Anda di halaman 1dari 78

KATEKESE ORANG DEWASA

AKSI PUASA PEMBANGUNAN 2021


KEUSKUPAN LARANTUKA

TEMA UMUM:
KELUARGA KATOLIK
MENCIPTAKAN GENERASI BARU

TUJUAN UMUM:

SUPAYA KITA MENYADARI BAHWA


TUGAS KELUARGA KATOLIK ADALAH MENCIPTAKAN
GENERASI BARU

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 1


SINGKATAN DAN ISTILAH

AA : Apostolicam Actuositatem, Konsili Vatikan II, Dekrit


tentang Kerasulan Awam.
AL : Amoris Laetitia, Seruan Apostolik Paus Fransiskus.
CiV : Caritas in Veritate, Surat Ensiklik I Paus Benediktus
danXVI tentang perkembangan umat manusia seutuhnya
di dalam kasih dan kebenaran.
DV : Dei Verbum, Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis
tentang Wahyu Ilahi.
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II tentang Peranan Keluarga Katolik dalam Dunia
Modern.
GE : Gravissimum Educationis, Konsili Vatikan II,
Pernyataan tentang Pendidikan Kristen.
GEx : Gaudete et Exultate, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus
GS : Gaudium et Spes, Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral
tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini.
KGK : Katekismus Gereja Katolik, terjemahan P. Herman
Embuiru, SVD.
LG : Lumen Gentium, Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis
tentang Gereja.
SC : Sacrosanctum Concilium, Konsili Vatikan II, Konstitusi
tentang Liturgi Suci.
SC : Sacramentum Caritatis, Anjuran Apostolik Paus
Benediktus XVI tentang Ekaristi sebagai sumber dan
puncak kehidupan serta persekutuan Gereja.
SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 2


APP 2021 KEUSKUPAN LARANTUKA
KATEKESE ORANG DEWASA

MINGGU I

Tema : Realitas Keluarga Katolik di Wilayah Kita


Tujuan : Supaya kita menyadari realitas keluarga Katolik di
wilayah kita
Teks Kitab Suci : Mrk. 10: 1-9 (Perceraian)
Waktu : 60 menit (protokol kesehatan)

GAGASAN POKOK

1. Realitas Keluarga
Betapa pentingnya pembicaraan tentang keluarga menyusul kesadaran
yang sedang dan terus bertumbuh, bahwa pada hakikatnya manusia, individu,
pribadi dan segala kompleksitas pergumulan hidupnya bertumbuh dan
berkembang di tengah keluarga. Benar ungkapan ini, no man is an island; tak
seorangpun seperti sebuah pulau. Ia tidak hidup sendiri, adanya seseorang
adalah ada bersama yang lain. Dalam keluarga kita mengalami realitas empirik
(bernilai positif dan negatif) seputar pikiran, perkataan dan perbuatan
manusiawi. Pengalaman empirik ini di satu pihak membantu perkembangan
seorang anak manusia, tetapi di sisi lain, menyeret manusia kepada kehancuran.
Kita mengalami realitas konkret keluarga secara positif, antara lain:
masih banyak keluarga yang memperlihatkan keutuhan dan ketahanan
keluarganya hingga mencapai usia 25 tahun, 40 tahun, 50 tahun, bahkan lebih
dari 50 tahun dalam hidup perkawinan dan keluarga. Ada banyak keluarga
berpartisipasi aktif dalam hidup rohani dan jasmani mulai dari KBG hingga ke
tingkat paroki. Kesadaran untuk berbagi dalam diri orangtua, anak-anak, remaja,
dan OMK sebagai buah ekaristi dan wujud solidaritas antar umat beriman

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 3


semakin terasa dari waktu ke waktu. Dari keluarga yang baik telah tercipta
sekian banyak generasi baru yang memberi dirinya untuk pelayanan bagi
Gereja dan masyarakat dalam pelbagai aktivitas dan pilihan hidup.
Kita tidak bisa menutup mata ketika menatap realitas negatif seputar
permasalahan perkawinan dan keluarga. Paus Fransiskus menulis dalam Seruan
Apostolik Evangelii Gaudium: “… keluarga sedang mengalami krisis budaya
yang luar biasa, sebagaimana halnya dengan semua ikatan komunitas dan
sosial. Dalam kasus keluarga, melunturnya ikatan-ikatan ini sungguh serius
karena keluarga adalah sel masyarakat, di mana kita meskipun berbeda, belajar
hidup bersama orang lain dan menjadi milik satu sama lain; keluarga juga
merupakan tempat di mana orangtua mewariskan iman kepada anak-anak
mereka. Perkawinan masa kini cenderung dipandang sebagai bentuk kepuasan
emosional belaka yang dapat dibangun dan diubah sekehendaknya sendiri”
(EG 66). Catatan Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium ini menyata juga
dalam realitas konkret keluarga di zaman ini. Kita menemukan pelbagai
kompleksitas isu-isu penting yang urgen dan perlu dipelajari lebih lanjut dalam
hidup perkawinan dan keluarga. Isu-isu ini tidak hanya ditemukan dalam
pengertian kasuistik-kuratif tetapi lebih dari itu sebagai sebuah tindakan
preventif.
Realitas konkret keluarga dengan segala persoalannya, antara lain,
merosotnya penghargaan terhadap nilai-nilai sakramental perkawinan, yang
terungkap dalam: pisah ranjang, hidup bersama sebelum nikah, perceraian sipil,
perselingkuhan, hamil di luar nikah, dan kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT). Semua ini disadari akibat kurang pengenalan akan masing-masing
pribadi, pergaulan bebas yang memungkinkan kehamilan di luar pernikahan
resmi gereja, urusan adat dan sosial kemasyarakatan seputar perkawinan yang
seringkali berbelit-belit bahkan sampai memberatkan keputusan untuk hidup
bersama masing-masing pribadi. Di sisi lain, ditemukan pula realitas negatif

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 4


perantauan yang masih menjadi momok yang menakutkan di seluruh wilayah
kita, yang berimbas pada keretakan hubungan sebagai suami-istri dan
terbengkalainya hidup dan masa depan anak-anak.
Semua pengalaman empirik (positif dan negatif) dan ide-ide seputar
keluarga dan perkawinan itu membentuk sebuah “batu permata” yang beraneka
rupa (Amoris Laetitia, AL 4), yang indah dan bernilai. Kita saling mengingatkan
bahwa tidak semua pengalaman empirik yang bersentuhan dengan moral
ataupun pastoral itu dibicarakan dan diputuskan melalui intervensi magisterium.
Ada banyak persoalan perkawinan dan keluarga yang langsung bersentuhan
dengan budaya dan kebutuhan tradisi lokal. Semuanya ini membutuhkan kerja
sama dan partisipasi semua pihak dalam mengantisipasi dan menyelesaikannya
secara tepat pada waktunya (AL 3).
Di dalam keuskupan kita pun ada banyak perbedaan pikiran,
pandangan, gagasan, baik dalam adat-budaya maupun kebiasaan yang
berkembang di tengah umat/masyarakat yang harus mendapat apresiasi dan
penjelasan yang memadai, khususnya ketika kita berhadapan dengan
permasalahan perkawinan dan keluarga yang semakin kompleks.
2. Realitas Generasi Baru
Sesungguhnya, generasi baru itu terlahir dari keluarga. Karena itu, gerak
laju perkembangan pribadi seorang anak dapat diukur dari seberapa kuat dan
berakarnya ketahanan serta keutuhan keluarga. Memang sulit untuk
memungkiri bahwa dari keluarga yang baik akan berkembang anak yang baik
pula. Namun fakta seringkali berbicara lain. Dari keluarga yang buruk, retak dan
terancam keutuhannya, seringkali lahir anak-anak yang baik dan berhasil dalam
hidupnya. Sebaliknya, dari keluarga yang secara kasat mata terlihat baik, justru
lahir anak-anak yang buruk sekali perkembangan kepribadiannya dan tidak
berhasil dalam hidupnya.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 5


Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan masyarakat manusia
telah turut mengguncang ketahanan dan keutuhan keluarga dan anak-anak.
Anak-anak yang sedang bermain di dunia nyata kini ‘dirumahkan’, lalu
dialihkan ke dunia maya yang menampilkan segala content yang baik maupun
yang tidak baik. Ada keterlekatan yang erat dalam hubungan emosional antara
anak-anak dan orangtua sebagai sisi positif karena anak, remaja, OMK selalu
ada di rumah. Anak terpaksa mandiri di satu sisi, tetapi di sisi lain menemukan
kebebasan tanpa batas. Mereka menemukan begitu banyak teman lain di dunia
maya. Rasa tentang dunia yang dulunya begitu luas dan sulit terjangkau, kini
dapat dijangkau dalam hitungan detik. Anak terlempar dari dirinya sendiri
menuju teman, sesama di dunia maya. Bukan tidak mungkin bahwa
keluarganya, orang yang paling dekat dengannya akan ‘menjauh/dijauhkan’
dari pergaulan sosial, sebagai akibat dari keterlekatannya pada keluarga, orang
dekat di dunia maya.
Di titik kini, kita juga mesti berpikir tentang ‘pandemi rohani’ yang
menyertai ‘pandemi jasmani’ ini. Pandemi rohani ini akan terus mewabah di
kalangan keluarga dan generasi baru Katolik menyusul pembatasan-
pembatasan yang mesti diberlakukan dalam lingkup gereja dan masyarakat.
Boleh jadi, pandemi rohani ini menjadi ujian atas ketahanan dan keutuhan
keluarga, ketika anak-anak, remaja dan OMK semakin jarang tersentuh
kegiatan rohani/gerejani. Tentu saja ada krisis sebagai kutuk, tetapi juga ada
berkat (blessing in disguise) di balik rahasia besar kehidupan ini bagi mereka.
Kita sendiri tidak tahu kapan wabah ini akan berakhir, tetapi apa yang pasti
adalah perubahan ini tetap menjadi sebuah keniscayaan.
Sinode VII-KL menangkap realitas generasi baru zaman ini, misalnya
bahaya stunting yang berakibat menurunnya kekuatan dan ketahanan tubuh
bayi dan anak-anak, adanya kemerosotan dalam pendidikan nilai iman dan
moral di rumah dan sekolah, adanya kecenderungan orang muda menikah sah

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 6


di gereja setelah sekian lama hidup bersama tanpa ikatan, hamil di luar
pernikahan resmi adat dan gereja, menunda menikah karena halangan adat-
istiadat perkawinan lalu memilih kumpul kebo. Situasi dan kondisi ini justru
menyebabkan runtuhnya ketahanan keluarga di kelak kemudian hari karena
rasa kecewa, putus asa, marah dan stress dari pasangan suami-istri. Sinode VII-
KL juga menemukan sinyal melemah dan merosotnya pendidikan nilai iman
dan moral di rumah dan sekolah. Orangtua dan kakak-kakak di rumah, guru-
guru di sekolah, para pendamping/animator-animatris belum sepenuhnya
memainkan secara tepat peran pendampingan yang tetap dan berkelanjutan bagi
Sekami, Sekar dan OMK. Hal ini berakibat pada kehilangan orientasi anak-
anak, remaja dan OMK dan gerak masuk kembali ke gereja.
Meski demikian, kita juga tidak memungkiri realitas positif seputar
keterlibatan anak-anak, remaja dan OMK yang melayani Gereja dalam
kapasitas mereka masing-masing; aktif dalam pelbagai kegiatan Gereja dan
masyarakat. Pendampingan generasi baru sudah tampak nyata dalam
pembinaan persiapan baptis dan komunio pertama yang melibatkan orangtua
dan anak, Gerakan Keluarga Cinta Ekaristi yang sudah dimulai sejak Tahun
2016. Keluarga di Dekenat Lembata telah turut menyumbang secara rohani
keterlibatan aktif generasi baru dalam aktivitas rohani/Gerejani. Sekami, Sekar
dan OMK yang semakin memberi diri kepada Gereja dalam pelayanan,
semakin bermutu dalam iman dan moral harus mengandaikan ketertarikan dan
kebermaknaan nilai-nilai Injil dalam praktik hidup nyata.

PELAKSANAAN PERTEMUAN

I. PEMBUKAAN
1. Kata Pengantar
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang terkasih.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 7


Selamat bertemu kembali dalam kegiatan katorde tahun ini. Katorde
sesungguhnya adalah salah satu bagian dari Aksi Puasa Pembangunan
(APP). APP itu sendiri merupakan sebuah gerakan bersama untuk
membangun kesadaran akan pertobatan dan solidaritas. Kehadiran Allah
melalui Roh-Nya akan menuntun kita, agar kita mampu memaknai
pengalaman hidup serta membangun gerakan tobat dan aksi solidaritas. Pada
tahun 2021-Tahun Program Keluarga, Gereja Lokal Keuskupan Larantuka
mengajak kita untuk menggumuli tema umum: Keluarga Katolik
Menciptakan Generasi Baru. Tema umum ini selanjutnya dijabarkan
dalam lima tema mingguan, yakni:
Minggu I : Realitas keluarga Katolik di wilayah kita.
Minggu II : Keluarga Katolik menciptakan generasi baru.
Minggu III : Keluarga Katolik dipanggil untuk menciptakan generasi baru.
Minggu IV: Tantangan keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru.
Minggu V : Bersama Yesus yang bangkit, keluarga Katolik mampu
menciptakan generasi baru.
Pada minggu pertama ini, kita akan mendalami tema “Realitas
Keluarga Katolik di Wilayah Kita”. Melalui tema ini kita diajak untuk
melihat seperti apa kenyataan hidup keluarga-keluarga Katolik di wilayah
kita. Apakah keluarga-keluarga Katolik sungguh-sungguh meresapi janji
perkawinan dan melaksanakannya dalam hidup keluarga? Seperti apakah
generasi baru yang lahir sebagai buah perkawinan dan hidup berkeluarga
Katolik? Marilah kita membuka pertemuan kita dengan menyanyikan lagu
pembuka.
2. Lagu (Pilih lagu yang sesuai)
3. Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U : Amin

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 8


P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus, beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
4. Doa Pembuka
Marilah berdoa. (hening sejenak)
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami mengnyampaikan syukur
kepada-Mu karena Engkau berkenan menjadikan keluarga-keluarga kami
suatu komunitas iman, harap, dan kasih. Kami telah mengalami jatuh-
bangun, pasang-surut, susah-senang dalam hidup perkawinan, keluarga dan
generasi baru kami. Maka kami mohon, utuslah Roh Kudus-Mu ke atas
kami, sehingga kami mampu melihat kenyataan hidup perkawinan dan
keluarga kami masing-masing. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-
Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup
dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
II. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN

Langkah I: Melihat dan Mendalami Situasi Hidup


 Pengantar singkat (Fasilitator mengajak peserta melihat situasi hidup
dengan pengantar singkat)
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari. Keluarga Katolik sebagai suatu
komunitas iman, harap dan kasih (Gereja Rumah Tangga, Ecclesia
domestica), serentak juga menjadi suatu paguyuban sosial, dalamnya bapak,
ibu dan anak-anak bersekutu bersama yang lain dalam perbedaan yang
diharapkan dapat menyatukan satu sama lain. Tak dapat dipungkiri bahwa
hidup perkawinan dan keluarga mengalami jatuh-bangun, susah senang,
sehat dan sakit. Ada banyak hal positif (baik dan bagus) yang harus
dipertahankan dan ditingkatkan, tapi juga ada banyak hal negatif (yang

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 9


masih perlu diperbaiki) yang tercipta di tengah keluarga. Inilah realitas yang
menggambarkan kehidupan keluarga kita.
 Fasilitator mengajak peserta untuk melihat dan mendalami kenyataan
keluarga saat ini dengan pertanyaan berikut:
1. Apa saja kenyataan positif (baik dan bagus) yang perlu dipertahankan dan
ditingkatkan di tengah keluarga dan di kalangan generasi baru yang Anda
temukan dalam hidup bersama di tempatmu? Kemukakan beberapa contoh!
(Berpartisipasi aktif dalam kegiatan Gereja dan sosial kemasyarakatan,
aktif dalam kegiatan KBG, dll).
2. Hal-hal negatif (yang masih harus diperbaiki) apa sajakah yang Anda
temukan dalam kehidupan perkawinan dan keluarga, khususnya dalam diri
generasi baru di wilayah kita?
(Masih banyak keluarga dan generasi baru yang tidak berdoa di keluarga,
di KBG, beragama ikut-ikutan, malas bekerja, boros, miskin rohani dan
jasmani, banyak keluarga dan anak-anak muda merantau dengan akibat
keluarga terpecah-pecah, nilai persaudaraan, kekeluargaan dan gemohing
sebagai nilai warisan nenek moyang, kini mulai memudar bahkan
menghilang, kurang aktif di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan baik di
KBG, lingkungan/stasi, dan paroki).
3. Sebagai satu keluarga dan sebagai anak yang lahir di tengah keluarga,
apakah kita yang hadir ini turut menciptakan situasi positif dan negatif ini?
Syeringkanlah secara singkat!
 Rangkuman dan penegasan oleh fasilitator.
(Fasilitator membuat rangkuman dan penegasan atas syering peserta
sambil memperhatikan point-point berikut).
1. Kita mengalami realitas konkret keluarga dan generasi baru secara positif,
antara lain; masih banyak keluarga yang memperlihatkan keutuhan dan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 10


ketahanan keluarganya hingga mencapai usia 25 tahun, 40 tahun, dan 50
tahun, bahkan lebih dari 50 tahun dalam hidup perkawinan dan keluarga.
Ada banyak keluarga berpartisipasi aktif dalam hidup rohani dan jasmani
mulai dari KBG hingga ke tingkat paroki. Kesadaran untuk berbagi dalam
diri orang tua, anak-anak, remaja dan OMK sebagai buah Ekaristi dan wujud
solidaritas antar umat beriman semakin terasa dari waktu ke waktu. Dari
keluarga yang baik telah tercipta sekian banyak generasi baru yang memberi
dirinya untuk pelayanan bagi Gereja dan masyarakat dalam pelbagai
aktivitas dan pilihan hidup.
2. Kita juga telah menyadari bahwa ada banyak hal negatif yang terlihat dalam
keluarga, antara lain; merosotnya penghargaan terhadap nilai-nilai
sakramental perkawinan, yang terungkap dalam: pisah ranjang, hidup
bersama sebelum nikah, perceraian sipil, perselingkuhan, hamil di luar nikah,
dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Semua ini disadari akibat
kurang pengenalan akan masing-masing pribadi, pergaulan bebas yang
memungkinkan kehamilan di luar pernikahan resmi Gereja, urusan adat dan
sosial kemasyarakatan seputar perkawinan yang seringkali berbelit-belit
bahkan sampai memberatkan keputusan untuk hidup bersama masing-
masing pribadi.
Kita juga mengakui bahwa generasi baru kita sedang mengalami
kemerosotan penghayatan nilai iman dan moral; misalnya karena pengaruh
media sosial, membuat generasi baru kita merasa terasing di tengah keluarga
sendiri.
Di sisi lain, ditemukan pula realitas negatif perantauan yang masih menjadi
momok yang menakutkan di seluruh wilayah kita, yang berimbas pada
keretakan hubungan sebagai suami-istri dan terbengkalainya hidup dan masa
depan anak-anak.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 11


3. Berdasarkan syering tadi, kita menyadari dan mengakui bahwa kita telah
berusaha hidup sebagai satu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Namun
masih sangat sering kita tidak berperilaku dan bertindak sesuai dengan
harapan Gereja dan masyarakat pada umumnya tentang kebaikan dan
kesejahteraan keluarga. Kita masih hidup di dalam egoisme kita, bahkan rela
mengorbankan kebaikan dan kesejahteraan keluarga kita demi kepentingan
dan kesenangan kita.

Langkah II: Mendengar dan Mendalami Firman Tuhan


 Fasilitator meminta seorang peserta untuk membaca perikop Kitab Suci:
Mrk. 10; 1-9.
 Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami Kitab Suci melalui
beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Teks tadi berbicara tentang apa? (Perceraian).
2. Apa pertanyaan yang diajukan orang Farisi kepada Yesus? (ay. 2:
“Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?”)
3. Apa tanggapan Yesus atas pertanyaan itu? (ay. 3: “Apa perintah Musa
kepada kamu?”).
4. Apa isi penegasan Yesus sebagai titik fokus Sabda-Nya? (ay. 5-9:
Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah
ini untuk kamu. Sebab pada awal mula dunia, Allah menjadikan
mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka
bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia).
5. Apa pesan teks bagi kita? Syeringkanlah secara singkat!

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 12


 Rangkuman dan penegasan dari fasilitator sambil memperhatikan temuan
peserta:
1. Teks ini berbicara tentang perceraian.
2. Orang-orang Farisi datang kepada Yesus dengan pertanyaan, apakah
diperbolehkan seorang suami menceraikan istrinya?
3. Yesus menegaskan bahwa perintah Musa ini justru lahir karena
ketegaran hati umat Allah. Yesus mengutip Kej. 1:5-9, “Sebab pada
awal mula dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”.
4. Melalui bacaan ini kita disadarkan bahwa pisah meja, pisah ranjang,
pisah rumah yang berujung pada perceraian adalah kondisi buram yang
tidak hanya melanda perkawinan dan keluarga zaman Yesus, tetapi
juga perkawinan dan keluarga Katolik zaman kini dan di sini. Di tengah
maraknya kemerosotan keluhuran martabat perkawinan dan keluarga
zaman kini dan di sini, tidak sedikit perkawinan dan keluarga Katolik
yang tetap utuh bersatu dan setia sampai mati. Persatuan dan kesetiaan
suami-istri ini mencerminkan tata penciptaan baru, kelahiran dan
pembentukan generasi baru. Kita mengharapkan agar anak-anak yang
dilahirkan dari persatuan dan kesetiaan suami-istri ini dapat memajukan
dunia, dan memperkembangkan Gereja di mana saja mereka berada
dan ke mana saja mereka diutus.

Langkah III: Menanggapi Situasi Hidup dalam Terang Firman Tuhan


 Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat langkah I dan langkah II:

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 13


1. Pada langkah I Kita semua menyadari dan mengakui bahwa ada banyak
sisi positif (baik dan bagus) yang perlu terus dipertahankan dan
ditingkatkan; dan sisi negatif, yang masih harus diperbaiki, yang kita
temukan dalam hidup perkawinan dan keluarga, teristimewa dalam diri
generasi baru yang lahir di tengah keluarga. Kita juga telah menemukan
dampak dari semua sisi positif dan negatif dalam hidup perkawinan dan
keluarga, dan dalam diri generasi baru. Semuanya ini menjadi alarm
(peringatan) bagi kita untuk mengambil jalan pulang yang tepat, agar hidup
perkawinan dan keluarga, serta generasi baru sungguh searah dengan cita-
cita Allah (…, segala sesuatu sungguh amat baik, Kej 1:31) dan cita-cita
Gereja (salus animarum=keselamatan jiwa-jiwa).
2. Pada langkah II kita mendengar tanggapan dan kotbah Yesus seputar
pertanyaan tentang perceraian di hadapan orang-orang Farisi. Titik pijak
pemahaman Yesus sungguh berbeda dengan orang-orang Farisi. Orang
Farisi kabur dalam melihat prinsip utama yang ideal bahwa seorang laki-
laki harus meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, dan
keduanya menjadi satu daging (ay. 5-9). Mereka bersikukuh pada tafsiran
yang mereka yakini benar. Mereka mengaburkan toleransi (kata-kata
Musa) sebagai perintah, lalu menyamaratakan kemurahan untuk kasus-
kasus umum. Sementara, titik pijak Yesus adalah kesetiaan Allah atas
umat-Nya yang berdosa sejak Adam dan Hawa dan semua keturunannya
(Kej 1-2). Yesus mengakui kekerasan hati manusia, dan karena itu, dengan
mengutip Kej 1-2, Ia ingin menghindari keburukan yang lebih besar terjadi
atas hidup perkawinan dan keluarga.
3. Perceraian apapun sebutannya (pisah meja dan pisah ranjang) tidak pernah
diizinkan oleh Gereja Katolik. Sejak semula (bdk. Kej 1-2), sifat hakiki
perkawinan dan keluarga yang SATU dan TAK TERCERAIKAN
menjadi cita-cita perkawinan dan hidup keluarga Katolik yang

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 14


diperjuangkan senantiasa dari waktu ke waktu. Suami-istri, bapak dan
mama diajak untuk senantiasa memegang komitmen untuk setia selama-
lamanya. Generasi baru diajak untuk senantiasa menghormati orangtuanya
dengan kasih yang tulus. Orangtua dan generasi baru dengan semangat
kasih dan pengorbanan mengusahakan hidup keluarga yang harmonis dan
masa depan yang baik bagi anak-anak.

TAWARAN AKSI
 Fasilitator mengajak peserta menanggapi situasi dalam terang Firman
Tuhan. Apa yang bisa kita lakukan (siapa, buat apa, dengan siapa, di
mana, bagaimana, dan kapan).
 Tawaran Aksi: mengunjungi dan membuat data keluarga dan generasi
baru dan diserahkan ke paroki (format disiapkan).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 15


III. PENUTUP

1. Doa Penutup
Marilah berdoa. (Hening sejenak)
Allah Bapa di dalam surga, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah
menuntun dan menyertai kami dalam pertemuan ini. Kami telah
merenungkan Sabda-Mu yang meneguhkan ziarah hidup perkawinan dan
keluarga serta generasi baru yang lahir di dalamnya. Kami mohon, tuntunlah
kami dengan Roh Kudus-Mu agar kami tetap teguh mengimani kuat kuasa-
Mu, menjadikan perkawinan dan keluarga sebagai lembaga suci, di
dalamnya Engkau senantiasa ada dan hadir untuk menguatkan kami. Demi
Kristus, Tuhan kami. Amin.

2. Evaluasi (Proses evaluasi dipandu oleh fasilitator berdasarkan format


yang telah disiapkan).

3. Pengumuman
 Kegiatan Minggu II: Hari, tanggal, tempat.
 Tema Minggu II : Keluarga Menciptakan Generasi Baru.
 Teks Kitab Suci : 1 Kor. 7;1-16 (Tentang perkawinan)

4. Lagu Penutup (Pilih lagu yang sesuai)

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 16


APP 2020 KEUSKUPAN LARANTUKA
KATEKESE ORANG DEWASA

MINGGU II

Tema : Keluarga Katolik Menciptakan Generasi Baru


Tujuan : Supaya kita dan keluarga menyadari bahwa tugas
keluarga Katolik adalah menciptakan generasi baru
Kitab Suci : 1 Kor 7:1-16 (Tentang Perkawinan)
Waktu : 60 Menit (protokol kesehatan)

GAGASAN POKOK

1. Keluarga Katolik
Pertanyaan dasar adalah apa itu keluarga Katolik dan bagaimana
kekatolikannya menjelma dalam dunia. Santo Yohanes Paulus II menampilkan
konsep idealisme tentang keluarga Katolik. Dalam Familiaris Consortio
tentang peranan keluarga Kristen dalam dunia modern, Sri Paus
mengemukakan sejumlah konsep: pertama, keluarga adalah ikatan antara
orang-orang yang berusaha supaya cinta makin hari makin menghangatkan
mereka; kedua, keluarga merupakan sekolah kebajikan manusiawi tempat
semua anggota keluarga belajar, saling memperhatikan dan melayani; ketiga,
keluarga adalah sel kehidupan masyarakat, tempat orang  mengetahui dan
mempelajari secara praktis nilai-nilai keadilan, hormat dan cinta kasih; dan
keempat, keluarga adalah Gereja domestik atau Gereja rumah tangga tempat
kehidupan iman, harap dan kasih kristiani yang berkembang dalam diri generasi
muda. Cara hidup jemaat purba menginspirasi ecclesia domestica: “Dan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (Kis. 2:42).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 17


Apapun konsep tentang keluarga, nilai-nilai hakiki yang melekat padanya
patut dipromosikan, karena dari padanya lahirlah generasi baru yang kaya akan
hidup iman dan moral. Pasca-Sinode VI, Keuskupan Larantuka gencar
mempromosikan wacana generasi baru sebagai brand pastoral. Pinjaman istilah
bisnis ini sengaja ditempatkan di sini untuk mendeskripsikan konsep dan corak
khas generasi baru yang lahir dari sebuah keluarga yang ideal dan siap sedia
berkontribusi untuk Gereja dan masyarakat. Tidak untuk disalahtafsirkan, tetapi
sebagai sebuah idealisme harapan akan terciptanya generasi baru yang kaya
nilai tentu Gereja butuh model, brand, merek yang bisa menjadi daya tarik
pastoral.
Ada banyak konsep idealisme untuk mengedepankan branding katolisitas
yang berasal dari inspirasi Sabda Allah dan dari dokumen-dokumen Gereja
khususnya tentang masalah keluarga Katolik sebagai sel dasar pembentukan
generasi baru. Paus Fransiskus dalam Amoris Laetitia mengapresiasi banyak
pihak yang telah berkontribusi dalam menangani masalah keluarga layaknya
“sebuah batu permata bersegi banyak yang tersusun dari banyak keprihatinan
sah dan pertanyaan jujur dan tulus” (AL 4).
Di samping itu, Sri Paus juga mengingatkan bahwa segala masalah
keluarga tidak cukup dilihat dari aspek norma dan hukum sebagai langkah
solutif (bdk. AL 2). Ada banyak aspek kemanusiaan lain seperti, ekonomi,
sosial-budaya, dan compassion (belas kasih) perlu mendapat pertimbangan
tersendiri sehingga sebuah persoalan dapat ditilik secara komprehensif untuk
menemukan keputusan yang tepat.
Berikut ada sejumlah dokumen Gereja yang kiranya menjadi rujukan
ketika kita mengembangkan sebuah konsep yang ideal tentang keluarga
Katolik.
a. Evangelii Nuntiandi (EN 71): “Keluarga patut diberi nama yang indah
yaitu sebagai Gereja rumah tangga”, bahwa keluarga merupakan bagian

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 18


dari jemaat Allah/Gereja. Dengan demikian dalam keluarga, Kristus sang
kepala Gereja juga hidup. Keluarga menjalin persekutuan dengan Kristus
sang kepala Gereja
b. Keluarga adalah tempat iman pertama kali diwartakan kepada anak-anak
(KGK 350).
c. Keluarga Katolik menjadi suatu komunitas rahmat dan doa, sebuah
sekolah keutamaan manusiawi dan kristiani, dan tempat iman pertama kali
diwartakan kepada anak-anak (KGK 350)
d. Keluarga sebagai Gereja rumah tangga merupakan satu komunits iman,
harapan dan kasih (KGK 456)
e. Familiaris Consortio (FC 49): Keluarga dipanggil untuk membangun
Kerajaan Allah dalam sejarah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi
Gereja.

2. Generasi Baru
Siapa itu generasi baru? Akhir-akhir ini ada sebuah trend di Indonesia yang
menyebut generasi saat ini sebagai Generasi Baru Indonesia atau sering disebut
GenBI. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang terpilih dari beragam
latar belakang disiplin ilmu dan keahlian, yang diyakini akan menjadi energi
baru yang mampu memberikan kontribusi bagi negara (“Mengenal Lebih
Dekat Generasi Baru Indonesia”, kompasiana.com). Cita-cita ini tercetus tahun
2011 dari sebuah keprihatinan sosial Bank Indonesia akan generasi baru bangsa.
Mereka yang terpilih tidak hanya mendapatkan beasiswa tetapi dibimbing untuk
membagi energi bagi negeri dengan cara melakukan beberapa kegiatan aktivis,
yang melibatkan peran masyarakat di dalamnya dengan memberikan pelayanan
sepenuh hati.
Kita tidak sedang membahas program keprihatinan ini, tetapi yang
menarik adalah kita belajar bahwa komunitas ini membuktikan sebuah self-
formation (pembentukan diri) yang sedang terjadi bagi putra-putri terbaik

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 19


bangsa. Proses formasi tidak hanya berhenti dengan memilih orang-orang hebat
yang akan berkiprah di bidangnya tetapi ongoing formation (bina lanjut) terus
terjadi sampai mereka menjadi pribadi yang kreatif, inovatif dan transformatif
karena diarahkan untuk menjadi agent of change (agen perubah).
Bagaimana cita-cita Gereja bagi generasi baru? Generasi baru dalam
Gereja adalah cita-cita Yesus Kristus sendiri. Yesus memformasi mereka
dengan “pelukan” dan “berkat” untuk meyakinkan dunia bahwa Kerajaan Allah
milik mereka. "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-
halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan
Allah” (Mrk 10:14). Yesus tidak menjanjikan masa depan bagi mereka, tetapi
Dia menunjukkan bahwa mereka adalah masa kini, yang empunya Kerajaan
Allah itu. Maka selanjutnya Dia mengatakan, “Sesungguhnya barangsiapa tidak
menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke
dalamnya” (Mrk. 10:15).
Dalam konferensi di markas Yayasan Kepausan untuk Pendidikan
Scholas Occurrentes di Roma tanggal 21 Maret 2019 Paus Fransiskus
mengatakan hal serupa bahwa orang muda bukan masa depan. Mereka adalah
waktu kini, hari ini, “sekarang” dari Tuhan. “Sebuah kesalahan perspektif perlu
diperbaiki untuk meningkatkan yang positif,” tegas Sri Paus. Pesan pastoral ini
menggarisbawahi upaya Gereja menciptakan generasi baru sebagai energi
baru yang berkontribusi bagi Gereja dan masyarakat. Salah satu tantangan
yang dihadapi adalah bagaimana berhadapan dengan yang tua. Bapa Suci
meminta agar dibangun dialog dengan lansia agar sejak lahir sebagai generasi
baru, mereka tidak kehilangan akar dan rasa sejarahnya. Hanya dengan dialog
kehidupan itu orang tua akan bermimpi dan generasi baru bernubuat.
Dalam Gereja Lokal Keuskupan Larantuka, wacana tentang generasi baru
mengemuka berawal dari idealisme Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 20


Kung, Pr. Bapa Uskup mencita-citakan sebuah generasi baru dengan sejumlah
harapan sebagai berikut:
2.1. Generasi baru yang menghidupi dan menghidupkan iman dan moral
kristiani.
Pertanyaan dasar tentang iman adalah siapakah Allah bagi generasi baru?
Hal ini dapat dilihat dari keengganan mereka untuk terlibat dalam kehidupan
menggereja. Mereka harus dibantu dan dituntun melalui karya-karya konkret
misalnya terlibat dalam kegiatan gereja dan masyarakat, tampil dalam kegiatan-
kegiatan rohani, dituntun untuk memakai aplikasi di smartphone sebagai media
pewarta, membuat aplikasi-aplikasi positif yang mempengaruhi banyak orang
untuk berubah lebih baik. Intinya mereka dibantu bagaimana menemukan dan
mengalami Tuhan dalam kehidupan sehari.
Sementara itu, persoalan moralitas berhubungan dengan pertanyaan apa
yang harus saya lakukan? Bagi generasi baru moralitas itu mengarah ke
pertanyaan, “What sort of person should I become because I believe in Christ?”
(Saya harus menjadi orang seperti apa karena Saya percaya kepada Kristus).
Pertanyaan ini berhubungan dengan cita-cita hidup manusia, seperti yang
dirumuskan Konsili Vatikan II “… panggilan terakhir manusia benar-benar
hanya satu, yakni bersifat Ilahi … “ (GS 22). Jadi soal moral tidak hanya
berhubungan dengan baik atau buruk, tetapi selalu terarah kepada tujuan akhir.
Generasi baru harus dibiasakan dalam realitas keluarga yang selalu memberi
peluang bagi perkembangan moralitasnya, seperti pemahaman yang benar
tentang kebebasan, belajar mengenal kebenaran yang sejati, memahami hukum
kodrat dan tradisi atau adat istiadat tertentu, dan latihan kepekaan suara hati.
Kualitas kehidupan ini diharapkan lahir dari keluarga Katolik yang hidup
dari cirikhas kekatolikan yang handal dengan mengedepankan profil iman dan
moral yang membatin.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 21


2.2. Generasi baru yang siap memberi diri untuk karya dan pelayanan
Gereja.
Generasi baru adalah generasi masa kini. Mereka yang lahir tahun 2010
sampai sekarang disebut Generasi Alpha. Mereka hidup di zaman teknologi
modern dan digitalisasi. Pengaruh teknologi di satu pihak bisa menjadi threat
(ancaman) bagi mereka tapi serentak dengan itu menjadi opportunity (peluang)
ke arah yang lebih inovatif dan transformatif. Di sinilah peran keluarga Katolik
memanfaatkan sumber daya ini untuk menggenjot kualitas yang handal bagi
generasi baru. Misalnya melalui pendidikan karakter anak melalui pendekatan
kultur dan religiositas yang terarah kepada perubahan mindset (pola pikir),
bersikap dan bertindak; latihan meningkatkan skill atau keterampilan anak
untuk berkreasi, berinovasi, berkomunikasi, berkolaborasi dan berpikir kritis.
Bagi keluarga-keluarga Katolik upaya seperti ini semestinya dilihat sebagai
sebuah gerakan bersama yang terarah pada upaya memperkuat karakter
generasi baru sehingga pada gilirannya mereka bisa menjadi energi baru bagi
Gereja dan masyarakat.
2.3. Menciptakan brand katolisitas keluarga-keluarga.
Brand kebanggaan keluarga Katolik adalah monogami dan tak
terceraikan. Sifat dasar perkawinan dan sekaligus brand ini diharapkan mampu
menjiwai keluarga Katolik yang pada gilirannya melahirkan generasi baru yang
berkualitas. Iman dan moral dimungkinkan bertumbuh agar generasi baru yang
dilahirkan pun benar-benar mewarisi energi-energi positif yang menjadi pilar
terbentukanya Gereja Rumah (Ecclesia domestica) dan sel masyarakat, tempat
disemaikan benih baru bagi generasi selanjutnya.

3. Menciptakan Generasi Baru: Misi Keluarga tanpa Akhir

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 22


Pertanyaan dasar di sini adalah mengapa menciptakan generasi baru itu
adalah misi tanpa akhir bagi keluarga Katolik di Gereja Lokal KL? Ada dua hal
penting yang patut direfleksikan di sini.
3.1. Persekutuan insani seumur hidup.
Peran keluarga dalam menciptakan generasi baru yang menghidupi dan
menghidupkan nilai iman dan moral kristiani adalah sebuah misi seumur hidup.
Misi ini secara kanonis (KHK Kan. 1055) mengamanatkan suami-isteri sejak
penerimaan Sakramen Perkawinan untuk terus mengusahakan kekudusan
dalam kehidupan sehari-hari. Janji kesetiaan yang diikrarkan adalah kekal. Sifat
khas monogami dan tak terceraikan memberikan jaminan bahwa misi untuk
hidup dalam kesetiaan, kebersamaan, kesejahteraan, kelahiran dan pendidikan
anak adalah misi abadi, tanpa akhir.
Panggilan kepada kekudusan adalah mutlak. “Karena itu haruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48).
Tetapi kita diingatkan bahwa tidak semua wujud kekudusan atau kesalehan
adalah benar-benar saleh. Kesalehan tanpa konsep yang benar akan menjadi
sebuah kesalahan. Sto. Paulus beberapa kali mengecam upaya-upaya kesalehan
yang tidak benar (Flp. 3:1-6; Kol. 2:20-23; 1Tim. 4:1-5).
a. Kekudusan yang benar bersumber dari sifat-sifat Allah. Kita harus kudus
karena Allah adalah kudus (1Ptr. 1:16). Allah yang kudus menginginkan
tindakan yang benar. Allah yang murah hati menuntut kasih yang tanpa
batas bagi semua orang.
b. Kesalehan sejati lebih menekankan pola proses daripada hasil. Yang
dikehendaki Allah adalah upaya sebisa mungkin untuk menggapai titik yang
tertinggi. Sto. Paulus menasihati kita bahwa melalui proses yang panjang
kita akan terus-menerus diubah dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang
lain (bdk 2Kor. 3:18).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 23


c. Kekudusan sejati didasarkan pada anugerah Allah dalam Kristus Yesus.
Dalam Dia segala sesuatu disempurnakan. Sejak awal Tuhan Yesus sudah
menandaskan bahwa Ia yang akan menggenapi tuntutan Hukum Taurat
(Mat. 5:17). Sto. Paulus menegaskan bahwa apa yang gagal dilakukan oleh
manusia telah digenapi oleh Kristus di kayu salib (Rm. 8:3; Gal. 3:13; 4:4-5).
Bagaimana keluarga Katolik mampu mengusahakan kekudusan atau
kesalehan yang benar? Paus Fransiskus menawarkan lima jalan menuju
kekudusan dalam Seruan Apostolik Gaudete et Exsultate:
 Kekudusan berarti menjadi diri Anda sendiri. Paus Fransiskus dalam
seruan apostoliknya ini banyak mengutip hidup orang-orang kudus.
Orang-orang kudus berdoa bagi kita dan memberikan teladan
mengenai bagaimana kita hidup. Akan tetapi menarik bahwa, Sri Paus
mengatakan kita tidak perlu menjadi “penggalan” atau “salinan” dari
orang-orang kudus tersebut. Kita perlu menjadi diri kita sendiri.
 Kehidupan sehari-hari dapat memimpin kita kepada kekudusan. Paus
Fransiskus menawarkan contoh kesucian dalam hidup sehari-hari,
misalnya: orang tua yang penuh kasih membesarkan anak-anak
mereka; serta “gerakan kecil” seperti: berkebun, berladang, memasak di
dapur. Singkatnya aktivitas rumahan yang memungkinkan suami-istri,
bapak-ibu dan anak-anak menemukan rahmat kesucian hidup keluarga.
 Menghindari dua kecenderungan utama: gnostisisme (paham yang
menolak tindakan amal dan perbuatan baik, “yang terpenting adalah
apa yang mereka ketahui”) dan pelagianisme (paham bahwa kita dapat
mencapai keselamatan melalui usaha sendiri).
 Bersikap baik kepada siapa saja. Karakter ini harus menjadi “budaya”
yang patut ditularkan kepada anak-anak.
 Ucapan bahagia adalah penunjuk jalan menuju kekudusan. Paus
Fransiskus sendiri mengatakan: “Berbahagialah orang yang berbelas

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 24


kasih.” Belas kasihan mewujud dalam perbuatan membantu dan
melayani orang lain, tetapi juga memaafkan dan memahami. 

3.2 Persekutuan ilahi yang abadi


Misi keluarga tanpa akhir adalah karena dihidupi oleh kasih Allah yang
tanpa batas. Sejak semula Allah menjadikan pria dan wanita dan keduanya
menjadi satu daging. Kekuatan penciptaan-Nya dikukuhkan oleh mandat
mantra-Nya “Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan
manusia” (Mat. 19:6). Re-evangelisasi Ecclesia domestica dengan menciptakan
brand katolisitas keluarga-keluarga perlu diletakkan di atas dasar mandat Allah,
bahwa kasih-Nya takan pernah dikalahkan oleh manusia. Allah mempersatukan
dan tidak membiarkan manusia memisahkannya.
Di tengah pluralisme masyarakat sosial saat ini, keluarga Katolik perlu
tampil dengan identitas yang khas dan unggul. Monogami dan tak terceraikan
adalah brand khasnya, karena Allahlah yang membangun. “Jikalau bukan
TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang
membangunnya” (Mzm. 127:1). Inilah aspek persekutuan ilahi yang terbangun
dari kekuatan kasih Allah.
Fokus SAGKI 2015 adalah keluarga Katolik mengalami sukacita Injil
dengan semakin menghayati jati diri, identitas, spiritualitas dan panggilan.
Sukacita ini terus menjadi “nyala yang tak terpadamkan” bagi tugas
perutusannya dalam Gereja dan masyarakat yang diharapkan kemudian
memancarkan sukacita Injil yang sama. Hal ini sejalan dengan idealisme pasca
Sinode VII KL yang diperkuat dengan permenungan APP 2021 Minggu II
bahwa untuk menciptakan generasi baru yang mampu menghidupi dan
menghidupkan nilai iman dan moral, keluarga Katolik perlu juga menjadi

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 25


energi baru melalui panca-tugasnya (pelayanan, persekutuan, pengudusan,
pewartaan, dan kesaksian hidup).

PELAKSANAAN PERTEMUAN

I. PEMBUKAAN

1. Kata Pengantar
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Minggu lalu kita telah mempercakapkan bersama tentang realitas keluarga-
keluarga Katolik di wilayah kita. Dalam percakapan itu, kita telah
menemukan ada banyak keluarga Katolik yang patut diapresiasi karena
telah mengedepankan tugas panggilannya dengan baik, tetapi tak dapat
dipungkiri tak sedikit realitas keluarga Katolik yang masih jauh dari
harapan. Tentu saja apa saja yang ditemukan dalam percakapan itu
mendorong kita terus mempertahankan dan meningkatkan hal-hal yang
baik itu dan sekaligus membenahi yang masih jauh dari harapan, agar cita-
cita keluarga Katolik bisa terwujud. Oleh karena itu, di Minggu II ini kita
membicarakan tema: Keluarga Katolik Menciptakan Generasi Baru. Tema
ini membantu kita untuk menyadari pentingnya tugas keluarga Katolik
dalam menciptakan generasi baru. Maka marilah kita membuka
percakapan kita di Minggu II ini dengan sebuah lagu pembuka.
2. Lagu Pembuka (pilih lagu yang sesuai!)

3. Tanda Salib dan Salam

P :Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus.


U :Amin
P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan
Roh Kudus besertamu.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 26


U : Dan sertamu juga.

4. Doa Pembuka
P : Marilah berdoa. (hening sejenak)
Allah yang mahakuasa dan kekal, kami bersyukur atas karya-Mu
yang agung di tengah-tengah keluarga kami. Engkau menghendaki
generasi baru terlahir dari keutuhan cinta bapak dan ibu – suami dan
istri – yang tak terpisahkan. Maka kami mohon, dampingilah kami
dengan Roh-Mu dalam pertemuan ini, agar kami mampu
menemukan rahasia terdalam cinta-Mu melalui keluarga-keluarga
kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami,
yang bersama dengan Dikau dalam persatuan dengan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa.
U : Amin.

II. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN


Langkah I: Melihat dan Mendalami Situasi Hidup
 Fasilitator mengajak peserta melihat situasi hidup dengan menceritakan
secara singkat kehidupan Beato Carlo Acutis yang dibeatifikasi tanggal 10
Oktober 2020, tahun lalu.
 Judulnya:
Belajar dari Beato Carlo Acutis,
Menjadi Kudus di Usia Muda
Carlo Acutis adalah seorang remaja Katolik yang lahir pada 3 Mei 1991 di
London, Inggris. Saat ia berusia sekitar 5 tahun, Andrea Acutis (bapa) dan
Antonia Salzano (mama) memutuskan untuk pindah ke Milan, Italia. Di usia
remaja, dia didiagnosis menderita penyakit leukimia. Luar biasanya, dia justru
mempersembahkan semua penderitaan sakitnya itu untuk Tuhan, Paus

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 27


Benediktus XVI, dan Gereja. Sama halnya dengan remaja laki-laki pada
umumnya, Carlo Acutis begitu suka sepakbola dan bermain video game. Tidak
hanya itu, penyuka dunia programming ini menggunakan keahliannya untuk
membangun situs yang memuat katalog mukjizat Ekaristi di seluruh dunia.
Dalam websitenya, ia mengatakan, ”Semakin kita sering menerima
Ekaristi, semakin kita menyerupai Yesus, sehingga di Bumi ini kita akan
merasakan surga.” Tahun 2006, tepatnya pada 12 Oktober, Carlo wafat dan
dimakamkan di Asisi atas permintaannya, karena cintanya kepada Santo
Fransiskus Asisi. Tahun 2020, tepatnya pada 10 Oktober sungguh menjadi
sukacita besar umat Katolik seluruh dunia, khususnya bagi kaum muda di mana
seorang remaja bernama Carlo Acutis dibeatifikasi di Asisi, Italia. Dalam
sejarah Gereja, pertama kalinya pada abad ke-20 atau zaman milenial, ada beato
termuda “Carlo Acutis” yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus sebagai
“Pelindung Internet.” Carlo Acutis juga yang mempopulerkan istilah “Ekaristi
adalah jalan bebas hambatan menuju ke surga.”
Banyak sekali keistimewaan dan keteladanan suci dalam diri Carlo Acutis.
Di usia mudanya, orangtuanya begitu mendukung dan mendorongnya untuk
membawanya berziarah ke tempat-tempat para kudus dan ke situs-situs
mukjizat Ekaristi. Namun karena sakit leukemia yang dideritanya, maka ziarah
kudus itu dibatalkan. Untuk memenuhi kerinduannya dia menciptakan website-
nya yang berisi situs-situs mujizat Ekaristi di seluruh dunia.
Dia juga memiliki cinta khusus kepada Tuhan dan Bunda Maria, lewat doa
Rosario serta berdevosi. Dia memiliki waktu hening/adorasi, mengaku dosa
setiap minggu, rajin mengikuti Ekaristi setiap hari. Bahkan kekudusan dan
kesucian hidupnya dapat membawa pertobatan mendalam bagi ibunya, yang
sebelumnya kurang terlalu taat, menjadi rajin mengikuti Ekaristi.
Tidak hanya itu, kecintaan dan kepeduliannya pada sesama membuatnya
rela memakai tabungannya untuk menolong orang miskin. Bahkan, dia juga

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 28


dikenal suka membela anak-anak di sekolahan yang di-bully, khususnya anak-
anak difabel. Dan, ketika ada orangtua dari temannya akan bercerai, dia justru
membawa temannya itu masuk ke dalam keluarganya. Hal yang menajubkan
sekaligus membuatnya jadi Beato adalah kesaksian mukjizat penyembuhan
seorang anak kecil di Brazil. Anak tersebut sembuh dari penyakit kanker
pankreas berkat doa perantaraan Carlo Acutis.
(Sumber: katolikana.com, 16 Oktober 2020).
 Fasilitator mengajukan pertanyaan-pertanyaan penuntun
1. Siapa itu Carlo Acutis? (Dia seorang remaja millenial yang
diberi gelar beato, dia suka sepakbola dan bermain video game, suka
dunia programming membangun situs yang memuat katalog mukjizat
Ekaristi di seluruh dunia)
2. Apa peran bapa dan mamanya dalam kehidupan Beato Carlo
Acutis? (Mereka sangat mendukung dia dalam kehidupan rohaninya,
merayakan ekaristi, doa rosario, mengajak dia untuk berziarah ke situs-
situs mujizat Ekaristi seluruh dunia).
3. Apa saja keutamaan-keutamaan Carlo Acutis sampai akhirnya
digelar beato? (kecintaannya kepada Tuhan dan Bunda Maria melalui
doa Rosario dan devosi, mengaku dosa seminggu sekali, rajin mengikuti
Ekaristi setiap hari, hidupnya menginspirasi mamanya untuk bertobat,
membantu orang miskin, membela anak-anak difabel, mujizat
penyembuhan seorang anak di Brazil)
4. Apa pesan cerita ini untuk kehidupan keluarga dan generasi
baru zaman kini?
 Rangkuman dan Penegasan Fasilitator
1. Beato Carlo Acutis adalah seorang anak remaja
zaman now yang dibeatifikasi karena memiliki keutamaan-keutamaan
orang kudus yang ditunjukkannya melalui kecintaannya kepada Tuhan,

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 29


Bunda Maria melalui Ekaristi, Sakramen Tobat dan doa Rosario. Dialah
seorang anak remaja yang suka membantu banyak orang keluar dari
penderitaan mereka: orang miskin diberi makan, yang mengalami
perceraian bapak dan mama dipanggil bergabung dalam keluarga Acutis,
yang difabel (di-bully) dibela, dll.
2. Vonis kematian yang dialaminya tidak sedikitpun
menyurutkan semangat iman melalui persembahan penderitaannya kepada
Tuhan, Paus dan Gereja. Dia mengisi waktu yang singkat itu dengan
perbuatan-perbuatan baik untuk Tuhan dan sesama.
3. Peran Bapa dan mamanya sungguh nyata dalam
seluruh kehidupannya. Mereka sangat mendukung dia dalam kehidupan
rohaninya, merayakan Ekaristi, doa rosario, mengajak dia untuk berziarah
ke situs-situs mujizat Ekaristi di seluruh dunia.
4. Dia menjadi contoh generasi baru zaman now yang
memiliki aura-aura positif yang dikontribusikan kepada Gereja dan
masyarakat, salah satu contohnya dia menjadikan media sosial menjadi
sarana pewartaan, terbukti melalui websitenya yang memuat katalog situs-
situs mujizat Ekaristi. Dari dia, keluarga-keluarga belajar untuk menjadi
kudus dengan melaksanakan hal-hal sederhana dan kecil tetapi mampu
memengaruhi banyak orang untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Langkah II: Mendengar dan Mendalami Firman Tuhan
 Fasilitator mempersilakan peserta membaca teks Kitab Suci yang diambil
dari 1Kor. 7:1-16 (Tentang Perkawinan)
 Pendalaman teks Kitab Suci
(Fasilitator mengajak peserta mendalami teks Kitab Suci ini dengan
mengajukan beberapa pertanyaan berikut:)

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 30


1. Teks Kitab Suci tadi berbicara tentang apa?
(tentang kewajiban perkawinan-persoalan perkawinan dan kewajiban
terhadap pasangan)
2. Apa kewajiban suami-isteri menurut Sto.
Paulus? (ay. 4: Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya,
demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya.
Ay. 5: suami isteri tidak saling menjauh, kecuali dengan persetujuan
bersama untuk sementara waktu, supaya mereka mendapat kesempatan
untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah mereka kembali hidup bersama-sama,
supaya Iblis jangan menggodai mereka, karena mereka tidak tahan
bertarak. Ay. 10: seorang istri tidak boleh menceraikan suaminya dan,
ay.11: seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya)
3. Apa pesan teks ini untuk Anda?
Syeringkanlah secara singkat!
 Rangkuman dan penegasan
(Fasilitator merangkum jawaban peserta dengan tetap memperhatikan
pesan teks Kitab Suci dan Gagasan Pokok).
1. Teks tadi berbicara tentang nasihat
Sto. Paulus kepada suami-istri untuk menjalankan tugas dan kewajibannya
dengan benar. Mereka tetap hidup bersatu dan tidak boleh saling
menceraikan satu sama lain.
2. Sto. Paulus menasihatkan bahwa
suami-istri tidak berkuasa atas tubuh mereka sendiri tetapi saling berbagi
antarkeduanya. Sto. Paulus menegaskan bahwa kebersamaan hidup suami-
istri merupakan kesempatan untuk berdoa sebagai kekuatan untuk
menghindari hal-hal yang menggoda dan menghancurkan keluarga.
Dengan demikian, keduanya tetap bersatu dan tidak ada alasan apapun
untuk saling menceraikan satu sama lain.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 31


3. Teks ini memberi tekanan pada
kesatuan suami-istri sebagai gambaran kesatuan Kristus dan Gereja.
Persatuan ini mencerminkan komitmen, cinta kasih dan tata penciptaan
baru yang mengarah kepada kelahiran dan pembentukan generasi baru
yang berkelanjutan dan tanpa akhir. Generasi baru yang lahir dari keluarga
seperti ini diharapkan mampu menghidupi dan menghidupkan nilai-nilai
iman dan moral, yang kemudian menjadi energi baru bagi kehidupan
menggereja dan bermasyarakat.
Langkah III: Menanggapi Situasi Hidup dalam Terang Firman Tuhan
 Fasilitator menyampaikan rangkuman Langkah I dan Langkah II:
1. Langkah I: Idealisme bagi
generasi baru adalah generasi yang mampu menghidupkan dan
menghidupi nilai-nilai iman dan moral. Mereka mampu menghayati
hidupnya sedemikian rupa sehingga diri dan pribadi mereka sungguh
merupakan energi baru dan mampu memberikan energi itu bagi
kehidupan menggereja dan masyarakat. Beato Carlo Acutis adalah contoh
nyata generasi baru zaman now yang kemunculannya menjadi brand (cap,
ciri khas) katolisitas bagi generasi baru dan keluarga-keluarga Katolik.
Kehadiran Carlo Acutis di tengah-tengah keluarga menampilkan tanggung
jawab yang besar dari orangtua yang selalu mendukung dan mendorong
dia untuk mengembangkan keutamaan-keutamaan kekudusannya, bahkan
di saat sulit diagnosis penyakit yang mematikan. Keluarga dan dirinya
menerima semuanya bahkan penderitaannya dipersembahkan bagi Tuhan,
Paus dan Gereja.
2. Dalam Langkah II, Sto.
Paulus menggarisbawahi kekhasan hubungan perkawinan adalah suatu
“kewajiban” seseorang yang memiliki otoritas atas tubuh orang lain secara
timbal balik. Suami-istri tidak berkuasa atas tubuh mereka sendiri tetapi

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 32


lebih kepada sikap saling berbagi. Kewajiban ini memberi tekanan pada
perspektif kasih sebagai hukum baru yang diajarkan Yesus, yang juga
diartikan sebagai tuntutan untuk setia (selibat suami-istri). Maka
perkawinan adalah pilihan seseorang atas gaya hidup berdasarkan iman
kepada Yesus dan kedatangan Kerajaan Allah. Keluhuran martabat
perkawinan adalah kesetiaan sampai mati. Kesetiaan suami istri inilah
mencerminkan tata penciptaan baru, kelahiran dan pembentukan generasi
baru tanpa akhir, dengan kualitas diri yang handal, yakni beriman dan
bermoral.
Tawaran Aksi:
 Fasilitator mengajak peserta untuk merumuskan aksi, entah secara
bersama atau secara pibadi, dengan pertanyaan dasarnya: Apa yang bisa
kita lakukan membangun keluarga Katolik yang mampu menciptakan
generasi baru yang beriman dan bermoral? (siapa, buat apa, dengan
siapa, di mana, bagaimana, dan kapan).
 Tawaran aksi: Mengunjungi keluarga yang berkondisi khusus sambil
mencari jalan keluar bersama.

III. PENUTUP

1. Doa Penutup
Marilah berdoa (hening sejenak)
Allah Bapa yang mahakuasa dan kekal, kami berterima kasih karena
Engkau sudah membuat kami melalui pertemuan ini memahami misteri
cinta-Mu dalam diri suami-istri untuk hidup bersama: satu dan tak
terceraikan. Kiranya dari keluarga seperti ini terus bertumbuh generasi baru
yang beriman dan bermoral. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami.
U : Amin.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 33


2. Evaluasi (Proses evaluasi dipandu oleh fasilitator berdasarkan format
yang telah disiapkan).

3. Pengumuman
 Kegiatan Minggu III : Hari, tanggal, tempat.
 Tema Minggu III: Keluarga Katolik Dipanggil Menciptakan Generasi
Baru.
 Teks Kitab Suci: Luk. 2: 42-52 (Yesus pada umur dua belas tahun
dalam Bait Allah)

4. Lagu Penutup (Pilih lagu yang sesuai)

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 34


APP 2021 KEUSKUPAN LARANTUKA
KATEKESE ORANG DEWASA
MINGGU III

Tema : Keluarga Katolik Dipanggil untuk Menciptakan Generasi


Baru.
Tujuan : Supaya kita dan keluarga menyadari bahwa keluarga
Katolik dipanggil untuk menciptakan generasi baru
Kitab Suci : Luk. 2:41-52 (Yesus pada umur dua belas tahun dalam
Bait Allah)
Waktu : 60 menit (protokol kesehatan)

GAGASAN POKOK

1. Dasar Panggilan Keluarga Katolik


Panggilan hidup berkeluarga adalah sebuah panggilan yang suci.
Sesungguhnya, perkawinan Katolik bersifat satu dan tak terceraikan.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu, apa yang
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Ini merupakan pengajaran
Yesus Kristus (Mat 19:6). Karena itu, perkawinan dilihat sebagai sebuah
sakramen, tanda dan partisipasi dalam pelayanan yang membentuk Gereja
yakni ikatan tak terputuskan antara Kristus dan umat-Nya (LG 11, 41; AA 11;
GS 48).
Prinsip tak terceraikan dalam perkawinan menurut Hukum Kanonik
adalah bahwa hidup perkawinan tidak bisa diceraikan oleh kuasa manusiawi
manapun dan dengan alasan apapun, karena perkawinan Katolik adalah
perkawinan sakramental. Institusi ini lahir sebagai sarana keselamatan Allah
bagi manusia sekaligus sarana penciptaan Allah dalam kehidupan manusia.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 35


Melalui keluarga, Allah menciptakan manusia-manusia baru untuk melanjutkan
karya keselamatan-Nya di muka bumi ini.
Penegasan tentang perkawinan yang tak terceraikan memperoleh dasar
yuridisnya dalam Kitab Hukum Kanonik 1983 (Kan. 1055, 1056 dan 1141).
Perkawinan Katolik yang bersifat ‘satu/monogam’ itu berarti satu suami-satu
istri selamanya, yang terbukti melalui satu rumah, satu tempat tidur, dan satu
meja makan. Yang dimaksud dengan “tak terceraikan” atau indissolubilitas
adalah bahwa perkawinan yang telah dilangsungkan secara sah menurut
tuntutan hukum, mempunyai akibat tetap dan tidak dapat diceraikan atau
diputuskan oleh kuasa manusiawi manapun kecuali oleh kematian.
Sebagaimana Kristus selalu setia dan tidak pernah meninggalkan Gereja-Nya
demikian juga antara suami-istri yang telah dibaptis tidak dapat saling
memisahkan diri (bdk. Ef 5:22-33).
Selanjutnya, Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris
Consortio (FC) tahun 1981, memperdalam, memperluas ajaran Konsili
Vatikan II tentang perkawinan dan keluarga. Bagi Yohanes Paulus II, keluarga
tidak hanya sekedar “gambaran” Gereja tetapi sungguh melalui kesatuan suami-
istri dalam Allah, menyingkapkan dan mewujudkan secara historis komunitas
Gereja (FC 48). Keluarga tidak hanya “menerima” kasih Kristus dengan
menjadi “komunitas yang diselamatkan/comunita salvata” (bah. Italia), tetapi
dipanggil pula menjadi pewarta kasih Kristus dengan menjadi “komunitas
penyelamat/comunita salvante” (FC 49).
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) dan FC 21 diberikan
penegasan pastoral bahwa “Keluarga-keluarga sangat penting sebagai pusat
suatu iman yang hidup, tempat pewartaan iman, pembinaan kebajikan dan kasih
Kristiani atau menjadi persekutuan pribadi-pribadi sebagai tanda dan citra
persekutuan Allah Tritunggal” (KGK 1656, 1666, 2685, 2205).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 36


Begitu juga dalam Amoris Laetitia (AL), Paus Fransiskus menegaskan
spiritualitas perkawinan dan keluarga. Di sana disebutkan sejumlah hal penting
dalam penghayatan spiritualitas yang khas awam itu. Bahwa, ikatan perkawinan
antara suami-istri itu, ditandai oleh penghayatan: a) persekutuan adikodrati, b)
ditandai doa, c) yang bersifat eksklusif dan bebas, d) penuh perhatian,
penghiburan dan usaha saling mendorong menjadi Gereja rumah tangga
(Ecclesia domestica) dan sel hidup bagi pengubahan dunia (AL 313-324).
Spiritualitas keluarga dalam Amoris Laetitia memberi inspirasi kepada kita
untuk membarui keluarga-keluarga mulai dari apinya yang terdalam, yakni
kehadiran Roh Tuhan dalam keluarga. Keluarga yang berdoa dan menghayati
hidup doanya adalah keluarga yang sungguh-sungguh mengakarkan hidupnya
pada spiritualitas yang benar.
2. Perkawinan dan Keluarga sebagai Sebuah Panggilan yang Suci
Perkawinan dan hidup berkeluarga adalah sebuah panggilan suci, karena
suami-istri dipanggil untuk ikut serta dalam terbentuknya sakramen. Itu
merupakan tugas khusus mereka, dan di situlah letaknya spiritualitas
perkawinan. Spiritualitas perkawinan merupakan kenyataan di mana Roh
Kudus, Roh Kristus, iman, harapan, dan kasih meresap ke dalam relasi suami-
istri. Iman menentukan sejauh mana perkawinan sebagai sakramen bermakna
bagi suami-istri.
Dengan demikian perkawinan bukan hanya urusan dua orang saja, yaitu
suami-istri dengan masyarakat, melainkan ada hubungan yang tak terpisahkan
dengan Allah di dalam Kristus. Singkatnya, suami-istri tidak hanya berdua
melainkan selalu bertiga yaitu suami, istri dan Allah di dalam Kristus. Sebagai
suami-istri mereka menghidupi suatu relasi yang ilahi, karena hubungan mereka
sebagai suami-istri menjadi tanda hubungan Kristus dengan Gereja-Nya, Allah
dengan umat manusia. Iman membuat penyerahan diri timbal balik suami-istri
semakin mendalam. Cinta kasih suami-istri yang berciri manusiawi selalu

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 37


mengandung tantangan-tantangan yang kadang tidak selalu mudah. Sebagai
misal, suami atau istri ternyata tidak mampu memberi apa yang secara
manusiawi diharapkan pasangan karena suatu penyakit atau alasan lain. Tetapi
demi simboliknya yang khas sakramen dalam situasi semacam itu, perkawinan
berjalan terus. Kesetiaan tetap eksklusif dan abadi, monogam dan tak
terceraikan.
Berkat iman dan kasih ilahi, perkawinan sebagai sakramen menjadi
berarti bagi suami-istri. Berkat harapan yang berdasar pada iman dan kasih itu,
perkawinan yang manusiawi itu terarah ke masa depan, mengarahkan suami-
istri pada kehidupan bersama dengan Allah (bdk. Why 19:7-9). Doa suami-
istri, doa di dalam keluarga, doa-doa liturgi memupuk iman, harapan, dan kasih
itu. Hal ini menciptakan suasana batin dan lahir yang terbuka bagi daya
penyelamatan Allah. Maka perkawinan dipandang sebagai jalan pengudusan,
jalan penyelamatan. Bagi suami-istri perkawinannya merupakan jalan
penyelamatan utama yang lebih penting dari apapun juga.

3. Re-evangelisasi Ecclesia Domestica


3.1 Panggilan untuk hidup dalam kesucian perkawinan dan hidup
keluarga
Kesucian dalam hidup perkawinan dan keluarga selalu berkaitan dengan
pengalaman akan Allah. Kesucian selalu bersentuhan dengan kata Spiritus/Roh
yang menggerakkan manusia dalam keadaannya yang nyata. Sejak Konsili
Vatikan II ditegaskan bahwa spiritualitas awam “memperoleh ciri khusus
berdasarkan status pernikahan dan hidup berkeluarga,” (Dekret Kerasulan
Awam, Apostolicam Actuositatem, 4). Tugas/pekerjaan dalam keluarga jangan
sampai menjadi asing terhadap cara hidup rohani. Gejala-gejala yang diamati
dan ingin ditanggapi oleh Sto. Yohanes Krisostomus atau Sto. Agustinus

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 38


muncul kembali melalui penghayatan spiritualitas yang tidak mengakar pada
panggilan hidup yang konkret. Penghayatan spiritualitas yang dikotomis
akhirnya menggiring orang Kristiani memisahkan kehidupan rohaninya dengan
keterlibatannya yang nyata dalam hidupnya sehari-hari. Spiritualitas keluarga
dalam Amoris Laetitia (Bab 9) memberi inspirasi kepada kita untuk membarui
keluarga-keluarga mulai dari apinya yang terdalam, yakni kehadiran Roh Tuhan
dalam keluarga. Keluarga yang berdoa dan menghayati hidup doanya adalah
keluarga yang sungguh-sungguh mengakarkan hidupnya pada spiritualitas yang
benar.
Konteks hidup keluarga di Keuskupan Larantuka telah menunjukkan
kesadaran dan penghayatan hidup spiritual yang dalam melalui Kontas
Gabungan, sekarang Komunitas Basis Gerejawi (KBG); dalamnya keluarga-
keluarga berkumpul, sehati-sejiwa, merayakan kekeluargaan dan saling berbagi.
Ini adalah manifestasi kesatuan adikodrati seperti kesatuan dalam Allah
Tritunggal Mahakudus; suatu panggilan universal pada kesucian (GEx 6, GS
5). Apa yang khas dalam GEx (Gaudete et Exultate) adalah faham kesucian
yang tidak hanya menyangkut para kudus yang telah dibeatifikasi atau di
kanonisasi, tetapi menyangkut kesucian seluruh umat yang telah diselamatkan
sebagai satu kesatuan kelompok yang diselamatkan. Roh Kudus mencurahkan
kekudusankepada seluruh kelompok itu.
Kekudusan hidup tampak misalnya dalam kesabaran umat Allah seperti
diperlihatkan dalam diri para orangtua yang memelihara anaknya dengan kasih
sayang yang besar, dalam diri pria maupun wanita yang bekerja keras untuk
mendukung keluarganya, dalam diri mereka yang sedang sakit, dalam diri
orang-orang sepuh yang tidak pernah kehilangan senyumnya. Di dalam
kesabaran dan kesetiaan hidup sehari-hari ini tampaklah kesucian Gereja yang
militan (GEx 7). Tidak perlu menjadi uskup, imam atau biarawan-biarawati.
Kita sering tergoda untuk berpikir bahwa kesucian hanyalah bagi mereka yang

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 39


dapat menarik diri dari urusan sehari-hari untuk menghabiskan waktu dalam
doa. Padahal kita dipanggil untuk menjadi kudus dengan menghayati hidup kita
dalam kasih dan member kesaksian dalam segala hal yang kita kerjakan di
mana pun kita berada (bdk. GEx 14). Tidak terjebak dalam gosip-menggosip
pun sudah merupakan sudah merupakan langkah menuju kesucian (bdk. GEx
16).
3.2 Keprihatinan terhadap aneka persoalan perkawinan-keluarga
Suami-istri memegang peran yang sangat menentukan dalam rangka
mewujudkan perkawinan dan sakramen. Tetapi suami-istri sebagai manusia
tetaplah manusia yang terbatas dan berdosa. Seksualitas misalnya, tetap
mengandung segi kreatif dan juga segi yang menghancurkan. Perkawinan juga
sesuatu yang suci. Tetapi suami-istri yang hidup dalam perkawinan tetaplah
manusia yang terbatas dan berdosa. Kita tidak bisa menutup mata terhadap
aneka persoalan perkawinan dan keluarga yang merenggut keutuhan hidup
perkawinan dan keluarga itu sendiri karena pelbagai alasan.
Betapa pentingnya askese dalam perkawinan. Askese berarti dengan
saksama berusaha dan melatih diri. Suami-istri harus berusaha agar
perkawinannya benar-benar menjadi sakramen yang tentu juga berdasar pada
kepercayaan bahwa Allah hadir dan menyempurnakan usaha suami-istri, usaha
manusia dalam mewujudkan perkawinan sebagai sakramen. Askese dalam
perkawinan berarti dengan tekun dan sabar membina relasi timbal balik suami-
istri. Kalau hubungan terganggu karena konflik, orang berusaha
memulihkannya lagi. Setiap hari suami-istri berusaha untuk saling memaafkan
dan saling mengampuni. Suatu relasi selalu melibatkan dua orang. Kalau
hubungan keduanya terganggu bahkan mengalami kebuntuan maka satu di
antara keduanya berusaha untuk mulai membangunnya kembali, berinisiatif
untuk mengulurkan tangan dan mengampuni tanpa dendam. Askese juga berarti
berjuang agar cinta Kristus makin meresap dalam hidup suami-istri.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 40


Mengutamakan yang lain yaitu dia yang dikasihi. Kasih selalu berarti
mematikan diri sendiri, melepaskan diri secara sukarela. Relasi suami-istri
menjadi simbol relasi Kristus dengan jemaat-Nya. Kristus menyerahkan diri-
Nya dan mati di salib karena mencintai jemaat-Nya.
Pastoral dalam bidang perkawinan dan keluarga mengandaikan kerja
sama dan keterlibatan aktif hirarki dan awam (suami-istri, keluarga). Ada saling
mendengarkan yang tulus untuk menemukan solusi yang tepat bagi
penyelesaiannya. Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Amoris Laetitia
menegaskan betapa pentingnya “mendampingi, menegaskan dan
mengintegrasikan kelemahan,” (AL 291-312, bdk. FC 34) dan berusaha
memberi jawaban atas semua persoalan hidup perkawinan dan keluarga.
Bagi orang beriman, perkawinannya jangan sampai benar-benar gagal.
Sebab Allah dalam Kristus adalah Allah yang setia kawan dengan mereka yang
gagal, menderita dan berdosa. Maka kesukaran yang dihadapi dalam
perkawinan mendapat makna positif berkat kasih Allah dan sikap orang yang
mengalami kesukaran itu. Pengalaman yang bisa jadi menyakitkan dalam
perkawinan jangan lalu menjadi dasar putusnya sebuah relasi suami-istri dalam
perkawinan.
3.2. Menciptakan generasi baru; misi keluarga tanpa akhir.
Generasi baru menjadi sebuah brand pastoral yang sungguh menguat,
berawal dari ‘cita-cita’ Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong
Kung, Pr untuk menciptakan sebuah generasi baru yang lahir dari sebuah
keluarga yang kaya akan nilai iman dan moral dan siap sedia memberi diri
untuk Gereja dan masyarakat. Untuk mempersiapkan generasi baru ini, Bapa
Uskup menunjuk suatu rentang waktu panjang ’20 tahun’ ke depan; suatu
jangka waktu yang tidak terbatas dan tak akan pernah berakhir pada suatu
waktu batas.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 41


Wacana ‘Generasi Baru’ terbaca jelas sejak Kitab Suci Perjanjian Lama
(Kej. 1:27-28) menulis, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya mereka. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranak-cuculah
dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” Kepenuhan cinta
Allah dalam diri manusia pertama, Adam dan Hawa serta semua keturunan
yang menyertainya adalah gambaran kepenuhan cinta Allah dalam diri suami-
istri, bapak-ibu, serta anak-anak di dalam keluarga. Suami-istri, bapak-ibu telah
menghadirkan generasi-generasi baru yang terus berulang sepanjang abad.
Melalui keluarga, suami-istri, bapak-ibu, terpenuhilah cinta kasih timbal balik
yang berbuah (subur) melalui prokreasi manusia-manusia baru. Jadi, melalui
hubungan suami-istri, bapak-ibu, mereka mengekspresikan gambar dan
keserupaan Allah, mereka meneruskan anugerah kehidupan kepada anak-anak
laki-laki dan/atau anak-anak perempuan yang akan menjadi gambar dan
keserupaan orang tua mereka dan Allah sendiri.
Konsili Vatikan II, dalam Gaudium et Spes 32, menulis, “Keluarga
merupakan suatu sekolah untuk memperkaya kemanusiaan. Supaya keluarga
mampu mencapai kepenuhan hidup dan misinya, diperlukan komunikasi hati
penuh kebaikan, kesepakatan suami-istri, dan kerjasama orang tua yang tekun
dalam pendidikan anak-anak. Kehadiran aktif ayah sangat membantu
pembinaan mereka, tetapi juga pengurusan rumah tangga oleh ibu, yang
terutama dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa
maksud supaya pengembangan sosial wanita yang sewajarnya
dikesampingkan” … “Orangtua yang cermat, dari saat ke saat akan secara kritis
menganalisis akibat dari tindakan-tindakan yang mereka lakukan terhadap
anak-anaknya serta sering kali berdiskusi bersama-sama, hal-hal seperti disiplin,
perkembangan sosial anak, hukuman serta penghargaan, gangguan-gangguan
emosional dan kebutuhan-kebutuhan pribadi, kecenderungan-kecenderungan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 42


serta keinginan-keinginan. Hanya melalui komunikasi yang eksplisit satu sama
lainnya dan dengan anak-anaknya sendiri, mereka yakin dapat berhasil dan
meminimalkan kemungkinan adanya kesalahan dan kegagalan.”
Saat ini, ketika kita menemukan kenyataan bahwa ‘generasi muda’ kita
semakin jauh dari harapan akan kebaikan (nilai iman dan moral) sebagai suatu
warisan dan harta pusaka, di sinilah ajakan Gereja/ Umat Allah tentang respek
atas suatu kehidupan yang baik dan bermartabat dalam diri generasi muda kita
harus diperjuangkan kembali. Adalah tugas keluarga, orangtua, Gereja/ Umat
Allah, kita semua untuk menanamkan rasa hormat dan penghargaan dalam diri
anak sejak dari awal-awal kehidupannya. Semua ini dimulai dari rumah.
Anjuran Apostolik Familiaris Consortio 36 menulis, “Hak maupun kewajiban
orangtua untuk mendidik bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran
hidup manusia. Selain itu, hak dan kewajiban orangtua bersifat asali dan utama
terhadap peran serta orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan
hubungan cinta kasih antara orangtua dan anak-anak. Lagi pula, hak dan
kewajiban itu tak tergantikan dan tak dapat diambil alih, dan karena itu tidak
dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain atau direbut oleh
mereka.”
Kita mengharapkan, agar keluarga sebagai Ecclesia domestica yang
dalamnya generasi baru ini lahir dan bertumbuh merupakan tempat yang kudus,
karena di dalam keluarga Allah sendiri hadir di tengah umat-Nya. Secara
khusus dalam doa keluarga digenapilah Sabda Tuhan yang mengajarkan bahwa
jika dua atau tiga orang yang bersekutu di dalam nama-Nya, Tuhan hadir (Mat
18:20). “Tempat yang kudus” dalam keluarga tidak untuk diartikan secara
jasmani, di mana keluarga menyediakan tempat khusus untuk berdoa; tetapi
juga tempat kudus rohani, di mana keluarga bersama-sama menerapkan iman,
pengharapan dan kasih yang melibatkan pengorbanan dan pemberian diri
seturut teladan Kristus (FC 49). Dengan menerapkan kasih dan pengorbanan,

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 43


setiap anggota keluarga mengambil bagian dalam kurban Kristus bagi
pengudusan umat manusia dan turut mengambil bagian dalam tugas Gereja
menjadi sarana keselamatan (LG 1).

PELAKSANAAN PERTEMUAN

I. PEMBUKA
1. Kata Pengantar
Bapak, Ibu, Saudara, Saudari yang terkasih. Pada Minggu I, kita telah
berbicara tentang realitas keluarga Katolik di wilayah kita. Ada banyak
potret atau gambaran positif pun negatif yang mewarnai realitas keluarga
kita. Pada Minggu II, kita telah mendalami tema keluarga Katolik
menciptakan generasi baru sebagai idealisme dan cita-cita bersama.
Selanjutnya, pada Minggu III ini, kita akan mempercakapkan panggilan
keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru dengan tema “Keluarga
Katolik dipanggil untuk menciptakan generasi baru”. Tema ini mau
menyadarkan kita semua tentang panggilan keluarga Katolik dalam
menciptakan generasi baru. Untuk itu, mari kita mengawali pertemuan ini
dengan menyanyikan lagu pembuka.
2. Lagu Pembuka (Pilih lagu yang sesuai)
3. Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
4. Doa Pembuka
P : Marilah berdoa. (Hening sejenak)

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 44


Allah Bapa Mahakuasa, kami bersyukur dan berterima kasih, karena
Engkau telah menghimpunkan kami kembali dalam pertemuan ini.
Kami mohon, utuslah Roh Kudus-Mu menerangi hati dan budi kami
agar kami dapat menyadari panggilan keluarga Katolik
dalammenciptakan generasi baru. Dengan pengantaraan Yesus
Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam
persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala
masa.
U : Amin.

II. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN

Langkah I: Melihat dan Mendalami Situasi Hidup


 Fasilitator mengajak peserta melihat situasi hidup dengan menceritakan
secara singkat hidup Santa Monika.
 Judul:

SANTA MONIKA: TELADAN PARA IBU

Sta. Monika dilahirkan di kota Tagaste, Afrika Utara. Keluarga Monika


termasuk golongan yang terkemuka, sebuah keluarga Kristen yang saleh dan
taat beribadat. Monika menikah dengan Patrisius. Patrisius adalah seorang yang
kasar, mudah marah, tidak setia, peminum, dan hidup ekonominya tidak
memadai. Ia juga seorang kafir yang tidak percaya kepada Tuhan. Kehidupan
Monika dan suaminya jauh dari kebahagiaan. Terdapat perbedaan yang begitu
jauh antara keduanya. Monika menanggung semua beban itu dengan penuh
kesetiaan dan ketabahan. Menghadapi sifat suaminya, Monika yang saleh
berdoa dan memohon Tuhan memberikan rahmat pertobatan kepada
Patrisius. Berkat doa Monika yang tak kunjung putus, akhirnya Patrisius
dibaptis sesaat sebelum meninggal pada tahun 370.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 45


Perkawinan Monika dan Patrisius membuahkan tiga orang anak, yaitu
Agustinus, Navigius, dan Perpetua. Agustinus lahir pada hari Minggu 13
November 354. Ia seorang anak yang nakal, suka berbohong, dan selalu
mencari alasan untuk menghindar dari tugas belajar. Ia juga malas, suka
mencuri, dan suka memukul. Akan tetapi, Agustinus adalah seorang anak yang
pandai. Monika banyak mendapat kesulitan dalam mendidik Agustinus.
Namun, Monika mendidik anaknya dengan rasa keibuan dan kasih sayang.
Monika adalah ibu yang senantiasa mengikuti perjalanan hidup anaknya dan
tidak pernah meninggalkannya, walaupun sang anak pernah
mengecewakannya.
Satu hal yang selalu menggelisahkan hati Monika adalah ketika
anaknya Agustinus terjerumus dalam pergaulan bebas dan terlibat dalam aliran
Manikeisme, aliran yang lebih mengandalkan akal budi dan menolak Allah
yang berwatak keras. Ulah Agustinus ini membuat Monika semakin sedih dan
menangis sambil berdoa. Air mata Monika lebih deras daripada air mata
seorang ibu yang melihat anaknya meninggal dunia. Berkat doa Monika,
Agustinus bertobat dan dibaptis oleh Uskup Ambrosius pada hari Minggu
Paskah tanggal 25 April tahun 387. Monika meneteskan air mata kebahagiaan
karena menyaksikan kelahiran baru anaknya. Setelah itu mereka kembali ke
Afrika. Doa Monika didengarkan Tuhan. Mujizat terjadi suami dan anaknya
bertobat. Pada usia 56 tahun Monika meninggal dunia karena serangan demam
yang hebat. Ia menjadi teladan istimewa para ibu. Pada setiap tanggal 27
Agustus, Gereja menghormati Santa Monika secara istimewa.
(Sumber: hkytegal.org)
 Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami cerita dengan beberapa
pertanyaan penuntun berikut.
a. Siapa itu Sta. Monika dan bagaimana latar belakang keluarganya? (Sta.
Monika adalah istri dari Patrisius dan mama dari Agustinus, Navigius,

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 46


dan Perpetua. Ia berasal dari keluarga yang terkemuka, sebuah keluarga
Kristen yang saleh dan taat beribadat)
b. Bagaimana watak dan perilaku suaminya Patrisius dan anaknya
Agustinus? (Suaminya Patrisius: seorang yang kasar, mudah marah,
tidak setia, peminum, dan mempunyai ekonomi yang tidak memadai. Ia
juga seorang kafir yang tidak percaya kepada Tuhan. Anaknya Agustinus:
seorang yang nakal, suka berbohong, dan selalu mencari alasan untuk
menghindar dari tugas belajar. Ia juga malas, suka mencuri, dan suka
memukul. Juga Agustinus terjerumus dalam pergaulan bebas dan terlibat
dalam aliran Manikeisme)
c. Apa yang dilakukan oleh Sta. Monika ketika berhadapan dengan situasi
seperti itu? (Tetap setia dalam situasi hidup, doa yang berkanjang,
mendoakan dan memohon pertobatan bagi suami dan anaknya
Agustinus.)
d. Apakah pengalaman hidup Sta. Monika juga kita alami? Syeringkanlah
secara singkat!
 Fasilitator membuat rangkuman dan penegasan atas temuan dari para
peserta sambil memperhatikan hal-hal berikut.
1. Pengalaman hidup dan panggilan Sta. Monika dalam membangun hidup
keluarganya menginspirasi kita dalam menata kehidupan keluarga kita
masing-masing. Sta Monika telah menciptakan keluarganya dengan
kekuatan doa yang maha dahsyat. Doa dan perhatian kepada keluarganya
melapangkan jalan bagi Monika kepada kekudusan, dan serentak menjadi
teladan bagi para ibu. Melalui teladan hidupnya, keluarga-keluarga kita
dipanggil untuk menciptakan generasi baru, sebuah misi tanpa akhir.
2. Pengalaman Sta. Monika menegaskan bahwa panggilan hidup berkeluarga
adalah sebuah panggilan yang suci, karena keluarga tidak hanya sekedar
“gambaran” Gereja, tetapi sungguh melalui kesatuan suami-istri dalam

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 47


Allah, menyingkapkan dan mewujudkan secara historis komunitas Gereja
(FC 48). Keluarga sebagai pusat suatu iman yang hidup, tempat pewartaan
iman, pembinaan kebajikan dan kasih Kristiani.
3. Ada sejumlah keutamaan hidup Sta. Monika yang menjadi inspirasi
panggilan untuk keluarga-keluarga Katolik dalam menciptakan generasi
baru:
i. Hidup doa yang mendalam. Tiada hari terlewati tanpa doa. Sta Monika
bukan seorang biarawati, ia adalah seorang istri dan ibu rumah tangga
yang sederhana, namun kehidupan doanya sangatlah mendalam. Hidup
doanya mengigatkan kita akan kesadaran dan penghayatan hidup
spiritual dalam Komunitas Basis Gerejawi (KBG); di mana keluarga-
keluarga berkumpul, sehati-sejiwa, merayakan kekeluargaan dan saling
berbagi.
ii. Sikap percaya penuh pengharapan akan Tuhan. Sebagai seorang istri
yang berhadapan dengan suami dan anak seperti itu, Monika tidak
mengeluh kepada Tuhan. Ia tidak mempersalahkan Tuhan dan tidak
marah atas keadaan buruk yang dideritanya. Ia tetap percaya dan
menaruh pengharapan kepada Tuhan.
iii. Seorang istri dan ibu yang lembut dan penuh kesabaran. Monika tidak
membalas perlakuan buruk suaminya dan kenakalan anaknya dengan
kemarahan dan kebencian. Monika tetap lembut dan sabar menghadapi
segala sikap buruk suami dan anaknya.
iv. Sikap keperkasaan seorang ibu. Air mata Monika tidak
menggambarkan kelemahan dan sikap cengeng, namun
menggambarkan suatu ketegaran dan keperkasaan yang dimilikinya.
Ini membuat Monika sanggup melewati puluhan tahun sampai
akhirnya ia memetik buahnya saat Patrisius dan Agustinus bertobat dan
memberikan diri kepada Tuhan.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 48


Langkah II: Mendengar dan Mendalami Firman TuhanFasilitator
mengajak peserta untuk membaca teks Kitab Suci Luk. 2:41-52. Setelah itu
peserta diberi kesempatan untuk membaca dan merenungkan teks dalam hati
(hening).
 Peserta diajak untuk mendalami teks Kitab Suci dengan beberapa
pertanyaan penuntun.
1. Apa yang dilakukan oleh orangtua Yesus pada setiap hari Raya Paskah
dan pada waktu Yesus berusia 12 tahun? (ay. 41: mereka pergi ke
Yerusalem untuk merayakan Paskah; ay. 42: begitu juga ketika Yesus
berumur 12 tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada
hari raya itu)
2. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah
Yesus di Yerusalem tanpa diketahui mereka. Apa yang dilakukan oleh
orangtua Yesus? (ayat 44: karena mereka menyangka bahwa Yesus ada di
antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan
jauhnya lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena
mereka tidak menemukan Dia kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus
mencari Dia)
3. Apa yang dilakukan oleh Yesus di Bait Allah ketika ditemukan oleh Yusuf dan
Maria? (Ay. 46: Yesus sedang duduk di tengah-tengah alim ulama sambil
mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan
kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya).
4. Apa yang dikatakan Maria setelah menemukan Yesus dalam Bait Allah
(Ay. 48: Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau)
5. Apa jawaban Yesus atas pertanyaan Maria, ibu-Nya? (Ay. 49:Mengapa
kamu mencari Aku. Tidakkah kamu tahu bahwa Aku harus ada dalam
Rumah Bapa-Ku).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 49


6. Apa yang terjadi selanjutnya? (Ay. 51-52: Lalu Ia pulang bersama-sama
mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-
Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia.).
7. Apa pesan teks ini untuk kita? Syeringkanlah!
 Fasilitator membuat rangkuman atas jawaban peserta tanpa mengabaikan
pesan teks Kitab Suci.
1. Cerita tentang Yesus pada umur 12 tahun di Bait Allah menarasikan
orangtua Yesus, Yusuf dan Maria, melaksanakan kewajiban agamanya;
bahwa setiap tahun mereka pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.
Sebagai orangtua, tugas mereka adalah mengajarkan dan menanamkan nilai
iman dan moral, dan mengajarkan Yesus untuk taat dan setia kepada tradisi
dan ajaran agama. Karena itu pada umur 12 tahun, mereka membawa Yesus
ke Bait Allah.
2. Yesus ditemukan di Kenisah Allah sedang duduk dan bersoal jawab dengan
alim ulama. Yesus mau mengajari Yusuf dan Maria dan kita tentang
siapakah Dia sebenarnya, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu
tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku” (ay. 49). Mereka
tidak mengerti kata-kata-Nya ini, tetapi Maria tahu bahwa Yesus adalah
yang kudus, Anak Allah. Sebagai orang muda, Yesus taat beribadat. Ia ada
di Bait Allah. Di Rumah Bapa-Nya. Situasi ini mau mengajarkan kepada
kita orang muda, bahwa sebagai orang muda; yang mempersiapkan diri
untuk generasi baru; perlu mempersatukan dirinya dengan Tuhan; dalam
Ekaristi, doa pribadi dan doa di keluarga, serta di KBG. Singkat kata,
persatuan dengan Tuhan melalui doa, menjadi kekuatan bagi orang muda
untuk membangun dirinya dan sebagai persiapan untuk generasi baru

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 50


berikutnya. Dengan ini, Yesus mengajak generasi baru untuk terus belajar
meningkatkan kecerdasan intelektual dan pengetahuan akan Allah.
3. Pesan teks untuk kita adalah:
a. Dalam keluarga Yusuf dan Maria di Nazaret, Yesus belajar menjadi
seorang Yahudi, yang menghayati iman-Nya dan tunduk kepada hukum-
hukum agama. Dan dalam kenisah, rumah Allah yang adalah rumah
Bapa-Nya, Yesus menemukan kesadaran tentang hubungan-Nya yang
istimewa dengan Bapa dan kesiapan-Nya yang total bagi misi-Nya. Ia
menyatakan keutamaan panggilan Allah dalam misi-Nya yang
mengatasi hubungan keluarga manusiawi-Nya.
b. Keluarga adalah Ecclesia domestica, Gereja rumah tangga, juga
seminari dasar, tempat di mana anak-anak mendapatkan pendidikan
iman dan moral. Untuk ini, orangtua menjadi pendidik dan pembina
iman yang pertama dan utama. Anak-anak dibimbing agar menemukan
kesadaran tentang hubungannya yang istimewa dengan Bapa dan
kesiapannya yang total bagi misi Gereja. Misi Gereja yang mengatasi
hubungan keluarga manusiawinya.
4. Selain itu, tanggung jawab dan gerakan hati Yusuf dan Maria yang belum
merasa tenteram, ketika mereka mengetahui Yesus belum ada bersama
mereka dalam keluarga. Ini menunjukkan sikap dan tanggung jawab
orangtua kepada anak-anak, secara lebih khusus kewajiban dan tanggung
jawab orang tua untuk menciptakan generasi baru. Sesungguhnya; orangtua
tidak boleh merasa tenteram ketika ada sekian banyak hal yang tidak beres
dengan kehidupan anaknya. Sikap apatis terhadap kondisi anak,
membiarkan anak bertumbuh dan berkembang sendiri, adalah sikap yang
tidak patut untuk menciptakan generasi baru.

Langkah III: Menanggapi Situasi Hidup dalam Terang Firman Tuhan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 51


 Fasilitator membuat rangkuman singkat langkah I dan II, sambil
memperhatikan point-point berikut.
1. Pada langkah pertama: berangkat dari pengalaman Sta. Monika dalam
menata kehidupan keluarganya, kita didorong untuk menyadari dan
merenungkan panggilan kita untuk menciptakan Generasi baru. Tidak
sedikit air mata yang dikeluarkan oleh Sta. Monika dalam menata
kehidupan keluarganya, tetapi teladan hidupnya yang luar biasa,
teristimewa kekuatan doanya yang mahadahsyat, menjadi kekuatan Sta.
Monika untuk mengatur kehidupan keluarganya, bahkan sampai
mempertobatkan suaminya Patrisius dan anaknya Agustinus. Sebuah
generasi baru, harapan baru, perubahan baru, juga tercipta melalui
kekuatan doa Sta. Monika.
2. Pada langkah kedua: kisah Keluarga Kudus Nasaret; Yusuf, Maria dan
Yesus, menampilkan sebuah contoh kehidupan keluarga yang luar biasa.
Kebiasaan-kebiasaan, tradisi-tradisi yang baik, senantiasa dilakukan untuk
mendidik Yesus yang pada saat itu berusia remaja. Menghantar Yesus ke
Bait Allah pada hari raya Paskah. Sebuah generasi baru yang tercipta
mengandaikan juga; generasi tersebut memiliki sikap dan kedekatan dengan
Tuhan. Anak-anak generasi baru, adalah anak-anak yang dekat dengan
Tuhan, tahu berdoa, baca kitab suci dan memiliki kehidupan moral dan iman
yang andal.
3. Panggilan untuk menciptakan generasi baru adalah panggilan setiap kita.
Masing-masing kita, memiliki cara dan peran tersendiri dalam
mempersiapkan generasi baru, yang merupakan misi tanpa akhir. Kita
dipanggil untuk terlibat aktif dalam seluruh karya pastoral Gereja, mulai dari
keluarga, KBG, lingkungan/stasi, paroki dan keuskupan, untuk menciptakan
generasi baru Gereja Lokal Keuskupan Larantuka.

TAWARAN AKSI

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 52


 Fasilitator mengajak peserta menanggapi situasi dalam terang Firman
Tuhan. Apa yang bisa kita lakukan (siapa, buat apa, dengan siapa, di mana,
bagaimana, dan kapan).

Tawaran Aksi:
o Makan dan doa bersama sekali sehari.
o Gerakan cinta Ekaristi.

III. PENUTUP

1. Doa Penutup
P : Marilah berdoa. (Hening sejenak)
Allah Bapa Mahakasih, kamiberterima kasih karena Engkau telah
menuntun dan membimbing kami selama pertemuan ini dengan
daya Roh Kudus-Mu. Kami mohon, semoga berkat dorongan Roh
Kudus, kami dan keluarga-keluarga kamimampu menjalankan
panggilan kami untuk menciptakan generasi baru di Keuskupan
kami, sesuai dengan rencana dan kehendak-Mu. Dengan
pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U : Amin.

2. Evaluasi (Proses ini dipandu oleh fasilitator berdasarkan format yang


telah disiapkan).

3. Pengumuman
 Katorde Minggu IV: hari, tanggal, tempat, waktu.
 Tema Minggu IV: Tantangan Keluarga Katolik dalam
Menciptakan Generasi Baru.
 Kitab Suci: Yoh. 4:46-53 (Yesus menyembuhkan anak pegawai
istana).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 53


4. Lagu Penutup (Pilih lagu yang sesuai)

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 54


APP 2021 KEUSKUPAN LARANTUKA
KATEKESE ORANG DEWASA

MINGGU IV

Tema : Tantangan Keluarga Katolik dalam Menciptakan


Generasi Baru
Tujuan : Supaya kita dan keluarga menyadari akan tantangan
keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru
Kitab Suci : Yoh. 4: 46-54 (Yesus menyembuhkan anak pegawai
istana)
Waktu : 60 menit (protokol kesehatan).

GAGASAN POKOK

1. Masalah dan Tantangan Keluarga


Keluarga Katolik adalah suatu komunitas cinta kasih, hidup, dan
keselamatan. Ini adalah cita-cita besar yang mengajak semua keluarga Katolik
untuk menjadi keluarga Katolik yang sungguh sejalan dengan rencana dan
penebusan Allah. Dosa telah merenggut rencana asali Allah terhadap umat
manusia. Walaupun rencana ini telah dipulihkan kembali seperti pada kebesaran
asalinya melalui inkarnasi, wafat, dan kebangkitan Putra Allah, Tuhan kita
Yesus Kristus, namun kemampuan dan kebebasan manusia, sesuai dengan
ukuran yang dimilikinya tidak pernah memperoleh kembali ukurannya yang
sepenuhnya. Kehadiran dosa dan orang-orang yang berdosa di dunia dapat
membuat perkawinan gagal, tidak sempurna, bahkan membuat keluarga retak
(bdk. Maurice Emiyan, SJ, Teologi Keluarga, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 20).
Kesulitan dan tantangan dalam hidup berkeluarga di zaman ini dapat dilihat dari
krisis-krisis yang mendalam di tengah keluarga.
Paus Fransiskus menulis dalam Evangelii Gaudium,“… keluarga sedang
mengalami krisis budaya yang luar biasa, sebagaimana halnya dengan semua
ikatan komunitas dan sosial. Dalam kasus keluarga, melunturnya ikatan-ikatan
ini sungguh serius karena keluarga adalah sel dasar masyarakat, di mana kita
meskipun berbeda, belajar hidup bersama orang lain dan menjadi milik satu
sama lain; keluarga juga merupakan tempat di mana orangtua mewariskan iman
kepada anak-anak mereka. Perkawinan masa kini cenderung dipandang sebagai

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 55


bentuk kepuasan emosional belaka yang dapat dibangun dan diubah
sekehendaknya sendiri”(EG 66).
Dalam  konteks Indonesia pada umumnya dan realitas keluarga-keluarga
Katolik di wilayah Keuskupan Larantuka khususnya, ada banyak MASALAH
(hal-hal yang datang dari dalam) di dalam keluarga sendiri yang turut
memperparah situasi dan kondisi keluarga dewasa ini. Masalah-masalah itu
antara lain, merosotnya penghargaan terhadap nilai-nilai sakramental
perkawinan, yang terungkap dalam: pisah ranjang, hidup bersama sebelum
nikah, perceraian sipil, perselingkuhan, hamil di luar nikah, dan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Semua ini disadari akibat kurang pengenalan
akan masing-masing pribadi, pergaulan bebas yang memungkinkan kehamilan
di luar pernikahan resmi Gereja, serta urusan adat dan sosial kemasyarakatan
seputar perkawinan yang seringkali berbelit-belit bahkan sampai memberatkan
keputusan untuk hidup bersama masing-masing pribadi. Di sisi lain, ditemukan
pula realitas negatif perantauan yang masih menjadi momok di wilayah kita,
yang berimbas pada keretakan hubungan sebagai suami-istri dan
terbengkalainya hidup dan masa depan anak-anak.
Kita juga mesti mengakui betapa lemahnya pemeranan dan keteladanan
suami-istri (orangtua), yang ditandai oleh sikap ketidakdewasaan suami-istri
dalam memelihara janji setia pernikahan. Kurangnya pendidikan iman dan nilai
di dalam keluarga turut menghancurkan kesatuan keluarga itu sendiri. Di
samping itu, Gereja sebagai institusi menyadari kelemahannya, terutama ketika
pendampingan pastoral berjenjang seturut fase-fase kehidupan manusia tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Gereja melalui Seksi Pastoral Keluarga hanya
berkutat pada pastoral pra-nikah (KPP) dan selanjutnya secara momental
merayakan HUT perkawinan sebagai salah satu kegiatan pastoralnya.
Di samping masalah-masalah ini, ada juga TANTANGAN-
TANTANGAN (hal-hal yang datang dari luar) yang tercermin dalam
multikulturalisme, di mana budaya, adat, gaya hidup dan budaya pesta yang
boros semakin merusakkan sendi-sendi hidup keluarga. Demikian halnya
dengan arus globalisasi yang mengantar manusia untuk bergerak ke segala
penjuru dengan sangat cepat dan bebas telah turut memperparah hubungan
antar anggota keluarga. Mentalitas hedonis dan konsumeris ikut serta
memengaruhi rusaknya pola relasi dan keharmonisan dalam keluarga.
2. Masalah dan Tantangan Generasi Baru

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 56


Sinode VII-KL mengungkap permasalahan generasi baru zaman ini
antara lain, bahaya stunting yang berakibat menurunnya kekuatan dan
ketahanan tubuh bayi dan anak-anak, adanya kemerosotan dalam pendidikan
nilai iman dan moral di rumah dan sekolah, adanya kecenderungan orang muda
menikah sah di gereja setelah sekian lama hidup bersama tanpa ikatan, hamil di
luar pernikahan resmi adat dan gereja, menunda menikah karena halangan adat-
istiadat perkawinan lalu memilih kumpul kebo. Situasi dan kondisi ini justru
menyebabkan runtuhnya ketahanan keluarga di kelak kemudian hari karena
rasa kecewa, putus asa, marah, dan stress pada pasangan suami-istri. Sinode
VII-KL juga menemukan sinyal melemah dan merosotnya pendidikan nilai
iman dan moral di rumah dan sekolah. Orangtua dan kakak-kakak di rumah,
guru-guru di sekolah, para pendamping/animator-animatris belum sepenuhnya
memainkan secara tepat peran pendampingan yang tetap dan berkelanjutan bagi
Sekami, Sekar dan OMK. Hal ini berakibat pada kehilangan orientasi anak-
anak, remaja dan OMK dan gerak masuk kembali ke Gereja.
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan masyarakat manusia
telah turut mengguncang ketahanan dan keutuhan keluarga dan anak-anak.
Dunia anak-anak yang sedang bermain di dunia nyata kini ‘dirumahkan’, lalu
dialihkan ke dunia maya yang menampilkan segala konten yang baik maupun
yang tidak baik. Ada keterlekatan yang erat dalam hubungan emosional antara
anak-anak dan orangtua sebagai sisi positif karena anak, remaja, OMK selalu
ada di rumah. Anak terpaksa mandiri di satu sisi, tetapi di sisi lain menemukan
kebebasan tanpa batas. Mereka menemukan begitu banyak teman lain di dunia
maya. Rasa tentang dunia yang dulunya begitu luas kini dapat dijangkau dalam
hitungan detik. Anak terlempar dari dirinya sendiri menuju teman, sesama di
dunia maya. Bukan tidak mungkin bahwa keluarganya, orang yang paling dekat
dengannya akan ‘menjauh/dijauhkan’ dari pergaulan sosial, sebagai akibat dari
keterlekatannya pada keluarga, orang dekat di dunia maya.
Di titik ini, kita juga mesti berpikir tentang ‘pandemi rohani’ yang
menyertai ‘pandemi jasmani’ ini. Pandemi rohani ini akan terus mewabah di
kalangan keluarga dan generasi baru Katolik menyusul pembatasan-
pembatasan yang mesti diberlakukan dalam lingkup Gereja dan masyarakat.
Boleh jadi, pandemi rohani ini menjadi ujian atas ketahanan dan keutuhan
keluarga, ketika anak-anak, remaja dan OMK semakin jarang tersentuh
kegiatan rohani/gerejani. Tentu saja ada krisis sebagai kutuk, tetapi juga ada
berkat (blessing in disguise) di balik rahasia besar kehidupan ini bagi mereka.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 57


Kita sendiri tidak tahu kapan wabah ini akan berakhir, tetapi apa yang pasti
adalah perubahan ini tetap menjadi sebuah keniscayaan.
3. Ajakan Pertobatan (Pribadi dan Bersama)
Lukisan tentang tantangan dan permasalahan di tengah keluarga
(perkawinan) dan generasi baru harus menggerakkan sebuah pertobatan yang
secara radikal dimulai dari Rumah sebagai Gereja maupun Gereja sebagai
Rumah, tempat berkumpulnya komunitas umat beriman dalam peziarahannya
menuju surga. Keluarga sebagai Gereja rumah (Ecclesia domestica) di bawah
bimbingan Roh Kudus, senantiasa menyusuri lorong-lorong ”pertobatan pribadi
dan bersama yang otentik” sebagai syarat utama gerakan kemanusiaan (bdk.
TMA 50). Pertobatan dari ketidakpekaan pada realitas sosial kepada kepekaan
iman terhadap kondisi pastoral keluarga sekarang; dari pelecehan terhadap
martabat manusia kepada penghormatan terhadap martabat manusia terutama
kaum perempuan dan anak-anak; dari pengabaian aturan sipil dan hukum
Gereja kepada kepatuhan terhadap aturan dan hukum terkait legalitas
perkawinan dan keluarga. Hal-hal ini merupaka tantangan dan sekaligus
pekerjaan rumah bagi kita semua sebagai orang Kristiani, yang tidak lain adalah
pengikut, murid dan sahabat dari Kristus Yesus.
Kita hendaknya bergandengan tangan untuk saling meneguhkan dalam
komitmen yang tulus untuk mengubah setiap tantangan dan pekerjaan rumah
kita untuk menjadi peluang melalui pelaksanaan tugas-tugas kita sehari-hari
secara konsisten. Sebagai keluarga beriman, kita juga harus memohon agar Roh
Kudus membuka mata hati kita sekalian dan dengan demikian kita semakin
waspada menghadapi hambatan dan tantangan yang ada di hadapan kita, dan
semakin konsisten untuk menginjili kembali keluarga dan generasi baru.
PELAKSANAAN PERTEMUAN

I. PEMBUKAAN
1. Kata Pengantar
Bapak, Ibu dan Saudara-saudari yang terkasih. Selamat bertemu kembali
pada kesempatan katorde minggu keempat ini. Minggu lalu kita telah
mendalami tema “Keluarga Katolik Dipanggil untuk Menciptakan Generasi
Baru”. Pada Minggu IV ini kita mendalami tema: “Tantangan Keluarga Katolik

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 58


dalam Menciptakan Generasi Baru”. Melalui tema ini kita diajak untuk melihat
dan menyadari tantangan dan masalah keluarga Katolik masa kini dalam
menciptakan generasi baru. Dengan mengenal lebih dalam tantangan dan
permasalahan di tengah keluarga dan komunitas, kita digerakkan untuk
membangun pertobatan secara radikal yang dimulai dari Rumah sebagai Gereja
maupun Gereja sebagai Rumah, tempat berkumpulnya komunitas umat
beriman dalam peziarahannya menuju surga. Kita juga diajak untuk
membangun sikap tobat pribadi dan bersama dengan menjadikan keluarga dan
komunitas sebagai tempat pertobatan dan pengampunan. Marilah kita
mengawali pertemuan ini dengan menyanyikan sebuah lagu.
1. Lagu Pembuka (Pilih lagu yang sesuai dengan tema)
2. Tanda Salib dan Salam
P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

3. Doa Pembuka
P : Marilah berdoa. (Hening sejenak)
Alllah Bapa yang Maharahim, kami bersyukur kepada-Mu atas
kesempatan untuk berkumpul kembali dalam kegiatan katorde ini.
Kami mohon, bimbinglah kami dengan Roh Kudus untuk
memahami Firman-Mu dan menyadari tantangan dan masalah
keluarga Katolik masa kini dalam menciptakan generasi baru.
Dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu, Tuhan kami, yang
bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa,
Allah, sepanjang segala masa.
U : Amin.
II. LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN
Langkah I: Melihat dan Mendalami Situasi Hidup
a. Melihat Situasi Hidup

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 59


 Fasilitator mengajak peserta untuk melihat masalah dan tantangan
keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru melalui pertanyaan-
pertanyaan berikut ini.
Dalam kehidupan keluarga dan generasi baru, kita menemukan banyak
tantangan dan masalah.
1. Apa saja masalah dan tantangan keluarga dalam upaya menciptakan
generasi baru? Sebutkanlah!
 Masalah: merosotnya penghargaan terhadap nilai-nilai sakramental
perkawinan, yang terungkap dalam: pisah ranjang, hidup bersama
sebelum nikah, perceraian sipil, perselingkuhan, hamil di luar nikah,
dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
 Tantangan: gaya hidup dan budaya pesta yang boros.
2. Apa saja masalah dan tantangan generasi baru saat ini? Sebutkanlah!
 Masalah: bahaya stunting yang berakibat menurunnya kekuatan dan
ketahanan tubuh bayi dan anak-anak, adanya kemerosotan dalam
pendidikan nilai iman dan moral di rumah dan sekolah, adanya
kecenderungan orang muda menikah sah di gereja setelah sekian lama
hidup bersama tanpa ikatan, hamil di luar pernikahan resmi gereja,
menunda menikah karena halangan adat-istiadat perkawinan lalu
memilih kumpul kebo. Situasi dan kondisi ini justru menyebabkan
runtuhnya ketahanan keluarga di kelak kemudian hari karena rasa
kecewa, putus asa, marah, dan stress pada pasangan suami-istri.
 Tantangan: Arus globalisasi, mentalitas hedonis dan konsumeris ikut
serta memengaruhi rusaknya pola relasi dan keharmonisan dalam
keluarga. Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan
masyarakat manusia pun telah turut mengguncang ketahanan dan
keutuhan keluarga dan anak-anak.
 Fasilitator membuat rangkuman dan penegasan sambil memperhatikan
jawaban peserta
1. Keluarga Katolik adalah suatu komunitas cinta kasih, hidup, dan
keselamatan. Ini adalah cita-cita besar yang mengajak semua untuk
menjadi keluarga yang sungguh sejalan dengan rencana dan penebusan
Allah. Ada banyak keluarga Katolik yang telah memainkan perannya
sebagai Gereja rumah dan sel masyarakat yang luar biasa. Namun tidak
sedikit keluarga Katolik yang sedang mengalami krisis yang luar biasa.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 60


Ada banyak masalah dan kasus keluarga yang mencoret-buram wajah
keluarga sebagai sel dasar Gereja dan masyarakat, tempat di mana
orangtua mewariskan iman dan moral kepada anak-anak mereka.
Masalah-masalah itu antara lain: merosotnya penghargaan terhadap nilai-
nilai sakramental perkawinan, yang terungkap dalam: pisah ranjang, hidup
bersama sebelum nikah, perceraian sipil, perselingkuhan, hamil di luar
nikah, dan kekerasan dalam rumah tangga, KDRT. Juga gaya hidup dan
budaya pesta yang boros semakin merusakkan sendi-sendi hidup keluarga
2. Sinode VII-KL mengungkap permasalahan generasi baru zaman ini antara
lain, bahaya stunting, adanya kemerosotan dalam pendidikan nilai iman
dan moral di rumah dan sekolah, adanya kecenderungan orang muda
menikah sah di gereja setelah sekian lama hidup bersama tanpa ikatan,
hamil di luar pernikahan resmi gereja, menunda menikah karena halangan
adat-istiadat perkawinan lalu memilih kumpul kebo. Orangtua dan kakak-
kakak di rumah, guru-guru di sekolah, para pendamping/animator-
animatris belum sepenuhnya memainkan secara tepat peran pendampingan
yang tetap dan berkelanjutan bagi Sekami, Sekar dan OMK. Juga
pengaruh arus globalisasi, mentalitas hedonis dan konsumeris ikut serta
memengaruhi rusaknya pola relasi dan keharmonisan dalam keluarga.
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan masyarakat manusia
pun telah turut mengguncang ketahanan dan keutuhan keluarga dan anak-
anak.
2. Mendalami Situasi Hidup
 Fasilitator mengajak peserta untuk mendalami masalah dan tantangan
keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru, dengan
mengemukakan pertanyaan berikut:
1. Dari masalah dan tantangan yang ditemukan tadi manakah masalah dan
tantangan yang paling kita rasakan? Syeringkanlah!
2. Apa saja cara kita untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut?
Syeringkanlah!
 Fasilitator membuat rangkuman atas jawaban peserta sambil
memperhatikan gagasan pokok.
 Dari semua masalah dan tantangan yang kita temukan, ada masalah dan
tantangan yang paling kita rasakan saat ini adalah melemah dan
merosotnya pendidikan nilai iman dan moral di rumah dan sekolah.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 61


Orangtua dan saudara-saudari di rumah, guru-guru di sekolah, para
pendamping/animator-animatris belum sepenuhnya memainkan secara
tepat peran pendampingan yang tetap dan berkelanjutan bagi Sekami,
Sekar dan OMK. Hal ini berakibat pada kehilangan orientasi anak-anak,
remaja dan OMK dan keluarga Katolik.
 Cara kita untuk mengatasi masalah dan tantangan tersebut adalah
membangun sebuah gerakan pertobatan pribadi dan bersama secara radikal
yang dimulai dari rumah sebagai Gereja maupun Gereja sebagai
rumah, tempat berkumpulnya komunitas umat beriman dalam
peziarahannya menuju surga. Keluarga sebagai Gereja rumah (Ecclesia
domestica) di bawah bimbingan Roh Kudus, senantiasa menyusuri lorong-
lorong ”pertobatan pribadi dan bersama yang otentik” sebagai syarat
utama gerakan kemanusiaan.
Langkah II: Mendengar dan Mendalami Firman Tuhan
 Fasilitator mengajak peserta untuk mendengarkan Firman Tuhan dari teks
Kitab Suci Yoh. 4:46-54, Yesus menyembuhkan anak pegawai istana.
 Fasilitator mempersilakan peserta yang sudah dihubungi sebelumnya
untuk membacakan teks tersebut.
 Fasilitator mengajak peserta mendalami teks ini dengan pertanyaan-
pertanyaan berikut.
1. Apa yang dilakukan oleh pegawai istana ketika ia mendengar bahwa
Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea? (ay. 47, ia pergi kepada
Yesus lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya,
sebab anaknya itu hampir mati).
2. Terhadap permintaan pegawai istana itu, apa kata Yesus kepadanya?
(ay. 48, jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak
percaya)
3. Setelah mendengar pernyataan Yesus itu, apa kata pegawai istana itu
kepada Yesus? (ay. 49, Tuhan datanglah sebelum anakku mati).
4. Apa kata Yesus sekali lagi kepada pegawai istana itu (ay. 50, pergilah
anakmu hidup).
5. Apa yang terjadi pada keluarga pegawai istana itu setelah
perjumpaannya dengan Yesus? (ay. 51, anaknya hidup; ay. 53, Lalu ia
pun percaya, ia dan seluruh keluarganya).
6. Apa pesan teks ini bagi kita? Syeringkan!

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 62


Rangkuman dan Penegasan
 Fasilitator membuat rangkuman dan penegasan sambil memerhatikan
jawaban peserta dengan tetap memperhatikan pesan teks Kitab Suci dan
Gagasan Pokok.

Ada tiga pesan pokok kisah Injil ini untuk kita:


1. Kasih sayang orangtua.
Peristiwa Yesus menyembuhkan anak pegawai istana sesungguhnya
menarasikan pesan kasih sayang dan tanggung jawab orangtua pada
anaknya. Terdorong hasrat yang kuat agar anaknya sembuh dan hidup,
pegawai istana ini rela melakukan apa saja. Bagi dia, anak adalah permata
keluarga, yang sesungguhnya menuntut kasih sayang dan tanggung jawab
mutlak dari orangtua untuk membela dan mempertahankan hidup yang
berkelanjutan.
2. Tanggung jawab dan tantangan orangtua (keberanian untuk menerobos
batas)
Bagi pegawai istana itu, hidup dan masa depan anak adalah yang utama.
Karena itu, ia berani menerobos lintas batas larangan, dan sujud memohon
kepada Yesus untuk datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Ia tidak
peduli akan larangan bagi orang kafir untuk bergaul dengan orang Yahudi.
Ia pun tidak peduli akan pamornya. Ia percaya bahwa Yesus sanggup
menyembuhkan dan menghidupkan anaknya.
3. Tobat (“Pergilah anakmu hidup”)
Perintah Yesus kepada pegawai istana, “Pergilah, anakmu hidup”,
mengandung arti bahwa Yesus menyuruhnya untuk “pulang ke rumah”,
sebuah gerakan tobat (bandingkan anak bungsu dalam kisah
perumpamaan tentang anak yang hilang Luk. 15:11-32). Pertobatan dan
pengampunan sangat penting dan berhubungan langsung dengan
kesehatan emosional dan kelangsungan hidup spiritual. Tanpa tobat dan
pengampunan, keluarga menjadi tempat konflik di mana orang saling
menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain untuk membenarkan
diri. Sebaliknya, pilihan untuk tobat dan pengampunan akan pasti
membawa sukacita dan keselamatan bagi keluarga.
Langkah III: Menanggapi Situasi hidup dalam Terang Firman Tuhan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 63


 Fasilitator membuat rangkuman singkat langkah I dan II dengan
memperhatikan point-point berikut.
1. Pada langkah pertama, kita melihat bahwa keluarga Katolik sebagai
sebuah komunitas cinta kasih, hidup, dan keselamatan adalah sebuah cita-
cita yang sejalan dengan rencana dan penebusan Allah. Ada banyak
keluarga Katolik yang sukses menggapai cita-cita ini. Namun tidak sedikit
keluarga Katolik yang tersandung krisis yang luar biasa, yang mencoret
buram wajah keluarga sebagai Gereja rumah dan sel masyarakat, tempat di
mana orangtua mewariskan iman dan moral kepada anak-anak mereka.
Masalah keluarga yang paling kita rasakan adalah melemah dan
merosotnya pendidikan nilai iman dan moral di rumah dan sekolah.
Orangtua dan saudara-saudari di rumah, guru-guru di sekolah, para
pendamping atau animator-animatris belum sepenuhnya memainkan
secara tepat peran pendampingan yang tetap dan berkelanjutan bagi
Sekami, Sekar dan OMK. Hal ini berakibat pada kehilangan orientasi
anak-anak, remaja, OMK dan keluarga. Maka, cara yang paling ampuh
untuk mengatasi masalah ini adalah membangun gerakan tobat pribadi dan
bersama secara radikal, dimulai dari rumah sebagai Gereja dan Gereja
sebagai rumah.
2. Pada langkah kedua, kita merenungkan Kisah Injil yang mengungkapkan
pesan kasih sayang dan tanggung jawab orangtua pada anaknya. Demi
kasih sayang dan tanggung jawabnya pada anak, pegawai istana ini tidak
peduli akan pamornya. Bagi dia, kehidupan dan keselamatan anak harus
menjadi yang terutama. Anak adalah permata keluarga, yang
sesungguhnya menuntut kasih sayang dan tanggung jawab mutlak dari
orangtua. Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa keluarga adalah tempat
tobat dan pengampunan. Pertobatan dan pengampunan sangat penting dan
berhubungan langsung dengan kesehatan emosional dan kelangsungan
hidup spiritual. Tanpa tobat dan pengampunan, keluarga akan menjadi
sarang konflik dan sarang penyakit. Namun dengan tobat dan
pengampunan akan datang sukacita dan keselamatan bagi keluarga.
Karena itu marilah kita menciptakan keluarga kita sebagai tempat tobat dan
pengampunan.
 Tawaran Aksi

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 64


(Fasilitator mengajak peserta untuk melaksanakan aksi secara bersama
maupun secara pribadi).
Aksi-aksi yang ditawarkan: mengunjungi dan memberi bantuan bagi panti
asuhan, orang sakit, para janda, duda, difabel, dan anak yatim piatu.
III. PENUTUP
1. Doa Penutup
P : Marilah kita berdoa. (Hening sejenak)
Ya Allah, kami bersyukur atas bimbingan dan penyertaan-Mu
selama pertemuan ini. Kami telah melihat dan menyadari tantangan
dan masalah keluarga Katolik dalam menciptakan generasi baru.
Kami mohon berilah kami rahmat-Mu untuk membangun sikap
tobat pribadi dan bersama, serta menjadikan keluarga-keluarga kami
sebagai tempat pertobatan dan pengampunan sehingga terciptalah
generasi baru yang andal bagi Gereja dan masyarakat. Dengan
pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U : Amin.
2. Evaluasi (sesuai dengan format yang disiapkan)
3. Pengumuman
 Katorde Minggu V: hari/tanggal, tempat, waktu.
 Tema Minggu V: Bersama Yesus yang Bangkit Keluarga Katolik
Menciptakan Generasi Baru.
 Kitab Suci: Mrk. 16:1-8 (Kebangkitan Yesus).

4. Lagu Penutup (Pilih lagu yang sesuai).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 65


APP 2021 KEUSKUPAN LARANTUKA
KATEKESE ORANG DEWASA
MINGGU V

Tema : Bersama Yesus yang Bangkit Keluarga Katolik


Menciptakan Generasi Baru
Tujuan : Supaya kita menyadari bahwa bersama Yesus yang
bangkit keluarga Katolik mampu menciptakan generasi
baru
Kitab Suci : Mrk. 16:1-8 (Kebangkitan Yesus)
Waktu : 60 menit (protokol kesehatan).

GAGASAN POKOK

1. Keluarga Katolik Menghidupi Spirit Kebangkitan Kristus


Keluarga Katolik menciptakan generasi baru adalah sebuah harapan yang
sangat besar. Harapan ini hanya akan terwujud apabila dalam ziarahnya,
keluarga-keluarga Katolik, yakni, bapak, ibu, dan anak-anak, terus menerus
menimba semangat kebangkitan Yesus, tidak statis dan pesimis dalam
kegelapan kubur, melainkan dinamis dan optimis menuju fajar Paskah. Roh
kebangkitan Yesus itu pertama-tama perlu ditanamkan di dalam diri setiap
pengikut Kristus karena martabat Sakramen Baptis dan Krisma, dan di dalam
setiap komunitas Kristen karena Ia menampakkan diri kepada beberapa orang
yang bergerak untuk mencari-Nya atau yang berkumpul dalam nama-Nya,
mereka yang “sehati dan sejiwa” (bdk. TMA 43; Rm. 5:5; Kis. 4:32; Luk.
24:13-35).
Kenangan (memoria) yang menggairahkan akan Yesus yang bangkit
baik dalam perjumpaan pribadi maupun bersama, hendaknya mengajak
keluarga-keluarga Katolik untuk menguatkan ikatan batin kedalam untuk
selanjutnya membawa Kabar Gembira kebangkitan itu kepada sesama keluar
dari rumahnya masing-masing. Sesama kita adalah orang-orang yang memiliki
rumah tangganya sendiri. Mereka menentukan sendiri nasibnya. Meski
demikian, sebagai suatu persekutuan Umat Allah, kita tetap satu keluarga Allah
dalam peziarahan menuju Bapa di sorga.
Dalam semangat Roh Yesus yang bangkit, keluarga (bersama generasi
baru yang diciptakannya) dalam ziarahnya di dunia ini berupaya

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 66


menyingkapkan rahasia Paskah melalui praktik-praktik devosi resmi Gereja
mulai dari dalam rumah mereka masing-masing, untuk selanjutnya saling
mengajak pergi ke gereja sebagai rumah Allah yang mengumpulkan semua
orang dari segala bangsa, suku, ras dan bahasa; melalui sabda yang
meneguhkan dan menguatkan keluarga-keluarga Katolik, agar mampu menjadi
“pelayan-pelayan Sabda”. Puncak dari penyingkapan rahasia Paskah adalah
Ekaristi (SC 47), makanan rohani yang memampukan mereka untuk “memberi
kesaksian tentang Kristus melalui teladan hidup dan kesaksian lisan di mana
saja mereka berada” (KHK Kan. 225§2).
Paus Benedictus XVI dalam Anjuran Apostolik Sacramentum Caritatis,
menegaskan panggilan keluarga untuk menjadikan Ekaristi sebagai pusat hidup
keluarga-keluarga Katolik. Dalam anjuran apostolik yang sama, Bapa Suci
mendorong agar keluarga-keluarga Katolik memetik ilham dan kekuatan dari
sakramen Ekaristi. Kasih antara laki-laki dan perempuan, keterbukaan kepada
kehidupan dan pendidikan anak adalah iklim khusus di mana Ekaristi dapat
menyingkapkan kekuatannya untuk mengubah hidup dan memberinya makna
yang penuh (SC 79).
2. Harapan Baru: Re-Evangelisasi Keluarga sebagai Ecclesia Domestica
demi Menciptakan Generasi Baru
Re-evangelisasi keluarga sebagai Gereja rumah (Ecclesia domestica)
tidak cukup Cmenyikapi persoalan sosial sebatas menemukan spiritualitas
kebangkitan dan memeliharanya dalam praktik kultis saja. Keluarga Katolik
tidak hadir semata-mata sebagai obyek evangelisasi, melainkan subyek yang
meng-evangelisasi dunia. Keluarga hadir sungguh sebagai Kabar Sukacita di
tengah dunia. Maka spiritualitas kebangkitan Yesus harus berbuah dalam aneka
aksi nyata. Persoalan kehidupan keluarga (dan perkawinan) dan generasi baru
saat ini dan nanti menuntut respons multi-pihak: Gereja, pemerintah, dan
masyarakat adat untuk selanjutnya mengambil langkah konkret dalam aksi
preventif maupun kuratif.
Pastoral keluarga kiranya tidak cukup hanya berkutat pada pelayanan dan
pemenuhan tuntutan administratif sakramental dalam persiapan perkawinan
sambil mengabaikan situasi dan kondisi yang melingkupinya. PASTORAL
KELUARGA BERJENJANG kiranya menjadi sebuah kemendesakan di
tengah mimpi besar re-evangelisasi keluarga sebagai Gereja rumah bagi semua
keluarga Katolik di mana saja mereka berada. Pastoral keluarga mestinya tidak

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 67


berlindung dibalik dalih kapasitas dan kompetensi cura animarum, karena
pastoral keluarga sesungguhnya menyentuh subyek personal dan komunal
manusia secara utuh dengan mengutamakan penghargaan terhadap martabat
manusia sebagai keharusan iman dan moral. AKSI PASTORAL harus
dijalankan dalam kebersamaan dengan semua pihak untuk menegaskan
keluhuran martabat perkawinan dan keluarga di semua level/jenjang mulai dari
remaja (Sekami-Sekar), OMK, persiapan nikah, dan bina lanjut keluarga
pascanikah.
Selama Gereja sebagai institusi begitu ketat memberlakukan aturan legal-
formal dan mengabaikan dukungan untuk proses yang manusiawi dan
intervensi yang memberdayakan, selama Gereja cuma “menonton” dari jauh
dan hanya berurusan dengan pelayanan konvensional/tradisional, dan para
pihak lain “berdiam diri”, maka persoalan hidup keluarga (dan perkawinan)
tetap menjadi momok yang melelahkan. Kita membutuhkan spirit kebangkitan
Yesus untuk memandang wajah Yesus yang terluka dalam diri sesama/keluarga
yang menderita sakit/penyakit dan kesusahan-kesusahan lain. Sebagaimana
pengalaman Rasul Tomas yang tidak percaya akan kebangkitan Kristus, ketika
keluar dari komunitas para murid, keluarga-keluarga Katolik juga diajak untuk
senantiasa kembali ke dalam rumah, kembali ke dalam kebersamaan untuk
menemukan Yesus yang bangkit (Yoh 20:24-29). Dibutuhkan langkah
extraordinary (luar biasa), inovasi, sinergi dan kolaborasi para pihak (Gereja,
pemerintah, lembaga adat, LSM) untuk memberdayakan keluarga-keluarga
Katolik dalam wujud:
a. Meningkatkan tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan nilai
iman dan moral anak.
Dalam Gereja Katolik, keluarga mendapat perhatian yang sungguh karena
kesadaran akan pentingnya keluarga sebagai asal mula bertumbuh dan
berkembangnya iman. Dengan mendidik anak-anak, orangtua ikut ambil
bagian dalam cara Allah mengajar yang bersifat kebapaan dan keibuan (GS
48). Melalui teladan, doa, dan berkat dari orangtua, anak-anak bahkan semua
orang yang tinggal dalam keluarga akan mudah menemukan jalan Allah,
jalan keselamatan yang diajarkan oleh Gereja. Tugas dan tanggung jawab
orangtua ini tidak lepas dari martabat sakramen pernikahan yang telah
mereka terima. Allah sendirilah pencipta perkawinan (GS 48). Ia yang telah
menginginkan agar manusia, pria dan wanita bersatu bagi kelangsungan
umat manusia, bagi pertumbuhan pribadi, serta tujuan kekal masing-masing

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 68


anggota keluarga, bagi martabat, kelestarian, damai, dan kesejahteraan
keluarga itu sendiri maupun seluruh masyarakat manusia.
Keluarga adalah pendidik nilai. Keluarga juga menjadi promotor
pelaksanaan nilai. Pendidikan itu penting. Nilai itu berharga. Di satu sisi,
pendidikan merupakan substansi yang sangat bernilai karena berfungsi
sebagai pencerahan dalam kegelapan dan jalan buntu manusia. Di sisi lain,
pendidikan nilai adalah roh dan jiwa pendidikan anak. Roh dan jiwa itu
mula-mula ditanam dalam pendidikan di keluarga, selanjutnya bertumbuh
mekar dan menjadi besar melalui pendidikan di sekolah. Keluarga dan
sekolah bersama-sama perlu menjunjung tinggi nilai pendidikan dan
mengoptimalkan pendidikan nilai. Nilai adalah sesuatu yang dianggap luhur
dan bermakna bagi kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan nilai
adalah usaha manusia untuk menanamkan nilai-nilai ke dalam diri manusia
agar manusia dapat hidup dan berkembang mencapai tujuan hidupnya.
b. Generasi baru yang semakin memberi diri dalam pelayanan Gereja.
Kita menyadari bahwa generasi baru yang menjadi harapan kita
adalah anak-anak zaman ini, dengan segala pergulatan hidup yang
menyertainya. Agar harapan Gereja Lokal KL tentang partisipasi aktif
generasi baru dalam pelayanan Gereja dapat terpenuhi, maka dibutuhkan
penguatan spiritualitas dalam diri Sekami, Sekar, dan OMK. Beato Carlo
Acutis yang dibeatifikasi pada hari Sabtu, 10 Oktober 2020, menjadi salah
satu contoh kegairahan generasi baru dalam mengejar dan mendandani
kekudusan. Seperti Beato Carlo Acutis, Sekami, Sekar, OMK bisa
membidik unsur spiritualitas mereka dalam praktik hidup yang paling
sederhana: merayakan Ekaristi, aktif dalam kegiatan misdinar bagi Sekami,
Sekar dan OMK, menyayangi dan menghormati orangtua, kakak dan adik,
saling membantu dan bersikap solider dengan yang berkekurangan;
singkatnya aktivitas khas orang muda yang memungkinkan mereka
menemukan rahmat kesucian hidup. Keyakinan umum yang perlu dibangun
adalah penegasan bahwa: keluarga seharusnya menjadi tempat suci, Gereja
rumah tangga (Ecclesia domestica). Keluarga menjadi tempat ditemukan
kehadiran Allah. Dalam keluarga seperti inilah, api misioner dan pastoral
bernyala, penghayatan iman dapat berbuah dalam hidup nyata.
Pentingnya pendampingan pastoral keluarga secara berjenjang seturut
usia perkembangan seorang anak manusia harus menjadi prioritas
penekanan Gereja. Kita bersyukur bahwa Sinode VII-KL telah menyadari

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 69


dan lalu menemukan langkah-langkah solutif melalui pendampingan secara
periodik dan berkelanjutan untuk kategori: 0 – 3 tahun (1000 Hari Pertama
Kehidupan), PAUD/TK, Sekami, Sekar, OMK. Di samping itu, beberapa
langkah solutif lain akan diambil untuk menyiapkan aneka modul tematis
untuk pendampingan anak 0 - 3 tahun (1.000 Hari Pertama Kehidupan),
PAUD/TK, Sekami, Sekar, dan OMK, rekoleksi, retret, weekend tematis
untuk anak-anak, Sekami, Sekar dan OMK, pendidikan dan penanaman
nilai (iman dan moral) dengan meningkatkan pendampingan dan pembinaan
dalam keluarga (5 tahun), menyiapkan modul pendidikan nilai (iman dan
moral) dan motivasi, animasi, dan edukasi tentang pendidikan nilai dalam
pendampingan pastoral keluarga berjenjang.
c. Brand katolisitas: daya tarik baru/terbarukan dari Gereja untuk
generasi baru
Generasi baru itu lahir di era milenial, yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan informasi, komunikasi, dan teknologi (infokomtek).
Kecanggihan peralatan infokomtek dengan segala fasilitas pendukungnya
telah menjadi dunia baru, rahim yang mengandung, melahirkan dan
membesarkan mereka. Hampir sebagian besar kesimpulan tentang apa arti
hidup selalu terjurus ke arah kecanggihan peralatan infokomtek. Memang
ada berkat tetapi juga ada kutuk di balik semua perkembangan peradaban
ini. Dunia dan segala gerak lajunya disandingkan dengan agama dan segala
pernak-pernik ritual yang menyertainya. Boleh jadi dalam diri orang muda,
dunia menang atas agama; bisa juga sebaliknya agama menang atas dunia.
Cara yang mungkin bisa ditempuh pastoral keluarga saat ini adalah
memperkuat identitas. Perlu brand kekatolikan. Ada insiatif menegaskan
diri sebagai Sekami, Sekar, dan OMK, yang ketika memasuki perjumpaan
dengan keragaman agama, budaya, keyakinan, nilai dan keyakinan tidak
melebur dan menjadi kabur. Identitas itu akan meneguhkan pernyataan
profetis Karl Rahner tentang Gereja masa depan yang terpanggil untuk
menjadi “mistik” agar mampu bertahan dalam perubahan zaman. Identitas
kekatolikan yang dihayati menjadikan Sekami-Sekar, OMK tidak
gagu/gugup di depan kebinekaan. Slogan “100 persen Katolik, 100 persen
Indonesia, 100 persen Lamaholot” sudah bagus dan unik sebagai khas
Katolik di wilayah Keuskupan Larantuka. Namun perlu dilengkapi: Sekali
Katolik tetap Katolik sampai Tuhan memanggil.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 70


3. Keluarga dan Generasi Muda; Kabar Sukacita Injil bagi Dunia
Keluarga memancarkan sukacita Injil manakala keluarga mendasarkan
hidupnya pada Kristus dan dengan tekun menjumpai-Nya dalam hidup sehari
hari, karena “Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang
menjumpai Yesus” (EG 1). Sukacita Injil itu tampak ketika keluarga mampu
menghayati panggilan dan perutusannya dalam kehidupan menggereja dan
bermasyarakat dalam situasi apapun juga.
Ketika keluarga Katolik, khususnya pasangan suami-istri, mampu
menghayati dan menemukan keindahan dalam kehidupan perkawinan dan
keluarga mereka, menerimanya dengan penuh syukur dan memancarkan
pengalaman sukacita itu kepada keluarga lain, itulah sukacita Injil. Di sisi lain,
ketika keluarga mampu saling setia satu sama lain dalam menghadapi berbagai
krisis dalam kehidupan mereka, bahkan mampu menemukan jalan baru untuk
menghadapinya dengan menyandarkan kekuatannya pada Kristus yang
dijumpainya dalam kehidupan sehari hari, itulah sukacita Injil. Keluarga Katolik
menunjukkan sukacita yang sejati ketika dalam pergumulan mereka yang tidak
mudah tetap menawarkan senyum, melambungkan syukur, menawarkan kasih
dan pengharapan baru, serta menunjukkan kesetiaan dan keteguhan iman dalam
musim-musim kehidupan mereka karena tetap percaya pada Allah sendiri yang
menyertai perjalanan keluarga mereka.
Memandang betapa pentingnya keterlibatan semua anggota keluarga
dalam pemberdayaan KBG, Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia
Dewasa ini menulis, “Kehadiran aktif ayah sangat membantu pembinaan
mereka, tetapi juga pengurusan rumah tangga oleh ibu, yang terutama
dibutuhkan oleh anak-anak yang masih muda, perlu dijamin, tanpa maksud
supaya pengembangan sosial wanita yang sewajarnya dikesampingkan” (GS
52). Kita mengharapkan, keluarga sebagai Ecclesia domestica merupakan
tempat yang kudus, karena di dalam keluarga Allah sendiri hadir di tengah
umat-Nya. Secara khusus dalam doa keluarga digenapilah Sabda Tuhan yang
mengajarkan bahwa, jika dua atau tiga orang bersekutu di dalam nama-Nya,
Tuhan hadir (Mat. 18:20). “Tempat yang kudus” dalam keluarga tidak untuk
diartikan secara jasmani, di mana keluarga menyediakan tempat khusus untuk
berdoa; tetapi juga tempat kudus rohani, di mana keluarga bersama-sama
menerapkan iman, pengharapan dan kasih yang melibatkan pengorbanan dan
pemberian diri seturut teladan Kristus (FC 49). Dengan menerapkan kasih dan
pengorbanan, setiap anggota keluarga mengambil bagian dalam kurban Kristus

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 71


bagi pengudusan umat manusia dan turut mengambil bagian dalam tugas
Gereja menjadi sarana keselamatan (LG 1).

PELAKSANAAN PERTEMUAN

I. PEMBUKA
1. Pengantar
Bapa, Ibu, Saudara-Saudari Terkasih. Kita telah merenungkan tema umum
APP 2021: KELUARGA KATOLIK MENCIPTAKAN GENERASI BARU.
Selama empat minggu berturut-turut kita telah merenungkan tema itu dengan
penekanan pada setiap minggu:
Minggu I : Realitas keluarga-keluarga Katolik di wilayah kita.
Minggu II : Keluarga Katolik menciptakan generasi baru.
Minggu III : Keluarga Katolik dipanggil untuk menciptakan generasi baru.
Minggu IV : Tantangan Keluarga Katolik dalam menciptakan generasi
baru.
Selanjutnya dalam Minggu V ini kita diajak merenungkan tema “Bersama
Yesus yang Bangkit, Keluarga Katolik Menciptakan Generasi Baru”. Tema ini
hendak menyadarkan kita, bahwa bersama roh Yesus yang bangkit, keluarga
Katolik mampu menciptakan generasi baru. Mari kita mengawali pertemuan ini
dengan menyanyikan lagu pembuka.
2. Lagu Pembuka (Pilih lagu yang sesuai).
3. Tanda Salib dan Salam.
P : Dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.
U : Amin.
P : Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan
Roh Kudus beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
4. Doa Pembuka
P : Marilah kita berdoa (Hening sejenak).
Allah Bapa yang mahabaik kami bersyukur kepada-Mu, karena
Engkau telah mengumpulkan kami kembali dalam kegiatan katorde
Minggu V ini. Bantulah kami untuk menyadari bahwa bersama roh
Yesus yang bangkit keluarga-keluarga mampu menciptakan generasi

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 72


baru. Semua ini kami mohon kepada-Mu, dengan pengantaraan
Kristus yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dalam persatuan
dengan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa.
U : Amin.

II. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN


Langkah I: Melihat dan mendalami situasi hidup.
 (Fasilitator mengajak peserta melihat situasi hidup dengan membawakan
pengantar singkat)
Bapa, Ibu, Saudara-Saudari Terkasih. Kita telah melihat kenyataan
keluarga-keluarga Katolik dewasa ini, khususnya situasi hidup generasi muda.
Kita prihatin dengan banyak masalah yang menimpa kehidupan keluarga dan
generasi muda kita. Maka perjuangan keluarga Katolik menciptakan generasi
baru adalah sebuah gerakan bersama dan harapan besar Gereja dan masyarakat.
Harapan ini hanya akan terwujud apabila dalam ziarahnya, keluarga-
keluarga Katolik (bapak, ibu, anak) terus menerus menimba semangat
kebangkitan Yesus; tidak statis dan pesimis dalam kegelapan kubur, melainkan
optimis dan dinamis menuju fajar Paska. Roh kebangkitan Yesus itu pertama-
tama perlu ditanamkan di dalam diri setiap pengikut Kristus karena kekuatan
Ekaristi, Sabda, dan martabat Sakramen Baptis dan Krisma. Selanjutnya Roh
Yesus yang bangkit itu harus ditumbuhkan dalam setiap keluarga, generasi baru
dan setiap komunitas Kristen.
 Fasilitator mengajak peserta mendalami situasi hidup dengan sejumlah
pertanyaan penuntun berikut:
1. Dalam Gereja Katolik, keluarga mendapat perhatian yang sungguh karena
kesadaran akan pentingnya keluarga sebagai asal mula bertumbuh dan
berkembangnya iman dan moral. Apa saja yang telah dilakukan oleh
Bapak dan Mama dalam menumbuhkan iman dan moral dalam
keluargamu? (membangun kebiasaan doa dan makan bersama dalam
keluarga, gerakan cinta Ekaristi bersama pada hari Minggu,
menumbuhkan rasa belas kasih dalam diri anak, dll)
2. Generasi muda dengan segala realitas yang menyertainya adalah harapan
Gereja dan masyarakat. Ada dua sumber daya yang menggerakkan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 73


mereka untuk berkontribusi sebagai energi baru bagi Gereja dan
masyarakat adalah Ekaristi dan Sabda. Bagaimana generasi muda telah
menghidupi dan menghidupkan Ekaristi dan Sabda? (berbakti kepada
bapak dan mama; terlibat dalam kegiatan kelompok kategorial: Sekami,
Sekar, OMK; keterlibatan dalam kegiatan menggereja dan
bermasyarakat, dll)
3. Banyak cara yang ditempuh dalam menciptakan generasi baru, salah
satunya adalah memperkuat identitas (brand kekatolikan) keluarga dan
generasi baru itu sendiri. Brand yang dimaksudkan di sini adalah
keunggulan atau kekhasan, cap, yang menunjukkan identitas dan serentak
membedakan kita dengan yang lain. Apa saja yang menjadi keunggulan
dan kekhasan (brand) keluarga Katolik dan generasi baru yang
membedakan kita dengan yang lain? (brand pastoral keluarga adalah
monogami dan tak terceraikan, sedangkan brand generasi baru adalah
yang menghidupkan nilai iman dan moral dan berkontribusi sebagai
energi baru bagi Gereja dan masyarakat).
 Rangkuman dan penegasan Fasilitator
1. Tanggung jawab keluarga Katolik terhadap pendidikan nilai iman dan
moral generasi baru merupakan perjuangan dan gerakan bersama.
Keluarga Katolik sebagai Gereja rumah (Ecclesia domestica) dan sel
masyarakat perlu menyadari pentingnya menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai iman dan moral generasi baru. Hal itu
dilakukan melalui sejumlah usaha antara lain, membangun kebiasaan doa
dan makan bersama dalam keluarga, gerakan cinta Ekaristi bersama pada
hari Minggu, dan menumbuhkan rasa belas kasih dalam diri anak. Dengan
perjuangan dan gerakan bersama itu, keluarga-keluarga Katolik
menegaskan jati diri keluarganya sebagai tempat kudus, Gereja Rumah
dan sel masyarakat.
2. Generasi baru adalah generasi masa kini yang menjadi harapan Gereja dan
masyarakat. Penanaman nilai-nilai iman dan moral oleh keluarga
selanjutnya mendorong generasi baru untuk berkreasi dan berkontribusi
(memberi sumbangan) bagi kehidupan Gereja dan masyarakat. Ekaristi
yang menjadi sumber dan puncak kehidupan kekatolikan dan Sabda Allah
menggerakkan mereka menjadi energi baru bagi dunia. Sumbangan

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 74


konkret itu nyata dalam sejumlah nilai sebagai berikut: berbakti kepada
bapak dan mama; terlibat dalam kegiatan kelompok kategorial: Sekami,
Sekar, dan OMK; keterlibatan dalam kegiatan menggereja dan
bermasyarakat, dll. Dengan keterlibatan-keterlibatan seperti ini, generasi
baru menegaskan jati dirinya sebagai 100% Katolik, 100% Indonesia, dan
menjadi Katolik sampai mati.
3. Zaman yang terus berubah menantang keluarga Katolik dan generasi baru
untuk mempertahankan identitas khasnya di tengah dunia. Tuntutan ini
mendorong keluarga dan generasi baru memperkuat identitasnya yang
kiranya menjadi brand (cap, keunggulan dan kekhasan) sebagai daya tarik
baru dalam tata dunia. Keunggulan dan kekhasan itu seperti ditampakkan
melalui sifat perkawinan yang monogami dan tak terceraikan. Di samping
itu, generasi baru mampu menghidupkan dan menghidupi nilai iman dan
moral dan berkontribusi sebagai energi baru bagi Gereja dan masyarakat.
Langkah II:Melihat Situasi Hidup Dalam Terang Firman Tuhan.

 Fasilitator mengajak peserta untuk melihat situasi hidup dalam terang


Firman Tuhan.
 Salah seorang peserta diminta untuk membacakan teks Mrk. 16:1-8
tentang Kebangkitan Yesus.
 Teks ini dibaca sekali lagi oleh semua peserta.
 Fasilitator mengajak peserta mendalami teks Kitab Suci dengan beberapa
penuntun.
1. Teks Injil tadi berbicara tentang apa? (Tentang kebangkitan Kristus)
2. Siapa saja yang membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur
meminyaki jenazah Yesus? (ay.1, Maria Magdalena, Maria ibu
Yakobus dan Salome ).
3. Apa yang dilihat oleh ketiga perempuan itu ketika mereka tiba di
kubur? (ay. 4, Batu yang memang sangat besar itu sudah terguling; ay.
5, mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di
sebelah kanan; ay. 6, tempat mereka membaringkan Yesus)
4. Apa kata seorang muda berjubah putih itu kepada ketiga wanita itu ?
(ay. 6, Jangan takut! kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang
disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 75


mereka membaringkan Dia. Ay. 7, Tetapi sekarang pergilah,
katakanlah kepada murid-murid-Nya, dan kepada Petrus, Ia
mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti
yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu).
5. Apa pesan teks Kitab Suci itu untuk kita ? Syeringkanlah secara
singkat!
 Rangkuman dan penegasan fasilitator.
1. Tindakan Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Salome, membeli
rempah-rempah lalu pergi ke makam untuk meminyaki jenazah Yesus,
merupakan tradisi Yahudi ketika itu. Hal yang mengejutkan mereka yakni
mereka melihat batu sudah terguling, sedangkan jenazah Yesus tidak ada
di dalam kubur itu. Mereka melihat seorang muda berpakaian putih.
Orang muda itu mengatakan kepada mereka bahwa Yesus telah bangkit.
Yesus tidak ada lagi di kubur. Kini Ia berada di Galilea, Ia menunggu
mereka di sana.
2. Inti pesan perikop ini terdapat dalam ayat 6 dan ayat 7, tentang makam
kosong sebagai bukti kebangkitan Yesus dan amanat perutusan: “Kamu
mencari Yesus orang Nazaret yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak
ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia” (ay. 6 ).
Orang muda berjubah putih itupun menyampaikan amanat perutusan,
“Pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia
mendahului kamu ke Galilea, di sana kamu akan melihat Dia....” (ay. 7 ).
3. Kebangkitan Kristus adalah pengalaman iman. Orang yang percaya akan
kebangkitan adalah mereka yang sudah mendapat pengalaman-
pengalaman yang mempersiapkan mereka menerima kebenaran yang
paling fundamental, bahwa Allah yang hidup mencintai manusia dan
mengembalikan mereka kepada kehidupan. Spiritualitas kebangkitan
adalah hidup dalam keyakinan bahwa Allah yang hidup mencintai
manusia dan mengembalikannya kepada kehidupan. Hidup yang terus
berlanjut.
Langkah III :Menanggapi Situasi Dalam Terang Firman Tuhan
 Fasilitator membuat rangkuman singkat langkah I dan II.
1. Pada langkah I kita menemukan adanya harapan baru bagi re-evangelisasi
keluarga sebagai Gereja rumah dalam menciptakan generasi baru. Tentu

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 76


saja harapan ini diletakkan atas dasar perjuangan dan gerakan bersama dari
setiap keluarga dalam meningkatkan pendidikan nilai iman dan moral bagi
generasi baru. Di samping itu, generasi baru semakin bersemangat dalam
berkreasi dan berkontribusi bagi kehidupan menggereja dan bermasyarakat
melalui keterlibatan dalam berbagai kelompok kategorial dan
memanfaatkan media sosial sebagai sarana pewartaan. Dengan maksud
ini, keluarga dan generasi baru hendaknya memperkuat identitas sebagai
brand Katolisitas (keunggulan dan kekhasan) yang sungguh menjadi daya
tarik di tata dunia dewasa ini.
2. Sedangkan pada langkah II, kita mendengarkan dan merenungkan
kekuatan Sabda Tuhan yang memberi inspirasi bahwa kebangkitan Yesus,
misteri makam kosong dan pergi ke Galilea untuk menjumpai Yesus yang
bangkit, merupakan amanat Yesus bagi kita untuk tidak tenggelam dalam
kegelapan alam kubur, tidak terjebak dalam situasi buram dan suram yang
membuat kita kehilangan harapan.
Pesan perjumpaan di Galilea setelah kebangkitan menyiratkan makna
perutusan bagi keluarga dan generasi baru. Makna perutusan ini mengacu
pada tiga tempat penting di Galilea: Nazaret yang menunjukkan keluarga;
Kapernaum yang menunjukkan tempat panggilan para murid, dan Tiberias
(Genezaret) tempat karya. Maka, Galilea sebenarnya merupakan
gambaran keluarga, komunitas dan medan pelayanan, yang juga bisa
berarti keluarga, Gereja dan masyarakat sekarang dan di sini. Dalam
semangat Kebangkitan Kristus, keluarga Katolik diutus menjadi “Galilea
zaman kini”, tempat orang menyaksikan dan merayakan kehadiran Yesus
sebagai Mesias Pelayan.

 Tawaran Aksi
Fasilitator mengajak peserta menanggapi situasi dalam terang Firman
Tuhan. Apa yang bisa kita lakukan? (Siapa, buat apa, dengan siapa, di
mana, bagaimana dan kapan).
Tawaran aksi :
1. Membiasakan kembali momen kebersamaan dalam keluarga: doa
bersama, makan bersama, melayani bersama, Ekaristi bersama
khususnya pada hari Minggu.

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 77


2. Melaksanakan pastoral keluarga berjenjang, dalam keluarga, KBG,
stasi, paroki, keuskupan sesuai peran masing-masing.

III. PENUTUP

1. Doa Penutup
P : Marilah berdoa (Hening sejenak).
Allah Bapa yang mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu karena
Engkau telah membangkitkan Yesus Putra-Mu dari alam maut. Kami
mohon semoga Roh Yesus yang bangkit, memampukan dan
menggerakkan kami untuk menata kembali keluarga-keluarga
Katolik dan menciptakan generasi baru sesuai dengan kehendak dan
rencana-Mu. Semua ini kami mohon kepada-Mu, dengan perantaraan
Kristus Tuhan kami.
U. : Amin.

2. Evaluasi
(Proses ini dipandu fasilitator dengan menggunakan format yang telah
disiapkan).

3. Pengumuman
a. Setelah kegiatan katorde Minggu V ini, format evaluasi dikembalikan
ke pastor paroki.

4. Lagu Penutup (Pilih lagu yang sesuai).

Katorde-APP 2021 KL ....................................................................| 78

Anda mungkin juga menyukai