(1)
Tersobek wajah-Nya dikecup pasukan Yudas
Ludah-ludah khianat melekat dipipi-Nya
Zaitun! Zaitun! Zaitun!
Aromamu membaur dalam angkara sejagat
Dosa manca benua bergelantungan di rantingmu
Ooo,,,wajah yang ramah!
Tak pantas ditampar bara khianat
Sisa-sisa cinta masih membias dari sana
Ya Bapa, akan Kuteguk semuanya
Kehendak-Mu jadilah!”
(2)
Tersobek mulut-Nya mengatup emosi
Tersumbat pula kerongkongan-Nya emas murni
Duhai! Betapa ruangan ini diserbak sangsi
Bau ahli taurat dan amis farisi
Sama-sama melebur dalam tengik saduki
Sia-sia Magdalena pecahkan pualam minyak wangi
Aromannya telah pupus dibau keringat dekil
Rakyat yang gembel tersengat sangsi pengede
Sebongkah keadilan terpancung disini
“Mengapa Aku Kau tampar?”
(3)
Tersobek lidah-Nya melumat kebenaran
Kala Pilatus mencuci tangan tak bersalah
Sejal itu lidah-lidah pemalsuan terus membiak
Oh, Gabatha yang kejam!
Betapa kau jungkirbalikan keadilan
Tatkala panji-panji kebenaran kau campakan
Demi kuasa yang bertakhta diatasmu
Duhai! Sejuta kepalsuan temurun dari sini
Ketika yang sulung lahir dalam tanya
“Apakah Kebenaran itu?
(4)
Tersobek tangan-Nya menggengam tongkat
Tongkat berduri singgasana Daud bapa-Nya
Wahai tangan-tangan yang suci!
Tak terhapus bekas-bekas kusta dunia bawah tanah
Sisa-sisa nista bisu-tuli-buta-lumpuh
Tak kan berhenti menertawakan ketololan ini
Wajah derita sejagat terpahat abdi disana
Betapa beningnya pantulan cinta penuh derita
Yang disandang dari Betlehem sampai Golgota
“Akulah Gembala yang Baik!
Dan kau seret Aku bagai domba kepembantaian”
(5)
Tersobek jubah-Nya yang menyeret luka yang kudus
Debelai debu tanjakan tiada lagi urus,
Kaki-kaki-Nya mememar nestapa
Ada perhentian ditikungan sini
Kembang-kembang pinggir jalanan
Tersenyum menyapa-Nya dalam lara
Hmmm,,,bunga-bunga luka semesta!
Betapa bahagianya bersua tatap dengan yang tunggal luka
Penciptaanya Air dan darah yang bermuara disini
Menyegarkan kembali kembang-kembang jalanan
Jadi jumbai penghias jubah Penciptany
(6)
Tersobek hati-Nya menggendong rindu mukadas
Tertikam tombak-tombak Anas dan Kaipas,
Urat-urat nadi-Nya meleleh dosa
Duhai rindu mahakudus!
Bunda yang mana rahimnya tak pedih
Menatap anaknya dibantai sembilu?
Ahh...tajuk-tajuk mimpi sang perawan
Kini membuahkan kenyataan paling rawan
Ada cinta terpatri pada pertemuan ini
“Aku ini hamba Tuhan
Jadilah padaku menurut perkataan-Mu!”
(7)
Tersobek mata-Nya menatap mentari
Yang kini cair dalam redup Golgota
Sosok-sosok yang lelap dalam dosa
Terkesiap direciki air mata-Nya
Oh Mata! Oh Damai!
Oh Mata yang damai!
Beningnya bening telaga yang lena
Menatap purnama damai abadi
Ada tobat dilebur ampun
“Bapa, mereka tidak tahu
Apa yang mereka lakukan”
(8)
Tersobek jiwa-Nya membungkus derita Bunda
Helai-helai senandung Betlehem
Masih tersisa dalam isak sang perawan
Golgota Ah, Golgota!
Ke cakrawala mana kau campakan
Damai jiwa Gembala kota Daud yang sunyi?
Ohh... jiwa mahakudus!
Satu-satu sayap-Nya gugur dipadang ini
Ada bianglala terbentang dari Tabor
Ujungnya terputus di candi kota Sion
“Bapa, mengapa Aku Kautinggalkan?”
(9)
Tersobek jantung-Nya mawar merah tua
Tersobek bersama tirai kenisah bertuah
Tersobek! Ya, tersobek sudah!
Darah binatang diganti darah sang Darah
Wahai! Darah mahal meterai janji abadi
Santapan paling sedap semesta dahaga
Minuman paling murni mata air surgawi
Kini meluap dari mesbah Golgota
“Ambilah, dan minumlah”
(10)
Tersobek cinta-Nya meredam pesona kenangan
Dipagut mazmur Halel pengantar derita bertuba
Duhai flamboyant Gunung Tabor
Rahasia ini terlampau agung
Cinta yang mana tiada kan perih
Bila roti dan anggur dibalas batu-tuba?
Hmm,,,Cinta purna Cinta merah
Sayap-sayap-Nya tak pernak terkatup
Mengepakan genderang damai abadi
Di palang ini mazmur-mazmur cinta berkumandang
Dalam gema yang tunggal “ Bapa, Selesailah sudah!”
Balada sepuluh sobekan Balada sepuluh sobekan
(1) (2)
Tersobek wajah-Nya dikecup pasukan Yudas Tersobek mulut-Nya mengatup emosi
Ludah-ludah khianat melekat dipipi-Nya Tersumbat pula kerongkongan-Nya emas murni
Zaitun! Zaitun! Zaitun! Duhai! Betapa ruangan ini diserbak sangsi
Aromamu membaur dalam angkara sejagat Bau ahli taurat dan amis farisi
Dosa manca benua bergelantungan di rantingmu Sama-sama melebur dalam tengik saduki
Ooo,,,wajah yang ramah! Sia-sia Magdalena pecahkan pualam minyak wangi
Tak pantas ditampar bara khianat Aromannya telah pupus dibau keringat dekil
Sisa-sisa cinta masih membias dari sana Rakyat yang gembel tersengat sangsi pengede
Ya Bapa, akan Kuteguk semuanya Sebongkah keadilan terpancung disini
Kehendak-Mu jadilah!” “Mengapa Aku Kau tampar?”