1
Kata Pengantar
Selamat pagi untuk kita semua. Pada pagi hari ini, kita melakukan
Jalan Salib dengan mengenang duka dan kecemasan yang dialami
bangsa dan negara kita. Sebelum memasuki masa Prapaskah dan
bahkan sampai memasuki Pekan Suci, kita berhadapan dengan
ragamnya patologi sosial, berurut bagaikan litani penderitaan
wajah-wajah manusia: Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air,
Meletusnya Gunung di Ileape, Bom Sulawesi, dan kronologi litani
tersebut terjadi kala kita menghadapi suatu kekuatan mematikan
tak terlihat namun bergerak dengan skala cepat, Pandemi Corona.
Saudara kita, P. Yohanes Maria Vianey, CMF dan sebelumnya P.
Miguel Selma adalah saksi. Kita masih berduka, masih bertanya,
namun setiap pertanyaan kita kadang menanyai diri sendiri,
karena Kristus sendiri mati dengan sebuah pertanyaan terbuka! Ia
berontak karena merasa ditinggalkan oleh sosok yang selama
hidupnya ia sapa sebagai bapa. Memang, di Indonesia,
pengalaman “jeritan Allah yang dtinggalkan di atas salib”
mendapat tempatnya dalam berbagai patologi sosial terlebih
khusus dalam periode 1965 sampai 1998 (Orde Baru sampai awal
Reformasi), yang kerap disebut oleh Komnas HAM sebagai tujuh
dosa mantan Presiden Suharto: pembunuhan massal PKI dengan
korban hampir satu juta (1965), peristiwa penembakan misterius
yang menewaskan hampir 10 ribu korban jiwa di bawah
koordinasi Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban yang juga di bawah pengawasan Presiden Suharto
(1982-1985), kekerasan di Timor Timur pra Referendum dengan
korban ratusan ribu (1974-1999), DOM Aceh yang menewaskan
puluhan ribu orang 1(976-1998), kekerasan di Papua dengan
jumlah korban ribuan (1966-1998), tragedi Tanjung Priok dengan
menelan korban 74 orang (1974), tragedi Talangsari dan
Lampung dengan jumlah korban 803 jiwa (1989), peristiwa 26
Juli 1996 dengan jumlah korban 1.317 jiwa, serta penculikan dan
penghilangan paksa para aktivis dengan jumlah korban 23
orang— dalam tahun yang sama terjadi juga penembakan empat
mahasiswa Trisakti (1998). Pengalaman traumatik mereka masih
terkurung dalam ambiguitas moral, demokrasi yang tirani,
2
sekaligus legitimasi kebudayaan. Dengan tema “Merawat Ingatan
Golgota”, mari kita mengikuti ibadat jalan salib ini dengan hikmat.
Lagu
(P) Bapa Dalam Surga, (U) Kasihani kami
Yesus Putera Allah, Kasihani Kami
Roh Kudus Penghibur, Kasihani Kami
Tritunggal Terkudus.
“Yesus.. Yesus. Yang Taat kepada Bapa, Hingga Wafat pada salib
Kasihanilah ya Tuhanku, semoga sengsaramu. Membawakan
selamat.”
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa (hening sejenak)
Allah Bapa yang Maharahim, Putra-Mu telah menunjukkan cinta
kasih-Nya yang paling agung dengan menyerahkan nyawa-Nya
bagi penebusan umat manusia. Bantulah agar kami sungguh-
sungguh bertobat dan secara nyata merubah sikap dan tindakan
kami menjadi lebih baik di dalam menjalankan tugas perutusan
kami demi tercapainya kesejahteraan bersama dan keadilan
sosial bagi semua. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U Amin
Perhentian I
Yesus Dijatuhi Hukuman Mati
Perhentian II
Yesus Memanggul Salib
Mei 1998 adalah salah satu periode paling gelap dalam sejrah
Indonesia. Kerusuhan pecah di seluruh negeri ketika Jenderal Orde
Baru, Suharto, gagal mengekang dampak krisis ekonomi. Di lapangan
banyak mahasiswa turun di jalan-jalan, memprotes menuntut
Soeharto mundur. Tetapi para pejabat Rezim Orde Baru menunjuk
etnis minoritas Cina sebagai kambing hitam. Dalam waktu yang sama,
4
terjadilah gerakan anti-Cina yang menyebar sporadis sepanjang
tahun. Pada bulan Mei 1998, ketegangan meningkat. Kerusuhan
pecah di Medan, Sumatera Utara (4 Mei 1998). Pada 12 Mei
kekerasan melanda Ibukota setelah pasukan keamanan menembaki
kerumunan mahasiswa yang berkumpul di Universitas Trisakti,
Jakarta Barat. Massa yang marah segera mengambil alih jalan,
menjarah, dan membakar toko-toko milik orang Indonesia-Tionghoa
dan menargetkan komunitas etnis Tionghoa dalam gelombang
kekerasan yang berlangsung berhari-hari. Lebih dari 1.000 orang
terbunuh di Jakarta. Pada masa inilah terjadi 168 kasus pemerkosaan
di Jakarta yang melibatkan sebagian besar korban perempuan
Indonesia Tionghoa.
Hening sejenak
Perhentian III
Yesus Jatuh Untuk Pertama Kali
5
terjadi. Mereka menyerahkan laporan ke pemerintah pusat dalam
waktu satu bulan dan menunggu tanggapan. Tetapi pada 2003,
penyelidikan tidak dilanjutkan. Pemerintah pusat gagal mengambil
penyelidikan lebih jauh. Para korban, yang adalah etnis minoritas
China, dipaksa hidup dalam masyarakat yang meragukan tuntutan
mereka.
Perhentian IV
Yesus Berjumpa Dengan Ibu-Nya
Perhentian V
Yesus Ditolong Simon Dari Kirene
Hening sejenak
8
Lagu: Yesus... Yesus.. Yang membalas Veronika dengan Lukisan
wajahnya
Perhentian VI
Veronika Mengusap Wajah Yesus
“Salah satu pria meninju mulut saya ketika saya tidak bisa berhenti
berteriak. Dunia jatuh ke dalam kegelapan. Ketika saya sadar, saya tidak bisa
melihat dengan jelas. Semuanya merah, merah, merah. Saya sudah
dipanggang karena diludahi. Tubuhku didera oleh rasa sakit yang membakar
dan menyiksa di seluruh tubuh. Saya harus mengerang karena pria lain
menampar wajah saya, meneriakkan sesuatu seperti, “Diam, atau kami akan
menghabisi Anda!” Mereka tertawa getir, membuat komentar menghina
tentang kaki saya. Saat itulah saya menyadari bahwa saya telanjang. Saya
kembali ke kegelapan, menarik seluruh dunia bersama. Saya terbangun di
neraka. Segalanya kabur, terlihat melalui kerudung hitam dan merah, yang
kusut dan terbentang di sekitarku”.
Sharing Irina, korban pemerkosaan 1998. Irina akhirnya mati bunuh
diri di Jakarta karena depresi akut. Sementara Mariana ibunya dan
kakak perempuannya Narida menderita gangguan mental yang tak
akan pernah pulih karena perasaan gagal dan bersalah yang dalam.
Hening sejenak
9
Perhentian VII
Yesus Jatuh Untuk Kedua Kalinya
Perhentian VIII
Yesus Menghibur Para Wanita Yang Menangis
Perhentian IX
Yesus Jatuh Untuk Ketiga Kalinya
Laskar Pelangi
10
Hening sejenak
Perhentian X
Pakaian Yesus Ditanggalkan
Hening sejenak
11
Tuhan Yesus Kristus, Bapa-Mu telah menciptakan manusia dan
menghendaki yang terbaik bagi manusia itu sendiri. Buatlah
kami menyadari akan martabat kami sebagai manusia yang utuh
dengan menjunjung nilai-nilai moral yang luhur sebagaimana
Engkau inginkan dan dirumuskan dalam sila-sila dasar negara
kami, Pancasila. Sebab Engkaulah Tuhan kami kini dan sepanjang
masa. Amin.
Perhentian XI
Yesus Dipaku Di Kayu Salib
Perhentian XIII
Yesus Diturunkan Dari Salib
13
Perhentian XIV
Yesus Dimakamkan
14
Penutup
U Amin.
Berkat
15
Lagu-lagu
Laskar pelangi
Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya
Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
Tapi cinta lengkapi kita
Laskar pelangi
Takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
Jutaan mimpi di bumi
Oh! menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Menarilah dan terus tertawa
Walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
Cinta kita di dunia
Selamanya
Selamanya
16