Pada tahun 1984, KKMK KAJ terbentuk atas dorongan Romo Ign. Ismartono, SJ (Romo
Moderator pertama) yang kemudian diprakarsai oleh Markus Gatot Subiyakto (Ketua
KKMK KAJ pertama), Elizabeth Wong, Tony Sardjono, Detje Budiarto, Alex Dungkal,
Hendriani, dkk. Saat itu diadakan sebuah kegiatan Rekoleksi yang dihadiri oleh 60 orang
karyawan muda.
Pada tanggal 4 November 1984, diadakan “Misa Kaum Muda” se-Keuskupan Agung
Jakarta di Aula Gereja St. Theresia–Menteng, yang disambut antusias dengan dihadiri oleh
200 karyawan muda Katolik. Bertepatan dengan itu juga, atas seijin Uskup Agung Jakarta
saat itu Alm. Mgr. Leo Sukoto, SJ, maka tanggal tersebut resmi ditetapkan sebagai “Hari
Jadi” Kelompok Karyawan Muda Katolik KAJ.
Sejarah Singkat KKMK di Indonesia?
Pada Tahun 1987 terciptalah logo KKMK KAJ yang dibuat oleh Limantara Yosephat Polche,
logo tersebut dipakai sampai saat ini oleh KKMK KAJ.
Pada tahun 2009, dalam kesempatan Pesta Perak KKMK KAJ, Uskup Agung Jakarta Mgr.
Ign. Suharyo Hardjoatmodjo (masa itu masih Kodjutor) memberikan masukan untuk
mengubah penggunakan kata Kelompok menjadi kata Komunitas sebagai salah satu
bagian dari gereja Katolik. Hal ini juga disarankan bagi kelompok kategorial lainnya dalam
wadah Pertemuan Mitra Kategorial (Pemikat).
Tiga Pilar Utama KKMK, yaitu: Spiritualitas, Sosialitas, dan Profesionalitas, KKMK KAJ
berperan sebagai jembatan dan mengoordinasikan hubungan antar KKMK di tiap paroki
se-Keuskupan Agung Jakarta. KKMK KAJ juga berusaha mengoptimalkan komunitas
basisnya di tiap paroki sehingga sesuai juga dengan misi gereja.
Biarlah karya dalam kebersamaan KKMK semakin berani dan kreatif membawa perubahan
kaum muda ke arah positif dan berkembang.
Situasi Orang Muda
36. Di samping hubungan-hubungan antarg enerasi, jangan pula dilupakan
hubungan-hubungan antar teman sebaya, yang menunjukkan pengalaman
dasar interaksi dan emansipasi progresif dari konteks keluarga asal.
Persahabatan dan perjumpaan, sering kali dalam kelompok yang kurang lebih
terstruktur, memberi peluang untuk memperkuat kecakapan sosial dan
relasional dalam konteks di mana mereka tidak dinilai dan dihakimi.
Pengalaman kelompok juga merupakan sumber daya yang besar untuk berbagi
iman dan untuk saling membantu dalam kesaksian. Orang-orang muda mampu
membimbing orang-orang muda lain dan menghidupi sebuah kerasulan sejati di
antara sahabat-sahabat mereka sendiri (Dokumen Orang Muda, Iman, dan
Penegasan Panggilan: Dokumen Akhir dari Sidang Umum Biasa XV Sinode
Para Uskup 27 Oktober 2018).
Situasi Orang Muda
48. Pengalaman religius orang-orang muda sangat dipengaruhi oleh konteks
sosial dan budaya di mana mereka hidup. Di beberapa negara, iman Kristiani
merupakan pengalaman komunitas yang kuat dan hidup, di mana orang-orang
muda mengambil bagian dengan sukacita. Di daerah-daerah lain yang memiliki
tradisi Kristen kuno, sebagian besar penduduk Katoliknya tidak mengalami rasa
memiliki yang nyata dengan Gereja; namun ada kelompok minoritas kreatif dan
pengalaman-pengalaman yang menunjukkan tumbuhnya kembali minat religius,
sebagai reaksi terhadap sebuah visi reduksionis dan menyesakkan. Di tempat-
tempat lain, orang-orang Katolik bersama dengan denominasi-denominasi Kristen
lain, merupakan kelompok minoritas yang kadang mengalami diskriminasi dan
bahkan persekusi. Akhirnya, ada tempat-tempat di mana tumbuh sekte-sekte atau
bentuk-bentuk religiositas alternatif; orang-orang yang mengikutinya tidak jarang
tetap kecewa dan memusuhi apa pun yang bersifat religius. (Dokumen Orang
Muda, Iman, dan Penegasan Panggilan).
49. Secara umum, orang-orang muda menyatakan bahwa mereka sedang mencari
makna hidup dan menunjukkan ketertarikan terhadap spiritualitas. Perhatian tersebut
sayangnya hanya berupa pencarian kenyamanan psikologis, lebih daripada keterbukaan
diri untuk bertemu dengan misteri Allah yang hidup. Khususnya pada beberapa budaya,
banyak yang menganggap agama sebagai persoalan pribadi dan memilih dari berbagai
macam tradisi spiritual, unsur-unsur yang di dalamnya mereka menemukan kembali
keyakinan mereka sendiri. Dengan demikian tersebar sinkretisme tertentu, yang
berkembang pada asumsi relativisme bahwa semua agama adalah sama. Keterikatan
pada sebuah komunitas iman tidak dipandang semua orang sebagai jalan istimewa
untuk menemukan makna hidup, namun disejajarkan dan bahkan digantikan oleh
ideologi atau pencarian kesuksesan dalam bidang-bidang profesional dan ekonomi,
dalam logika pemenuhan diri secara material. Namun, beberapa praktik yang diwariskan
oleh tradisi masih tetap hidup, seperti ziarah ke tempat-tempat suci, yang kadang
melibatkan sejumlah besar orang muda, serta ungkapan-ungkapan kesalehan populer
yang sering berhubungan dengan devosi kepada Maria dan para kudus yang
memelihara pengalaman iman umat.
50. Keberagaman yang sama juga ditemukan dalam hubungan orang muda dengan sosok
Yesus. Banyak orang muda mengakui Yesus sebagai Penyelamat dan Putra Allah dan
sering kali mereka merasakan kedekatan dengan-Nya melalui Maria, ibu-Nya, dan
berkomitmen untuk perjalanan iman. Sedangkan yang lain, tidak memiliki hubungan
pribadi dengan Dia, namun menganggap-Nya sebagai seseorang yang baik dan sebagai
sebuah acuan etis. Yang lain lagi, bertemu Yesus melalui pengalaman Roh yang kuat.
Bagi yang lain lagi, Yesus adalah sebuah figur masa lalu yang tidak memiliki relevansi
eksistensial atau sangat jauh dari pengalaman manusiawi. Meskipun mungkin bagi
banyak orang muda, Allah, agama dan Gereja tampak bagaikan kata-kata kosong belaka,
mereka sangat mudah tersentuh pada figur Yesus, ketika Ia diperkenalkan dengan cara
yang menarik dan efektif. Dengan banyak cara, orang-orang muda zaman sekarang
berkata kepada kami, “kami ingin melihat Yesus” (Yoh. 12:21), dengan menunjukkan
kegelisahan sehat yang merupakan ciri hati setiap manusia: “kegelisahan akan pencarian
spiritual, kegelisahan akan perjumpaan dengan Allah, kegelisahan akan kasih”
(FRANSISKUS, Misa Kudus pembukaan Kapitel Jenderal Ordo Santo Agustinus, 28
Agustus 2013).
51. Dalam berbagai konteks, orang-orang muda Katolik menghendaki kesempatan-
kesempatan doa dan saat-saat sakramentali yang dapat menyentuh kehidupan sehari-
sehari mereka dengan sebuah liturgi yang segar, autentik dan penuh sukacita. Di
berbagai belahan dunia, pengalaman liturgis adalah sumber utama bagi identitas
Kristiani dan membuka partisipasi luas dan meyakinkan. Orang-orang muda
melihatnya sebagai sebuah momen istimewa pengalaman akan Allah dan akan
komunitas Kristiani, serta merupakan titik awal misi. Sebaliknya, di tempat lain,
sakramen-sakramen dan Ekaristi hari Minggu mulai ditinggalkan, sebab dipandang
lebih sebagai perintah moral daripada sebuah perjumpaan penuh sukacita dengan
Tuhan yang bangkit dan dengan komunitas. Secara umum, tampak bahwa walaupun
diberikan katekese tentang sakramen-sakramen, pendampingan edukatif untuk
menghayati perayaan secara mendalam, untuk masuk ke dalam kekayaan misteri,
simbol-simbol dan ritus-ritusnya, masih lemah. Partisipasi dan Keterlibatan Aktif Kaum
muda menginginkan keterlibatan aktif
Peran, Peranan, Berperan
Arti Peran Menurut KBBI
1.pemain sandiwara (film): (peran)-- utama;
2.tukang lawak pada permainan makyong;
3.perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat; (peran)-- ganda pemain yang membawakan dua macam
peran dalam suatu cerita drama;
(peran) -- watak peran yang terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang
sifatnya khas dan istimewa
Arti Peranan Menurut KBBI
1.bagian yang dimainkan seorang pemain (dalam film, sandiwara, dan
sebagainya): ia berusaha bermain baik dalam semua ~ yang dibebankan
kepadanya; 2. tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa: beliau mempunyai ~ besar dalam menggerakkan revolusi;
Peran dan fungsi KKMK harus didasarkan kepada harapan Gereja yang dituangkan di
dalam dokumen resmi, atau arah pastoral pada level kepausan, keuskupan hingga
paroki karena level tersebut mengungkapan harapan Gereja. Dari Dokumen Orang
Muda, Iman, dan Penegasan Panggilan dan buku Arah Umum Pengembangan
Keuskupan Jayapura dapat ditarik beberapa inspirasi mengenai peran dan fungsi
KKMK.
Dokumen Orang Muda dan Buku Arah Umum Pengembangan Keuskupan Jayapura
menegaskan:
Siapa orang muda di dalam Gereja, orang muda adalah kader masa kini dan masa
depan. Jadi bukan hanya masa depan. Peran dan fungsinya bukan nanti, tetapi
sekarang. Bahkan Buku Arah Umum Pengembangan Keuskupan Jayapura
menempatkan kaum muda sebagai kelompok strategis untuk memajukan perubahan
dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat.
Dengan kata lain, KKMK tidak boleh menunggu diberi peran, tetapi aktif
berperan di dalam kehidupan menggereja. Apakah KKMK merasa tidak/belum
diberi peran dan fungsi? Ataukah peran dan fungsi sudah diberikan, namun
tidak dipakai? Peran dan fungsi itu dimulai dari hal sederhana. Pertama, ikut
ekaristi pada hari minggu tanpa absen, kecuali sakit atau tugas dinas kantor.
Jangan hilang dari ekaristi, sekalipun kotbah pastor membosankan. Mungkin
Allah sedang berbicara kepada kaum muda, bahwa mereka sedang berada
dalam hidup yang membosankan, kurang energi dan semangat yang dinamis.
Kedua, peran dan fungsi tidak semata-mata menonjolkan atau hanya
mementingkan KKMK secara internal. Kegiatan KKMK bisa sifatnya internal
KKMK, namun juga perlu menjadi penggerak/promotor perubahan (yang lebih
baik). Ketiga, KKMK perlu menyediakan waktu dan kesediaan untuk membina
dan dibina terus menerus.
Pertanyaan Refleksi
• Siapa KKMK yang kualami?
• Apakah peran dan fungsi KKMK selama ini sudah kuketahui?
• Peran dan fungsi yang seperti apa yang telah dilakukan oleh
KKMK?
• Apa dan bagaimana cara KKMK menjadi agen/promotor perubahan
di dalam hidup menggereja?
• Apa mimpi/cita-cita KKMK di dalam dan untuk hidup menggereja?