Disusun Oleh:
Vincent James Gregory Sunti Gimena
XI - Bahasa dan Budaya
SMAK SYURADIKARA ENDE
2022 / 2023
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah provinsi yang dahulunya merupakan
bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya, provinsi NTT ini terdiri dari
beberapa pulau yang diantaranya adalah Pulau Flores, Sabu, Adonara, Solor, Komodo, Sumba,
Timor, Alor, Lembata, Rote, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku yang tinggal di pulau-pulau
ini membuat kebudayaan dan juga tradisi yang sangat heterogen serta saling membaur satu
sama lain di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah
pada tarian tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisioanal yang berasal dari NTT tersebut?
Tarian ini merupakan gambaran dari para pemuda Suku Dawan yang pandai berburu dengan
daun lontar. Suku Dawan merupakan salah satu suku tertua dan juga terbesar yang ada di Pulau
Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanah Dawan, begitu sebutan wilayah tempat tinggal bagi
suku ini. Tanah Dawan merupakan kawasan yang kering dengan curah hujan yang sangat
rendah pada setiap tahunnya. Meskipun begitu, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu
kawasan yang paling dipenuhi oleh pohon silawan. Karenanya, daun lontar ini memiliki
kedudukan khusus didalam berbagai bentuk kesenian dan juga tradisi masyarakat adat
Suku Dawan.
Secara umum, tari kreasi atoni meto ini merupakan tarian muda-mudi yang dipentaskan oleh 4
(empat) - 6 (enam) pasang pria dan wanita. Para penari biasanya mengenakan pakaian adat
khas Nusa Tenggara Timur yang telah dimodifikasi dibeberapa bagiannya. Daun lontar menjadi
properti utama yang dapat diubah fungsi menjadi pelengkap pakaian yang digunakan para
penari. Hal tersebut dapat dilihat ketika properti wadah air yang terbuat dari daun lontar berubah
2. Tari Bidu
Tari Bidu
Tari Bidu adalah tarian tradisional dari daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini biasanya ditampilkan oleh beberapa para penari pria dan penari wanita dengan
busana adat dan menari dengan gerakan yang sangat khas. Tari Bidu ini merupakan salah satu
dari tarian tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Belu. Konon, Tarian ini dahulunya
digunakan oleh masyarakat disana sebagai media pencarian jodoh bagi para pemuda-pemudi.
3. Tari Caci
Tari Caci
Tari Caci adalah salah satu kesenian tradisional sejenis tarian perang khas dari masyarakat
Manggarai di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian
tradisional yang dimainkan oleh 2 (dua) para penari laki-laki yang menari dan juga saling
Menurut sejarah, Tari Caci ini berawal dari sebuah tradisi masyarakat Manggarai dimana para
laki-laki akan saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan juga
ketangkasan mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian berkembang menjadi kesenian
dimana ada gerakan tari, lagu, dan juga musik pengiring dalam memeriahkan acara.
Nama Tari Caci ini sendiri berasal dari kata ca yang berarti satu dan kata ci yang berarti uji.
Sehingga caci ini dapat diartikan sebagai uji ketangkasan dengan cara satu lawan satu.
4. Tari Cerana
Tari Cerana
Tari Cerana adalah tarian penyambutan atau tarian selamat datang yang khas dari Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya akan diakhiri dengan menyajikan sirih
dan pinang sebagai simbol dari penerimaan masyarakat terhadap tamunya dengan hati yang
tulus, bersih dan juga penuh kasih. Kemudian tamu yang datang akan mengunyah sirih dan
pinang yang telah diberikan sebagai simbol bahwa tamu tersebut juga menyambut baik apa
yang diberikan oleh masyarakat, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang baik diantara
mereka.
Tari Cerana dahulunya merupakan tarian yang sering digunakan masyarakat Kupang sebagai
tarian penyambutan bagi para bangsawan, orang yang dituakan maupun tamu penting. Tarian
ini dilakukan sebagai rasa penghormatan kepada tamu yang datang. Selain di daerah Kupang,
Tari Cerana ini juga sangat populer dibeberapa daerah lain disekitarnya seperti di daerah Rote
5. Tari Gawi
Tari Gawi
Tari Gawi adalah salah satu tarian tradisional dari Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini merupakan tarian adat dari masyarakat suku Ende Lio sebagai ungkapan rasa
syukur atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Dalam
pertunjukannya Tari Gawi ini dilakukan secara masal dengan cara saling berpegangan tangan
dan membentuk sebuah formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas ditarian ini. Tari Gawi
sering ditampilkan dalam sebuah upacara seperti pada saat selesai panen, pembangunan
jaman leluhur mereka dahulu. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Gawi ini sejak dahulu
sering ditampilkan dalam upacara atau ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini biasanya
akan ditampilkan dibagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan ungkapan dari rasa
syukur atas berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Nama Tari Gawi
ini sendiri berasal dari 2 (dua) kata yaitu “Ga” yang berarti segan atau sungkan dan ” Wi” yang
berarti menarik, jadi Tari Gawi juga bisa diartikan menyatukan diri.
6. Tari Hedung
Tari Hedung
Tari Hedung adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara,
Flores Timur, Provinsi NTT. Tari Hedung ini awalnya hanya merupakan tarian-tarian perang dan
bagian dari ritual dari masyarakat Adonara dalam mengantar serta menyambut para pahlawan
dari medan perang. Namun dengan seiring dengan perkembangan zaman, fungsi tersebut
kemudian berubah dan memiliki makna yang berbeda. Pada saat ini Tari Hedung dimaknai oleh
masyarakat Adonara sebagai tari penghormatan kepada para leluhur. Selain itu juga tarian ini
untuk mengenalkan dan mengingatkan kepada para generasi muda akan tradisi, budaya, serta
jiwa kepahlawanan pada leluhur mereka dulu.
Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di Adonara sering sekali terjadi perang tanding, baik itu
antar suku maupun antar kampung. Sebelum mereka berangkat menuju medan perang, mereka
akan berkumpul untuk melakukan Tari Hedung dan sebuah ritual agar diberikan keselamatan
untuk mereka yang akan pergi ke medan perang. Hal tersebut juga dilakukan pada saat mereka
pulang dari medan perang, para penari akan menyambut para pahlawan dengan Tari Hedung.
Nama hedung ini sendiri diambil dari kata hedung, yang dapat berarti menang.
7. Tari Hegong
Tari Hegong
Tari Hegong adalah tarian tradisional dari Maumere, Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tarian ini biasanya dimainkan secara berkelompok oleh para penari pria dan wanita dengan
berpakaian adat dan diiringi oleh musik Gong Waning. Sejarah tentang Tari Hegong ini masih
belum dapat diketahui secara pasti, namun menurut beberapa sumber mengatakan bahwa
tarian ini pada awalnya merupakan tarian adat dan sering ditampilkan diupacara-upacara adat
masyarakat Maumere. Selain itu juga tarian ini digunakan sebagai tarian penyambutan para
Tari Ja’i
Tari Ja’i adalah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Ngada di Flores, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian tradisional yang dilakukan secara masal
yang oleh masyarakat di sana sebagai ungkapan rasa syukur dan juga kegembiraan. Bagi
masyarakat Ngada, selain digunakan sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Ja’i juga mempunyai
9. Tari Kabokang
Tari Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari wanita yang menari dengan gerakan
yang anggun dan sangat khas. Awalnya tarian ini merupakan tarian sakral yang sering
digunakan oleh masyarakat untuk menyambut kedatangan dari raja atau bangsawan.
Dalam pertunjukannya, Tari Kabokang ini biasanya ditampilkan oleh 4 sampai 6 orang penari
wanita. Dengan berpakaian busana khas dan juga diiringi dengan musik tradisional, para penari
menari dengan gerakan yang anggun. Gerakan dalam Tari Kabokang ini lebih didominasi
dengan gerakan kaki yang khas dan juga gerakan tangan dalam memainkan kain panjang yang
dikenakan oleh para penari. Sedangkan gerakan tubuh para penari juga bergerak melenggak-
lenggok mengikuti dari gerakan kaki dan juga tangan para penari.
Tari Kataga adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari Sumba
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh para penari pria
dengan menggunakan kostum adat dan dilengkapi senjata seperti pedang dan perisai.
Tari Kataga ini merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang mempunyai nilai seni,
filosofis, dan historis. Nilai seni ini terlihat dari gerakan para penari yang merupakan perpaduan
antara seni tari dan seni perang dari masyarakat Sumba. Setiap gerakan dari Tari Kataga juga
memiliki filosofi dan makna tersendiri. Selain itu juga Tari Kataga merupakan tarian yang
diangkat dari sejarah masyarakat Sumba pada zaman dahulu, sehingga akan kaya akan nilai
historis.
Tari Ledo Hawu adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Pada zaman dahulu, tarian ini hanya ditampilkan sebagai bagian dari upacara kematian
untuk kaum tertentu seperti kaum bangsawan, tokoh adat, ataupun kepala suku.
Karena merupakan tarian yang dianggap sakral, maka tarian ini hanya dilakukan oleh penari dari
Bagi masyarakat Sabu, Tari Ledo Hawu ini dilakukan untuk menjauhkan dari roh-roh jahat atau
tolak bala dan menghantarkan arwah yang telah meninggal menuju tempat peristirahatan abadi.
Selain itu juga Tari Ledo Hawu dimaksudkan untuk menghibur keluarga yang telah ditinggalkan
Tari Lego Lego adalah tarian tradisional masyarakat di Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT). Tari Lego Lego merupakan tarian tradisional yang diwariskan secara turun-
temurun oleh masyarakat Alor dan sampai saat ini masih terus dilestarikan. Tarian ini awalnya
merupakan tarian yang sering diadakan pada saat upacara adat atau setelah melakukan
kegiatan bersama sebagai ungkapan dari rasa syukur dan kegembiraan mereka. Ungkapan rasa
syukur ini mereka lakukan dengan mengelilingi Mesbah sambil bergandengan dan juga
menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan. Mesbah sendiri merupakan suatu benda yang
Selain itu didalam tarian ini juga menggambarkan semangat persatuan serta kebersamaan
masyarakat Alor yang terjalin erat melalui gerak tarian. Hal tersebut terlihat dari para penari
yang saling bergandengan dan juga berkumpul menjadi satu untuk merayakannya bersama
Tari Likurai
Tari Likurai adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari daerah
Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini awalnya adalah tarian yang sering
ditampilkan dalam menyambut para pahlawan yang pulang dari medan peperangan. Konon
pada zaman dahulu di daerah Belu ini terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga
pada saat mereka pulang dari medan perang selalu membawa kepala musuh yang telah mereka
Pada saat ini Tari Likurai hanya lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan bagi para tamu
penting yang sedang datang ke sana. Tarian ini dilakukan sebagai wujud dari penghormatan
masyarakat dalam menyambut kedatangan para tamu tersebut. Selain itu juga tarian ini
menggambarkan ungkapan rasa syukur dan juga gembira masyarakat dalam menyambut para
tamu mereka.
14. Tari Padoa
Tari Padoa
Tari Padoa adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dilakukan secara masal baik itu pria maupun wanita, mereka
berkumpul dan menari dengan membentuk formasi melingkar yang menjadi ciri khasnya.
Tari Padoa merupakan tarian adat yang telah diwariskan secara turun temurun dimasyarakat
Sabu, dan masih sering dilakukan sampai saat ini.Bagi masyarakat Sabu, Tari Padoa ini tentu
memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya adalah untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dan juga ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada mereka.
Selain itu tarian ini juga merupakan salah satu media dalam mempererat persatuan dan
kebersamaan mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk tarian ini, dimana mereka akan
berkumpul dan menari bersama tanpa membedakan jenis kelamin maupun status sosial
mereka.
Tari Rangkuk Alu adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Manggarai, Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tari Rangkuk Alu merupakan kreasi seni yang tercipta dan berawal
dari sebuah permainan tradisional Rangkuk Alu atau Rangku Alu. Rangkuk Alu ini sendiri
merupakan permainan tradisional yang menggunakan bambu sebagai alat dalam permainannya.
Dalam tarian ini, permainan tersebut dikreasikan dengan berbagai macam gerakan dan
pengiring sehingga akan menghasilkan sebuah kreasi seni yang sangat khas.Selain sebagai
sarana hiburan, Tari Rangkuk Alu juga dapat menjadi sarana edukasi dan pembentukan diri.
Dalam memainkan Tari Rangkuk Alu ini dapat melatih kelincahan dan melatih ketepatan
didalam bertindak. Selain itu bagi masyarkat disana, tarian ini tentunya juga mengandung nilai-
Tari Tea Eku adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Nagekeo, Flores, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Tarian ini dimainkan oleh beberapa penari perempuan yang menari
dengan menggunakan sapu tangan atau kain kecil sebagai atribut dalam menarinya. Tari Tea
Eku dahulunya sering ditampilkan diacara pesta adat masyarakat disana. Nama Tari Tea Eku
sendiri diambil dari kata Tea dan Eku. Tea berarti getar, hal ini dapat dilihat dari gerakan kaki
para penari yang mengetaran irama musik. Sedangkan kata Eku berarti lambaian sapu tangan,
hal ini dapat dilihat dari atribut yang digunakan, yakni sapu tangan.
Tari Woleka adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sumba Barat Daya, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau penyambutan.
Tari Woleka biasanya ditarikan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan gerakan yang
sangat khas.
Asal mula dari Tari Woleka ini masih belum diketahui secara pasti, namun menurut beberapa
sumber yang ada mengatakan bahwa tarian ini awalnya ditampilkan untuk menyambut dan juga
mengiringi para tamu penting atau seorang bangsawan yang datang ke sana.
Tari Foti Lalendo adalah tarian tradisional dari Rote Ndao, Nusa Provinsi Tenggara Timur (NTT).
Tarian foti lalendo ini biasanya akan ditampilkan sebagai tarian selamat datang atau tarian
penyambutan diberbagai acara. Tarian ini menggambarkan rasa gembira dalam menyambut
kedatangan para tamu yang diiringinya. Hal ini dapat dilihat dari gerakan dan ekspresi dari para
penari wanita pada saat mengiringi kedatangan tamu atau pengantin. Selain digunakan sebagai
tarian penyambutan, tarian ini juga menjadi tontonan yang menghibur. Gerakan para penari pria
pada saat menarikan Tari Foti yang khas dan juga atraktif kadang sering menampilkan gerakan
Tarian ini dahulunya digunakan untuk menyambut kedatangan para prajurit pada saat pulang
dari medan perang. Selain itu juga Tari Foti Lalendo digunakan untuk menyambut para tamu
penting atau tamu kehormatan yang sedang datang ke sana. Di saat ini, Tari Foti Lalendo
memiliki fungsi yang lebih banyak. Tarian ini juga sering ditampilkan dalam memeriahkan
Tari Kandingang
Tari Kandingang adalah tarian tradisional dari Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari perempuan dengan menggunakan rumbai-
rumbaian yang terbuat dari ekor binatang kuda sebagai atribut dalam menarinya. Tarian ini
dahulunya sering ditampilkan untuk upacara adat besar dari masyarakat Sumba Timur seperti
pernikahan dan juga penyambutan tamu penting atau bangsawan. Saat ini Tari Kandingang
telah mulai jarang ditemukan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
Tari Kebalai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini sering dilakukan pada saat setelah acara pemakaman adat.
Setelah upacara pemakaman selesai, para keluarga, kerabat, ataupun para tamu yang datang
akan berkumpul dan melakukan tarian ini. Tari Kebalai ini dilakukan bertujuan untuk menghibur
keluarga yang sedang berduka, sehingga keluarga yang telah ditinggalkan tidak terlarut dalam
duka yang mendalam.Seiring perkembangan zaman, tarian ini tidak hanya dilakukan pada saat
acara pemakaman, namun juga sering ditampilkan diberbagai acara yang bersifat hiburan
Tarian ini tergolong tarian yang sifatnya pergaulan atau hiburan yang biasanya akan dilakukan
secara masal oleh masyarakat disana. Selain berfungsi untuk hiburan, tarian ini juga dimaknai
sebagai dukungan untuk keluarga yang sedang berduka agar tetap tabah dan bangkit dari rasa
duka. Nilai-nilai kebersamaan serta persatuan sangat terasa dalam tarian ini, dimana mereka
akan berkumpul untuk menyatukan rasa dan akan saling mendukung salah satu dari mereka
sedang berduka. Selain itu juga tarian ini dijadikan sebagai media dalam mempererat hubungan