Anda di halaman 1dari 2

“Saudara dan Saudari untuk Misi”

Tema tersebut diusung dalam Hari Hidup Bakti Sedunia ke-27 yang dirayakan pada 02 Februari
2023. Sebagaimana ditegaskan Paus Fransiskus kepada para Hidup Bakti di Basilika Santa Maria
Maggiore, “Para kaum hidup bakti memiliki peran khusus, yang berasal dari karunia khusus…:
bahwa kalian sepenuhnya berdedikasi kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya, dalam kemiskinan,
kemurnian dan ketaatan”. Pesan Bapa Suci tentu mengingatkan kita kembali akan ajakan Konsili
Vatikan II, bahwa kaum Hidup Bakti “dikhususkan untuk kesejahteraan seluruh Gereja” ( LG §44).
Menariknya, tema tersebut mengandaikan bahwa dalam proses bermisi, sebuah ordo atau tarekat
religius bukanlah pejuang tunggal. Misi Allah perlu dikerjakan dalam persekutuan, baik antar
lembaga Hidup Bakti maupun dengan kemasyarakatan. Itulah sebabnya, Bapa Suci di akhir
pesannya menyebut, “Hari ini kita merayakan pesta perjumpaan”.

Kaum Hidup Bakti Bersekutu

Hari Hidup Bakti Sedunia, 2 Februari 2023, menjadi kesempatan bagi ribuan biarawan dan
biarawati untuk berkumpul merayakan komitmen religius mereka bersama. Adapun di Keuskupan
Agung Medan, perayaan tersebut dirayakan di tiga tempat, Pangururan, Siantar dan di Medan.

Untuk daerah Medan sendiri perayaan dilaksanakan di Aula STIKES Elisabet dan dihadiri oleh
ragamnya tarekat Hidup Bakti. Dengan tema Kaum Hidup Bakti bersekutu, perayaan tersebut
diniatkan sebagai komitmen bagi semua kaum Hidup Bakti di KAM untuk terlibat aktif dalam karya
pastoral keuskupan, yang mana untuk fokus pastoralnya di tahun 2023 adalah Umat Allah yang
Bersekutu.

Perayaan diawali dengan penyampaian materi oleh P. Martin, SVD. Dalam materi yang dibagikan, P.
Martin kembali mengingatkan akan sejarah lahirnya Hidup Bakti dalam gereja dan
perkembangannya bahkan masalah-masalah klasik yang kerab dihadapi dalam komunitas hidup
bakti. Masalah klasik yang dimaksud adalah tentang dua kecendrungan yang berlawanan, yakni
mereka yang menginginkan hidup bakti untuk kembali ke pendekatan konservatif sebelumnya, dan
mereka yang berharap untuk inovasi yang tidak akan habis. Apapun itu, sebagaimana yang
disebutkan Paus Fransiskus pada perayaan Hidup Bakti Sedunia tahun sebelumnya, “Saya sangat
diteguhkan ketika melihat para pria dan wanita yang lebih tua yang berbakti dengan mata yang
cerah, yang terus tersenyum dan dengan cara ini memberi harapan kepada yang muda. Marilah kita
memikirkan saat-saat ketika kita bertemu dengan orang-orang seperti itu, dan pujilah Tuhan untuk
hal ini. Karena mata mereka penuh dengan harapan dan keterbukaan terhadap masa depan. Dan
mungkin kita akan melakukannya dengan baik, pada hari-hari ini, mengunjungi saudara dan
saudari seiman kita yang lanjut usia, untuk melihat mereka, untuk berbicara dengan mereka, untuk
mengajukan pertanyaan, untuk mendengar apa yang mereka pikirkan. Saya menganggap ini obat
yang bagus” (02/02/2022).

Perayaan kemudian dilanjutkan dengan Misa bersama yang dipimpin langsung oleh Vikep Hidup
Bakti Kam, P. Romaldus Nairun, CMF dan tata perayaannya disertai dengan pembaruan komitmen
kebiaraan oleh seluruh peserta yang hadir. Dalam homilinya, P. Romi bercerita tentang kecemasan
akan hilangnya kemerdekaan dan kebebasan yang dialami manusia-manusia zaman ini. Untuk itu,
menurutnya, kaum hidup bakti tidak perlu terjerembab dalam nuansa yang sama, sebab belajar
dari Maria, bahwa “setiap kali Tuhan memberikan misi kepada sesorang, dia diberitahu ‘jangan
takut’”.

Perayaan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan diselingi oleh pementasan kreativitas
dari para hidup bakti.

Masa Depan yang penuh Harapan

Kita tentu percaya, bahwa setiap kali ada pria atau wanita yang memutuskan untuk bergabung
dalam suatu cara hidup sebagai biarawan/ti, Gereja serasa didirikan kembali. Dalam konteks
refleksi yang diartikulasikan tentang panggilan dan misi untuk persekutuan, untuk berpikir dengan
Gereja (sentire cum Ecclesia), kita tentu diajak untuk membangun hubungan pertukaran yang lebih
dekat dan lebih tajam terutama tentang kerjasama dengan kaum awam ( VC 54). Untuk membuat
“tanggapan mereka yang lebih efektif terhadap tantangan-tantangan besar zaman kita” ( VC 54).

Paus Fransiskus dalam Fratelli tutti mendorong kaum Hidup Bakti untuk maju di sepanjang jalan
harapan ( FT §55) dan menjadi strategi orang percaya. Bagi Bapa Suci, itulah satu-satunya cara
untuk tidak membiarkan diri diliputi oleh kecemasan dan kesulitan-kesulitan saat ini. Bagi Bapa
Suci, panggilan untuk hidup bakti tidak muncul dari perhitungan biaya-manfaat yang cermat tetapi
merupakan hadiah gratis yang muncul dari kasih Tuhan yang melimpah dan muncul dari
“perjumpaan yang mengubah hidup” (02/02/16).

Sadar akan masa lalu dan mensyukurinya, yakin akan masa depan dan terbuka pada harapan, para
religius harus “menjalani masa kini dengan penuh semangat”, yaitu, tanpa memalingkan pandangan
mereka dari tragedi kemanusiaan yang terluka dan hilang. Dalam masyarakat yang tampaknya
mendorong perselisihan antara budaya yang berbeda, di mana koeksistensi sosial dikompromikan
oleh ketidaksetaraan dan penyalahgunaan sistematis terhadap yang paling lemah, “pria dan wanita
yang dibaktikan dipanggil pertama dan terutama untuk menjadi pria dan wanita perjumpaan”. Itu
artinya kaum hidup bakti hendaknya berkolaborasi dalam penciptaan ikatan sosial yang dicirikan
oleh persahabatan dan persaudaraan.

Terlepas dari gerak misi Kaum Hidup Bakti yang terlibat dalam persekutuan dengan gereja lokal
KAM, dari prestasi maupun tantangan yang dialami dalam budaya perjumpaan, rasanya ingatan
akan Vita consecrata, perlu ditegaskan. Vita Consecrata mengingatkan kita bahwa tanggung jawab
untuk berpartisipasi dalam misi penginjilan Gereja perlu ditempatkan dalam perspektif
pneumatologis, dengan menunjukkan bahwa “tugas misioner pertama dari kaum hidup bakti
adalah untuk diri mereka sendiri, dan mereka memenuhinya dengan membuka hati mereka
terhadap dorongan Roh Kristus” ( VC §25). Hidup Bhati adalah sebuah philokalia: Roh Kuduslah
yang membuat mereka melihat rahmat dan keindahan ilahi yang memancar dari kemanusiaan
Kristus.

Anda mungkin juga menyukai