Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TOP TAHAP II

FR. ALBERTUS ALLO

PAROKI SANTO CLEMENS MANDONGA-KENDARI


SULAWESI TENGGARA
2022/2023

1
2.1 SOAL-SOAL PRIBADI

2.1.1 Peran Ilmu dan Studi dalam Karya Pastoral

Studi Filsafat-Keillahian telah memberi saya banyak pemahaman yang sungguh


bermanfaat melihat situasu umat, khususnya perkembangan umat. Penulis diberi bekal melihat
situasi dalam masyarakat dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang ilmiah.
Pendekatan yang ilmiah membatu penulis melihat persoalaan lebih obyektif. Penulis
dimampukan memberi penilaian-penilaian yang dapat dipertanggungjwabkan. Khususnya
dalam masa TOP ini, ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah sungguh-sungguh membantu
dalam karya pastoral. Ilmu yang didapat tidak hanya membantu penulis dalam memberi
penilaian, tetapi juga membantu dalam mencari solusi. Salah satu bidang yang bagai saya
sangat perlu dipahami adalah bidang Teologi Hidup Rohani. Bidang Teologi Rohani adalah
bidang yang membantu manusia merefleksikan pengalamannya dalam terang iman. Bidang
Teologi Rohani membantu kita untuk memahami makna hidup rohani secara teologis - psikogis
- sosiologis. Dalam praktek hidup Gereja dan masyarakat luas kita dapat melihat pelbagai
pengalaman kerohanian yang berdampak pada kehidupan konkret sehari-hari.

Paroki St. Clemens adalah paroki yang berada di Kotamadya. Kehadiran Gereja di tengah
masyarakat yang berkembang perlu dibarengi dengan pemahaman pengetahuan ajaran Gereja
yang benar. Khususnya Gereja Katolik paroki Kendari mengalami perkembangan yang cukup
baik dalam bidang-bidang kategorial. Bidang-bidang kategorial adalah kelompok-kelompok doa
yang mengkhususkan devosinya pada orang kudus tertentu. Kehadiran berbagai bidang
kategorial adalah pertanda yang baik bagi pertumbuhan Iman Gereja. Akan tetapi pertumbuhan
itu membutuhkan pendampingan agar bertumbuh pada arah yang baik dan benar. Kelompok-
kelompok kategorial dapat saja menciptakan sekat-sekat di antara umat bila tidak mendapatkan
pendampingan. Dalam pendampingan tersebut umat dibawa pada pemahaman yang sama akan
ajaran Iman Katolik. Menurut penulis hal mendasar yang perlu dipahami oleh setiap anggota
dari semua bidang kategorial adalah patokan hidup beriman yang benar. Dampak yang
dihadirkan oleh kelompok-kelompok kategorial tidak selalu mengarah pada arah yang tepat
(menimbulkan kebingungan, batu sandungan hingga merugikan komunio umat), maka
diperlukan ada evaluasi. Sebab sering kali kelompok tertentu terlalu fanatik pada kelompoknya
atau devosinya. Untuk melakukan semua itu, diperlukan pemahaman yang tepat dan benar akan

2
hidup rohani Kristiani yang “otentik.” Ada tujuh ukuran pemahan dasar agar berjalan dalam
pola yang benar sebagai seorang Katolik. Tujuh ukuran itu disebut sebagai tujuh ciri kehidupan
Katolik yang otentik.

1. Bersumber dari Allah Tritunggal Mahakudus yang Berpusat pada Kristus


Seorang kristiani, khususnya seorang Katolik setidaknya memahami dan percaya bahwa
Tuhan telah menyatakan diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus Putera-Nya oleh kuasa Roh
Kudus-Nya. Oleh karena itu, hidup rohani (spiritualitas) Kristen pada prinsipnya bersumber
pada Allah Tritunggal Mahakudus, yang berpusat kepada Kristus, Sang Penyelamat, karena
hanya di dalam Kristus manusia diselamatkan (Kis. 4:12).

2. Ciri Keikutsertaan dalam Misteri Paskah dan Misteri Inkarnasi Kristus

Tidak sedikit umat yang jatuh dalam paham “teologi suskes” sebuah teologi yang tidak
sesuai ajaran Katolik. Umat perlu memahami bahwa hidup dalam iman akan Kristus bukan
berarti hidup seba mudah dan ada. Keikutsertaan di dalam misteri Paskah Kristus (salib, wafat,
dan kebangkitan Kristus), melalui rahmat Tuhan, iman, kasih, dan nilai-nilai Kristiani
lainnya menciptakan penghayatan hidup rohani Kristiani yang otentik. Praktek hidup rohani
(spiritualitas) Katolik tidak terlepas dari penghayatan akan salib Kristus.

3. Ciri Kesaksian akan Kasih Tuhan

Kesaksian akan kasih Allah berarti memberitakan pengalaman pribadi tentang hubungan
kita dengan Tuhan. Dalam Kitab Suci dituliskan bahwa ketika Allah memanggil manusia untuk
datang kepada-Nya, Ia ingin mereka menjadi saksi bagi dan tentang Dia. Berkat baptisan
kita dipanggil untuk memberi kesaksian tentang siapa Allah kita. Bangsa Israel, dipilih oleh
Allah untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa lain meskipun berulang kali mereka gagal. Di
dalam Perjanjian Baru, para rasul dan dan orang percaya mula-mula menunjukkan semangat
kesaksian mereka tentang Yesus Kristus, yang telah mati, bangkit dan naik ke surga. Itulah yang
menjadi kesaksian mereka.

3
4. Ciri Kesadaran akan Dosa dan Belas Kasih Tuhan
Pengaruh postmodern dengan individualitas dan relativitasnya telah membuat manusia
cenderung sesuka- sukanya melakukan apa yang dia mau, bahkan dengan alasan bahwa hal itu
dilakukan demi kebaikan, entah untuk diri atau orang lain. Kita hidup di zaman yang nyaris
tanpa sensitivitas akan dosa. Seolah-olah tidak ada lagi rasa takut kepada Tuhan bahwa yang
manusia dapat membuat Tuhan murka karena tidak sesuai dengan kebenaran, dan melanggar
kekudusan Allah. Ketiadaan rasa takut karena sudah berbuat dosa ini pada akhirnya membuat
orang jugatidak mampu memahami belas kasih Allah sehingga orang juga tidak mampu melihat
bahwa dengan berdosa ia sudah mengingkari cinta kasih Tuhan.

5. Mengarah pada Kehidupan Kekal yang Dijanjikan oleh Allah.


Umat harus memahami dan sungguh memercayai mengenai kehidupan kekal. Bahkan
umat harus selalu merefleksikan kehidupannya dalam kerangka keselamatan atau kehidupan
abadi. Dalam Syahadat iman, pada kalimat terakhir, disebutkan kepercayaan kita akan “ke
hidupan kekal.” Kehidupan kekal ini adalah kehidupan yang seharusnya dengan penuh
pengharapan dinantikan oleh seluruh umat beriman, karena Kristus sendiri telah menjanjikan-
Nya sesuai dengan rencana karya keselamatan-Nya.

6. Ciri Peranan Bunda Maria Teladan Iman

Yohane 19 : 26 menunjukkan kepada kita peristiwa Yesus mempercayakan kita kepada


ibu-Nya Maria. Dalam Mat 12:46-50 Yesus menunjukkan bawa Maria adalah teladan iman bagi
manusia. Menurut Paus Yohanes Paulus II, Bunda Maria berdiri di pusat misteri Keselamatan:
“sebab menjadi keajaiban alam yang luar biasa, ia mengandung Pencipta-nya. Peran istimewa
Bunda Maria dalam perwujudan rencana Keselamatan Allah kepada umat manusia, yakni
dipercaya untuk mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendampingi Kristus Sang Putera
sampai kesudahan-Nya di salib Golgotha. Secara sederhana iman dapat dipahami sebagai sikap
berserah diri kepada kehendak Allah. Apapun yang terjadi, semuanya sesuai dengan kehendak
Allah. Sikap itulah yang terlihat dalam diri Bunda Maria.

4
7. Ciri Mengacu pada Gereja Katolik

St. Ignatius dari Antiokhia mnyatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya
yang didirikan Yesus Kristus, untuk membedakannya dari para heretik pada saat itu yang juga
mengaku sebagai jemaat Kristen - yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-
sungguh menjelma menjadi manusia. Gereja Katolik memiliki arti yang kurang lebih sama
dengan yang kita ketahui sekarang bahwa Gereja Katolik adalah Gereja universal di bawah
pimpinan para uskup yang mengajarkan doktrin sesuai dengan yang diajarkan oleh Kristus.
Gereja Katolik adalah Gereja yang terbuka bagi dan merangkul setiap orang. Sebagai Gereja
Katolik umat harus perlahan memahami bahwa kehadiran Gereja tidak pernah untuk mencari
keuntungan untuk dirinya sendiri tetapi selalu berusaha memberikan kontribusi bagi semua
pihak. Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya Ajaran Sosial Gereja. Kehadiran ajaran
tersebut menunjukkan bahwa Gereja merupakan milik semua orang.

2.1.2 Tanda-tanda Zaman

Paroki Santo Clemens Mandonga Kendari memilki jumlah umat ± 3.950 jiwa.
Berdasarkan pencatatan Badan Pusat Statisik Provinsis Sulawesi Tenggara 2020 jumlah
penduduk Kota Kendari sekitar 404. 232 jiwa. Jumlah umat Katolik di Paroki Santo Klemens
hanya 0,8% dari jumlah penduduk Kota Kendari. Dari persentasi tersebut dapat dilihat bahwa
jumlah umat Katolik tidak banyak. Dengan persentase tersebut Gereja harus melakukan upaya
membangun relasi dengan umat beragama setempat, dan dengan pemerintah untuk menciptakan
kondisi pelayanan yang baik. Gereja telah berupaya membangun kondisi yang baik untuk
kelancaran pelayanan Gereja. Gereja turut ambil bagian dalam kegiatan kemasyarakan dan
kepemerintahan. Gereja Katolik di Sulawesi Tanggara, khususnya di Paroki Mandonga
mendukung umat terlibat dalam ormas-ormas yang mewakili Gereja. Gereja juga medukung
umatnya yang terlibat dalam oragnisasi kemasyarakatan lainnya. Hingga saat ini, masih banyak
umat Katolik yang mempunyai peran penting dalam struktur kepemerintahan. Kehadiran umat
Katolik dalam kepemerintahan tentu berpengaruh pada keberadaan Gereja di Kendari.

Berdasarkan diskusi dengan beberapa umat, yang perlu diperhatikan Gereja saat ini
berkurangnya kader-kader umat Katolik yang bekerja pada lembaga kepemerintahan, khsusnya
di lembaga-lembaga yang pokok, seperti di Departemen Keagamaan, Dengan semakin banyak

5
umat Katolik yang terlibat dalam kepemerintahan akan ikut mempengaruhi kebijakan-kebijakan
pemerintah. Semakin berkurangnya peran umat dalam lembaga-lembaga ikut dipengaruhi oleh
mental nepotisme. Ada banyak umat yang memiliki potensi baik yang layak untuk dipersiapkan,
tetapi karena mental yang tidak sehat tersebut mereka yang berpotensi tidak dapat masuk. Umat
seharusnya hadir untuk saling mendukung, memikirkan kebaikan bersama bukan hanya
kebaikan pribadi.

Berdasar diskusi dengan beberapa mahasiswa, beberapa universitas di Kota Kendari kini
mulai dipengaruhi oleh radikalisme. Bahkan tidak jarang terjadi diskriminasi bagi mereka yang
non-muslim. Radikalisme tersebut tidak muncul pertama-tama pada kalangan mahasiswa tetapi
dari para dosen.

2.1.3 Relasi Pastoral

Menjadi seorang TOP-er merupakan sebuah proses belajar dengan melihat karya
penggembalaan Gereja di lapangan. Kesempatan ini adalah tahap awal untuk mengenal dan
mempelajari lebih serius proses penggembalaan. Hal pokok yang harus saya lakukan adalah
mengamati dengan sungguh dan kemudian mulai memikirkan jangka panjang yang perlu
dipersiapkan mulai saat ini. Dalam proses belajar itu, saya belajar membangun komunikasi yang
baik dengan umat, tokoh-tokoh kunci, dan pastor yang menggembalakan paroki tersebut. Saya
menempatkan diri sebagai seorang yang mau dibimbing oleh setiap umat. Saya adalah seorang
frater. Sering kali status sebagai frater, sebagian umat beranggapan bahwa persoalan lapangan
pasti dapat diselesaikan frater. Akan tetapi dapat terjadi sebaliknya, saya sebagai seorang frater
yang telah belajar ajaran-ajaran Gereja berpikir semua dapat diselesaikan, merasa serba tahu,
dan serba bisa. Saya selalu berusaha menyadarkan diri bahwa apa yang terjadi di lapangan tidak
sama yang terjadi di bangku kuliah. Tidak semua yang didapatkan di bangku kuliah dapat
diterapkan persis dengan situasi di lapangan. Ada banyak hal atau peristiwa yang diselesaikan
karena pengalaman. Dalam membangun relasi pastoral, saya harus menepatkan diri sebagai
seorang yang mau dituntun. Maka kerendahan hati sangat saya butuhkan agar dapat menerima
bimbingan dengan baik.

Demikian pun dalam relasi dengan pastor paroki, saya harus selalu menempatkan diri
sebagai seorang yang datang belajar. Saya diberi kesempatan berpastoral bukan berarti saya

6
bisa berbuat sesuai dengan keputusan saya semata. Kendatipun saya diperlakukan sebagai rekan
kerja; pastor paroki selalu mengajak saya untuk berani mengambil keputusan sendiri. Akan
tetapi saya harus sadar bahwa saya belum memiliki pengalaman. Saya tetap menempatkan diri
sebagai seorang yang belajar, lebih banyak mengamati dari pengalaman banyak orang.

2.1.5 Berbagai Hal yang Membantu

Tentu apa yang saya dapat dibangku kuliah sangat membantu. Tentu ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah memberikan manfaat yang baik, sekurang-kurangnya membantu
menganalisis realitas pelayanan. Hanya saja saya masih membutuhkan cukup banyak waktu
untuk secara perlahan mencari cara menerapkan atau mendaratkan teori kepada umat. Penulis
bersyukur sebab pernah belajar teologi rohani (spiritualitas). Mata kuliah teologi rohani
sungguh perlu dipahami dengan baik oleh seorang calon imam. Studi teologi rohani berangkat
dari realitas perjalanan iman Gereja sehingga mudah untuk dibagikan kepada umat. Mungkin
berlebihan untuk mengatakan bahwa studi teologi rohani merupakan kompendium teologi
kristianitas.

Hal lain yang sangat membantu dalam karya pastoral adalah latihan kotbah. Saya sangat
terbantu dengan diadakannya latihan khotbah di Seminari Tinggi Anging Mammiri. Selain
belajar tampil berbicara, masukan-masukan dari teman-teman saat latihan sungguh sangat
bermanfaat saat berada di lapangan. Kritikan yang diberikan teman-teman saat latihan menjadi
pedoman yang membantu saat menyusun renungan dan berkhotbah di depan umat. Selain
khotbah, latihan memimpin ibadat juga sangat membantu. Melalui latihan memimpin ibadat,
penulis merasakan manfaatnya saat memimpin perayaan sabda di stasi dan saat doa rukun.
Penulis menjadi lebih teliti sehingga dapat tampil dengan lebih profesional, tidak tampil seperti
seorang yang baru belajar. Dengan adanya latihan kebingungan-kebingungan dapat dihindari.

Dalam hal sopan santun (menyapa), penulis semakin menyadari perlunya menjadi orang
yang ramah. Apa yang diterapkan oleh Pastor Anton selama di Anging Mammiri sungguh saya
rasakan manfaatnya. Kebiasaan menyapa adalah hal yang sederhana tetapi sangat perlu bagi
seorang calon gembala maupun gembala. Tanpa adanya latihan membiasakan diri menyapa,
saat seorang calon imam berada di lapangan akan merasa canggung menyapa umat, bukan

7
karena tidak mau tetapi karena tidak terbiasa. Umat tentu mengharapkan imam yang cerdas,
tetapi umat pertama-tama membutuhkan imam yang ramah kepada setiap orang.

2.2 Masalah Kontekstual

Sebagai komunitas yang majemuk tentu ada banyak tantangan yang muncul dari tengah-
tengah umat untuk menjaga keutuhan Gereja. Keberagaman tentu menghadirkan perbedaan
yang kompleks, baik dari segi budaya, maupun dari segi social dan ekonomi. Polarisasi dalam
masyarakat tentu ikut mempengaruhi kehidupan menggereja umat. Paroki St. Clemens
Mandonga memiliki umat yang berasal dari berbagai suku dan daerah. Ada yang berasal dari
suku flores yang masih terbagi-bagi lagi, seperti suku Maumere, Ende, dan Lamaholot. Suku-
suku lainnya yakni Muna, Tionghoa, Toraja, Jawa, bugis dan suku Tolaki. Perbedaan suku juga
ikut menciptakan sekat-sekat dalam Gereja. Sebagian besar umat yang berasal dari suku tertentu
memisahkan diri dari suku tertentu. Masing-masing suku secara tidak sadar menciptakan sekat
dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang monosuku. Selain perbedaan dari segi
kesukuan, juga yang paling kental adalah perbedaan karakter dan pola pikir. Perbedaan karakter
dan pola pikir itulah yang sangat memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan Gereja.
Perbedaan pola pikir dan karakter, tanpa disadari umat dengan baik, telah menciptakan sekat-
sekat dalam Gereja. Bahkan sekat-sekat itu sangat terasa dalam kelompok-kelompok doa.

Menjadi perhatian pastoral ke depan adalah membangun kembali kesadaran umat sebagai
anggota Gereja Katolik. Umat diajak untuk merayakan perbedaan tetapi juga diajak untuk
menerima perbedaan sebagai kekayaan yang harus dijaga. Perbedaan itu telah dirayakan dalam
bentuk Misa Inkulturasi. Perayaan tersebut mengangkat kesadaran umat bahwa Gereja adalah
komunitas yang majemuk, bukan hanya milik kelompok tertentu. Maka salah satu hal yang
dapat juga menjadi fokus karya pastoral adalah mengajak umat sungguh merasakan bahwa
perayaan itu adalah perayaan bersama, bukan hanya perayaan dari kelompok tertentu. Akan
tetapi perayaan itu merupakan suatu anugerah dari Allah yang harus diterima bersama-sama
menjadi kekayaan Gereja. Umat mesti dituntun menuju pada kesadaran bahwa berkat baptisan
yang telah diterima, semua anggota Gereja disatukan. Oleh karena itu, setiap anggota Gereja
tidak lagi berpikir hanya dari dan untuk diri sendiri, tetapi berangkat dari kesadaran kesatuan
iman akan Yesus Kristus.

8
Seorang Katolik tidaklah cukup dengan hanya menjadi pemeluk agama. Akan tetapi
seorang Katolik sekurangnya memiliki pemahaman dasar mengenai iman Katolik, seperti
makna doa-doa, sakramen-sakramen, dan aturan-aturan mendasar mengenai moral. Khususnya
berhadapan dengan situasi konteks Indonesia saat ini. Agama menjadi hal yang sangat sensitif
dan menjadi sasaran empuk untuk menciptakan perpecahan. Ada banyak politikus yang
menggunakan agama sebagai tunggangan. Minimnya pengetahuan umat mengenai ajaran-ajaran
agamanya akan membuat mereka mudah terprovokasi. Saat ini paroki mengadakan katekese
setiap hari Minggu di stasi-stasi untuk membantu umat semakin menghayati hidupnya sebagai
pengikut Kristus.

Hal lain adalah karir dan pastoral kaum muda. Tuntutan zaman saat ini sungguh semakin
berat. Kehidupan material semakin hari semakin menciptakan persaingan yang ketat, khususnya
orang-orang yang hidup di daerah perkotaan. Masyarakat harus berlomba dengan waktu dan
orang-orang lain. Orang-orang saat ini sungguh-sungguh sibuk dalam kebisingan aktivitasnya.
Orang-orang muda harus berlomba-lomba mencari pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Realitas saat ini menuntut orang-orang untuk bekerja keras dan bersaing. Situasi tersebut
adalah salah satu tantangan Gereja saat ini untuk menghidupkan kaum muda agar aktif dalam
kegiatan menggereja. Saat ini Gereja sudah mulai berupaya menghidupkan kembali kaum
muda. Suster-suster Claretian juga telah terlibat dengan membuat kegiatan Malam Mingguan
Kaum Muda (M2KM) setiap minggu ke-2 dan ke-4. Sebagian besar yang ikut kegitan malam
mingguan adalah anak-anak SMA.

Saat ini juga, Paroki St Clemens Mandonga masih dalam proses pembangunan gedung
gereja dan pastoran. Gedung gereja dan pastoran dibangun satu gedung. Sekarang
pembangunan lebih berfokus dalam penyelesaian pastoran, kantor-kantor dan kamar-kamar
tidur. Pastoran ada lima lantai. Lantai satu akan dipergunakan untuk tokoh rohani dan cafetaria
rohani. Lantai dua akan dipergunakan untuk ruang tamu, kantor-kantor para staff dan pastor.
Sementara lantai tiga dan empat adalah daerah klausura, kamar tidur para pastor. Lantai lima
akan dipergunakan sebagai tempat olahraga dan kegiatan santai lainnya.

9
2.2.1 Masalah Mendasar yang Dihadapi Masyarakat

Masalah remaja adalah masa atau proses pencarian jati diri. Proses pencarian diri setiap
orang memerlukan pendamping yang tepat. Pendamping yang tepat akan membawa seorang
remaja pada arah yang baik, yakni ara pendewasaan diri; emosi, karakter, dan tingkah laku.
Begitupun sebaliknya, bila dalam proses pencarian diri para remaja tidak medapat bimbingan
yang baik akan membentuk emosi, karakter dan perilaku yang tidak sehat. Kendari sebagai
daerah kota yang berkembang tentu tidak terhindar dari persolaan kehidupan remaja. Kenakalan
remaja adalah hal yang tidak lagi terhindarkan. Anak muda saat ini melihat pergaulan bebas
sudah menjadi hal yang biasa. Saat ini peristiwa yang membuat orang takut adalah para remaja
yang membuat onar di jalan. Mereka menimbulkan ketakutan di masyarakat dengan melakukan
penembakan busur.

Persolaan lain adalah pengaruh budaya modern yang semakin menciptakan individualitas
dalam masyarakat. Kepedulian masyarakat terhadap yang lain semakin terkikis. Khususnya
pasca pandemic masyarakat sungguh-sungguh semakin menikmati sikap acuh tak acuh.
Manusia sungguh-sungguh hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Manusia membangun kerja
sama hanya bertujuan untuk mencari keuntungan. Masyarakat tidak lagi membangun kerja sama
dengan tujuan menciptakan kemajuan dan perkembangan bersama.

Permasalahan lain adalah gadged yang semakin sulit dijauhkan dari anak-anak. Dengan
adanya game online anak-anak dan bahkan sampai kalangan tua menghabiskan waktu mereka
dengan sia-sia. Game online adalah program yang sungguh-sungguh menyita banyak waktu
kaum muda. Mereka menghabiskan waktu dan uang untuk memuaskan kesenangan mereka
semata. Anak muda semakin menikmati kesendirian. Saat ini gadget hadir dengan internet yang
yang memberikan banyak kemudahan tidak hanya untuk game oline, tetapi juga mengakses
konten-konten apa saja. Dengan gadget yang dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi media sosial,
anak-anak dapat mengakses apa saja. Anak-anak belum siap untuk mengkomsumsi konten-
konten yang disikan dalam media sosial. Konten-konten media social akan memberikan
pengaruh kepada anak-anak. Perilaku anak-anak akan terpola sesua dengan konten yang sering
diterimanya. Media social adalah lingkungan bermain anak-anak saat ini. Pengaruh perjumpaan
langsung tidak lagi memberi banyak dampak bagi anak-anak. Anak-anak saat ini hanya
mengalami perjumpaan langsung saat berada di sekolah. Perjumpaan langsung hanya terjadi

10
selama 5 – 6 jam. Selebihnya, waktu mereka habis dengan menggunakan gadget, mengakses
media sosial. Dengan kemajuan teknologi saat ini sungguh-sungguh mengubah perilaku
masyarakat. Pengaruh media sosial tidak hanya mempengaruhi anak-anak tetapi semua
kalangan.

2.2.1 Keterlibatan dalam Menghdadapi Masalah Tersebut

Cara saya terlibat dalam masyarakat adalah dengan menerima tawaran mengajar agama
baik untuk mahasiswa maupun anak SMA. Setiap hari Jumat saya memberikan kuliah agama
untuk semua mahasiswa/i baru di Kendari. Selain membagikan pengetahuan iman kepada
mereka, saya memberlakukan metode refleksi. Penulis melihat bahwah refleksi adalah
kesempatan yang baik untuk mengembangkan afeksi mahasiswa. Metode refleksi adalah cara
membantu mahasiswa menginteralisasi dengan lebih mudah kuliah yang diperoleh. Dengan
refleksi mahasiswa diajak untuk menemukan sendiri makna dari setiap pembelajaran yang
diterimanya. Penulis selalu mengajak para mahasiswa untuk mengaitkan refleksi kuliah dengan
persoalan masyarakat saat ini. Selain mengajarkan pelajaran agama, penulis juga menyisipkan
beberapa kuliah analisis sosial. Anak muda saat ini semakin kritis tetapi tidak dapat melihat
sebab akibat dalam realitas sosial. Anak muda dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
mendalam. Akan tetapi mereka sulit menerima pemahaman yang kompleks. Anak muda dapat
melihat persoalan yang ada tetapi mereka tidak dapat melihat secara kompleks sebuah
persoalan. Dengan memberikan kuliah, penulis dapat mengambil kesempatan berpartisipasi
menangani persoalan yang dihadapi masyrakat. Selain memberikan kuliah, penulis juga kadang-
kadang diminta mengisi pendalaman iman di SMA 4. Kesempatan tersebut penulis gunakan
untuk membantu remaja melihat perosoalan saat ini, seperti pergaluan bebas, tentang persoalan
media sosial, dan game. Pendalaman iman penulis bawakan dalam bentuk rekoleksi selama dua
jam.

Selain mengajarkan agama, penulis juga mulai mengajak kaum remaja untuk melakukan
kegiatan rohani. Saat ini kami sudah merancang kegiatan rohani diperuntukan untuk seluruh
anak SMA dan sederajatnya yang beragama Katolik. Penulis melihat bahwa tidak semua
sekolah mempunyai guru agama Katolik, maka cara terbaik adalah mencari cara lain, seperti
membuat kegiatan rohani yang bertujuan membangun karakter dan iman remaja.

11
2.2.3 Pengaruh Masyarakat terhadap Karya Pastoral

Dengan adanya berbagai macam cara pandang dan budaya tentu memberikan tantangan
tersendiri dalam karya pastoral. Sejauh ini, dalam pengamatan penulis struktur masyarakat,
khususnya dengan perbedaan budaya tidaklah menjadi suatu persoalan yang besar. Bahkan
dengan kreativitas pastor paroki menggunakan kemajemukan itu untuk menghidupkan perayaan
liturgi, khususnya perayaan Misa Inkulturasi. Setiap minggu kedua dalam bulan, selalu
diadakan Misa Inkulturasi. Dengan diadakannya Misa Inkulturasi perayaan liturgi semakin
hidup. Pada saat perayaan Misa Inkulturasi, umat dari paroki Sadohoa, Unaha, dan Ranomeeto
datang memeriahkan misa tersebut. Contohnya Misa Inkulturasi Bali, umat yang hadir dalam
perayaan tersebut tidak hanya umat Paroki Santo Clemens, tetapi umat Suku Bali dari paroki-
paroki terdekat ikut memeriahkan dan turut mengambil bagian selama masa persiapan.

Pola hidup masyarakat juga mempengaruhi hidupnya karya pastoral. Seperti yang telah
digambarkan pada bagian kesulitan pokok karya pastoral, yakni sulit melibatkan kaum muda ke
dalam karya pastoral. Kehidupan masyarakat perkotaan menuntut orang muda sibuk dalam
mengusahakan karirnya. Maka untuk memberikan waktu yang efektif untuk Gereja perlu
strategi dan perencanaan yang baik. Keterlibatan kaum muda sangat diperlukan untuk
menghidupkan kehidupan menggereja. Dengan semakin merebaknya pengaruh budaya modern
saat ini, Gereja sungguh-sungguh dituntut untuk mencari cara kreatif sebaik dan seefektif
mungkin. Dengan kehidupan modern saat ini, manusia sungguh-sungguh terbelenggu oleh
kehidupan dunia maya. Semakin banya generasi muda yang sungguh menikmati perjumpaan di
dunia internet. Bahkan dengan adanya game online ikut mempengaruhi budaya masyarakat,
sangat mempengaruhi kehidupan Gereja.

12
2.3 MASALAH-MASALAH PASTORAL

2.3.1 Pelaksanaan Karya Pastoral

Paroki St. Clemens adalah pemekaran dari paroki St. Fransiskus Xaverius Sadohoa
Kendari. Pemekaran paroki ditetapkan dalam Surat Keputusan Uskup Agung Makassar Nomor :
2202 / D 4. 24 / 2000, 22 Febuari 2000. Paroki St. Clemens telah berusia 22 tahun dan akan
berusia 23 tahun pada 22 Februari 2023. Selama 22 tahun menjadi paroki, ada banyak hal yang
telah diberikan kepada umat Katolik dan masyarakat luas, khususnya dalam hal sosial dan
kesehatan. Sesuai dengan nama pelindung yang dipilih yakni St. Clemens, nama tersebut
mengenang kehadiran Pastor dr. Clemens yang telah memberikan banyak kontribusi bagi umat
di bidang kesehatan dan sosial.

Keberadaan paroki telah menumbuhkan kehidupan doa umat. Paroki telah menjadi
media yang baik untuk memenuhi kebutuhan hidup rohani umat dengan mendukung adanya
kelompok-kelompok doa seperti: Legio Maria, PD Kharismatik, Kelompok Doa Kerahiman,
OMK, pendampingan SEKAMI, pendampingan PPA, Kelompk Doa Pelayanan Kasih dari Ibu
Bahagia, Komunitas Klinik Sosial St. Clemens, Gabungan Siswa Katolik atau Gasika untuk
SMA dan sederajat. Selain itu ada karya pastoral care; mengunjungi dan memberikan komuni
kepada orang sakit baik yang di rumah maupun yang di rumah sakit. Karya sosial yang ada di
dalam reksa pastoral Paroki St Clemens adalah pendidikan (Paud, TK, dan SDK pelangi).
Dalam bidang kesehatan ada Komunitas Klinik Sosial St. Clemens. Dalam bidang Ekonomi,
Paroki berperan membidani lahirnya Credit Union Mentari Kasih. Dan saat ini paroki akan
membentuk kelompok untuk orang muda yang sudah bekerja untuk memisahkan mereka dari
OMK. Dalam hal kegiatan kemasyarakan yakni Ormas, paroki telah mendukung hadirnya
WKRI, PMKRI, Pemuda Katolik.

2.3.2 Usaha-usaha Khusus dalam Rangka Pengembangan Karya Pastoral

Untuk mengembangkan pelaksanaan karya pastoral di paroki, Pastor paroki berinisiatif


untuk mengadakan pelatihan musik gratis untuk umat setiap hari Kamis. Selain itu juga
dibentuk tim-tim untuk kelancaran perayaan-perayaan liturgi. Ada tim pemazmur dan tim lektor

13
yang melakukan latihan rutin seminggu sekali. Dalam kunjungan ke setiap stasi diadakan
katekese singkat bersama umat. Setiap bulan diadakan rekoleksi keluarga. Rekoleksi untuk
keluarga juga merupakan sebuah usaha khusus yang dibuat oleh pastor paroki dalam
mengembangkan karya pastoral, khususnya untuk membantu umat menjaga kesucian
perkawinan mereka.

Usaha khusus lainnya adalah membuat buku renungan. Nama buku renungan paroki
adalah Permata Kasih (Permak). Buku renungan paroki memuat bacaan dan renungan selama
sebulan. Buku permak diterbitkan tiap bulan. Penulis buku renungan adalah para suster, frater,
dan pastor, serta beberapa awam. Selain bertujuan untuk memperkaya kehidupan rohani umat,
dana dari penjualan permak dimasukkan ke dalam kas dana pembangunan Gereja.

Dalam rapat depas dan para pengurus rukun telah diputuskan akan diadakan pelatihan-
pelatihan untuk umat terutama untuk para pengurus rukun. Pelatihan-pelatihan yang akan
diadakan yakni pelatihan membuat renungan atau khotbah, memimpin doa rukun dan membuat
doa-doa.

2.3.3 Kesulitan-kesulitan Pokok dalam Pelaksanaan Karya Pastoral

Paroki Santo Clemens berada di kota yang sedang berkembang. Sebagai kota berkembang
tentu standar tuntutan semakin tinggi. Hal tersebut membuat masyarakat harus mencari
pekerjaan yang baik. Ada banyak umat yang bergerak di bidang bisnis. Situasi kehidupan di
daerah perkotaan ikut mempengaruhi pelaksanaan karya pastoral. Dengan tuntutan hidup yang
tinggi masyarakat harus sibuk dalam pekerjaannya. Sebagian besar umat Katolik, khususnya
kaum muda harus bergutat dengan pekerjaan sampai malam hari setiap hari. Maka yang
menjadi kesulitan pokok adalah bagaimana melibatkan umat dalam karya pastoral secara aktif,
khususnya melibatkan kaum muda. Sebagian besar umat yang menjadi pengurus adalah mereka
yang sudah lanjut usia dan pegawai negeri. Orang-orang muda harus sibuk dengan karir.
Tantangan saat ini adalah bagaimana mencari cara yang tepat dan menarik untuk mengajak
kaum muda yang sesungguhnya sangat potensial, untuk terlibat aktif dalam karya pastoral
Gereja. Situasi tersebut dari hari ke hari dan dari generasi ke generasi akan semakin menjadi
kesulitan pokok dalam karya pastoral. Saat umat semakin sulit terlibat dalam karya pastoral
seorang gembala akan menjadi single fighter. Persoalan itu sudah mulai nampak, OMK sangat

14
sulit untuk berkumpul saat mengadakan rapat, kegiatan koor, dan kegiatan doa. Bahkan pada
hari akhir pekan, mereka sulit berkumpul. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri akan terjadi
secara berkelanjutan, karena zaman berubah dan tuntutan hidup semakin tinggi. Sejauh
pengamatan penulis persolaan tersebut akan menciptakan kesulitan dalam keberlanjutan
kaderisasi generasi muda.

Berdasarkan pengamatan dan juga melalui kesempatan diskusi ringan dengan beberapa
pastor bahwa kesulitan lain dalam karya adalah mengubah pola pikir umat, khususnya sebagian
besar penduduk asli. Sampai saat ini, permasalahan kesulitan Gereja di bagian Tenggara adalah
pola pikir umat yang sangat sulit diubah. Masih banyak umat yang mengharapkan Gereja yang
memberi. Bahkan saat Gereja hadir memberikan sumbangan pemikiran untuk kebaikan hidup
umat, umat memberi respon yang tidak kooperatif. Umat sangat mudah mengambil langkah
atau keputusan yang pesimis. Sampai saat ini, para pendatanglah, khususnya orang Tionghoa
yang memberi banyak kontribusi untuk perkembangan Gereja, terutama dalam hal finansial.

2.3.4 Bentuk Karya Pastoral

Penulis melihat karya pastoral Paroki Santo Clemens Mandonga berjalan dengan baik.
Ada berbagai karya pastoral yang ada di Paroki Santo Clemens Mandonga. Gereja menyadari
bahwa keluarga mempunyai peran yang penting dalam perkembangan iman Gereja. Bahkan
Paus Fransiskus mengatakan bawa keluarga adalah Gereja Domestik. Keluarga adalah tempat
pertama kita untuk belajar mencintai. Begitu juga keluarga adalah tempat perjumpaan dan
berbagi. Anak-anak tidak akan dapat menemukan jalan mereka sendiri ditengah kondisi
masyarakat saat ini yang membuat orang tua cemas dan over protektif. Melihat betapa
pentingnya peran keluarga dalam keberlanjutan kehadiran Gereja Paroki St. Clemens membuat
kegiatan pastoral bagi keluarga. Dalam bidang keluarga, setiap bulan diadakan rekoleksi untuk
keluarga di biara Claretian. Rekoleksi ini tidak hanya bertujuan menegaskan kembali tugas dan
tanggung jawab mereka, tetapi juga untuk terus membarui komitmen hidup bersama yang telah
mereka jalani.

Selain rekoleksi untuk keluarga juga diadakan rekoleksi umum yang boleh dihadiri siapa
saja yang diberikan oleh para suster Claretian. Selain pelayanan rekoleksi, ada juga pelayanan
komuni untuk orang sakit oleh pastor, suster, farter, dan prodiakon. Penulis melayani di rukun

15
Petrus setiap hari senin. Selain itu juga diadakan pelayanan bagi kelompok-kelompok katgorial
baik itu rekoleksi maupun misa khusus (Legio, PD Kharismatik, KIK, WB, Kelompok Doa
Kerahiman, OMK). Karya pastoral lainnya adalah pendampingan SEKAMI setiap hari Minggu.
Dalam pendampingan SEKAMI paroki melibatkan orang-orang muda untuk memberikan
materi kepada SEKAMI. Ada sekitar 20 orang yang menjadi pendamping tetap. Ada juga
pendampingan PPA setiap hari Selasa sore. Karya lainnya adalah pelayanan untuk OMK
dengan diadakannya M2KM oleh suster-suster Claretian setiap minggu II dan IV.

Sudah beberapa bulan ini selalu diadakan katekese di stasi-stasi yang dibakan oleh pastor,
suster Claretian dan Frater-frater HHK. Katekese ini betujuan untuk membekali iman umat,
dan supaya umat semakin menghayati kehidupannya sebagai seorang Katolik. Ada banyak umat
yang hanya menjadi pemeluk agama, maksudnya adalah tidak memiliki pemahaman mengenai
iman Katolik. Dan ini merupakan suatu hal yang harus diperhatikan berhadapan dengan situasi
saat ini. Agama menjadi sasaran empuk dan sensitif untuk menciptakan perpecahan, memeluk
iman dengan tanpa pemahaman yang rasional akan mudah menuju pada jalan yang tidak tepat.
Dengan adanya program pastoral yang demikian umat sungguh sangat terbantu. Kehidupan
menggereja semakin berwana dan membantu umat menghayati imannya.

2.4 REFLESKI PRIBADI

Menjadi seorang gembala adalah hal yang tidak mudah. Seorang imam dituntut untuk
mampu menggembalakan banyak umat dengan permasalahan yang kompleks. Saya
merefleksikan bahwa seorang calon imam sungguh-sungguh harus merefleksikan motivasinya
dengan serius dan mendalam. Dalam perlayanan, seorang imam sungguh-sungguh harus
memisahkan ego dan kebutuhan umat. Pergumulan saat ini adalah saya harus menumbuhkan
keberanian dalam memberikan keputusan untuk hal-hal pokok. Saya merefleksikan bahwa tidak
semua umat sungguh-sungguh tulus ingin melayani Gereja. Bahkan ada umat yang mengambil
kesempatan untuk mengendalikan seorang pastor. Umat akan memegang kendali saat seorang
pastor tidak mempunyai keberanian memimpin. Seorang pemimpin Gereja di tengah
masyarakat harus mampu menggembalakan umat bukan dikendalikan oleh umat. Gereja adalah
ladang bagi orang-orang yang ingin mengambil keuntungan. Saya sendiri belum mempunyai
keberanian saat mengambil keputusan-keputusan dan melakukan terobosan-terobosan baru.

16
Entah apakah itu karena saya masih seorang frater, tetapi saya menyadari jiwa kepemimpinan
saya belum tampak. Seorang pastor adalah seorang gembala dan pemimpin Gereja.
Kepemimpin seorang pastor menentukan Gereja mau diarakan ke mana. Maka hal inilah yang
akan menjadi poin refleksi dan pengembangan diri saya kedepan.

Sampai saat ini saya tidak mengalami kesulitan untuk membangun relasi baik dengan
rakan kerja maupun dengan umat. Saya masih dapat menjaga relasi dengan kesadaran diri
sebagai seorang frater. Perjumpaan dengan perempuan tentu hal yang tidak dapat dihindari.
Begitupun mengenai hal perasaan, saat berjumpa dengan lawan jenis muncul ketertarikan masih
berada pada batas yang normal. Ketertarikan itu saya sadari dan akui pada diri sendiri, tetapi
hanya sekadar pengakuan saja. Sejauh ini saya masih dapat menjaga keseimbangan relasi
dengan lawan jenis saat berjumpa dengan umat.

Saat ini, saya perlahan menata diri, baik dalam ritme hidup maupun dalam pengendalian
diri. Saya berusaha menjaga hidup spiritual dengan tidak berhenti berefleksi. Bagi saya, refleksi
adalah teman curhat saya. Refleksi membantu saya menghayati kegiatan harian dengan
perasaan yang tenang. Hal lain yang saya upayakan secara khusus adalah membangun jiwa
kepemimpinan itu. Saya mulai dengan mengumpulkan dan akan mengadakan kegiatan Gasika
(Gabungan siswa-siswi Katolik untuk SMA-sederajat di Kendari). Dari kelompok kecil ini saya
belajar bagaimana membuat rancangan kegiatan dan menggerakkan orang-orang agar mau
terlibat aktif. Menjadi penggerak di wilayah Sulawesi Tenggara khususnya dalam hal yang
membutuhkan biaya adalah pekerjaan yang tidak mudah. Sikap acuh tak acuh mulai tumbuh
dalam masyarakat dan kalangan umat Katolik sendiri. Beberapa pastor yang berbagi
pengalaman mengatakan bahwa Gereja di wilayah Tenggara akan sulit berkembang karena
umatnya sangat sulit digerakkan, hidup dalam pemikirannya sendiri.

Untuk menentukan suatu iklim pastoral yang mau dibentuk tentu kita tidak pernah lepas
dari konteks tempat karya. Situasi yang berbeda tentu membutuhkan iklim yang berbeda.
Dalam jangka lima tahun ke depan iklim masyarakat akan semakin berubah, khususnya di
daerah perkotaan. Saya sendiri menginginkan iklim pastoral yang menciptakan kerjasama
dengan umat dalam karya pastoral. Umat memiliki banyak potensi yang dapat semakin
mengembangkan Gereja. Yang perlu dilakukan saat ini adalah menemukan cara bagaimana
membangun kerjasama untuk melancarkan suatu karya pastoral. Seorang pastor adalah gembala

17
atau pemimpin yang mempunyai kekuatan dan masa hidup yang terbatas. Maka seorang
Gembala harus mampu memikirkan dampak keberlanjutan dan karya pelayanannya. Salah
satunya adalah membangun kesadaran para pengurus parokial agar tetap menjalin kerjasama
yang baik dengan setiap penganti pastor paroki. Sebuah paroki bukan milik seorang pastor saja,
tetapi milik umat beriman Katolik. Maka harapan saya adalah menciptakan iklim pastoral yang
melibatkan semakin banyak umat. Seorang imam adalah seorang gembala yang menjadi rekan
kerja Allah bersama umat yang dilayani untuk memberitakan keselamatan (Bdk 1 Kor 3 : 9 -
10). Imam adalah alter kristus yang harus meneladani Kristus dalam pengembalaannya,
melibatkan berbagai pihak (li Mat 10: 1 – 8).

18
Demikian laporan ini disusun berdasarkan pengamatan yang penulis alami selama enam
bulan menjalani masa TOP. Penyusunan isi laporan ini ditulis berdasarkan informasi yang
diperoleh melalui diskusi dengan umat di lapangan.

Mengetahui

P. Stephanus Chandra Pr. Fr. Albertus Allo


(Pastor Pembimbing) (TOP-er Mandonga)

19

Anda mungkin juga menyukai