1
Dari Zaitun Menuju Kalvari
(Jalan Salib Mengenang Sengsara & Wafat Yesus)
I. PEMBUKAAN (Lagu)
TANDA SALIB DAN DOA PEMBUKA
Orator : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
Umat : Amin.
Orator :
Marilah kita berdoa…..
Ya Tuhan Yesus, kami akan merenungkan penderitaan, wafat dan
kebangkitanMu. Berkat kasih, jerih payah, kerja, pergulatan, perjuangan dan
pengurbananMu, Engkau menyelamatkan kami semua. Engkau telah
mengalahkan dosa dan kemalasan, egoisme dan kesombongan kami. Ya Santa
Maria Bunda dukacita, bantulah kami merenungkan dengan sungguh sengsara
PuteraMu. Mohonlah bagi kami, belaskasih Allah yang telah dilimpahkan
secara luar biasa sejak awal mula. Ya Bapa Utuslah RohMu, agar permenungan
dalam ziarah ini membawa kami lebih dekat dengan semangat dan teladan
hidup PuteraMu. Semoga ziarah derita ini mengikat kami lebih erat lagi
dengan Dikau, agar dengan pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus, kami
mendekati Engkau sebagai Bapa, serta memperoleh pengampunan dan
kebaikanMu yang tidak berkesudahan. Amin.
2
Dari Zaitun Menuju Kalvari
Bentangan pakaian di jalan tat kala Yesus masuk dan melewati kota
Yerusalem…pada jari-jari yang menggengam erat daun palem ditangan..pekik
sorak sorai ungkapan hati penuh riang gembira pada setiap mulut terucap “
Terpujilah Putera Daud. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan! Terpujilah
yang Mahatingi. Yang lain berteriak siapakah orang ini? Dialah nabi Yesus dari
nazaret di galilea membuat Yesus Putera Allah itu tersanjung. Kini, sesaat lagi
akan menjelmah, berubah. Daun palem yang erat tergenggam dalam jemari kini
terlepas, jatuh berguguran.Genggaman jemari menjadi kepalan, wajah riang
berubah rupa jadi kebencian penuh dendam, mulut yang mengucap “Terpujilah
Putera Daud. Terberkatilah yang datang” kini menjadi teriakan “Salibkan Dia,
salibkan Dia, salibkan Dia”. Kenangan kegembiraaan penuh senyum, canda
tawah dan harapan saat ada dan melewati Yerusalem perlahan pudar, hilang lalu
lenyap- menjemput derita jalan salib menyusuri lembah getzemani menuju
kalvari penuh duka derita.
3
Narator:
Telah Kaubisikkan cinta pada dinding-dinding hati mereka yang pernah
percaya atau mungkin yang masih
Telah Kaubisikkan cinta pada seribu hati cemberut, pada nurani berlabur
ambisi mengejar citra dunia.
Telah Kaubisikkan cinta pada gelagat jiwa insan manusia, yang lebih
memilih tahyul dan propaganda ahlak daripada bahasa cintaMu.
Namun semua tak percaya, semua melupa, semua luntur, seperti debu pada
semburan angin. Semua terbang dengan sejuta bualan. Seperti yang pernah
Kau sabdakan:
Narator II : ”kamu semua akan tergoncang imanmu!”
Narator : Dan Petrus sang karang padas, lesuh tanpa tegar di hadapan maut
dan ketakutan.
Narator II: ”Aku berkata kepadamu, hari ini juga, sebelum ayam berkokok
dua kali, engkau akan menyangkal Aku tiga kali!”
Narator:
Lalu Kau memilih alam tuk bisikkan segala cintaMu.
Lembah sungai Kidron dan harum Zaitun di Getsemani menyulam seluruh
luka bathin dan beratnya cawan yang harus Kau teguk.
Yesus, pada hening Getsemani, Kau tegur kami yang biasa terlelap tanpa
berjaga.
Yesus: “HatiKu sangat sedih, hingga mau mati rasanya. Tinggallah di
sini dan berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu tidak jatuh
dalam pencobaan. Roh memang penurut tapi daging lemah!!”
Narator : Rutinitas menyeret kami dalam alur dunia. Kami terpental pada
sisi-sisi terjal kehidupan. Kini kami menatap Dikau dari
keremangan, dari mimpi-mimpi yang masih membius.
4
Namun kami tetap percaya, Dikaulah satu-satunya penebus dan
harapan kami.
Yesus, dalam doa-Mu lirih terucap pengorbanan yang tulus:
Yesus: “Ya Abba, ya Bapa, tiada yang mustahil bagiMu, biarlah
piala ini berlalu daripadaKu, tetapi bukan atas kehendakKu,
melainkan atas kehendakMu-lah yang terjadi!”
Narator :
Telah Kau buktikan cintaMu pada kami lewat tetesan darah pada alur
keningMu yang membuat tanah dan samudera bahagia. Telah Kau katakan
setia tanda pengorbananMu lewat ketegaran menapaki ziarah duka menuju
suka.Yesus kami semua berharap padaMu…
Lagu :
5
memberi kecupan, ciuman pengkhianatan terhadap seorang sahabat dan
saudara demi tuga puluh keping perak, demi, kepentingan diri.
Saudara dan saudari terkasih,
Yudas rela menyerahkan Yesus ke tangan para algojo bengis untuk
dibawa kepada Pilatus dengan sebuah ciuman pengkhianatan. Pilatus
menerima Yesus sebagai terdakwa yang siap untuk diadili dan dijatuhi
hukuman mati dengan disalibkan secara ngeri. Pilatus sendiri tidak punya
pendirian, ia kecut terhadap orang banyak, takut kehilangan simpati rakyat.
Oleh karena Pilatus yang pengecut, Yesus dikorbankan demi kemapanan
kuasanya. Pilatus menyerahkan Yesus untuk didera. Sosok tubuh-Nya yang
mulus dan suci dicambuki, wajahNya diludahi dengan ludah kebencian.
Kepala-Nya yang kudus terurapi dimahkotai duri. Kaki dan tangan-Nya
ditembusi paku.
Hai manusia……mengapa Kau serahkan Tuhanmu……?
Mengapa kau adili Dia dan kau jatuhi hukuman mati dengan
salib……..? Apakah Dia seorang penjahat?
Demi dosa-dosa kita, Yesus diam seribu bahasa, mengalah untuk
menang, menerima hukuman salib yang keji.
Dosa dan kejahatan, tak jarang telah membutakan mata hati dan pikiran
manusia. Sesama menjadi korban hawa nafsu dan kebencian kita. Manusia
menjadi begitu egois dan rakus, sehingga lupa akan belas kasih dan cinta
Tuhan terhadap dirinya. Entah sadar atau tidak, setiap hari banyak di antara
kita mengkhianati dan melupakan Tuhan dengan berbagai macam cara dan
sikap hidup kita. Oleh karena dosa-dosa kita, Kristus harus mati di Golgota,
di atas palang penghinaan agar dengan-Nya kita diselamatkan. Kita
menyalibkan Kristus. Tuhan tetap setia kendatipun kita tidak setia. Tuhan
tetap baik meskipun kita seringkali berbuat jahat. Tuhan tetap mencintai kita
meskipun kita menghina dan mengkianatiNya. Ia tetap mau dekat dengan
kita meskipun kita seringkali lari menjauh dari-Nya. Hai, manusia…..kau
tercipta, kau diberi hidup dengan RohNya yang kudus, kau dipelihara dan
dijaga hanya karena cinta dan belas kasih-Nya. Manakah balas jasamu:
pengkianatan atau cinta….? (Hening sejenak)
6
Renungan II
Ibu, bapak, saudara/i, umat Allah yang terkasih dalam Kristus.
Di Taman Getsemani, semalaman Yesus berjaga dan berdoa bersama
murid-murid dekat-Nya. “Tidakkah kamu bisa berjaga bersama Aku.
Berdoalah supaya kamu tidak jatuh ke dalam pencobaan.” Dalam keteduhan
malam itu, tiba-tiba datang segerombolan orang dengan obor bernyala yang
dipandu oleh Yudas menjemput Yesus. Penjemputan itu diawali dengan
ciuman mesra Yudas terhadap Yesus. Tetapi ciuman mesra itu adalah sebuah
pengkhianatan yang paling keji.
Saudara dan saudari terkasih, ciuman adalah tanda cinta dan karena itu
manis rasanya. Namun ciuman Yudas bukanlah ciuman cinta tapi
pengkianatan yang pahit karena demi uang, ia rela menyerahkan Yesus ke
tangan Pilatus. Pilatus menerima Yesus sebagai terdakwa yang siap untuk
diadili dan dijatuhi hukuman mati dengan disalibkan secara keji. Pilatus
sendiri tidak punya pendirian, ia kecut terhadap orang banyak. Sikap dusta
dan rakus akan uang serta pengecut menggerogoti hati Yudas dan Pilatus.
Oleh karena Pilatus yang pengecut, Yesus dikorban demi kemapanan
kuasanya. Pilatus menyerahkan Yesus untuk didera. Sosok tubuh-Nya yang
mulus dan suci diludahi. Kepala-Nya yang kudus terurap dimahkotai duri.
Kaki dan tangan-Nya ditembusi paku. Hai manusia, mengapa Kau serahkan
Tuhanmu? Mengapa kau adili Dia dan kau jatuhi hukuman mati dengan salib?
Apakah Dia seorang penjahat? Hai manusia, oleh dosa-dosa kita, Yesus
disalibkan.
Ibu, bapak, saudara/i, umat Allah yang terkasih dalam Kristus. Dosa dan
kejahatan telah membuat manusia buta terhadap Tuhannya. Manusia begitu
egois dan rakus, sehingga lupa akan belas kasih dan cinta Tuhan. Kristus harus
mati di salib di Golgota agar dengan penderitaan dan kematian-Nya kita
diselamatkan. Tuhan tetap setia kendatipun kita tidak setia. Hai manusia, kau
7
tercipta, kau diberi hidup, kau dipelihara dan dijaga hanya karena cinta dan
belas kasih-Nya. Manakah balas jasamu: pengkianatan atau cinta?
Lagu: Derita Yesus.
8
dinista. Engkau tidak mengancam biarpun Engkau menderita. Engkau
dikurbankan karena Engkau menghendaki supaya kami selamat.
Ajarlah kami untuk menerima setiap kebencian dengan cinta dan
berusaha untuk memberikan rasa adil dan damai tanpa dendam yang
menghambat aliran cintaMu kepada sesama.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, kasihanilah kami orang berdosa.
Penderitan dalam hidup adalah kepastian yang tak bisa ditolak, entah itu besar
ataupun kecil, pastinya ia tetap disebut penderitaan. Jejak hidup yang kita
pahat selalu menyentuh satu sisi yang kita sebut dengan tantangan dan cobaan.
Kristus telah menunjukkan satu teladan bagi kita untuk ikhlas mengahadapi
penderitaan. Lalu bagaimana dengan kita dalam menghadapi penderitaan yang
acap menikam hidup kita? Apakah kita ikhlas dan rela menerima setiap
tantangan dan penderitaan hidup kita, ataukah kita menolaknya…
9
Saudara dan saudari…
Kehidupan ini penuh berserakan dengan duka dan derita. Kita selalu mengeluh
dan kesal hati bila hidup penuh penderitaan, kesedihan dan kegelisahan. Sakit
yang berkepanjangan, kematian orang tercinta yang datang silih berganti,
pendapatan rumah tangga yang terus melorot, situasi hidup bersama yang tidak
aman, anak yang putus sekolah, hasil tanaman habis imakan hama tikus
meraja, dan lain sebagainya, sering membuat kita putus asa. Hal ini terjadi
karena kita mencari enaknya hidup tanpa perlu harus banyak berkorban.
Seperti Kristus yang dengan salib di bahu-Nya, tidak loyo, tidak letih, tidak
kehabisan tenaga, melainkan tegak, agung, mulia; hendaklah kita menerima
penderitaan atau salib hidup kita demikian! Semua kita, pria dan wanita, tua
dan muda, pemuda dan pemudi, imam dan awam, petani dan pegawai, yang
lemah dan yang kuat, gadis-gadis dan suster menyerahkan bahu kita kepada
Kristus. Kristus bersama dengan kita berjalan dengan keberanian yang sama,
dengan harapan yang sama dan dengan jiwa yang sama ke gunung Golgota
untuk menerima korban.
Kalau kita sudah terbiasa melekatkan bahu pada salib dalam detik-detik
penderitaan, maka kepercayaan kita tidak akan goyah dengan penderitaan itu,
dan kita tidak akan dipisahkan dari Tuhan, tetapi sebaliknya, kita lebih
didekatkan kepada Tuhan. Kita tidak boleh dihancurkan oleh penderitaan,
tetapi harus memandang penderitaan sebagai tangga yang menghantar kita
kepada keselamatan, dan hal ini hanya dapat diajarkan oleh salib Kristus
kepada kita dalam hidup setiap hari.
Orator : Ya Yesus, Kau sambut tugas raksasa dengan teguh hati. Kerelaan
hati-Mu memampukan Dikau mengulurkan tangan untuk memanggul
salib simbol kehinaan. Lihatlah dan dengarlah seruan hati kami
umatMu.
Marilah kita berdoa….
Umat : Ya Yesus, Penebus. Betapa kami seringkali berkeluh dan tidak senang
tatkala mendapat salib-salib kecil dalam kehidupan kami. Kami
berontak dan menjauhiMu saat deraan penyakit datang, kala
kegagalan datang menghapus segala usaha kami, kala kesuksesan tak
mau berpaling pada kami dalam studi dan pekerjaan. Kami lebih
10
memilih sikap acu tak acu, sikap tak peduli pada penyelenggaraan-
Mu dan percaya pada tahyul. Kami tak berani melihat diri kami dan
lupa akan sabdaMu….”Barangsiapa ingin menjadi murid-Ku, ia
harus berani menyangkal diri serta memanggul salibnya setiap hari
dan mengikuti Aku.”
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, kasihanilah kami orang berdosa.
kini Ia alami.
Renungan :
Bapa/I, sauadara/I, umat Allah yang dikasihi Tuhan…
11
Perjalanan ke Golgota masih amat jauh. Salib terasa semakin berat. Yesus
tidak dapat berjalan lagi. Tenaga-Nya perlahan lemah, bahu-Nya mulai rapuh
karena beratnya kayu salib. Yesus jatuh di bawah salib yang berat. Untuk
pertama kalinya dalam tapak menuju Tengkorak ini, Sang Guru Agung kita
jatuh di bawah salib. Kita dapat merasakan bagaimana tubuh Yesus berada di
bawah tindahan salib yang berat. Namun dengan tenaga yang sisa dan
kehendak yang kuat Ia bangun melangkah maju meneruskan perjalanan-Nya.
Dan didorong oleh kemauan-Nya yang besar untuk meneruskan jalan salib ini
yang mengalahkan semuanya demi menghapus semua dosa-dosa kita.
Hening sejenak...
Saudara dan saudari, sadarkah kita bahwa Yesus jatuh karena kita jatuh terus
menerus dalam dosa? Setiap saat kita berbuat dosa; kita terjebak, jatuh dan
terperangkap dalam kelalaian, kesalahan dan kejahatan. Terkadang kita ingin
kuat dan berkehendak melawan kejahatan, tetapi kejatuhan tidak dapat kita
hindari. Kelemahan dan kecenderungan berbuat dosa menguasai diri kita dan
sekian sering, kita merasa berdosa bila dosa itu dibicarakan. Jika tidak, kita
merasa mapan dan terus berbuat dosa. Maka untuk mengatasi kerapuhan dalam
diri kita, mesti ada kehendak yang kuat untuk bangun dan berjalan pulang
kepada Allah. Tuhan tidak pernah menghukum dan mengadili kita. Ia sendiri
pernah bersabda, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi
orang berdosa, supaya mereka bertobat (Luk 5:32)”. Ajakan untuk bertobat
mesti ditanggapi segera, tidak ada kompromi. Arahkan hati kepada tawaran
Yesus, sembari bertanya diri, “untuk apa dan siapakah sisa hidupku ini?
Mumpung masih ada waktu sebelum kita semua ditelan bumi, adalah lebih
baik kita bangun dari dosa dan bertobat!” Pertobatan merupakan undangan
kepada manusia yang terasing dari Allah dan panggilan sejatinya untuk
berpaling dari perbuatan-perbuatan jahat dan membaktikan diri kepada
kehendak Allah yang menyelamatkan. Mari kita wujudnyatakan tobat kita
terhadap Tuhan dan sesama.
12
Umat : Ya Yesus, untuk pertama kalinya Engkau jatuh terhimpit salib yang
demikian beratnya. Engkau tampak seperti orang asing yang dipukul
dan dihinakan. Padahal luka-luka-Mu itu disebabkan oleh perbuatan
salah dan dosa kami.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, kasihanilah kami orang berdosa.
13
Saudara-i seiman,..... Hati Maria hancur. Jiwa kewanitaannya remuk. Hati
seorang ibu terluka disobek sebilah pedang kepedihan dan kesedihan ketika
menyaksikan dan memandang puteranya berlumur darah bagai penjahat kelas
kakap. Semua luka dan duka Maria mengalir keluar bagai pancuran terjelma
dalam butir-butir bening yang menetes dari kelopak mata yang bengkak. Ia
menangis pada tepian jalan salib yang dilewati puteranya. Air mata Maria
punya arti dan nilai tersendiri.
Lagu : Mama / Inang Maria
Saudara-i,..... Air mata Maria pada jalan salib ini bukan simbol kelemahan
seorang wanita. Tapi lebih dari itu, air mata Maria adalah tanda keprihatinan
dan solidaritasnya untuk kita umat manusia, anak-anaknya. Maria sebenarnya
menangisi dunia kita yang sedang dilanda bencana dosa dan bencana alam,
dunia kita yang tergenang darah dan nista serta tipu muslihat. Maria
menangisi mereka yang menjadi korban pembunuhan oleh saudaranya. Maria
menangisi keluarga-keluarga yang hancur karena kekerasan dalam rumah
tangga. Maria menangisi kelakuan bapa keluarga yang menelantarkan anak
dan isterinya dan kurang bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga.
Maria menangisi para ibu yang melahirkan lalu membuang anaknya di
tempat sampah atau melahirkan anak lalu dititipkan pada orang lain karena
sibuk bekerja. Maria menangisi para ibu yang menyiksa darah dagingnya
sendiri sampai mati, mereka yang membunuh anak kandungnya sendiri,
Maria menangis untuk anak-anak yang kehilangan ayah-ibunya. Maria
menangis untuk kita yang berpangku tangan dan tak mau bekerja. Maria
menangisi kita yang berperilaku merusak kehidupan bersama dan alam
ciptaan ini. Maria menangisi kita yang malas dan enggan percaya kepada
Puteranya Yesus. Dan Maria juga menangis untuk mereka yang tak pernah
ditangisi oleh siapapun di dunia ini karena penderitaan yang mereka alami
dalam hidup mereka. Inilah air mata mama Maria buat kita pada tepian jalan
salib hidup kita setiap hari.
14
Oh… Mentari yang mendaki
Oh… Jalanan yang berteriak
Ceritakan segera bisu hati Bunda, di antara berlaksa hati insan
pendengki
Gaungkan segera mata hati Bunda, yang terpekur pada kaki Dia yang
lunglai tertindih salib
Puitris 2 : Belati duka kini tergores pada rahim dan hati pasrahMu
Bunda, bening matamu menatap wajah penuh carut marut
tangismu basuhi dahagaNya yang lara
Ruang rindumu gemakan rintihan cintaNya “Ibu, inilah AnakMu!”
“Oh….Duka manakah seberat dukaku?
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku seturut kehendakMu!”
Puitris 3 : Bunda….. di pintu hatiMu kami mengetuk
Salam wahai Pintu Surga
KasihMu bersemi dari taman hati penuh cinta
Terhembus gelombang kasih
Mengalir dan meresap
pada hati kami yang patah berkeping retak
Pada jantung kami yang berdetak lamban
Pada nurani kami yang terpenggal
Oleh wajah pertiwi kami penuh tragis menangis
Semua : O Maria MaterDolorosa
Ave Maria Gratia Plena
Dominus Te Cum
15
O Maria Mater Dei
Ora pro Nobis…
Orator : Kita semua adalah anak, terlahir dari rahim yang kudus, disayang dan
dibelai penuh cinta. Dimanakah kita dan apa yang telah kita berikan
untuk dia, ibu kita sendiri. Apakah yang kita beri hanyalah sederetan
kepedihan dan ketidaksetiaan tanpa kasih sayang? Marilah kita
berdoa
Umat/Or 2 : Tuhan Yesus, dengan penuh kesedihan, Engkau memandang
BundaMu, yang berdiri menyaksikan jalan salibMu. Mampukanlah
kami untuk mencintai IbundaMu dan ibunda kami masing-masing.
Maafkanlah kami bila terlalu banyak salah yang kami berikan.
Berkatilah ibu kami, lindungilah mereka agar tetap memberi kami
cintaMu. Jauhkanlah mereka dari dosa, dari praktek-praktek hidup
yang keliru seperti aborsi dan perjudian. Berkatilah keluarga-keluarga
kami agar jauh dari perceraian dan perselingkuhan. Semoga cintaMu
yang lebih ungul dari maut, semakin menyemangati hidup kami.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, kasihanilah kami orang berdosa.
16
Panglima : Pasukan, Dia semakin tak bertenaga. Segera siapkan bantuan untuk
sementara!
(Seorang petani tua, Simon dari Kirene dan anaknya, melintasi arak-arakan duka
itu.)
Sd 1 : Hei petani tua, hendak kemana kau!
Sd 2 : Ayo segera pikul salib ini! (para serdadu memaksa si petani)
Orator : Paksaan, hinaan, cemoohan dan perbudakan memang pahit untuk
dirasakan. Siapapun tak akan mau mengalaminya. Kini Simon dari
Kirene seorang petani sederhana dipaksa untuk memanggul salib
Yesus. Bagi orang Israel pekerjaan memikul salib adalah pekerjaan
paling hina. Hanya orang yang rendah hati bisa menerima tugas ini.
Renungan:
Saudara/I yang dicintai Tuhan…
Golgota belum menampakkan wajahnya. Raga Sang Guru tak berdaya di
tengah terpaan terik yang kian menyengat dan badai cambuk algojo-algojo
bengis yang terus menghujam ragaNya. Karena itu, Simon dari Kirene
mengikhlaskan batin untuk bersedia mengalami derita Yesus. Inilah sikap
kepakaan Simon dalam membaca situasi yang tengah terjadi. Apakah nurani
kita pernah tergerak untuk rela menjadi dermawan bagi sesama kita yang
tengah menderita? Apakah kita pernah peka melihat situasi yang tengah
dihadapi orang lain dan berusaha untuk membagi apa yang lebih dari kita
untuk mereka yang berada dalam situasi serba kekurangan? Apakah kita juga
bersedia untuk turut terlibat dalam penderitaan sesama? Ataukah kita tetap
berkubang dalam ingat diri dan menutup segala peluang untuk membantu
sesama kita yang sangat membutuhkan bantuan kita?
Hening sejenak…
17
Saudara dan saudari seiman…….Setiap kekurangan tidak membuat orang
untuk tidak memberi. Kita sering berhadapan dengan penderitaan sesama, di
sebelah rumah kita, di luar komunitas kita, di jalan atau di tempat-tampat lain.
Bisakah kita memberi diri dengan senang hati, memberi dengan hati untuk
membantu memikul salib hidup sesama yang berat? Setiap kekuarangan tidak
membuat kita untuk tidak memberi! Semua kita adalah orang-orang yang
berkekurangan/orang-orang kecil, petani-petani kecil, pegawai-pegawai kecil,
tukang ojek, sopir, penjual ikan, tukang tenun, tukang batu, tukang kayu, atau
pedagang kecil yang kalau dihitung-hitung dalam dunia sekarang hidup tidak
berkecukupan. Mungkin kita dibilang miskin, tetapi tidak lebih miskin
dibandingkan Simon dari Kirene. Syukurlah kita masih lebih baik! Kalau
demikian, mengapa kita enggan memberi sesuatu ataupun memberi tenaga dan
waktu untuk sesama, untuk masyarakat, untuk Gereja? Sekecil apapun
pemberian kita, amat berarti bagi yang membutuhkannya. Marilah kita saling
membantu dan member dalam hidup kita ini.
Hening sejenak………….
19
Saudara dan saudari yang terkasih……Pada kain saja, Kristus membiarkan
wajah-Nya terukir, apalagi pada hati kita. Dalam hati kita harus selalu terlukis
wajah Kristus. Tetapi mengapa bukan wajah Kristus yang terlukis melainkan
wajah kebencian, balas dendam, cemburu dan iri hati, wajah kemunafikan dan
dusta? Jangan biarkan kain jiwa kita tersobek oleh dosa sebelum wajah Kristus
terukir purna dalam pelayanan, dalam bantuan yang mengalir dari kasih tanpa
pamrih kepada sesama. Kristus pernah bersabda: “Barang siapa melayani
sesama-Ku yang paling hina ini, itu ia lakukan untuk Aku.”
Saudara dan saudari yang terkasih……
Veronika telah menyatakan cinta paling ikhlas kepada Yesus. Ia berani dan
tidak ikut arus massa. Ia tidak diam menyaksikan perilaku yang merusak
kehidupan. Di sekitar kita banyak wanita seperti Veronika dan memang harus
demikian karena dari kodratnya wanita penuh kasih sayang. Tetapi di sekitar
kita juga lebih banyak wanita yang lamban untuk mencintai dan tidak berani
melawan arus kejahatan, bahkan terjerumus dalam perilaku yang merusak
kehidupan. Wanita saat sekarang lebih cekatan dalam kejahatan dan terbawa
arus kerusakkan perilaku hidup.
Tidak pernah lewat semenit pun televisi menayangkan tentang kerusakan
perilaku hidup oleh seorang wanita. Sampai kapankah wanita tetap berperan
sebagai Hawa dalam taman kenikmatan dunia ini?
22
Orator : Kami menyembah Dikau ya Kristus dan bersyukur kepadaMu
Umat : Sebab dengan salib suciMu, Engkau telah menebus dunia.
Orator : JalanMu jalan derita. Debu dan kerikil tajam jalanan menambah
panorama sesaknya seluruh titian ziarahMu. Tak sanggup lagi kami
menatap. Derai air mata kami mengalir pada parit keibaan yang tak
bertepi.
Wanita /Putri-putri Sion meratapi Yesus. Bisa dipakai syair ratapan daerah
setempat.
Syair adat:
Renungan Singkat :
Dalam jalan Salib-Nya, Yesus melewati barisan sekelompok wanita yang
menangisi-Nya dengan sedih hati. Kristus melihat mereka dan berkata:
“Wanita-wanita Yeresalem, janganlah menangisi Aku, tangisilah dirimu dan
anak-anakmu”. Wanita Yerusalem menangis kasihan kepada Yesus. Mereka
tidak hanya merasa kasihan, tetapi berani menunjukkan rasa kasihannya
dengan menangisi Yesus di hadapan serdadu-serdadu yang ganas dan lautan
manusia yang bengis. Tidak mudah bagi wanita-wanita menunjukkan rasa
kasihan itu, tetapi mereka berani tampil. Di manakah para rasul? Di manakah
Petrus, sang wadas itu? Di manakah orang sakit yang pernah disembuhkan
Kristus? Mereka semua lari meluputkan diri dan takut dianggap sebagai
pengikut sang Guru.
Ibu, bapak, saudara/i, yang terkasih. Wanita gampang menangis bila melihat
ada yang menderita. Karena wanita lebih mudah menangis daripada pria.
Mereka gampang menangis sebab lembut hati, sebab rasa kasihan. Ada banyak
wanita di dunia ini yang menangis. Wanita menangis karena dipukul dan
ditindas serta ditinggalkan sang suami; wanita menangis karena kebahagiaan
rumah tangga yang ambruk, mereka menangis karena ulah anak-anaknya yang
nakal dan kurang menghormati orangtua, mereka menangis karena sang suami
dan anak-anak yang mabuk-mabukan, berjudi setiap hari dan malas bekerja.
23
Sementara itu, ada banyak wanita yang tidak menangis lagi dengan janin-janin
yang mereka gugurkan dan bayi-bayi yang mereka cekik sampai mati lantaran
takut ketahuan aibnya; Ada banyak wanita berdosa yang tidak menangisi
dirinya lagi. Terhadap wanita wanita seperti ini atau juga terhadap kita semua
Yesus menegur: “Jangan tangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-
anakmu”.
Hening sejenak…
24
Perhentian IX “YESUS JATUH KETIGA KALINYA DI BAWAH SALIB”
25
membuat kita kalah dalam penderitaan yang kita hadapi. Bangunlah untuk
meneruskan ziarah hidup kita. Kita jadikan setiap penderitaan kita adalah
penderitaan Kristus sendiri maka apapun bentuk penderitaan yang kita alami,
adalah sebuah penderitaan yang membawa kebahagiaa, damai, sukacita dan
keselamatan kita. Karena penderitaan Yesus mendatangkan keselmatan bagi
kita semua.
26
Sd 1 : Ah ini punyaku, kalian sobek saja bagian lain dari jubah ini.
mendapatnya!
Renungan :
Umat Allah yang dicintai Tuhan kita Yesus Kristus…
Adegan paling haru dipertontonkan kepada ribuan manusia, yaitu pakaian
Yesus ditanggalkan. Tubuh-Nya yang kudus dan suci ditelanjangi. Jubah- Nya
diundi dan diperebutkan. Namun Yesus tetap tabah dan pasrah…
Lakon penanggalan jubah Yesus oleh para serdadu menjadi bukti
penyimpangan terhadap seruan moral untuk selalu menghargai tubuh. Tubuh
adalah bait Allah, tempat di mana Roh Allah bersemayam. Apakah dalam
hidup kita telah memperjuangkan nilai tubuh kita dan sesama kita? Ataukah
kita menyalahgunakan tubuh kita untuk mencari kepuasaan jasmani semata?
Ingat daging kita memang selalu lemah tapi untuk sesuatu yang lebih baik
dan luhur, kita diajak untuk selalu kuat.
Orator : Pada salib Ia terbaring. Menatap langit yang kian berkabung. Pukulan
palu yang bersusul dan tajamnya paku yang menancap menyelipkan
jeritan dan teriakan yang dasyat. TanganNya yang bertahun-tahun
menyalurkan rahmat dan keagungan Ilahi, remuk dan retak dalam
kebuasan dosa kita yang Dia cintai. Kaki-Nya yang selalu setia
berkembara dalam ziarah mewartakan sabda, lumpuh dan patah
tercabik paku-paku kelaliman kita. Kini Yesus membutuhkan tangan
dan kaki kita. Marilah kita berdoa…..
Umat : Ya Yesus, derita salib adalah wujud pengorbananMu yang paling
mulia. Engkau telah memberikan tangan, kaki, seluruh tubuh dan
jiwaMu bagi keselamatan kami. Terangilah kami agar kami mampu
memberikan tangan kami sebagai pengantara rahmatMu, tuntunkah
kaki kami agar tidak selalu melangkah ke ladang-ladang korupsi,
praktek-praktek percabulan dan perjudian. Sinarilah budi dan jiwa
kami agar kami tidak menjadi penabur kesengsaraan dan biang
ketidakadilan.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
30
Orator : Golgotha, bukit tengkorak menangis. Hari yang panas semakin
mencabik pengorbanan Anak Manusia. Seiring dengan itu, Jejak
derita Kristus terbaca di setiap hamparan bebatuan.
Peluh dan darah Anak Manusia meresap pada tanah yang merindu
keselamatan. Pada hamparannya, berjejal manusia-manusia yang
berteriak. Menuntut Dia yang tak bersalah harus mati.
Para serdadu menegakan/memancangkan salib Yesus.
AT 1 : Orang lain Ia selamatkan, tapi diri-Nya tidak bisa. Tuhan macam apa
ini?
AT 2 : Kau yang mau merobohkan bait Allah, turunlah dari salib supaya
kami percaya
OY : Lihat tulisan itu, Iesous Nazaremus Rex Iudaeorum (INRI) Yesus dari
Nazareth Raja Orang Yahudi. Hai, Yesus kalau kau benar Raja Orang
Yahudi, kalau Kau benar Anak Allah, turunlah dari salib, supaya kami
dapat percaya!
Orator : Di puncak ini, bersama dua penyamun Dia disalibkan. KemuliaanNya
terpancar dari antara buramnya dunia. Dari salib yang tegak dan
kukuh, Anak Manusia menatap Bunda bersama Maria Magdalena,
Maria Istri Kleophas dan saudaraNya serta murid-muridNya yang
meratap.
Yesus : Ibu, inilah, anakmu! Anak, inilah ibumu!”
Yesus : Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat.
Yesus : Aku haus!
(Serdadu mencucukan bunga karang yang bercampur anggur asam ke mulut Yesus)
32
Umat : Ya Yesus, Tuhan dan penebus kami, pada darah dan air yang mengalir
ini. Segala kehinaan yang telah Engkau tanggung adalah akibat ulah
segala beban hidup dan melewati rintangan hidup di dunia ini menuju
kerajaan AbadiMu.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya”. Hati ibu manakah
yang tidak pilu melihat anaknya disiksa dengan siksaan yang begitu ngeri dan
kejam? Terkenang sebuah perjuangan yang begitu berat: mengandung seorang
putera tanpa campur tangan manusia, menderita melahirkan dan membesarkan
seorang anak, menjaga dan merawatnya hingga menjadi seorang manusia yang
dicintai Bapa dan manusia. Usailah sudah perjuangannya. Kini, Maria ikut
menderita bersama Puteranya. Di bawah kaki salib, sekali lagi ia menggendong
puteranya dalam keadaan tak bernyawa karena kekejaman hati manusia.
Dengan hati penuh kepasrahan ia hanya berujar : “Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut perkataanmu”. Dialah abdi Allah yang setia. Kita
pun didampingi Sang Bunda tercinta dalam suka maupun duka, dalam hidup
maupun dalam kematian. Apakah kita juga sabar seperti Bunda Maria dan kuat
dalam percaya? Hening sejenak…
Orator : Marilah kita berdoa…
Umat : Yesus, dalam pelukan Engkau disambut Bunda Maria. Terasa lagi
dalam.
34
Engkau telah meneteskan peluh dan darah demi keselamatan kami
semua.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, kasihanilah kami orang berdosa.
35
paskah yang menyingsing cemerlang. Yesus kini memulai suatu keabadian. Kita
dan mereka yang telah bersama Juruselamat dalam jalan salib ini akan menempuh
jalan yang sama ini dan kita juga akan disediakan suatu fajar paskah yang
cemerlang membahagiakan. Hal ini akan terjadi bila kita setia dan tabah memikul
salib kita yang kecil sekalipun sampai keabadian dengan penuh iman, tanggung
jawab dan kejujuran. Mampukah kita.........?
Orator: Marilah Berdoa:
Ya Tuhan Yesus, engaku kini berbaring dengan tentram dalam makam
wadas. Kuatkanlah pengharapan kami bahwa setelah kami
menyelesaikan jalan salib hidup di bumi ini, akan dianugerahi
kebahagiaan kekal dalam sorga, kautkanlah kami agar tetap bertahan di
jalan kehidupan ini. panjisalibMu lambang kerajaanMu itulah yang
menjadi pedoman kami menuju kemuliaan yang jaya abadi.
Orator : Allah yang kudus, Allah yang kuat, Allah yang kekal
kasihanilah kami!
Umat : Ya Allah, ampuni kami orang berdosa.
Doa Penutup
Orator: Marilah Berdoa:
Ya Allah, Engkau Maha pengasih dan Maha penyayang. Di kala kami jatuh
dalam dosa Engkau tidak murka. Sebaliknya dengan penuh kasih sayang,
Engaku mencari kami dan dengan membimbing kami kembali kepadaMu. Di
kala kami mengalami ancaman bahya yang tak terduga datangnya, engaku
datang menyelamatkan kami. Engaku sungguh Penyelamat. Akmi memuji
Engkau. Semoga oleh renungan SabdaMu dalam persitiwa jalan salib ini,
kami semakin teguh untuk memperbaiki hidup kami untuk hidup kembali
sesuai dengan kehendakMu. Semuanya ini kami sampaikan kepadaMu dengan
perantaraan Kristus tuhan kami. Amin.
Orator : Mari kita mohon berkat lewat tangan hamba-Nya Romo/Pater
36
U : Amin
Orator : Dengan Ini jalan salib mengenang sengsara dan wafat Yesus
Lagu Penutup -S E L E S A I-
2015
Fr. Josh Bog
JALAN SALIB
PAROKI UWA
2015
37
38