O
L
E
H
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah provinsi yang dahulunya
merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya, provinsi NTT ini
terdiri dari beberapa pulau yang diantaranya adalah Pulau Flores, Sabu, Adonara, Solor,
Komodo, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku
yang tinggal di pulau-pulau ini membuat kebudayaan dan juga tradisi yang sangat heterogen
serta saling membaur satu sama lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu bentuk
kebudayaan tersebut adalah pada tarian tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisioanal
yang berasal dari NTT tersebut? berikut ini penjelasannya.
Tari Bidu
Tari Bidu adalah tarian tradisional dari daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini biasanya ditampilkan oleh beberapa para penari pria dan penari wanita dengan
busana adat dan menari dengan gerakan yang sangat khas. Tari Bidu ini merupakan salah satu
dari tarian tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Belu. Konon, Tarian ini dahulunya
digunakan oleh masyarakat disana sebagai media pencarian jodoh bagi para pemuda-pemudi.
3. Tari Caci
Tari Caci
Tari Caci adalah salah satu kesenian tradisional sejenis tarian perang khas dari masyarakat
Manggarai di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian
tradisional yang dimainkan oleh 2 (dua) para penari laki-laki yang menari dan juga saling
bertarung dengan menggunakan cambuk dan sebuah perisai sebagai senjatanya.Menurut
sejarah, Tari Caci ini berawal dari sebuah tradisi masyarakat Manggarai dimana para laki-laki
akan saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan juga ketangkasan
mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian berkembang menjadi kesenian dimana ada
gerakan tari, lagu, dan juga musik pengiring dalam memeriahkan acara. Nama Tari Caci ini
sendiri berasal dari kata ca yang berarti satu dan kata ci yang berarti uji. Sehingga caci ini
dapat diartikan sebagai uji ketangkasan dengan cara satu lawan satu.
4. Tari Cerana
Tari Cerana
Tari Cerana adalah tarian penyambutan atau tarian selamat datang yang khas dari Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya akan diakhiri dengan menyajikan
sirih dan pinang sebagai simbol dari penerimaan masyarakat terhadap tamunya dengan hati
yang tulus, bersih dan juga penuh kasih. Kemudian tamu yang datang akan mengunyah sirih
dan pinang yang telah diberikan sebagai simbol bahwa tamu tersebut juga menyambut baik
apa yang diberikan oleh masyarakat, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang baik
diantara mereka.Tari Cerana dahulunya merupakan tarian yang sering digunakan masyarakat
Kupang sebagai tarian penyambutan bagi para bangsawan, orang yang dituakan maupun tamu
penting. Tarian ini dilakukan sebagai rasa penghormatan kepada tamu yang datang. Selain di
daerah Kupang, Tari Cerana ini juga sangat populer dibeberapa daerah lain disekitarnya
seperti di daerah Rote Ndao, Timor Tengah Utara(TTU), dan juga di Timor Tengah
Selatan(TTS).
5. Tari Gawi
Tari Gawi
Tari Gawi adalah salah satu tarian tradisional dari Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian adat dari masyarakat suku Ende Lio sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada
mereka. Dalam pertunjukannya Tari Gawi ini dilakukan secara masal dengan cara saling
berpegangan tangan dan membentuk sebuah formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas
ditarian ini. Tari Gawi sering ditampilkan dalam sebuah upacara seperti pada saat selesai
panen, pembangunan rumah adat, pengangkatan kepala suku dan diacara adat lainnya.Tari
Gawi ini merupakan salah satu tarian dari suku Ende Lio yang tertua dan telah ada sejak
jaman leluhur mereka dahulu. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Gawi ini sejak dahulu
sering ditampilkan dalam upacara atau ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini
biasanya akan ditampilkan dibagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan ungkapan
dari rasa syukur atas berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka.
Nama Tari Gawi ini sendiri berasal dari 2 (dua) kata yaitu “Ga” yang berarti segan atau
sungkan dan ” Wi” yang berarti menarik, jadi Tari Gawi juga bisa diartikan menyatukan diri.
6. Tari Hedung
Tari Hedung
Tari Hedung adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara,
Flores Timur, Provinsi NTT. Tari Hedung ini awalnya hanya merupakan tarian-tarian perang
dan bagian dari ritual dari masyarakat Adonara dalam mengantar serta menyambut para
pahlawan dari medan perang. Namun dengan seiring dengan perkembangan zaman, fungsi
tersebut kemudian berubah dan memiliki makna yang berbeda. Pada saat ini Tari Hedung
dimaknai oleh masyarakat Adonara sebagai tari penghormatan kepada para leluhur. Selain itu
juga tarian ini untuk mengenalkan dan mengingatkan kepada para generasi muda akan tradisi,
budaya, serta jiwa kepahlawanan pada leluhur mereka dulu.Menurut sejarahnya, pada zaman
dahulu di Adonara sering sekali terjadi perang tanding, baik itu antar suku maupun antar
kampung. Sebelum mereka berangkat menuju medan perang, mereka akan berkumpul untuk
melakukan Tari Hedung dan sebuah ritual agar diberikan keselamatan untuk mereka yang
akan pergi ke medan perang. Hal tersebut juga dilakukan pada saat mereka pulang dari
medan perang, para penari akan menyambut para pahlawan dengan Tari Hedung. Nama
hedung ini sendiri diambil dari kata hedung, yang dapat berarti menang.
7. Tari Hegong
Tari Hegong
Tari Hegong adalah tarian tradisional dari Maumere, Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dimainkan secara berkelompok oleh para penari pria dan wanita
dengan berpakaian adat dan diiringi oleh musik Gong Waning. Sejarah tentang Tari Hegong
ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun menurut beberapa sumber mengatakan
bahwa tarian ini pada awalnya merupakan tarian adat dan sering ditampilkan diupacara-
upacara adat masyarakat Maumere. Selain itu juga tarian ini digunakan sebagai tarian
penyambutan para tamu penting yang sedang datang kesana. S
8. Tari Ja’i
Tari Ja’i
Tari Ja’i adalah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Ngada di Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian tradisional yang dilakukan secara
masal yang oleh masyarakat di sana sebagai ungkapan rasa syukur dan juga kegembiraan.
Bagi masyarakat Ngada, selain digunakan sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Ja’i juga
mempunyai nilai-nilai kehidupan masyarakat yang sangat penting.
9. Tari Kabokang
Tari Kabokang
Tari Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari wanita yang menari dengan
gerakan yang anggun dan sangat khas. Awalnya tarian ini merupakan tarian sakral yang
sering digunakan oleh masyarakat untuk menyambut kedatangan dari raja atau
bangsawan.Dalam pertunjukannya, Tari Kabokang ini biasanya ditampilkan oleh 4 sampai 6
orang penari wanita. Dengan berpakaian busana khas dan juga diiringi dengan musik
tradisional, para penari menari dengan gerakan yang anggun. Gerakan dalam Tari Kabokang
ini lebih didominasi dengan gerakan kaki yang khas dan juga gerakan tangan dalam
memainkan kain panjang yang dikenakan oleh para penari. Sedangkan gerakan tubuh para
penari juga bergerak melenggak-lenggok mengikuti dari gerakan kaki dan juga tangan para
penari.
Tari Kataga
Tari Kataga adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari Sumba
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh para penari
pria dengan menggunakan kostum adat dan dilengkapi senjata seperti pedang dan perisai.
Tari Kataga ini merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang mempunyai nilai
seni, filosofis, dan historis. Nilai seni ini terlihat dari gerakan para penari yang merupakan
perpaduan antara seni tari dan seni perang dari masyarakat Sumba. Setiap gerakan dari Tari
Kataga juga memiliki filosofi dan makna tersendiri. Selain itu juga Tari Kataga merupakan
tarian yang diangkat dari sejarah masyarakat Sumba pada zaman dahulu, sehingga akan kaya
akan nilai historis.
Tari Likurai
Tari Likurai adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari daerah
Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini awalnya adalah tarian yang sering
ditampilkan dalam menyambut para pahlawan yang pulang dari medan peperangan. Konon
pada zaman dahulu di daerah Belu ini terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga
pada saat mereka pulang dari medan perang selalu membawa kepala musuh yang telah
mereka dikalahkannya sebagai simbol dari keperkasaannya. Untuk merayakan kemenangan
ini, biasanya ditampilkan Tari Likurai sebagai tarian penyambutan.Pada saat ini Tari Likurai
hanya lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan bagi para tamu penting yang sedang
datang ke sana. Tarian ini dilakukan sebagai wujud dari penghormatan masyarakat dalam
menyambut kedatangan para tamu tersebut. Selain itu juga tarian ini menggambarkan
ungkapan rasa syukur dan juga gembira masyarakat dalam menyambut para tamu mereka.
Tari Padoa
Tari Padoa adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dilakukan secara masal baik itu pria maupun wanita, mereka
berkumpul dan menari dengan membentuk formasi melingkar yang menjadi ciri khasnya.
Tari Padoa merupakan tarian adat yang telah diwariskan secara turun temurun dimasyarakat
Sabu, dan masih sering dilakukan sampai saat ini.Bagi masyarakat Sabu, Tari Padoa ini tentu
memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya adalah untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dan juga ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada
mereka. Selain itu tarian ini juga merupakan salah satu media dalam mempererat persatuan
dan kebersamaan mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk tarian ini, dimana mereka
akan berkumpul dan menari bersama tanpa membedakan jenis kelamin maupun status sosial
mereka.
15. Tari Rangkuk Alu
Tari Woleka
Tari Woleka adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sumba Barat Daya,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau
penyambutan. Tari Woleka biasanya ditarikan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan
gerakan yang sangat khas.Asal mula dari Tari Woleka ini masih belum diketahui secara pasti,
namun menurut beberapa sumber yang ada mengatakan bahwa tarian ini awalnya ditampilkan
untuk menyambut dan juga mengiringi para tamu penting atau seorang bangsawan yang
datang ke sana.
Tari Kandingang
Tari Kandingang adalah tarian tradisional dari Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari perempuan dengan menggunakan rumbai-
rumbaian yang terbuat dari ekor binatang kuda sebagai atribut dalam menarinya. Tarian ini
dahulunya sering ditampilkan untuk upacara adat besar dari masyarakat Sumba Timur seperti
pernikahan dan juga penyambutan tamu penting atau bangsawan. Saat ini Tari Kandingang
telah mulai jarang ditemukan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
20. Tari Kebalai
Tari Kebalai
Tari Kebalai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini sering dilakukan pada saat setelah acara
pemakaman adat. Setelah upacara pemakaman selesai, para keluarga, kerabat, ataupun para
tamu yang datang akan berkumpul dan melakukan tarian ini. Tari Kebalai ini dilakukan
bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka, sehingga keluarga yang telah
ditinggalkan tidak terlarut dalam duka yang mendalam.Seiring perkembangan zaman, tarian
ini tidak hanya dilakukan pada saat acara pemakaman, namun juga sering ditampilkan
diberbagai acara yang bersifat hiburan seperti acara adat, penyambutan, perayaan dan
pertunjukan seni budaya.Tarian ini tergolong tarian yang sifatnya pergaulan atau hiburan
yang biasanya akan dilakukan secara masal oleh masyarakat disana. Selain berfungsi untuk
hiburan, tarian ini juga dimaknai sebagai dukungan untuk keluarga yang sedang berduka agar
tetap tabah dan bangkit dari rasa duka. Nilai-nilai kebersamaan serta persatuan sangat terasa
dalam tarian ini, dimana mereka akan berkumpul untuk menyatukan rasa dan akan saling
mendukung salah satu dari mereka sedang berduka. Selain itu juga tarian ini dijadikan
sebagai media dalam mempererat hubungan sosial yang telah terjalin diantara mereka.