicpi sebagai bukti telah menerima sambutan selamat datang
dari masyarakat Jambi
 Payung : Payung dibawakan oleh salah satu personel laki-laki pada
awal pertunjukan yang biasanya memayungi penari terdepan.
 Keris : Properti tari yang dikenakan oleh personel laki-laki yang
berperan sebagai pengawal para penari
 Busana : Pakaian yang dikenakan oleh para penari berupa pakaian
adat Jambi yakni baju kurung yang masing-masing terdiri dari
beberapa bagian seperti penutup kepala, atasan, bawahan, serta
selendang.
 Music pengiring : Alat music tradisional yang didominasi oleh
suara gambus dan rebana.

2.5.20 Tari Jepen

Nama : Nisa Hayu Hidayati


Kelas : XII MIPA 5
Absen : 25

a. Pengertian Tari Jepen


Tari Jepen merupakan salah satu dari 34 tari tradisional asal
Indonesia yang berasal dari Kalimantan Timur dan dikembangkan oleh
suku Kutai dan suku Banjar, namun terdapat sedikit pengaruh dari
kebudayaan Melayu dan Islam di dalam peragaannya.
Dahulu kala, jenis tarian satu ini berfungsi sebagai hiburan dalam
rangka penobatan raja-raja dari Kesultanan Kutai Kartanegara di
Tenggarong dan sebagai tari pergaulan untuk anak-anak muda setempat.
Namun sejak tahun 1970-an, tarian ini juga turut digunakan di dalam
acara penyambutan tamu-tamu daerah, upacara perkawinan, serta
mengisi acara-acara besar lainnya.

b. Sejarah tari Jepen


Tari Jepen merupakan seni tari berasal dari daerah Kutai
Kertanegara, sebuah kota yang berada dipulau Kalimantan atau lebih
tepatnya Kalimantan Timur. Awal mulanya tari ini merupakan tarian
hiburan dalam pengobatan raja-raja pada kesultanan Kutai Kutanegara di
Tenggarong yang merupakan tarian muda-mudi.Misalnya untuk memadu
janji, berbelas kasihan dan sebagainya. Lalu pada era 1970-an
berkembang menjadi tarian dalam rangka untuk penyambutan tamu
daerah, dalam upacara perkawinan, dan untuk mengisi acara hari besar
lainnya seperti HUT Provinsi Kalimantan Timur, HUT Kota Tenggarong
dan HUT kota Samarinda.Tarian ini juga menceritakan gadis yang tinggal
di sebagai suku Kutai di pedesaan yang memiliki rutinitas berladang. Saat
panen telah tiba, sebelum fajar menyingsing para gadis suku tersebut
memulai kegiatan mereka dengan menebar benih.
Selanjutnya mereka akan menanam padi, dengan ketekunan, kerja
keras dan kerja Bersama-sama dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa
mereka berharap mendapatkan hasil terbaik dan apa yang mereka tanam
dapat sukses. Alhasil mereka pun berbahagia dengan gembira dan
lagunya dengan pesta panen. Dalam pertunjukannya, Tari Jepen diiringi
oleh musik yang dinamaikan musik tingkilan. Musik tingkilan ini
merupakan musik seni yang berasal dari Kutai. Dalam musik permainan
ini, alat musik yang digunakan adalah gambus, ketipung, kendang dan
juga biola. Dan juga diiringi dengan nyanyian yang disebut
bertingkilan.Dalam penerapannya bertingkilan ini akan saling sahut-
sahutan yang diperani oleh dua penyanyi dalam menyanyikan syair-syair
yang berisi petuah atau pesan moral. Tari Jepen yang biasanya dimainkan
oleh para wanita ini sudah mengalami banyak perkembangan,
pertunjukan seni Tari Jepen ini terbagi menjadi dua jenis. Jenis yang
pertama adalah Tari Jepen Genjoh dan yang kedua yaitu Tari Jepen Eroh.
Tari Jepen Eroh merupakan sebuah tari kreasi jepen yang tidak
meninggalkan gerak ragam yang bergerak. Eroh dalam Bahasa kutai
berarti ramai, riuh dan gembira. Sebagai contoh ragam penghormatan,
ragam gelombang, ragam samba setangan, ragam samba penuh, ragam
gengsot, ragam anak dan lain sebagainya.Tari Jepen Genjoh merupakan
salah satu tari kreasi dari tari Jepen, dimana Sebagian besar dari tari ini
bersumber dari Tari Jepen. Tarian ini biasa disebut Tari Jepen Genjoh
Mahakam dimana secara umum dapat dikatakan bahwa Tari Jepen
Genjoh Mahakam merupakan seni tari yang merepresentasikan sebuah
kebudayaan melayu.Contoh dari Gerakan Tari Jepen Genjoh Mahakam
adalah samba setengah, gerak gelombang, ayun anak, samba penuh,
saluan mudik, gerak taktim dan juga jalan kenyak. Dalam
pertunjukannya, para penari ini menggunakan balutan busana dari
perpaduan baju adat melayu yang kental akan nuansa islaminya. Serta
juga dengan campuran adat dari Indonesia. Dengan tata rias yang
minimalis, para penari tetap dibuat dengan postur yang santun dan
manis namun tetap terlihat bersahaja.Kadang-kadang penari Tari Jepen
juga dilengkapi selendang sebagai tambahan properti. Dengan ini penari
bisa terlihat lebih menarik dan energik serta penuh keanggunan seiring
dengan musik pengiringnya.

2.5.21 Tari Pendet


Nama : Nur Latifah Hanum
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 26

a. Tari Pendet
Tari pendet merupakan salah satu tarian selamat datang yang
paling tua di Pulau Bali. Menarikan tarian ini sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual masyarakat Hindu di Bali. Para
ahli seni pertunjukan Bali, berdasarkan beberapa catatan yang ada,
menyetujui bahwa tahun 1950 adalah tahun kelahiran tari Pendet. Tidak
hanya saat menyambut tamu-tamu penting, dalam setiap pertunjukan
tari-tarian Bali, tarian ini selalu dijadikan sebagai tarian pembuka. Tari
Pendet adalah tari yang tadinya hanya dilakukan pada saat pemujaan
saja, tepatnya di tempat beribadah umat Hindu di Indonesia (Pura).
Sebab, tari ini memang tadinya bertujuan untuk melakukan
penyembahan kepada dewata yang sedang turun ke alam dunia. Namun
demikian, seiring berkembangnya waktu tari ini beralih fungsi sebagai
tari penyambutan tamu. Pendet sendiri diartikan sebagai persembahan
yang mana bentuknya sebuah tarian. Karena hal ini, tari Pendet bukanlah
tari biasa tapi tari dengan gerakan yang perlu dikuasai dengan latihan
intensif. Gadis-gadis muda yang menarikan tari ini mengikuti gerakan dari
wanita yang lebih tua, yang mana lebih senior dan bisa menjadi contoh
yang baik. Tari Pendet yang ditarikan oleh putri biasanya dipentaskan
setelah tari Rejang di halaman pura. Ciri khas tari Pendet adalah waktu
dipentaskannya. Di atas telah disebutkan bahwa tari Pendet tadinya
dipertunjukkan pada upacara sakral, namun sekarang ini juga sering
dipertunjukkan pada acara penyambutan.
Acara-acara yang membutuhkan penyambutan di Bali sudah biasa
jika tarian ini ikut pula dipentaskan. Contohnya pada acara Asian Games
yang diadakan di Jakarta beberapa tahun lalu, di acara yang mengundang
banyak tamu dari luar negeri itu juga ikut mementaskan tari Pendet.
Pembuat atau koreografer dari tari Pendet adalah I wayan Rindi. Tari
Pendet ini tadinya dibuat untuk upacara sakral yang mengandung religius
tinggi. Seiring berkembangnya waktu, seniman-seniman tari di Bali
menjadikan tari Pendet ini sebagai tari penyambut atau tari selamat
datang. Jumlah penari tari Pendet adalah lima orang aslinya, yang mana
berasal dari apa yang dikembangkan oleh I Wayan Beratha pada tahun
1961 lalu. Tadinya tari Pendet ini ditarikan hanya empat orang, namun
sejak tahun 1961 itu I Wayan Beratha menambahkan satu orang sehingga
menjadi lima orang. Meski begitu, tari Pendet ini tetap bisa ditarikan oleh
lebih dari lima orang. Contohnya pada Asian Games yang pernah
diselenggarakan di Indonesia. Saat itu dipentaskannya tari Pendet
dengan sekitar 800 penari.

2.5.22 Tari Tor-Tor


Nama : Nur Sabila Firdausi
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 28

a. Tari Tor-Tor
Tari Tor Tor adalah tarian perayaan yang telah ada sejak ratusan
tahun lalu. Asal tarian ini adalah dari daerah Batak Toba, Sumatera Utara.
Berdasarkan sejarah, tarian ini awalnya merupakan tari ritual dan sakral
yang dipentaskan pada upacara kematian, kesembuhan, dan sebagainya.
Seiring perkembangan zaman dan masuknya budaya Hindu-Budha, maka
tarian ini memperoleh pengaruh dan berkembang tidak hanya sebagai
tarian upacara. Tari Tor Tor kemudian digelar sebagai hiburan dan
tontonan warga Batak. Selain itu, busana tradisional yang dikenakan
penari Tor Tor juga berubah dan mengalami modifikasi agar lebih
menarik.Tarian ini diperkirakan telah ada sejak zaman Batak purba. Pada
masa itu, tarian tor tor dijadikan sebagai tari persembahan bagi roh
leluhur. Nama tari ini berasal dari kata tor tor, yaitu bunyi hentakan kaki
penari di lantai papan rumah adat Batak. Meski berasal dari Batak,
ternyata jika ditelusuri tarian ini mendapat pengaruh dari India, bahkan
lebih jauh lagi tarian ini juga memiliki kaitan dengan budaya Babilonia.
Ada pendapat yang memperkirakan jika tari tor tor ada sejak abad
ke-13 Masehi dan telah menjadi bagian dari kebudayaan Batak. Pendapat
ini disampaikan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara periode
1973 hingga 2010, sekaligus pakar tor tor. Secara sederhana, tor tor
adalah sebuah tarian. Akan tetapi lebih dari itu, tor tor juga merupakan
media komunikasi. Hal ini nampak melalui gerakan yang dipentaskan
melibatkan interaksi antar partisipan upacara.Adapun jenis lagu yang
akan dimainkan adalah lagu-lagu dengan tema permohonan kepada
Dewa dan roh leluhur agar seluruh anggota keluarga diberi keselamatan,
kesejahteraan, kebahagiaan, limpahan rezeki, dan harapan upacara adat
dapat menjadi sumber berkat baki keluarga dan para tamu.
Ada keunikan dalam upacara tortor, yaitu adanya banyak
pantangan yang tidak boleh dilanggar saat manortor. Misalnya tangan
penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu. Jika hal tersebut
dilanggar, maka dapat diartikan bahwa penari menantang siapapun
dalam ilmu perdukunan, moncak atau pencak silat, atau adu tenaga
dalam, serta lainnya.Tarian tor tor mempunyai gerakan yang sangat
sederhana, sehingga mudah untuk dipelajari. Bahkan bagi orang yang
pertama kali mencobanya akan langsung bisa memainkannya. Gerakan
tari ini terbatas apda gerakan tangan melambai naik turun secara
bersamaan. Kemudian ada pula gerakan hentak kaki sesuai dengan
alunan musik mangondangi atau gondang. Tari tor tor adalah tarian asal
Batak yang dilakukan dengan iringan atau tabuhan alat musik tradisional
Sumatera Utara yang disebut Mangondangi. Mangondangi terdirid ari 9
jenis alat musik, seperti gondang, tagading, terompet khas Batak, suling,
sarune, kaleem hesek, odap gordang, ogunf, doal, oloan dan panggora.
Seluruh alat musik dimainkan dalam tempo tertentu sehingga
menghasilkan suara harmonis dan merdu untuk mengiring penari tor tor.
2.5.23 Tari Gambyong
Nama : Poetri Lailatuz Zuhroh
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 29

a. Tari Gambyong
Tarian gambyong merupakan kesenian tari asli yang berasal dari
daerah Surakarta. Tari ini terus berkembang hingga ke daerah Jawa
sekitarnya. Dahulu tari gambyong dibawakan saat raja menyambut para
tamu serta sebagai tontonan upacara adat keraton.
Zaman yang terus berkembang menjadikan tarian ini dikenal
masyarakat dan menjadi media hiburan. Hingga saat ini tari gambyong
banyak dipentaskan di acara masyarakat, seperti pernikahan dan upacara
keagamaan.
Terciptanya tari gambyong berasal dari tarian tayub yang lebih dulu
ada. Tarian tayub umumnya digelar pada upacara panen atau saaat
proses menanam padi. Penamaan nama gambyong berasal dari nama
penari terkenal di masa lalu, yaitu Sri Gambyong. Penari ini terkenal akan
keluwesan gerakan menari dan mempunyai suara yang merdu.
Raja Kasultanan Surakarta saat itu, yaitu Pakubuwono IV
mendengar tentang Sri Gambyong, kemudian mengundangnya ke istana
untuk membawakan tarian tayub. Tarian yang dilakukan oleh Sri
Gambyong di lingkungan tersebut kemudian menginspirasi nama jenis
tari baru, yaitu tari gambyong

b. Fungsi Tari Gembyong


Awalnya tari gambyong hanya dilakukan ketika rakyat hendak
menanam padi. Namun seiring perkembangan zaman, terjadi
perkembangan yang menjadikan tarian ini lebih dikenal. Masyarakat
mulai menggelar pementasan tarian gambyong untuk upacara adat
maupun cara rakyat. Kemudian setelah masuk ke lingkungan keraton,
tarian ini juga digunakan untuk menyambut tamu kehormatan kerajaan.
Di masyarakat Jawa Tengah, tari gambyong biasanya dipertunjukan
saat acara pernikahan, khitanan, atau upacara adat lainnya. Tarian ini
kental akan unsur lemah lembut dan menjadi gambaran perliaku
masyarakat Jawa yang penuh kesopanan dan kelembutan.

c. Kostum Penari Gambyong


Dalam menarikan tari gambyong, para penari harus memakai
pakaian tradisional khas Jawa. Kostum tarian ini terdiri dari kebaya dan
kemben dengan bahu terbuka, menggunakan kain bermotif batik yang
disebut jarit atau jarik, serta dilengkapi dengan selendang yang
dikenakan diatas bahu sebagai properti pelengkap.
Selendang tersebut sesekali akan dimainkan dengan cara
dikibaskan dengan gerakan lembut. Umumnya selendang yang digunakan
berwarna kuning keemasan.

2.5.24 Tari Selamat Datang


Nama : Rohmatul Aini
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 31

a. Pengertian Tari Selamat Datang


Tari Selamat Datang adalah tarian tradisional sejenis tarian
penyambutan yang berasal dari daerah Papua. Tarian ini biasanya
dibawakan oleh para penari pria dan wanita untuk menyambut tamu
kehormatan atau tamu penting yang berkunjung ke sana. Tari Selamat
Datang merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di
daerah Papua. Selain gerakannya yang khas dan enerjik, tarian ini tentu
kaya akan makna dan nilai-nilai di dalamnya.

b. Sejarah Tari Selamat Datang


Menurut sejarahnya, Tari Selamat Datang sudah ada sejak zaman
dahulu. Di Papua sendiri pada dasarnya memiliki banyak suku dan setiap
suku biasanya memiliki ciri khas tersendiri dalam tarian selamat datang
mereka. Tari Selamat Datang sejak dulu sering dilakukan oleh masyarakat
di sana untuk menyambut kedatangan para tamu, baik dari luar kota, luar
suku, maupun tamu penting lainnya yang dianggap terhormat atau
berniat baik dalam kedatangan mereka. Tari Selamat Datang juga
merupakan simbol penghormatan dan tanda bahwa tamu tersebut itu
diterima dengan baik oleh masyarakat di sana.
Tari Selamat Datang telah menjadi suatu tradisi dikalangan
masyarakat Papua, sehingga masih terus dilestarikan dan dikembangkan
oleh masyarakat di sana. Karena kecintaan mereka pada budaya Papua,
para seniman disana kemudian mengambangkan tarian ini. Dengan
membawa unsur budaya Papua yang beragam dan ciri khas masyarakat
Papua dalamnya, maka jadilah Tari Selamat Datang yang sering
ditampilkan saat ini. Walaupun begitu beberapa suku di Papua masih
tetap mempertahankan tarian selamat datang yang menjadi ciri khas
mereka dulu.

c. Pengiring Tari Selamat Datang


Dalam pertunjukan Tari Selamat Datang biasanya diiringi oleh
alunan musik dan lagu. Alat musik pengiring tersebut terdiri dari gitar,
ukulele, tifa dan stem bass yang biasanya dibuat sendiri oleh masyarakat
Papua. Untuk lagu dan irama yang dimainkan biasanya merupakan lagu
yang bertema keceriaan. Selain itu, biasanya lagu tersebut juga harus
disesuaikan dengan gerakan para penari.

d. Kostum Tari Selamat Datang


Untuk kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tari Selamat
Datang, biasanya merupakan pakaian tradisional yang terbuat dari daun
atau akar. Namun pada saat ini banyak juga yang menggantinya dengan
pakaian kain sebagai pengembangan agar terlihat menarik. Walaupun
begitu, aksesoris yang digunakan masih tetap sama, seperti halnya
penutup kepala, kalung, dan gelang, serta lukisan etnik yang mewarnai
tubuh mereka. Sehingga nuansa khas Papua masih tetap melekat.

2.5.25 Tari Kipas


Nama : Shella Dian Puspitasari
Kelas : XII MIPA5
Absen : 32
a. Pengertian Tari Kipas
Tari kipas adalah salah satu tari tradisional Indonesia yang berasal
dari budaya masyarakat Gowa di Sulawesi Selatan. Lebih lengkap, tari ini
bernama Tari Kipas Pakarena. Pakarena berasal dari kata “Karena” yang
berarti main, menunjukan bahwa dalam tarian ini penari akan
mempertunjukan kelihaiannya memainkan kipas-kipas di tangannya. Jika
dilihat sekilas, tari kipas pakarena mirip dengan tari kipas khas Korea
yang bernama Buchaechum. Namun jika diteliti lebih dalam lagi,
keduanya memiliki banyak sekali perbedaan dan tidak saling
berhubungan satu sama lain mulai dalam hal tema dan makna filosofis,
gerakan, musik pengiring, hingga sejarah perkembangannya. Tari Kipas
Pakarena Tidak ada yang tahu persis bagaimana sejarah tari kipas
pakarena dimulai. Namun, sebagian masyarakat Gowa percaya, tarian ini
berasal dari sebuah kisah perpisahan antara penghuni khayangan (boting
langi) dan penghuni bumi (lino) di masa silam.
Tari Kipas merupakan ekspresi kesenian masyarakat Gowa yang
sering dipentaskan untuk mempromosi pariwisata Sulawesi Selatan.
Dalam bahasa setempat, “pakarena” berasal dari kata “karena” yang
memiliki arti “main” Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan
masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan Gowa.

b. Sejarah Gerakan Tari Kipas


Tidak ada yang tahu persis sejarah tarian ini. Namun menurut
mitos, tarian Pakarena berawal dari kisah perpisahan antara penghuni
boting langi (negeri khayangan) dengan penghuni lino (Bumi) pada zaman
dahulu. Konon sebelum berpisah, penghuni boting langi sempat
mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup, bercocok tanam,
beternak, dan berburu kepada penghuni lino, melalui gerakan-gerakan
badan dan kaki. Selanjutnya, gerakan-gerakan itu pula yang dipakai
penghuni limo sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada
penghuni boting langi.
Ekspresi kelembutan akan banyak terlihat dalam gerakan tarian ini,
mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh dan
hormat terhadap laki-laki pada umumnya, khususnya terhadap suami.
Tarian ini sebenarnya terbagi dalam 12 bagian, meski agak susah
dibedakan oleh orang awam karena pola gerakan pada satu bagian
cenderung mirip dengan bagian lainnya. Tapi setiap pola mempunyai
maknanya sendiri. Seperti gerakan duduk yang menjadi tanda awal dan
akhir pementasan tarian Pakarena. Gerakan berputar searah jarum jam
melambangkan siklus hidup manusia. Sementara gerakan naik turun
mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan
kadang di atas.

c. Unsur-Unsur Tari Kipas


 Tema dan Makna Filosofi Terlepas dari sejarah dan mitos
munculnya tari kipas Pakarena tersebut, secara umum tarian ini
sendiri memiliki makna yang sangat dalam tentang bagaimana
sikap hidup masyarakat Gowa. Penarinya yang hanya berasal dari
kaum perempuan membawakan gerakan-gerakan yang
menggambarkan ekspresi kesantunan, kesetiaan, kelembutan,
kepatuhan dan sikap hormat seperti yang dimiliki wanita Gowa
pada umumnya. Sementara para pria yang bertugas menabuh alat
musik untuk mengiringi tarian dengan gerakan-gerakan cepat
menunjukan bahwa laki-laki Gowa adalah laki-laki yang kuat
mental, pemberani dan tangguh. Dari makna filosofis tersebut
dapat disimpulkan bahwa selain dapat menjadi sarana hiburan
rakyat, tari kipas pakarena juga dapat menjadi simbol kehidupan
masyarakat Gowa secara umum.
 Gerakan Tari Kipas Gerakan tari kipas sebetulnya terbilang santai
dan lemah lembut. Akan tetapi ketika seseorang hendak menjadi
penarinya, ia haruslah dalam kondisi yang prima. Pasalnya meski
dapat dilakukan dengan santai, pertunjukan tari yang
dilakukannya harus dalam durasi yang cukup lama, yakni sekitar 2
jam. Gerakan tari kipas sendiri juga sarat dengan nilai-nilai
filosofis. Tarian tradisional ini diawali dan diakhiri dengan posisi
duduk sebagai simbol penghormatan dan kesantunan para penari
pada para penonton. Ada pula gerakan memutar searah jarum
jam yang menjadi simbol siklus kehidupan manusia. Kemudian
gerakan naik turun menyimbolkan kehidupan manusia yang tidak
stabil, naik dan turun. Serta larangan bagi penari yaitu
mengangkat kakinya terlalu tinggi dan membuka matanya dengan
lebar. Larangan tersebut utamanya berkaitan dengan norma
kesopanan. Iringan Tari Sama dengan kebanyakan tari tradisional
lainnya di Indonesia, tari kipas pakarena asal Gowa juga diiringi
dengan bunyi tetabuhan sebagai musik pemandu. Alat musik yang
dimainkan adalah Gondrong Rinci. Gondrong Rinci adalah
seperangkat alat musik tradisional yang terdiri dari beberapa
buah gendang (gandrang), suling, dan instrumen lainnya. Godrong
Rinci sendiri dimainkan oleh 4 sd 7 orang pria.
 Setting Panggung Tari kipas kerap dimainkan oleh 5 orang penari
wanita. Hanya saja sebetulnya tidak ada aturan baku yang
mengatur berapa jumlah penari yang boleh berada di atas
panggung. Kadang kali, penari sendiri bisa berjumlah hingga 10
orang. Jumlah tersebut belum termasuk para penabuh alat musik
yang berada di samping kanan atau kiri panggung
 Tata Rias dan Tata Busana Para penari wanita dirias sedemikian
rupa agar terlihat semakin cantik. Mereka mengenakan kostum
khusus yaitu pakaian adat Sulawesi Selatan yang bernama baju
bodo dengan aksesoris pelengkap lainnya. Sementara para
penabuh alat musik menggunakan busana seragam yaitu baju
bella dada.
 Properti Tari Sesuai namanya, properti utama yang digunakan
dalam pertunjukan tari kipas pakarena adalah kipas tangan
berukuran besar. Masing-masing penari memegang 2 buah kipas
di tangan kanan dan kirinya. Warna kipas sendiri umumnya
adalah warna cerah, seperti merah, kuning, putih, atau ungu.

2.5.26 Tari Seudati


Nama : Siti Arofah
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 33

a. Sejarah Tari Seudati


Tari seudati adalah salah seni tari tradisional khas Aceh yang
berkembang di daerah pesisir. Kesenian berupa gerak tubuh ini diyakini
adalah bentuk bariu dari tari ratoh atau ratoih. Untuk tari ratoh sendiri
merupakan tarian yang sering dipentaskan untuk mengawali permainan
sabung ayam.
Selain itu, tarian tersebut juga dilakukan saat menyambut panen
serta datangnya bulan purnama. Kemudian setelah Islam tersebar hingga
ke Aceh, terjadi akulturasi budaya dan agama sehingga menciptakan tari
seudati yang kita kenal hingga kini.
Berdasarkan sejarah, tari seudati berasal dari Desa Gigieng,
Kecamatan Simpang Tiga, Pidie. Tari ini diprakarsai oleh seseorang
bernama Syeh Tam. Selanjutnya tarian ini berkembang di desa sekitar,
seperti Desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Pidie oleh asuhan Syeh Ali Didoh
lalu tersebar ke kawasan Aceh Utara hingga seluruh wilayah Aceh.
Terdapat bermacam pendapat mengenail asal kata seudati yang
digunakan untuk menyebut tarian Aceh ini. Misalnya pendapat
kata “seudati” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “syahadati” atau “syahadatain”. Syahadat merupakan bentuk
pengakuan akan keesaan Allah dan mengakui bahwa Muhammad adalah
Rasul yang diutus oleh Allah.
Akan tetapi juga ada pandangan lain terhadap asal usul nama tari
seudati, yaitu dianggap berasal dari kata dalam bahasa
Aceh “seurasi” yang memiliki makna kompak dan harmonis. Jika dikaitkan
dengan gerakan tarian ini, maka terdapat kaitan antara nama dan
koreografinya.
Asak usul nama seudati juga bisa dikaitkan dengan bahasa tarekat,
yaitu yā sādati yang berarti “wahai tuan guru”. Hal ini bisa diaktikan
dengan sejarah tari seudati yang berasal dari komunitas tarekat yang
bakit oleh Syekh Terekat Saman. Teori ini juga didukung oleh nama lain
tari seudati dalam bahasa Aceh yang disebut “meusamman”

b. Fungsi Tari Seudati


Selain menjadi sarana penyebaran dakwah Islam, tari seudati juga
menjadi hiburan rakyat serta memiliki fungsi lainnya. Berikut ini adalah
fungsi tarian seudati bagi masyarakat Aceh, antara lain:

 Membangkitkan Semangat
Berdasarkan aktegori jenis tarian, tari seudati termasuk dalam
jenis Tribal War Dance atau tarian perang. Hal itu dicerminkan dari
syair-syair pengiring tarian yang dipenuhi oleh kata-kata yang
menggugah semangat. Bahkan ketika masa kolonial Belanda
berkuasa, tarian ini dilarang untuk ditampilkan.
Syair dan lagu tari seudati akan membangkitkan para pemuda
dan menginsipirasi pemberontakan terhadap Belanda. Kemudian
setelah Indonesia merdeka, tarian ini boleh ditampilkan secara bebas.
 Mengajarkan Nilai Kehidupan
Selain sebagai pengobar semangat, tarian ini juga mengandung filosofi
tentang kehidupan. Dalam syair tari seudati terkadang disisipkan
cerita tentang persoalan hidup dan sosial sehari-hari, sehingga dapat
menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat.
 Sarana Dakwah Agama Islam
Dalam bait syair pengiring tari seudati juga disisipkan ajaran-
ajaran Agama Islam. Oleh karena itu, tarian ini juga menjadi sarana
penyebaran dan pendidikan agama Islam. Rakyat yang terhibur oleh
gerakan dtari ini juga sekaligus mendapatkan pemahaman tentang
agama.

2.5.27 Tari Legong


Nama : Siti Fatimatuz Zahra
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 34

a. Pengertian Tari Legong


Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki
pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan
struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh.
Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes
atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian
mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh
gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari
legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19
paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati
yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari
dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang
pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar
tarian dengan gamelan lengkap. Sesuai dengan awal mulanya, penari
legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat
menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton.
Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas sebagai
alat bantu. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari
tambahan, disebut condong, yang tidak dilengkapi dengan kipas. Struktur
tarinya pada umumnya terdiri dari papeson, pangawak, pengecet, dan
pakaad.

b. Sejarah Tari Legong


Tari Legong dalam khasanah budaya Bali termasuk ke dalam jenis
tari klasik karena awal mula perkembangannya dari istana kerajaan di
Bali. Tarian dahulu hanya dapat dinikmati oleh keluarga bangsawan di
lingkungan tempat tinggal mereka yaitu di dalam istana sebagai sebuah
tari hiburan. Para penari yang telah didaulat menarikan tarian ini di
hadapan seorang raja tentu akan merasakan suatu kesenangan yang luar
biasa, karena tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam istana.
Mengenai awal mula diciptakannya tari Legong di Bali adalah
melalui proses yang sangat panjang. Menurut Babad Dalem Sukawati, tari
Legong tercipta berdasarkan mimpi I Dewa Agung Made Karna, Raja
Sukawati yang bertahta tahun 1775-1825 M. Ketika beliau melakukan
tapa di Pura Jogan Agung desa Ketewel (wilayah Sukawati), beliau
melihat bidadari sedang menari di surga. Mereka menari dengan
menggunakan hiasan kepala yang terbuat dari emas. Ketika beliau sadar
dari semedinya, segeralah beliau menitahkan Bendesa Ketewel untuk
membuat beberapa topeng yang tampak dalam mimpi beliau ketika
melakukan semedi di Pura Jogan Agung dan memerintahkan pula agar
membuatkan tarian yang mirip dengan mimpinya. Akhirnya Bendesa
Ketewel pun mampu menyelesaikan sembilan buah topeng sakral sesuai
permintaan I Dewa Agung Made Karna. Pertunjukan tari Sang Hyang
Legong pun dapat dipentaskan di Pura Jogan Agung oleh dua orang
penari perempuan.
Tak lama setelah tari Sang Hyang Legong tercipta, sebuah grup
pertunjukan tari Nandir dari Blahbatuh yang dipimpin I Gusti Ngurah
Jelantik melakukan sebuah pementasan yang disaksikan Raja I Dewa
Agung Manggis, Raja Gianyar kala itu. Beliau sangat tertarik dengan
tarian yang memiliki gaya yang mirip dengan tari Sang Hyang Legong ini,
seraya menitahkan dua orang seniman dari Sukawati untuk menata
kembali dengan mempergunakan dua orang penari wanita sebagai
penarinya. Sejak tercipta tari Legong klasik yang kita saksikan sekarang
ini.

2.5.28 Tari Piring


Nama : Talitha Tahara Zada Sani Fahdihilah
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 35

a. Pengertian Tari Piring


Tarian piring adalah tari tradisional yang berasal dari Minangkabau,
tepatnya dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Nama tarian ini
berasal dari bahasa Minangkabau dan mempunyai keunikan seperti
halnya tari payung yang juga berasal dari budaya minang.
Tari piring (bahasa Minang: tari piriang) adalah tarian tradisional
Minangkabau yang menampilkan atraksi menggunakan piring. Para
penari mengayunkan piring di tangan mengikuti gerakan-gerakan cepat
yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan. Gerakannya
diambil dari langkah dalam silat Minangkabau atau silek.
b. Sejarah Tari Piring
Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat.
Menurut legenda, tari ini awalnya merupakan ritual ucapan rasa syukur
masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil
panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji
dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari
melangkah dengan gerakan yang dinamis.
Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tari piring tidak
lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa.
Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian.
Tari piring adalah tarian adat yang berasal dari Minangkabau,
tepatnya dari Solok, Sumatera barat. Diperkirakan tarian ini telah ada
sejak 800 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan
sebagai ritual ucapan syukur kepada para dewa atas berkah hasil panen
yang melimpah.
Ketika melakukan upacara adat tersebut, masyarakat yang diwakili
oleh para gadis akan membawa sesaji berupa makanan yang diletakkan
di atas piring. Piring yang berisi makanan tersebut kemudian dibawa
dengan gerakan-gerakan sesuai irama musik pengiringnya.
Tarian ini kemudian semakin tersebar luas saat kerajaan Sriwijaya
jatuh ke tangan Majapahit pada abad ke-16. Penyebaran tersebut dibawa
oleh rakyat Sriwijaya yang melarikan diri ke negeri-negeri Melayu
sekitarnya.
Kemudian setelah agama Islam masuk ke Kawasan Minangkabau,
tarian berubah fungsi dan tidak lagi ditujukan untuk memuja para dewa.
Tari piring bertransformasi menjadi kesenian dan hiburan masyarakat,
sehingga sering dipentaskan saat acara-acara adat Minangkabau.

c. Keunikan Tari Piring


Meski tarian ini merupakan warisan turun temurun, namun tari
piring tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Tari ini hingga sekarang
masih sering dipentaskan dan mampu membuat penontok berdecak
kagum saat melihat gerakan-gerakannya. Beriktu ini adalah keunikan dari
tari piring, yaitu:

 Piring Sebagai Properti Utama


Sesuai dengan namanya, tarian ini menggunakan peralatan
utama berupa piring saat menari. Piring inilah yang membuat tarian
ini berbeda dengan tari adat dari daerah lain. Penggunaan piring
sebagai gerakan tari memiliki makna dan sejarah tersendiri, dan
hebatnya piring tersebut tidak pernah jatuh saat dimainkan.

 Gerakan Tari Unik


Gerakan dasar dari tari piring adalah meletakkan piring diatas
kedua telapak tangan kemudian menggenggamnya. Piring digerakkan
secara memutar dan diayun-ayungkan mengikuti irama music
pengiring. Dengan teknik memegang tertentu, piring tersebut tidak
akan jatuh.

 Beragam Musik Pengiring


Untuk mengiringi penari piring digunakan berbagai jenis alat
musik seperti rebana, gong, saluang, talempong dan sebagainya.
Tarian ini diiringi oleh irama music panayuhan yang biasanya
memainkan lagu Takhian Sai Tiusung dan Takhi Pinghing Khua Belas.
Perpaduan gerakan dan musik yang unik menjadikan tarian ini tiada
duanya.

 Suara Denting Cincin dan Piring


Pada saat menari akan muncul suara dentingan yang berasal
dari cincin dan piring yang menjadi property. Suara tersebut semakin
menambah ciri khas tarian ini karena dapat menyatu dengan musik
pengiringnya.
 Menari di Atas Pecahan Piring
Keunikan lain yang sepertinya tidak dimiliki oleh kesenian tari
manapun terdapat pada akhir pertunjukan. Para penari akan
melempar piringnya ke lantai hingga pecah, kemudian berjalan diatas
pecahan piring yang tajam tersebut tanpa terluka.

d. Kostum Penari Piring


Setiap tari daerah pasti memiliki jenis dan bentuk busana khas
ketika melakukan pementasan. Pada tari piring para penari akan
mengenakan dua jenis busana, yaitu busana untuk pria dan wanita.
Meski terdiri dari jenis kostum, akan tetapi penampilan mereka tetapi
terlihat seragam dan kompak.

 Busana Penari Pria


Pakaian penari pria memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pakaian penari wanita. Akan tetapi keduanya merupakan
busana asli dari Minangkabau. Kostum penari piring pria disebut
dengan Rang Mudo, yaitu dengan bentuk pakaian berlengan panjang
serta hiasan missia yang juga disebut hiasan renda emas.
Untuk bawahan atau celana yang digunakan disebut dengan
besaran gelombang. Celana ini berukuran besar dibagian tengah dan
memiliki warna selaras dengan baju atasan. Selain itu, penari pria juga
mengenak perlengkapan seper sisampek dan cawek pinggang yang
bentuknya seperti kain songket, kemudian diikatkan pada pinggang.
Panjang kain ini hingga lutut dan memiliki hiasan berupa
rumbai-rumbai. Saat mementasikan tari piring, maka penari pria akan
mengenakan destar. Destar adalah penutup kepala berbentuk segitiga
yang terbuat dari kain songket.

 Busana Penari Wanita


Baju kurung adalah jenis busana yang digunakan oleh penari
piring wanita. Bahan utama untuk membuatnya adalah kain satin dan
beluduru. Selain itu, penari wanita juga akan mengenakan selendang
yang terbuat dari kain songket sebagai hiasan yang diletakkan
dibagian kiri tubuh.
Sama seperti penari laki-laki, penari perempuan juga
menggunakan penutup kepala yang terbuat dari kain songket yang
bentuknya mirip seperti tanduk. Penutup kepala ini disebut sebagai
tikuluak tanduak balapak. Selanjutnya para penari wanita juka
mengenakan kalung rumbai, kalung gadang, serta subang atau anting-
anting khas Minang.

2.5.29 Tari Topeng


Nama : Yergi Lufthansa
Kelas : XII MIPA 5
Absen : 36

a. Tari Topeng
Tari Topeng Betawi adalah tarian yang dibawakan saat pementasan
teater rakyat Topeng Betawi, seni pertunjukan tradisional yang terdiri
dari tari, musik, nyanyi, bebodoran (lawak), dan lakon (drama). Kesenian
ini berkembang di wilayah komunitas Betawi Pinggir (Betawi Ora),
mengangkat kehidupan masyarakat yang direpresentasikan dalam
bentuk gerak tari dan lakon. Tema pementasan Topeng Betawi
mempengaruhi gerakan tarian karena tari Topeng Betawi sifatnya
teatrikal, dimana dalam gerakan tari mengandung pesan yang hendak
disampaikan. Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling
oleh para seniman. Mereka biasanya di undang sebagai pengisi hiburan
dalam acara pesta pernikahan, khitanan, dan lainnya. Masyarakat Betawi
dahulu mempercayai bahwa tarian Topeng Betawi bisa menjauhkan diri
dari mara bahaya atau petaka. Namun seiring perubahan jaman
kepercayaan itu mulai luntur, dan tari Topeng Betawi hanya berfungsi
sebagai hiburan semata dalam hajatan atau acara adat lainnya.

b. Sejarah Tari Topeng


Sejarah tari topeng Betawi yang mulai tumbuh sekitar abad ke-20
tahun masehi. Pertama kali tari adat ini diciptakan oleh Mak Kinang dan
Kong Djioen pada tahun 1930 an. Berdasarkan pengakuannya, lahirnya
kesenian ini terinspirasi oleh tari Topeng Cirebon. Hal ini memang
lumrah, tidak jarang kita jumpai satu tarian tercipta karena tarian
lainnya.
Menurut Kartini (1989:1), “tari kedok yang berkembang di wilayah
budaya Betawi pinggiran merupakan penyederhanaan dari tari topeng
kecil Cirebon yang biasa terdiri dari enam sampai delapan topeng“. Oleh
karenanya, nama-nama topeng yang digunakan sebagian ada kesamaan,
seperti Topeng Panji dan Samba, demikian dilansir dari blogkulo.
Ada yang menyatakan bahwa tari topeng Betawi ini juga
dipengaruhi oleh adat istiadat suku Sunda. Penyebabnya karena memang
kehadiran tari tradisional ini di daerah pinggiran Jakarta. Pada saat itu
masyarakat Betawi mulai tahu dan mengenal lebih jauh tari topeng
melalui pertunjukan ngamen keliling dari kampung menuju kampung
lainnya.

c. Busana Tari Topeng


Pakaian penari topeng Betawi atau “ronggeng topeng” terdiri dari
kembang (hiasan kepala yang terbuat dari kain perca) berbentuk “tekes”,
“toka-toka” (dua lembar kain berhias penutup dada dan punggung),
“ampok” atau “ampeng” (penutup perut), baju kebaya berlengan
pendek, kain batik panjang, selendang dan andong.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai