Anda di halaman 1dari 4

KOMISI LITURGI KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG

JLN TASIK NO 04 TALANG SEMUT


PALEMBANG – SUMATERA SELATAN
=======================================

PENGANTAR

Para Romo Paroki yang terkasih,

Berkaitan dengan sudah disosialisasikannya buku TPE baik untuk imam maupun umat; dan
sudah selesainya masa latihan dan persiapan kita di paroki-paroki; serta mengingat bahwa
penggunaan resmi dan wajib Tata Perayaan Ekaristi 2020, seturut keputusan KWI adalah
tanggal 1 November 2021, maka kami mengingatkan lagi hal-hal pokok dan praktis terkait
TPE 2020 ini, untuk dijadikan pedoman bersama di Keuskupan Agung Palembang:

1. Sudah menjadi ketetapan dan keputusan untuk segera digunakannya TPE 2020 karena
sudah disahkan dan diresmikan oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia, sebagai otoritas yang
berwewenang. Ketaatan yang rendah hati menjadi kunci dan ciri murid Kristus dalam hal ini
untuk menerima dan menggunakannya secara wajib.

2. Prinsipnya dasarnya karena kita berada di Tradisi ritus Roma, maka kita mengikuti ritus
Roma dengan penyesuaian seturut kebiasaan di tempat masing-masing, walau secara terbatas.
Tujuannya adalah demi kebersamaan dan kesatuan kita sebagai bagian dari Gereja Universal
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

3. Bahan sosialisasi lengkap TPE 2020 silakan dilihat kembali melalui email dan WA yang
pernah dikirim ke paroki-paroki per tanggal 23 Juni 2021, dan dilengkapi dengan bahan
tentang TPE Umat yang telah dishare via email dan WA tanggal 11 September 2021.

4. Karena sesuatu dan lain hal, termasuk keterlambatan cetakan edisi revisi Buku Mazmur
baru, penggunaan Mazmur baru yang sedianya dimulai bersamaan dengan penggunaan TPE
2020, diwajibkan mulai Tahun liturgi baru, yakni pada Minggu Adven I 2021.

Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan banyak terimakasih.

Palembang, 28 Oktober 2021


Komisi Liturgi KA Palembang.

PEDOMAN ATAU PETUNJUK PRAKTIS


PENGGUNAAN TPE 2020
Perubahan dalam TPE baru 2020 dari TPE lama, lebih banyak terkait pada tugas
imam, maka sejatinya para imam yang lebih dituntut untuk mempelajarinya dengan
seksama. Sebaliknya tidak banyak perubahan untuk umat. Maka TPE umat hanya
dimaksudkan untuk menegaskan kembali supaya umat semakin ikut berpartisipasi
aktif dalam perayaan Ekaristi sesuai dengan peran masing-masing.

Berikut disampaikan sekali lagi hal-hal yang menjadi poin penting untuk dipelajari
dan diperhatikan, demi kebersamaan dan keseragaman praktek liturgi kita di
Keuskupan Agung Palembang, dengan TPE baru 2020.

RITUS PEMBUKA
1. Intensi misa dibacakan sebelum Tanda Salib Pembuka atau setelah lagu pembuka,
boleh dibacakan oleh lektor, atau protokol atau imam. Maka diharapkan permohonan
intensi misa sudah disiapkan terlebih dahulu, bukan tiba-tiba atau mendadak. Sudah
ada sarana WA atau SMS, bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dan sesuai kaidah
liturgi terutama pesan untuk para imam selebran, intensi tidak perlu diulangi sebagai
doa permohonan, entah di doa umat apalagi di Doa Syukur Agung.
2. Salam Pembuka oleh imam terdapat beberapa pilihan, namun semua diakhiri dengan
kata “bersamamu” dan umat menjawab “dan bersama rohmu”. Begitu juga salam
pembuka oleh uskup, yang berbunyi “Damai bagimu” dijawab umat “dan bersama
rohmu”
3. Pengantar singkat bisa dibawakan oleh imam atau diakon atau pelayan lain.
4. Dilanjutkan dengan pernyataan tobat dengan beberapa pilihan oleh imam dan
absolusi; namun umat tetap berdiri sampai menjelang Liturgi Sabda.
5. Setelah pernyataan tobat, dilanjutkan dengan Tuhan Kasihanilah kami dan Madah
Kemuliaan serta Doa Kolekta atau Doa Pembukaan. Baik Kyrie maupun Gloria
bila dinyanyikan ada pilihan tetap di dan sesuai petunjuk TPE, namun bisa digunakan
lagu yang lain yang harus sesuai dengan rumusan baku.

LITURGI SABDA

6. Pada saat Liturgi Sabda, umat duduk dengan kidmat. Lektor tidak perlu membaca
judul atau tema baik pada bacaan pertama maupun kedua, dan tidak perlu menyebut
Bacaan Pertama atau Bacaan Kedua. melainkan langsung dengan mengatakan
“Bacaan dari Kitab..... atau Surat ... dst, juga tanpa menyebut Bab dan Ayatnya.
Dan ketika selesai pembacaan, lektor menyerukan “Demikianlah Sabda Tuhan”,
umat menjawab, “Syukur kepada Allah”.
7. Namun pada saat Bacaan Injil baik imam maupun diakon hanya punya satu pilihan
ajakan yakni “Tuhan bersamamu” dan Umat menjawab, “Dan bersama rohmu”.
8. Lalu imam atau diakon melanjutkan “Inilah Injil Suci menurut ....................
(Mateus/Markus/Lukas/Yohanes). Dan umat menjawab, “Dimuliakanlah Tuhan”,
lalu imam/diakon membuat tanda salib kecil di dahi, mulut maupun dada, diikuti
oleh seluruh umat yang hadir.
9. Bacaan Injil juga akan diakhiri dengan seruan, “Demikianlah Sabda Tuhan” dan
umat menjawab, “Terpujilah Kristus”. Bila dinyanyikan ada 2 pilihan.
10. Kotbah atau Homili menjadi kesempatan bagi para imam untuk menjelaskan isi
bacaan-bacaan Kitab Suci, dan dimaksudkan untuk memperlihatan kewibawaan dan
kebijaksanaan para imam dalam mewartakan Sabda Tuhan hari itu dan penjelasannya.
Hal-hal yang mengaburkan peran tersebut sangat ditegaskan untuk dihindari,
membaca cerita dan sharing pengalaman yang tidak terkait langsung dengan bacaan,
juga menyanyikan lagu dengan main gitar dan semacamnya. Dan umat mendengarkan
homili/kotbah dengan penuh kidmat.
11. Pada saat Syahadat dan Doa umat, umat berdiri. Umat menundukkan kepala pada
saat mengucapkan “Yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh
Perawan Maria” dalam Syahadat Singkat. Pada saat mengucapkan “Yang
dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi
manusia” dalam Syahadat Panjang. Sedang pada hari Raya Kabar Sukacita (25
Maret ) dan HR Natal, semua berlutut, sewaktu mengucapkan rumusan itu, sebagai
pengenangan mendalam akan misteri agung inkarnasi.
12. Ada 2 pilihan pada jawaban doa umat: “Tuhan dengarkanlah umat-
Mu”/Kabulkanlah doa kami ya Tuhan”, atau seperti jawaban tematik yang terdapat
dalam buku Misale.

LITURGI EKARISTI

13. Pada saat persiapan persembahan umat masih duduk. Namun pada saat imam
mengajak umat dengan berseru, ”Berdoalah saudara-saudari, supaya
persembahanku dan persembahanmu... dst: Umat berdiri dan menjawab dengan
rumusan seperti biasanya.
14. Prefasi akan selalu diawali dengan seruan “Tuhan bersamamu” dan umat menjawab
“Dan bersama rohmu”, seruan berikutnya masih sama dengan yang lama dan diakhiri
dengan seruan “Kudus-kudus”. Lagu sanctus sesuai dengan yang ada dalam TPE
atau bisa dengan lagu lain, yang sesuai dengan rumusan baku.
15. Selama Doa Syukur Agung umat berdiri/berlutut, umat berdiri jika Gereja tidak
memiliki tempat berlutut. Atau berlutut di Gereja yang punya tempat
berlutut, yang dalam hal ini dipertimbangkan sebagai kebiasaan setempat di
Indonesia. Pada saat konsekrasi umat mengatupkan tangan dan memandang Tubuh
dan darah Kristus yang diperlihatkan oleh imam.
16. Jawaban anamnese ada 3 pilihan. Dan diharap sudah dilatihkan semua.
17. Bila doksologi di akhir Doa Syukur Agung dinyanyikan, umat menjawab ‘Amin’
sekali, atau boleh 3 x, tergantung bagaimana imam mengakhiri doksologinya.
18. Umat berdiri pada saat Imam mengajak untuk mendoakan/menyanyikan Doa Bapa
Kami.
19. Doa Damai hanya didoakan oleh imam selebran. Salam damai jika sudah dalam
situasi normal dilakukan dengan saling bersalaman dengan rekan kanan kiri.
20. Anak Domba Allah, jika tidak dinyanyikan, diucapkan/diawali oleh umat, sambil
dan untuk mengiringi pemecahan Hosti imam.
21. Ritus Komuni tidak ada perubahan, selain doa pribadi imam selebran.

RITUS PENUTUP

22. Ritus penutup : Ajakan Imam: “Tuhan bersamamu”, umat menjawab “Dan bersama
rohmu”.
23. Dilanjutkan dengan berkat penutup: “Semoga Allah yang Mahakuasa memberkati
saudara sekalian + Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Umat menjawab “Amin”.
Ada pilihan berkat di mana umat menjawab Amin 3x.
24. Rumusan perutusan ada beberapa pilihan, salah satunya adalah: “Saudara-saudari
pergilah, misa sudah selesai”; dan umat menjawab “Syukur kepada Allah”.

+++++++

Anda mungkin juga menyukai