Anda di halaman 1dari 6

Tarian Jai

Indonesia memang sangat kaya akan seni budayanya, dari sabang sampai merauke setiap
daerah pasti memiliki seni atau budayanya masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia
sudah sepatutnya kita bangga menjadi warga negara Indonesia yang memiliki budaya yang
beraneka ragan. Seperti halnya di NTT, begitu banyak jenis budaya dari setiap suku,
kabupaten, kota dan provinsi.

Seni Budaya Tari yang sangat banyak menjadikan NTT kaya akan potensi budayanya,
diantara tarian yang cukup fenomenal di kalangan warga NTT adalah Tari Jai.

Tarian ini merupakan salah satu tarian masal yang cukup terkenal di Flores, Nusa Tenggara
Timur. Namanya adalah Tari Jai. Tari Jai adalah tarian tradisional masyarakat Ngada di
Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meskipun tarianini berasal dari Flores tetapi
masyarakat Atambua juga sangat akrab dengan tarian ini, pasalnya tarian ini juga sering
ditampilkan dalamacara-acara pentas seni, acara pernikahan, upacara adat dan acara
penyambutan tamu kehormatan.

Asal Mula Tari Jai

Tari Jai ini merupakan salah satu tarian tradisional masyarakat suku Ngada yang sering
ditampilkan dalam ritus Sao Ngaza. Tarian ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan
kegembiraan masyarakat. Tari Jai ini biasanya dilakukan secara masal oleh masyarakat suku
Ngada, semakin banyak yang mengikuti tarian tersebut maka akan semakin hikmat. Bagi
masyarakat Ngada, selain sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Jai juga memiliki nilai-nilai
kehidupan masyarakat yang sangat penting didalamnya.

Fungsi Dan Makna Tari Jai

Seperti yang dikatakan di atas, Tari Jai merupakan tarian yang sering ditampilkan pada
upacara adat sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan mereka. Bagi masyarakat suku
Ngada, Tari Jai memiliki nilai-nilai penting untuk kehidupan, baik dalam bersosial dan
bermasyarakat. Dalam tarian ini kita bisa melihat bagaimana semangat kebersamaan itu
selalu terjalin di antara mereka.
Iklan
Diposkan pada 16 Juli 2016Kategori Seni Budaya Daerah Atambua, NTTLeave a comment
on Tarian Jai

Likurai Tarian Sang Penakluk Dari Pulau Timor


Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman budayanya, baik itu
dari bahasa, tarian, adat istiadat dan seni budaya lainnya. Dari sabang sampai merauke
pastinya setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, unik dan tentunya sangat
menarik untuk kita pelajari. Tak ada salahnya jika kita saling menghargai dan mau
mempelajari budaya dari daerah lain, justru hal ini akan menjadikan kita semakin faham dan
menyadari betapa kayanya negeri Indonesia ini.

Dari kekayaan budaya yang dimiliki mari kita tengok budaya dari Indonesia bagian Timur,
yaitu budaya Tarian Likurai dari daerah Atambua Kab. Belu Nusa Tenggara Timur. Tarian
Likurai merupakan salah satu tarian tradisional dari pulau Timor. Kebanyakan orang bilang
pulau timor adalah pulau gersang yang miskin sumber air dan ditaburi begitu banyak bukit
berbatu ketimbang lahan subur untuk digarap. Terlepas dari itu semua pulau Timor memiliki
kekayaan dalam seni budaya yang sangat menarik. Diantara seni budaya yang ada tarian
Likurai merupakan salah satu tarian tertua yang ditarikan sebagian besar penduduk di pulau
Timor (Timor Indonesia maupun Timor Leste).

Konon sejarahnya tarian ini dilakukan oleh para wanita untuk menyambut para prajurit yang
pulang dari peperangan. likurai berasal dari dua suku kata. Liku yang berarti menguasai dan
Rai yang berarti tanah. Jadi tarian ini berarti menguasai bumi. kata ini berasal dari klan
Tetun yang paling dominan di Pulau Timor. Namun demikian tarian ini juga ditarikan oleh
klan-klan lain dan menamainya menurut bahasa mereka sendiri. Klan Buna
menyebutnya Teberai, klan Kemak menyebutnya Dudubau serta klan Tetun selatan
menyebutnya Taes Bibliku. Apapun sebutannya, tarian ini tetap merepresentasikan satu hal.
Yaitu penghormatan bagi mereka yang menguasai bumi.

Tarian ini ditarikan oleh sekelompok perempuan sambil menabuh tibar (gendang) yang
diselipkan di ketiak mereka. Para penari ini akan membentuk dua barisan dan di depan tiap
barisan berdiri dua orang pria yang memakai giring-giring kaki sambil membawa kelewang
(pedang). Dahulu, para penari pria diwajibkan untuk memakai tais (kain) untuk kaum pria
dan sarung untuk penari perempuan yang kesemuanya harus ditenun dari bahan-bahan alam
dan bukan olahan pabrik. Para penari perempuan yang ada di barisan paling depan harus
berasal dari kaum keluarga raja/bangsawan. Namun seiring berputarnya jaman, para penari
kini telah memakai pakaian olahan pabrik, seperti kemeja dan kebaya.
Tarian ini diawali dengan tabuhan tibar salah seorang penari dan disusul oleh penari lain.
Ketika kekompakan irama telah dicapai maka mereka mulai meliuk-liukkan tubuh ke kiri dan
kekanan, terkadang sambil berjongkok dan membentuk formasi tertentu. Para penari pria
akan menghentakkan giring-giring kaki mereka sambil mengacungkan kelewang di tangan.
Mereka pun mulai berpantun dan mendendangkan syair-sayair kemenangan diselingi pekik-
pekik peperangan.

Tabuhan tibar ini kian lama akan kian cepat dan keras, begitu pula dengan gerak tubuh para
penari. Terkadang para penari ini akan serempak berhenti bergerak sehingga menimbulkan
keheningan yang spontan. Secara umum tarian ini tampak cantik, enerjik serta mampu
membangkitkan bulu kuduk. Meski memakai alat musik yang sama, namun setiap klan
memiliki iramanya sendiri-sendiri sehingga kita mampu mengenali klan mana yang tengah
menari tanpa harus melihat.

Menyelamatka tarian budaya daerah harus diawali dengan kesadaran sang empunya sendiri.
Bahwa tarian ini bukan sekedar ikon, tetapi suatu identitas diri yang menyatakan keberadaaan
akar suatu klan di tengah beragamnya budaya Indonesia.
Diposkan pada 16 Juli 2016Kategori Seni Budaya Daerah Atambua, NTTLeave a comment
on Likurai Tarian Sang Penakluk Dari Pulau Timor

Teriak Bersama, Bahagia Bersama dengan Tarian Tebe


Tari Tebe merupakan tarian yang berasal dari Kabupaten Belu, Pulau Timor, Nusa Tenggara
Timur. Teman-teman gak perlu bingung tentang arti dari tarian ini, bakalan aku jelasin deh
tentang asal usul dari tarian di daerah asal ku ini. Jadi gini Tebe itu sendiri artinya tandak,
tandak sendiri memiliki arti tari ronggeng atau penari ronggeng.

Pada zaman dahulu tarian ini biasa dilaksanakan saat para Meo atau pemimpin pulang dari
medan perang membawa kepala musuh, kemudian dipancangkan ditengah lalu mereka
mengelilinginya semalaman suntuk sampai 3 atau 4 hari lamanya. Hiii teman-teman bisa
ngebayangin gak ngliat kepala orang yang dipancangkan dengan darah menetes-netes
semalaman suntuk, bahkan malah sampai 3-4 hari? Aduh gak usah dibayangin deh serem
banget pastinya, tapi itulah sejarah suatu budaya.

Terus apa sih makna dari Tarian ini?

Gini nih teman, jika sekelompok orang menarikan Tebe, hal itu merupakan tanda adanya
suatu luapan kegembiraan atas keberhasilan atau kemenangan dimanan para pria dan wanita
akan saling bergandengan tangan sambil bernyanyi bersahut-sahutan melantunkan syair dan
pantun yang berisikan puji-pujian, kritikan atau permohonan sambil
menghentakkan kaki sesuai irama lagunya. Biasanya penari wanita akan membentuk
lingkaran luar dan kelompok pria membentuk lingkaran dalam.

Untuk pelaksanaannya sendiri tarian ini dapat dilakukan pada saat merayakan kegembiraan
misalnya, pas adanya pesta perkawinan, acara gereja, pendinginan / peresmian rumah adat,
acara injak padi dan acara penting lainnya.

Oiya kalau teman-teman ingin ikut serta dalam tarian ini jangan sungkan dan malu untuk
menghadiri acara-acara penting ya.. acara pernikahan misalnya. Eitts jangan lupa juga ya
untuk tarian yang satu ini teman-teman harus kuat melek ya, terlebih pada malam hari
soalnya tarian Tebe ini lebih sering dilakukan pada saat malam hari setelah acara pernikahan
usai dibarengi juga dengan dansa dan kalau orang Timor sudah mengadakan pesta, jangan
harap jam Sembilan atau jam sepuluh malem udah selesai ya guys, tidak seperti nikahan di
daerah Jawa yang setelah makan keluar maka acara sudah hampir selesai.

Berbanding terbalik di daerah asalku, hal demikian malah bertanda bahwa acara sebenarnya
baru akan dimulai bahkan acara tariannya bisa sampai fajar lho guys, harus kuat begadang
deh pokoknya hehee.

Asyik banget lho guys mengikuti tarian ini, sebab di sini sambil kita menari kita bisa teriak
sepuasnya dengan keras tanpa ada yang memarahi. Dengan berbanyak orang sambil
meneriakkan kata aaaaa! dengan penuh semangat. Wah pas banget nih buat jiwa muda
yang lagi membara semangatnya..

Tarian Tebe ini juga gak kenal usia, derajat ataupun kedudukan seseorang ya guys, soalnya
saat tebe semua masyarakat baik yang masih anak-anak, remaja, dewasa, tua, yang kaya
ataupun miskin semuanya akan berkumpul bergandengan tangan membentuk suatu lingkaran
tanpa batas strata. Biasanya akan mudah kita jumpai wajah-wajah yang tersenyum bahagia
saat Tebe, karena saat itulah kita bisa mengekspresikan kegembiraan.

Pokoknya gak bakalan nyesel deh kalau teman-teman mengikuti tarian ini, tak peduli jam
berapa, sekeras apapun suara teriakan kalian yang penting kita bersama untuk happy.
Diposkan pada 14 Juli 2016Kategori Seni Budaya Daerah Atambua, NTTLeave a comment
on Teriak Bersama, Bahagia Bersama dengan Tarian Tebe
Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai