Tarian tradisional berjenis peperangan ini terkenal dengan tarian lama, namun masih dilestarikan oleh
masyarakat setempat, khususnya daerah Sumba Barat. Beberapa acara adat dan pertunjukan seni budaya
masih sering menampilkan tarian. Bahkan tarian Kataga juga digunakan sebagai tarian penyambutan. Tari
Kataga biasanya terdiri dari 8 orang pria yang mengenakan kostum khas adat Sumba, yang dilengkapi
dengan senjata tajam seperti pedang dan perisai. Penampilan mereka terlihat lebih gagah dengan ikat yang
melingkar dikepala. Gerakan tari terasa lebih meriah dengan adanya lonceng kecil yang dipasang di badan
penari, selain itu alat musik gong yang dimainkan dengan cepat menambah suasana perang yang lebih
tajam.
Sajian pada tarian memiliki makna yang dalam. Yaitu sebagai simbol penerimaan. Dari pihak tuan rumah
menyajikan sirih dan pinang sebagai tanda bahwa mereka menerima tamu dengan tulus dan penuh kasih.
Sedangkan tamu yang menerima, menandakan bahwa mereka juga menyambut baik apa yang diberikan
tuan rumah, sehingga terjalin hubungan baik kedua belah pihak.
Para penari biasanya adalah 6 orang penari wanita dan seorang penari pria. penari wanita menari dengan
lemah gemulai, sedangkan penari pria menari dengan gagah dengan membawa sirih dan pinang, yang
kemudian diiringi penari wanita memberikan sajian tersebut kepada para tamu undangan. Para penari
terlihat sangat cantik dan tampan dengan balutan pakaian adat.
Nah, hal unik dari tarian yang berasal dari Suku Abui ini adalah semua adalah penari. Dimana penari
bukanlah sekelompok beberapa orang atau sepasang saja, tetapi tarian dilakukan secara masa dengan
bergandengan tangan melingkari 3 batu yang disusun (disebut Mesbah). Batu tersebut merupakan benda
yang sakral untuk suku Abui. Tari Lego menggambarkan kekuatan dan persatuan masyarakat Suku Abui.
Musik iringan tari yaitu Gong dan gendang. Mereka tampak serasi dengan mengenakan pakaian adat. Bunyi
gemerincing gelang kaki dari perak yang mereka kenangan menambah ramai gerakan lincah para penari. Selain itu,
masyarakat biasanya mengumandangkan pantun dan lagu bahasa adat ketika pementasan tari. Nah yang membuat
tak biasa adalah pementasan tari yang dilakukan selama semalam suntuk.
4. Tari Caci berasal dari Manggarai.
Tari yang berasal dari masyarakat Manggarai. Tarian unik yang menegangkan wajib dilestarikan oleh
masyarakat karena akan menjadi aset berharga untuk Indonesia.
Tarian ini hanya terdiri dari 2 orang lelaki yang bertarung menggunakan cambuk dan perisai. Suasana
terasa lebih menegangkan dengan iringan gong dan gendang serta nyanyian Neggo/dare oleh para
pendukung. Kostum tarian dibuat menyerupai prajurit sesungguhnya hanya menggunakan penutup kepala
berbentuk topeng dari kulit kerbau dan pakaian bawah saja.
6. Tarian Todagu
Tarian Todagu adalah tarian kemenangan bagi kaum laki-laki yang pulang perang di masa silam. Kaum
laki-laki Nagekeo saat merayakan kemenangan perang menari-nari dengan tarian Todagu diiringi musik
bambu. Tarian ini mengungkapkan kegembiraan setelah menang perang. Sementara khusus untuk kaum
perempuan sebut tarian Tea Eku. Tarian Tea Eku berarti kaum perempuan atau para istri menyambut suami
dan kaum laki-laki yang pulang perang dengan membawa kemenangan.
7. Tari Padoa dari Sabu
Tari Padoa adalah salah satu tarian tradisional dari Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini biasa
ditarikan bersama-sama baik oleh penari perempuan maupun laki-laki. Tarian ini termasuk salah satu
tarian turun-temurun dan sangat terkenal di NTT.
Biasanya, tari padoa dilakukan warga sekampung di akhir musim hujan dan ketika malam bulan purnama.
Para penari berkumpul di sebuah tempat, membentuk lingkaran, menari, dan bernyanyi melantunkan doa.
Tarian Likurai berasal dari Kabupaten Belu. Tarian Likurai dahulunya merupakan tarian perang, yaitu
tarian yang ditarikan ketika menyambut atau menyongsong para pahlawan yang pulang dari medan perang.
Konon ketika para pahlawan yang pulang dari medan perang dengan membawa kepala musuh yang telah
dipenggal (sebagai bukti keperkasaan). Maka para feto (wanita) cantik atau gadis-gadis cantik terutama
mereka yang berdarah bangsawan menjemput para Meo (pahlawan) dengan membawakan tarian Likurai
dan didampingi beberapa mane (laki-laki) sambil menari (haksoke) membawa pedang.
Likurai itu sendiri dari bahasa Tetun (suku yang ada di Belu) mempunyai arti menguasai bumi. Liku
artinya “menguasai” dan Rai artinya “tanah dan bumi”. Lambang tarian ini adalah wujud penghormatan
kepada para pahlawan yang telah menguasai atau menaklukan bumi, tanah air tercinta.
10. Tarian Bonet dari Kabupaten TTU
Tari Bonet dikenal dengan cirinya yang khas yaitu bentuk formasinya yang melingkar dan penggunaan puisi atau
pantun dalam liriknya yang mengandung kekayaan khazanah sastra lisan Suku Dawan. Tidak hanya itu, tarian ini
begitu populer karena nyaris ada dalam setiap kegiatan maupun peristiwa adat masyarakat Dawan. Baik itu yang
menyangkut upacara siklus hidup seperti upacara kelahiran, pernikahan dan kematian serta upacara lainnya seperti
upacara pembangunan rumah, permohonan hujan dan lain sebagainya.
Formasi Ja’i mirip barisan tentara. Jumlah dan panjang barisan bisa disesuaikan dengan kondisi ruangan.
Orang yang berada di barisan paling depan biasanya jadi pemimpin, yang lain tinggal mengikutinya saja.
Gerak dan irama kaki tarian Ja’i sebenarnya sangat sederhana. Gerak maju berupa langkah kaki yang tidak
utuh, berputar setengah lingkaran di tempat sambil merentangkan tangan kemudian berjalan maju lagi
dengan gerakan kaki setengah pincang. Seiring makin terkenalnya tarian Ja’i, versi baru tarian Ja’i pun
bermunculan. Tarian Ja’i dimodifikasi hingga menjadi lebih menarik, meski gerak dasarnya tetap.
Mengenal Oko Mama tidak terlepas dari budaya Kabupaten TTS. Dalam interaksi sosial kemasyarakatan di
TTS, Oko Mama digunakan sebagai sarana perantara penyampaian maksud baik oleh satu pihak ke pihak
lainnya, maka saat akan menyampaikan maksud atau keinginannya itu, ia harus menyuguhkan Oko Mama
(memberikan Oko Mama) kepada yang dituju baru mengutarakan maksud yang ingin disampaikan. Salah
satu keunikan dari penyuguhan Oko Mama ini, jawaban dari pihak yang diminta bisa juga tanpa kata-kata
namun si pemberi Oko Mama dapat memahami jawaban dari pihak yang diminta itu. Jika setelah
mendengar atau mengetahui maksud yang disampaikan pemberi, maka pihak yang diberi bisa saja
memberikan jawaban dengan cara menyentuh atau mengambil atau tidak mengambil isi dari Oko Mama.
Kalau yang diberi mengambil isi Oko Mama artinya dia menyanggupi apa yang disampaikan pemberi. Jika
hanya menyentuh berarti yang diberi belum punya kepastian soal apa yang disampaikan pemberi.
Sementara jika yang diberi tidak mengambil isi Oko Mama maka itu menandakan yang diberi Oko Mama
menolak atau tidak menyanggupi apa yang disampaikan pemberi.
Isi Oko Mama biasanya terdiri atas sirih, pinang, dan kapur ditambah satu botol Sopi dan uang perak.
Saat ini Oko Mama dipakai untuk menyampaikan undangan menghadiri acara-acara kekeluargaan seperti
peminangan dan sebagainya.
Mengetahui
KELAS : VII B