Anda di halaman 1dari 2

UPACARA BENDERA DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI

KARTINI
PADA HARI SABTU, TANGGAL 21 APRIL 2018
SIAP DIMULAI!

1. Persiapan
2. Pemimpin upacara Memasuki lapangan Upacara
3. Penghormatan peserta upacara kepada pemimpin upacara.
4. Laporan.
5. Pembina upacara tiba di tempat upacara
6. Penghormatan peserta upacara kepada Pembina upacara
7. Laporan pemimpin upacara kepada Pembina upacara
8. Penghormatan bendera sang merah putih
9. Mengheningkan cipta dipimpin Pembina upacara
10. Pembacaan teks pancasila oleh Pembina upacara, diikuti
Oleh peserta upacara
11. Pembacaan Undang-Undang Dasar 1945
12. Amanat Pembina upacara (Riwayat Singkat RA. Kartini
13. Menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini oleh seluruh peserta
Upacara
14. Pembacaan doa
15. Laporan pemimpin upacara kepada Pembina upacara
bahwa upacara selesai
16. Penghormatan kepada Pembina upacara, dipimpin oleh
pemimpin upacara
Pembina upacara meninggalkan tempat upacara
17. Penghormatan peserta upacara kepada pemimpin upacara
18. Pemimpin upacara meninggalkan tempat upacara
19. Upacara selesai, semua pemimpin barisan membubarkan
pasukannya masing-masing
SEJARAH SINGKAT R.A KARTINI

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Ayahnya bernama Raden
Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan bupati Jepara saat itu. Sementara,
ibunya bernama M.A. Ngasirah yang juga merupakan keturunan dari tokoh agama
di Jepara yang disegani saat itu , Kyai Haji Madirono. Karena terlahir sebagai anak
bupati, tentu hidup Kartini tercukupi secara materi. Ia bahkan berhasil
menyelesaikan sekolah di ELS (Europese Lagere School).
Padahal pada masa itu, banyak anak-anak seusia Kartini yang tidak bisa bersekolah.
Sayangnya setelah menikah dan melahirkan anak pertamanya, Kartini meninggal
pada 17 September 1904 dalam usia 24 tahun.

Setelah Kartini meninggal, barulah pemikiran Kartini tentang perempuan di


Indonesia mulai banyak menjadi pembicaraan. J.H. Abendanon yang ketika itu
menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda
mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif
melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa. Akhirnya
disusunlah buku yang awalnya berjudul 'Door Duisternis tot Licht' yang kemudian
diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun
1911.
Buku ini kemudian banyak mengubah pemikiran masyarakat Belanda tentang
wanita pribumi. Inilah yang akhirnya membuat Kartini diabadikan sebagai salah
satu Pahlawan Nasional yang dikenal memperjuangkan hak wanita. Yuk tiru
semangat Kartini!

Anda mungkin juga menyukai