Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SBK

O
L
E
H

NAMA : PETRASIA FEBIANA RATA


KELAS : VII A

SMP NEGERI II ENDE


TAHUN 2018
Tarian Tradisional Dari NTT Dan Penjelasannya

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah provinsi yang dahulunya
merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya, provinsi NTT ini
terdiri dari beberapa pulau yang diantaranya adalah Pulau Flores, Sabu, Adonara, Solor,
Komodo, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku
yang tinggal di pulau-pulau ini membuat kebudayaan dan juga tradisi yang sangat heterogen
serta saling membaur satu sama lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu bentuk
kebudayaan tersebut adalah pada tarian tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisioanal
yang berasal dari NTT tersebut? berikut ini penjelasannya.

1. Tari Atoni Meto

Tari Atoni Meto


Tarian ini merupakan gambaran dari para pemuda Suku Dawan yang pandai berburu dengan
daun lontar. Suku Dawan merupakan salah satu suku tertua dan juga terbesar yang ada di
Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanah Dawan, begitu sebutan wilayah tempat
tinggal bagi suku ini. Tanah Dawan merupakan kawasan yang kering dengan curah hujan
yang sangat rendah pada setiap tahunnya. Meskipun begitu, Nusa Tenggara Timur menjadi
salah satu kawasan yang paling dipenuhi oleh pohon silawan. Karenanya, daun lontar ini
memiliki kedudukan khusus didalam berbagai bentuk kesenian dan juga tradisi masyarakat
adat Suku Dawan.Secara umum, tari kreasi atoni meto ini merupakan tarian muda-mudi yang
dipentaskan oleh 4 (empat) - 6 (enam) pasang pria dan wanita. Para penari biasanya
mengenakan pakaian adat khas Nusa Tenggara Timur yang telah dimodifikasi dibeberapa
bagiannya. Daun lontar menjadi properti utama yang dapat diubah fungsi menjadi pelengkap
pakaian yang digunakan para penari. Hal tersebut dapat dilihat ketika properti wadah air yang
terbuat dari daun lontar berubah fungsi menjadi sebuah hiasan kepala wanita penari. 
2. Tari Bidu

Tari Bidu
Tari Bidu adalah tarian tradisional dari daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini biasanya ditampilkan oleh beberapa para penari pria dan penari wanita dengan
busana adat dan menari dengan gerakan yang sangat khas. Tari Bidu ini merupakan salah satu
dari tarian tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Belu. Konon, Tarian ini dahulunya
digunakan oleh masyarakat disana sebagai media pencarian jodoh bagi para pemuda-pemudi. 

3. Tari Caci

Tari Caci
Tari Caci adalah salah satu kesenian tradisional sejenis tarian perang khas dari masyarakat
Manggarai di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian
tradisional yang dimainkan oleh 2 (dua) para penari laki-laki yang menari dan juga saling
bertarung dengan menggunakan cambuk dan sebuah perisai sebagai senjatanya.Menurut
sejarah, Tari Caci ini berawal dari sebuah tradisi masyarakat Manggarai dimana para laki-laki
akan saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan juga ketangkasan
mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian berkembang menjadi kesenian dimana ada
gerakan tari, lagu, dan juga musik pengiring dalam memeriahkan acara. Nama Tari Caci ini
sendiri berasal dari kata ca yang berarti satu dan kata ci yang berarti uji. Sehingga caci ini
dapat diartikan sebagai uji ketangkasan dengan cara satu lawan satu.
4. Tari Cerana

Tari Cerana
Tari Cerana adalah tarian penyambutan atau tarian selamat datang yang khas dari Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya akan diakhiri dengan menyajikan
sirih dan pinang sebagai simbol dari penerimaan masyarakat terhadap tamunya dengan hati
yang tulus, bersih dan juga penuh kasih. Kemudian tamu yang datang akan mengunyah sirih
dan pinang yang telah diberikan sebagai simbol bahwa tamu tersebut juga menyambut baik
apa yang diberikan oleh masyarakat, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang baik
diantara mereka.Tari Cerana dahulunya merupakan tarian yang sering digunakan masyarakat
Kupang sebagai tarian penyambutan bagi para bangsawan, orang yang dituakan maupun tamu
penting. Tarian ini dilakukan sebagai rasa penghormatan kepada tamu yang datang. Selain di
daerah Kupang, Tari Cerana ini juga sangat populer dibeberapa daerah lain disekitarnya
seperti di daerah Rote Ndao, Timor Tengah Utara(TTU), dan juga di Timor Tengah
Selatan(TTS). 

5. Tari Gawi

Tari Gawi
Tari Gawi adalah salah satu tarian tradisional dari Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian adat dari masyarakat suku Ende Lio sebagai
ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada
mereka. Dalam pertunjukannya Tari Gawi ini dilakukan secara masal dengan cara saling
berpegangan tangan dan membentuk sebuah formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas
ditarian ini. Tari Gawi sering ditampilkan dalam sebuah upacara seperti pada saat selesai
panen, pembangunan rumah adat, pengangkatan kepala suku dan diacara adat lainnya.Tari
Gawi ini merupakan salah satu tarian dari suku Ende Lio yang tertua dan telah ada sejak
jaman leluhur mereka dahulu. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Gawi ini sejak dahulu
sering ditampilkan dalam upacara atau ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini
biasanya akan ditampilkan dibagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan ungkapan
dari rasa syukur atas berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka.
Nama Tari Gawi ini sendiri berasal dari 2 (dua) kata yaitu “Ga” yang berarti segan atau
sungkan dan ” Wi” yang berarti menarik, jadi Tari Gawi juga bisa diartikan menyatukan diri.

6. Tari Hedung

Tari Hedung
Tari Hedung adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara,
Flores Timur, Provinsi NTT. Tari Hedung ini awalnya hanya merupakan tarian-tarian perang
dan bagian dari ritual dari masyarakat Adonara dalam mengantar serta menyambut para
pahlawan dari medan perang. Namun dengan seiring dengan perkembangan zaman, fungsi
tersebut kemudian berubah dan memiliki makna yang berbeda. Pada saat ini Tari Hedung
dimaknai oleh masyarakat Adonara sebagai tari penghormatan kepada para leluhur. Selain itu
juga tarian ini untuk mengenalkan dan mengingatkan kepada para generasi muda akan tradisi,
budaya, serta jiwa kepahlawanan pada leluhur mereka dulu.Menurut sejarahnya, pada zaman
dahulu di Adonara sering sekali terjadi perang tanding, baik itu antar suku maupun antar
kampung. Sebelum mereka berangkat menuju medan perang, mereka akan berkumpul untuk
melakukan Tari Hedung dan sebuah ritual agar diberikan keselamatan untuk mereka yang
akan pergi ke medan perang. Hal tersebut juga dilakukan pada saat mereka pulang dari
medan perang, para penari akan menyambut para pahlawan dengan Tari Hedung. Nama
hedung ini sendiri diambil dari kata hedung, yang dapat berarti menang.

7. Tari Hegong

Tari Hegong
Tari Hegong adalah tarian tradisional dari Maumere, Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dimainkan secara berkelompok oleh para penari pria dan wanita
dengan berpakaian adat dan diiringi oleh musik Gong Waning. Sejarah tentang Tari Hegong
ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun menurut beberapa sumber mengatakan
bahwa tarian ini pada awalnya merupakan tarian adat dan sering ditampilkan diupacara-
upacara adat masyarakat Maumere. Selain itu juga tarian ini digunakan sebagai tarian
penyambutan para tamu penting yang sedang datang kesana. S

8. Tari Ja’i

Tari Ja’i
Tari Ja’i adalah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Ngada di Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian tradisional yang dilakukan secara
masal yang oleh masyarakat di sana sebagai ungkapan rasa syukur dan juga kegembiraan.
Bagi masyarakat Ngada, selain digunakan sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Ja’i juga
mempunyai nilai-nilai kehidupan masyarakat yang sangat penting. 

9. Tari Kabokang

Tari Kabokang
Tari Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari wanita yang menari dengan
gerakan yang anggun dan sangat khas. Awalnya tarian ini merupakan tarian sakral yang
sering digunakan oleh masyarakat untuk menyambut kedatangan dari raja atau
bangsawan.Dalam pertunjukannya, Tari Kabokang ini biasanya ditampilkan oleh 4 sampai 6
orang penari wanita. Dengan berpakaian busana khas dan juga diiringi dengan musik
tradisional, para penari menari dengan gerakan yang anggun. Gerakan dalam Tari Kabokang
ini lebih didominasi dengan gerakan kaki yang khas dan juga gerakan tangan dalam
memainkan kain panjang yang dikenakan oleh para penari. Sedangkan gerakan tubuh para
penari juga bergerak melenggak-lenggok mengikuti dari gerakan kaki dan juga tangan para
penari. 

10. Tari Kataga

Tari Kataga
Tari Kataga adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari Sumba
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh para penari
pria dengan menggunakan kostum adat dan dilengkapi senjata seperti pedang dan perisai. 
Tari Kataga ini merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang mempunyai nilai
seni, filosofis, dan historis. Nilai seni ini terlihat dari gerakan para penari yang merupakan
perpaduan antara seni tari dan seni perang dari masyarakat Sumba. Setiap gerakan dari Tari
Kataga juga memiliki filosofi dan makna tersendiri. Selain itu juga Tari Kataga merupakan
tarian yang diangkat dari sejarah masyarakat Sumba pada zaman dahulu, sehingga akan kaya
akan nilai historis.

11. Tari Ledo Hawu

Tari Ledo Hawu


Tari Ledo Hawu adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Pada zaman dahulu, tarian ini hanya ditampilkan sebagai bagian dari upacara
kematian untuk kaum tertentu seperti kaum bangsawan, tokoh adat, ataupun kepala suku.
Karena merupakan tarian yang dianggap sakral, maka tarian ini hanya dilakukan oleh penari
dari suku tertentu yang memiliki kedudukan yang tertinggi di masyarakat Sabu.Bagi
masyarakat Sabu, Tari Ledo Hawu ini dilakukan untuk menjauhkan dari roh-roh jahat atau
tolak bala dan menghantarkan arwah yang telah meninggal menuju tempat peristirahatan
abadi. Selain itu juga Tari Ledo Hawu dimaksudkan untuk menghibur keluarga yang telah
ditinggalkan agar tidak berlarut dalam berduka. 
12. Tari Lego Lego

Tari Lego Lego


Tari Lego Lego adalah tarian tradisional masyarakat di Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tari Lego Lego merupakan tarian tradisional yang diwariskan secara turun-
temurun oleh masyarakat Alor dan sampai saat ini masih terus dilestarikan. Tarian ini
awalnya merupakan tarian yang sering diadakan pada saat upacara adat atau setelah
melakukan kegiatan bersama sebagai ungkapan dari rasa syukur dan kegembiraan mereka.
Ungkapan rasa syukur ini mereka lakukan dengan mengelilingi Mesbah sambil bergandengan
dan juga menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan. Mesbah sendiri merupakan suatu
benda yang disakralkan oleh masyarakat di Pulau Alor.Selain itu didalam tarian ini juga
menggambarkan semangat persatuan serta kebersamaan masyarakat Alor yang terjalin erat
melalui gerak tarian. Hal tersebut terlihat dari para penari yang saling bergandengan dan juga
berkumpul menjadi satu untuk merayakannya bersama tanpa membedakan jenis kelamin,
status sosial, dan lain sebagainya. 

13. Tari Likurai

Tari Likurai
Tari Likurai adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari daerah
Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini awalnya adalah tarian yang sering
ditampilkan dalam menyambut para pahlawan yang pulang dari medan peperangan. Konon
pada zaman dahulu di daerah Belu ini terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga
pada saat mereka pulang dari medan perang selalu membawa kepala musuh yang telah
mereka dikalahkannya sebagai simbol dari keperkasaannya. Untuk merayakan kemenangan
ini, biasanya ditampilkan Tari Likurai sebagai tarian penyambutan.Pada saat ini Tari Likurai
hanya lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan bagi para tamu penting yang sedang
datang ke sana. Tarian ini dilakukan sebagai wujud dari penghormatan masyarakat dalam
menyambut kedatangan para tamu tersebut. Selain itu juga tarian ini menggambarkan
ungkapan rasa syukur dan juga gembira masyarakat dalam menyambut para tamu mereka. 

14. Tari Padoa

Tari Padoa
Tari Padoa adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dilakukan secara masal baik itu pria maupun wanita, mereka
berkumpul dan menari dengan membentuk formasi melingkar yang menjadi ciri khasnya.
Tari Padoa merupakan tarian adat yang telah diwariskan secara turun temurun dimasyarakat
Sabu, dan masih sering dilakukan sampai saat ini.Bagi masyarakat Sabu, Tari Padoa ini tentu
memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya adalah untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dan juga ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada
mereka. Selain itu tarian ini juga merupakan salah satu media dalam mempererat persatuan
dan kebersamaan mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk tarian ini, dimana mereka
akan berkumpul dan menari bersama tanpa membedakan jenis kelamin maupun status sosial
mereka. 
15. Tari Rangkuk Alu

Tari Rangkuk Alu


Tari Rangkuk Alu adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Manggarai, Flores,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tari Rangkuk Alu merupakan kreasi seni yang
tercipta dan berawal dari sebuah permainan tradisional Rangkuk Alu atau Rangku Alu.
Rangkuk Alu ini sendiri merupakan permainan tradisional yang menggunakan bambu sebagai
alat dalam permainannya. Dalam tarian ini, permainan tersebut dikreasikan dengan berbagai
macam gerakan dan pengiring sehingga akan menghasilkan sebuah kreasi seni yang sangat
khas.Selain sebagai sarana hiburan, Tari Rangkuk Alu juga dapat menjadi sarana edukasi dan
pembentukan diri. Dalam memainkan Tari Rangkuk Alu ini dapat melatih kelincahan dan
melatih ketepatan didalam bertindak. Selain itu bagi masyarkat disana, tarian ini tentunya
juga mengandung nilai-nilai filosofis dan spiritual yang terkandung didalamnya.

16. Tari Tea Eku

Tari Tea Eku


Tari Tea Eku adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Nagekeo, Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini dimainkan oleh beberapa penari perempuan yang
menari dengan menggunakan sapu tangan atau kain kecil sebagai atribut dalam menarinya.
Tari Tea Eku dahulunya sering ditampilkan diacara pesta adat masyarakat disana. Nama Tari
Tea Eku sendiri diambil dari kata Tea dan Eku. Tea berarti getar, hal ini dapat dilihat dari
gerakan kaki para penari yang mengetaran irama musik. Sedangkan kata Eku berarti
lambaian sapu tangan, hal ini dapat dilihat dari atribut yang digunakan, yakni sapu tangan.

17. Tari Woleka

Tari Woleka
Tari Woleka adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sumba Barat Daya,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau
penyambutan. Tari Woleka biasanya ditarikan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan
gerakan yang sangat khas.Asal mula dari Tari Woleka ini masih belum diketahui secara pasti,
namun menurut beberapa sumber yang ada mengatakan bahwa tarian ini awalnya ditampilkan
untuk menyambut dan juga mengiringi para tamu penting atau seorang bangsawan yang
datang ke sana.

18. Tari Foti Lalendo

Tari Foti Lalendo


Tari Foti Lalendo adalah tarian tradisional dari Rote Ndao, Nusa Provinsi Tenggara Timur
(NTT). Tarian foti lalendo ini biasanya akan ditampilkan sebagai tarian selamat datang atau
tarian penyambutan diberbagai acara. Tarian ini menggambarkan rasa gembira dalam
menyambut kedatangan para tamu yang diiringinya. Hal ini dapat dilihat dari gerakan dan
ekspresi dari para penari wanita pada saat mengiringi kedatangan tamu atau pengantin. Selain
digunakan sebagai tarian penyambutan, tarian ini juga menjadi tontonan yang menghibur.
Gerakan para penari pria pada saat menarikan Tari Foti yang khas dan juga atraktif kadang
sering menampilkan gerakan yang lucu sehingga dapat memeriahkan pertunjukan.Tarian ini
dahulunya digunakan untuk menyambut kedatangan para prajurit pada saat pulang dari
medan perang. Selain itu juga Tari Foti Lalendo digunakan untuk menyambut para tamu
penting atau tamu kehormatan yang sedang datang ke sana. Di saat ini, Tari Foti Lalendo
memiliki fungsi yang lebih banyak. Tarian ini juga sering ditampilkan dalam memeriahkan
berbagai acara seperti pernikahan, pertunjukan seni dan lain sebagainya.

19. Tari Kandingang

Tari Kandingang
Tari Kandingang adalah tarian tradisional dari Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari perempuan dengan menggunakan rumbai-
rumbaian yang terbuat dari ekor binatang kuda sebagai atribut dalam menarinya. Tarian ini
dahulunya sering ditampilkan untuk upacara adat besar dari masyarakat Sumba Timur seperti
pernikahan dan juga penyambutan tamu penting atau bangsawan. Saat ini Tari Kandingang
telah mulai jarang ditemukan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern. 
20. Tari Kebalai

Tari Kebalai
Tari Kebalai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Rote Ndao, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini sering dilakukan pada saat setelah acara
pemakaman adat. Setelah upacara pemakaman selesai, para keluarga, kerabat, ataupun para
tamu yang datang akan berkumpul dan melakukan tarian ini. Tari Kebalai ini dilakukan
bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka, sehingga keluarga yang telah
ditinggalkan tidak terlarut dalam duka yang mendalam.Seiring perkembangan zaman, tarian
ini tidak hanya dilakukan pada saat acara pemakaman, namun juga sering ditampilkan
diberbagai acara yang bersifat hiburan seperti acara adat, penyambutan, perayaan dan
pertunjukan seni budaya.Tarian ini tergolong tarian yang sifatnya pergaulan atau hiburan
yang biasanya akan dilakukan secara masal oleh masyarakat disana. Selain berfungsi untuk
hiburan, tarian ini juga dimaknai sebagai dukungan untuk keluarga yang sedang berduka agar
tetap tabah dan bangkit dari rasa duka. Nilai-nilai kebersamaan serta persatuan sangat terasa
dalam tarian ini, dimana mereka akan berkumpul untuk menyatukan rasa dan akan saling
mendukung salah satu dari mereka sedang berduka. Selain itu juga tarian ini dijadikan
sebagai media dalam mempererat hubungan sosial yang telah terjalin diantara mereka.

21. Tari Toja Bobu

Tari Toja Bobu


Toja Bobu yang didalam bahasa Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur ini artinya adalah
tarian topeng. Tarian ini biasanya dipentaskan untuk menyambut para tamu yang sangat
dihormati. Salah satu tamu agung yang sangat dihormati dari masyarakat Sikka adalah Simo
Ana Yesus (Isa Al-Masih) yang datang disaat Natal. Sehari setelah melakukan misa Natal,
masyarakat dari Sikka ini biasanya menggelar tarian topeng yang bernama Toja Bobu. Tarian
ini dimaksudkan sebagai simbol menerima kedatangan dari Simo Ana Yesus dengan hati
yang sangat terbuka.Menurut catatan sejarah, lahirnya dari Katolik di Sikka ini dipelopori
oleh Raja Sikka yang bernama bernama MOang Lesu Liardira Wa Ngang. Pada abad ke-14,
ketika itu Raja bertemu rombongan kapal Portugis, beliau dibaptis oleh seorang pastor dari
Portugis. Setelah itu sang raja dibaptis, namanya pun kemudian diubah menjadi Don Alexius
Ximenes da Silva. Setelah kembali ke Sikka, sang Raja membangun sebuah gereja kecil di
dekat istananya. Sejak itulah penyebar agama Katolik dari Portugis rajin mengunjungi Sikka.
Tarian topeng toja bobu ini merupakan salah satu budaya peninggalan dari bangsa Portugis
yang sampai saat ini masih dilestarikan.

Anda mungkin juga menyukai