3. Apa yang bisa kita perbuat/kerjakan sebagai warga gereja yang hidup ditengah-tengah masyarakat
majemuk yang juga sebagai golongan minoritas 1? Jelaskan!
- Yang bisa kita perbuat atau kita kerjakan sebagai warga gereja yang hidup di tengah-tengah
masyarakat majemuk yang juga sebagai golongan minoritas adalah saling menghormati antar
sesama masyarakat, baik yang tidak seiman/seagama atau sebaliknya.
- Dengan adanya sifat toleransi terhadap sesama, maka tidak ada perpecahan lagi baik antara kaum
minoritas atau kaum mayoritas.
2. Bagaimana saudara memandang iman Katolik dibandingkan dengan iman agama lain (Islam dan
Protestan)? Jelaskan!
Cara Saya memandang Iman katholik dibandingkan dengan iman agama lain yaitu dengan penuh
kepercayaan iman bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah,100% Allah, 100% manusia, dan Kitab Suci
sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. Perbedaan yang paling mendasar dengan
agama lain cara berdoanya dan praktek kepercayaan atau keyakinan imannya.
Wujud Kesatuan dengan Jemaat dan Membentuk Satu Tubuh dalam Kristus
- Selain untuk menjadi pengingat dan mempersatukan kita dengan Kristus, makna sakramen
ekaristi juga merupakan bersatunya jemaat dalam Tubuh Kristus. Ekaristi merupakan perayaan
dimana Yesus sebagai Tuan Rumah, dan perayaan tersebut dihadiri jemaat yang bersama-
sama berkumpul dan memiliki tujuan untuk mengingat karya penyelamatan-Nya. Jadi, apabila
dirayakan sendiri, maka akan berbeda lagi maknanya dan bukan lagi ekaristi. Maka dari itu,
walaupun ekaristi lebih merupakan hubungan antara manusia, Roh Kudus, dan Kristus, namun
tetap saja, pada mulanya Yesus mengajarkan ekaristi dalam bentuk perkumpulan orang-orang
yang percaya kepada-Nya. Jadi, ekaristi dapat dipandang sebagai perayaan komunitas gereja.
- Demikianlah beberapa ulasan artikel ini, banyak pendapat mengenai makna roti dan anggur
dalam ekaristi atau perjamuan kudus. Lutheran meyakini bahwa tubuh dan darah karakter
Kristus nyata dalam bentuk roti dan anggur. Sedangkan Cavinis mempercayai bahwa
kehadiran Kristus hanya dalam hal-hal rohani dan tidak secara sakramental. Faktanya, banyak
orang yang merasa bahwa roti dan anggur hanya merupakan lambang saja. Mereka
beranggapan bahwa mana mungkin roti dan anggur benar-benar tubuh dan darah Yesus. Hal
tersebut dinilai tidak rasional. Namun, Yohanes 6:55-56 menegaskan, “Sebab daging-Ku
adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Maka jelas
bahwa roti dan anggur tidak hanya sekedar lambang, melainkan Anggur dan Roti Hidup yaitu
darah dan tubuh Yesus sendiri.
3. Bagaimana tanggapan anda mengenai generasi muda katolik sekarang dalam menyambut sakramen
ekaresti? Jelaskan!
- Menurut saya pribadi sebagai salah satu umat katolik di zaman milenial menganggap tubuh Kristus
adalah salah satu santapan wajib kita untuk menerima berkat Tuhan. Dan memang diwajibkan
untuk melakukan sakramen ekaristi di setiap misa. jadi menurut saya, dalam menerima sakramen
itu sifatnya wajib bagi umat katolik. baik dari sisi anak-anak milenial atau sisi orang yang lebih tua
untuk kita sebagai anak-anak jaman sekarang.
2. Bagaimana pandanganmu mengenai praktek ' Euthanasia"? Bagaimana pandangan gereja katolik
menyikapi hal tersebut? Jelaskan!
- Untuk membahas tentang Euthanasia ini sangat kompleks dan luas cakupannya bahkan tidak
sedikit memicu pertentangan pandangan oleh karena praktik eutanesia ini, karena untuk praktik ini
sudah dilakukan dari dahulu bahkan dibeberapa negara praktik eutanesia ini dilegalkan yang
berlandaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan sisi medis juga aturan -- aturan yang ada di
Negara -- Negara tersebut sehingga tidak sedikit praktik eutanesia ini dipilih menjadi solisi terbaik
di Negara.Negara luar untuk meringankan beban penderata ataupun keluarga penderita, akan
tetapi di Indonesia, upaya pengajuan permohonan euthanasia ini pernah terjadi pada 2004, namun
permohonan itu ditolak oleh pengadilan. Kemudian jika kita mengkaitkan kembali dengan HAM
(hak asasi manusia) maka euthanasia tentu melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk
hidup.Dalam salah satu artikel hukumonline Meski Tidak Secara Tegas Diatur, Euthanasia Tetap
Melanggar KUHP. Kitab Undang - undang Hukum Pidana mengatur tentang larangan melakukan
euthanasia, yakni dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya:"Barang siapa merampas nyawa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun."Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa yang
diatur dalam KUHP adalah euthanasia aktif dan sukarela. Namun dalam pelaksanaannya di
Indonesia, Pasal 344 KUHP ini sulit diterapkan untuk menyaring perbuatan euthanasia sebagai
tindak pidana, sebab euthanasia yang sering terjadi di negara ini adalah yang pasif, sedangkan
pengaturan yang ada melarang euthanasia aktif dan sukarela.
- Dilain sisi bilamana mengkaji dari bidang kedokteran karena penderitaan yang tidak tertahankan
lagi, bukan mustahil pasien yang penyakitnya sudah tidak mungkin disembuhkan itu, minta agar
hidupnya diakhiri saja. Mungkin ringkasnya demikian, namun tidak semua orang sejutu akan
prinsip Euthanasia. Pada umumnya kelompok yang menentang dan mengemukakan alasan yang
bertitik tolak dari sisi keagamaan. Segala sesuatu yang dialami manusia memang dijadikan oleh
Tuhan dan harus dipikul oleh manusia, karena hal itu mengandung makna dan tujuan
tertentu. Dengan demikian berarti penderitaan seseorang dalam sakit yang dideritanya, walau
bagaimanapun keadaanya memang sudah terjadi kehendak Tuhan oleh sebab itu, mengakhiri
hidup seseorang yang sedang menerima cobaan Tuhan tentunya tidak dibenarkan. Argumentasi
demikian tadi juga dikemukakan dalam penjelasan Kode Etik Kedokteran Indonesia, pada Bab II,
pasal 9, yang sekaligus juga mencermikan sikap atau pandangan para dokter di Indonesia.
Sebaliknya kelompok yang menyetujui adanya Euthanasia itu, disertai argumentasi bahwa
perbuatan demikian, terpaksa dilakukan atas dasar prikemanusiaan.
- Bilamana kita mengkaji dalam hal etika kekristenan yang berdasarkan pada Alkitab yang
berlandaskan kasih dapat menarik kesimpulan dari kajian diatas timbul beberapa pernyataan,
mulai dari sisi medis yang seolah - olah menglegalkan praktik eutanesia tersebut dengan beberapa
pertimbangan medis seperti mereka tidak tega melihat "penderitaan" yang dialami oleh pasiennya
juga terhadap keluarga pasien yang turut berkorban dari segi waktu, tenaga hingga material dan
kemudian agar penderitaan pasien tersebut sesegera mungkin dihilangkan. Tapi tidak semua
keluarga dari pasien atau keluarga penderita yang mengiklaskan praktik eutanesia ini dilakukan
kepada anggota keluarga mereka yang sangat mereka kasihi dengan berpandangan menunggu
hinga hembusan napas terakhir dari pasien atau penderita dengan melakukan segala upaya medis
dan menyerahkan mandat itu kepada-Nya, namun ada juga dari pihak keluarga pasien atau
keluarga penderita yang berpandangan terkesan mengiklaskan anggota keluarganya dilakukan
tindakan kedokteran tersebut untuk mengahiri "penderitaan" anggota keluarganya yang
berlandaskan kasih karena tidak tega melihat penderitaan keluarganya.
- Namun bilamana berdasarkan pada aturan yang berlaku di Indonesia seperti Pasal 344 KUHP dan
HAM tidak melegalkan praktik tersebut yang juga disertai ancaman kurungan penjara yang telah
dengan nyeta tertulis dan berlaku.Eutanasia di Indonesia memang secara sudut pandang hukum
dan social memiliki undang - undang serta ketentuan dalam pelaksanaannya. Terlebih di Indonesia
sendiri yang masih menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) utamanya hak untuk
hidup. Namun selain pemahaman HAM sebagai negara yang juga dari segi sosial menjunjung tinggi
norma agama dalam kehidupan bermasyarakat menimbulkan pertentangan karena mengakhiri
hidup makluk hidup merupakan prinsip yang jelas bertolak belakang sekali dengan ajaran agama
apupun di Indonesia. Norma agama sendiri apabila seseorang sudah depresi yang tidak bisa
tertahankan sehingga mengajukan tindakan euthanasia. Hal ini bisa coba dibantu lewat dukungan
moral keluarga atau orang - orang terdekat serta pemerintah. Misalnya bantuan pengobatan
ataupun bantuan dari pemuka agama agar lebih dikuatkan iman dan kepercayaannya sehingga bisa
melewati segala penderitaan dan pencobaan yang tanpa perlu melakukan tindakan euthanasia
pada dirinya sendiri.Memang sangat kompleks dan dilematis bilamana untuk mengkaji praktik
eutanesia ini terlebih dari sudut pandang lain yaitu kedokteran. Berbeda dengan praktik - praktik
medis lainnya yang sudah nyata legal atau illegal praktik tersebut. Sehingga apabila mempraktekan
ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku paramedic yang terlibat bisa dijerat hukum oleh aparat
yang ada. Hal ini beralasan karena Indonesia memang telah dengan nyata menolak praktik ini atas
dasar Hak Asasi Manusia (HAM) juga ditunjang dengan KUHP, namun masih juga banyak ditemui
praktrik seperti ini di Indonesia entah secara aktif ataupun pasif, yang jelas jika kita berbicara etika
kristen maka segala sesuatu harus berlandaskan Kasih.
3. Layakkah orang yang melakukan praktek 'euthanasia' menyambut tubuh kristus (komuni)? Jelaskan!
- Menurut pandangan gereja Katholik orang yang sudah pernah melakukan praktek Eutanasia tidak
layak untuk menyambut Tubuh Kristus karena telah melakukan dosa besar yaitu mengambil
kehidupan manusia, karena gereja Katholik sungguh menjunjung tinggi kehidupan, karena
kehidupan manusia diberikan dari Allah.Paus Paulus Yohanes II dalam Evangelium Vitae,
menyatakan secara definitive bahwa pembunuhan seorang manusia yang tak bersalah selalu
merupakan perbuatan inmoral/tidak bermoral.
Forum 7 – MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN
Hari Pertama
6 Hari penciptaan :
Hari 1 : langit dan bumi diciptakan dan “Jadilah terang”.
Hari 2 : Allah menciptakan cakrawala
Hari 3 : daratan dipisahkan dengan lautan; tumbuh2an diciptakan
Hari 4 : Matahari, bulan dan bintang diciptakan
Hari 5: Binatang di lautan dan burung di udara
Hari 6 : Binatang dibumi, ternak dan binatang melata, Manusia pertama diciptakan (Adam dan
Hawa)
o Akhir-akhir ini cukup gencar dikemukakan bahwa versi kedua adalah yang
sesungguhnya dimaksudkan oleh para pengarang dari golongan "Priestly".
"menciptakan" (bara)
Kata kerja "bara" ("menciptakan") hanya digunakan untuk Allah, (manusia tidak
terlibat dalam tindakan bara), dan ini berkaitan dengan penetapan peranan, karena
dalam penciptaan manusia pertama sebagai "laki-laki dan perempuan" (yaitu,
pengalokasian jenis kelamin). Dengan kata lain, kekuasaan Allah ditunjukkan bukan
hanya dengan penciptaan zat, melainkan penetapan nasib.[6]
"langit dan bumi"
Salah satu tafsiran menyatakan bahwa frasa "langit dan bumi" adalah kesatuan yang
menunjukkan "segala sesuatu", yaitu "alam semesta". Ini terjadi dalam 3 tingkatn,
dunia yang didiami kehidupan berada di tengah, langit di atas dan alam di bawah
bumi di bagian bawah, seluruhnya dikelilingi oleh "lautan" air kekacauan (= chaois).
Ini dikaitkan dengan mitos Bebel Tiamat.[7] Dalam mitos itu, bumi digambarkan
sebagai piringan datar, dikelilingi oleh gunung-gunung dan lautan. Di atasnya
terdapat cakrawala, suatu kubah kokoh tembus pandang yang berpijak pada
pengunungan, memungkinkan manusia untuk melihat birunya air di atasnya, dengan
"jendela-jendela" yang dapat memasukkan hujan, serta memuat matahari, bulan dan
bintang-bintang. Air yang di bawah bumi, bersandarkan pada tiang-tiang yang
terendam di bawah bumi sebagai Sheol, tempat kediaman orang-orang mati.[8]
"belum berbentuk dan kosong"
Kalima pembuka Kejadian 1 dilanjutkan oleh: "(Dan) bumi belum berbentuk dan
kosong..." Frasa "belum berbentuk dan kosong" merupakan terjemahan dari frasa
Ibrani "tohu wa-bohu", (bahasa Ibrani: )תֹהּו ָובֹהּו, yaitu keadaan "kacau" (=chaos),
yang kemudian ditata oleh tindakan penciptaan (bara).[9]Tohu mengandung makna
"kekosongan, kesia-siaan"; biasa digunakan untuk menggambarkan padang pasir
liar; bohu tidak diketahui pasti maknanya dan diduga dibuat supaya seirama dan
menguatkan tohu.[10] Frasa ini juga muncul dalam Yeremia 4:23 di mana
nabi Yeremia memperingatkan umat Israel bahwa pemberontakan terhadap Allah
akan membawa kembalinya kegelapan dan kekacauan, "seakan-akan bumi belum
diciptakan (atau dikembalikan ke keadaan sebelum penciptaan; uncreated)".[11]
"kedalaman"
Pembukaan pada Kejadian 1 memuat pernyataan "gelap gulita menutupi samudera
raya". Frasa "samudera raya" sebenarnya diterjemahkan dari kata bahasa
Ibrani: ( ְתהֹוםtehôm), yang bermakna "kedalaman". Kegelapan (khō-šeḵ) dan
kedalaman (tehom) merupakan dua dari tiga unsur kekacauan (chaos) yang
dinyatakan dengan istilah tohu wa-bohu (yang ketiga adalah "bumi yang belum
berbentuk"). Dalam mitos Babel "Enuma Elish", istilah "kedalaman" dipersonifikasi
sebagai dewi Tiamat, musuh dewa Marduk;[9] di sini sebagai "air purba" yang tidak
berbentuk yang melingkupi dunia tempat kehidupan, kemudian dilepaskan pada
saat air bah (mitologi), ketika "semua sumber-sumber air di kedalaman memancar ke
luar" dari air yang di bawah bumi dan dari "tingkap-tingkap" di langit.[12]
"Roh Allah"
"Roh" (Rûach) Allah "melayang-layang" (bukan "berjalan-jalan") di atas permukaan
"air", sebelum penciptaan terang. Rûach ( )רּוחmempunyai makna "angin, roh,
napas", dan elohim dapat berarti "besar, agung" maupun "allah, ilah". Jadi, ruach
elohim dapat bermakna "angin Allah" atau "napas Allah" atau "Roh Allah" atau
sekadar "angin topan raksasa" .[13] Dalam Mazmur 18:16 dan bagian Alkitab lain
digambarkan bahwa "angin ribut" adalah "napas Allah" dan angin Allah muncul
kembali pada kisah "air bah" (Nuh) untuk memulihkan bumi. Konsep "Roh Allah"
tidak benar-benar jelas dalam Alkitab Ibrani. Victor Hamilton dalam komentarinya
mengenai Kitab Kejadian lebih memilih makna "Roh Allah", tetapi tidak setuju dengan
identifikasi istilah ini sebagai "Roh Kudus" pada teologi Kristen.[14]
terang
Hari pertama ditandai dengan penciptaan "terang" (dan diimplikasikan juga
penciptaan "waktu"). Tindakan pertama Allah adalah penciptaan "terang" yang utuh.
Dengan demikian kegelapan dan terang dipisahkan menjadi "malam" dan "siang".
Urutannya ("petang" sebelum "pagi") menyatakan bahwa ini merupakan "hari
liturgi". Allah mengucapkan perintah dan menamai unsur-unsur dunia pada saat Ia
menciptakan mereka. Pada budaya Timur Dekat kuno, tindakan penamaan juga
dikaitkan dengan tindakan penciptaan. Pada sastra Mesir kuno, allah pencipta
memberi nama segala sesuatu. "Enuma Elish" dimulai pada saat segala sesuatu
belum ada yang dberi nama.[15] Penciptaan Allah dengan kata (=firman) juga
menyiratkan perbandingan dengan seorang raja, yang cukup bertitah untuk
menjalankan tindakan.[16]
Hari kedua
Kejadian 1:6-8
1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari
air."
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala
itu dari air yang ada di atasnya.
Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
Hari ketiga
Kejadian 1:7-13
1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering."
Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji,
supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.
Hari kelima
Kejadian 1:20-23
1:20 Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup,
dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar
dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air,
dan segala jenis burung yang bersayap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:
"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut,
dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
Catatan hari kelima
"binatang laut"
Pada mitos Mesir dan Mesopotamia kuno dikisahkan bahwa allah pencipta harus berperang
melawan "monster-monster laut" sebelum dapat membuat langit dan bumi. Sebaliknya
pada Kejadian 1:21, kata tanin, kadang diterjemahkan sebagai "binatang laut" atau "makhluk
raksasa", dianggap paralel dengan binatang-binatang besar Rahab dan Lewiatan pada Mazmur
74:13, dan Yesaya 27:1 serta Yesaya 51:9, tetapi tidak ada tanda-tanda adanya peperangan,
dan tanin adalah sekadar makhluk yang diciptakan oleh Allah.[26]
Hari keenam
Kejadian 1:24-31; 2:1
1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup,
ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar."
Dan jadilah demikian.
1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis
binatang melata di muka bumi.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:26 Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak
dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1:29 Berfirmanlah Allah:
Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi
dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang
merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya."
Dan jadilah demikian.
1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
2:1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
o "manusia" (adam)
Pada Kejadian 1:26 Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan manusia", kata
"manusia" di sini dalam bahasa Ibrani adalah adam; dalam bentuk kata benda
generik, "umat manusia", dan tidak menyiratkan bahwa yang diciptakan adalah
seorang laki-laki. Setelah muncul pertama kali, selanjutnya kata ini ditulis sebagai ha-
adam ("manusia itu"; di mana huruf 'ha' adalah kata sandang). Ini dijelaskan juga
pada Kejadian 1:27 di mana tertulis "Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-[Nya], menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka", kata "manusia itu" juga tidak bermakna khusus sebagai
"laki-laki".[27]
"menurut gambar"
Manusia diciptakan (bara) menurut gambar Allah (bə-tse-lem Elohim; di mana "bə"
adalah kata depan "menurut", "tselem" berarti "gambar"). Pada bagian awal ayat 27
tertulis bə-ṣal-mōw yang berati "menurut gambarnya".
Frasa ini dapat ditafsirkan bermacam-macam, termasuk:
1. Mempunyai kualitas spiritual Allah seperti intelek, kehendak, dan sebagainya;
2. Mempunyai bentuk fisik Allah;
3. Kombinasi dua hal di atas;
4. Merupakan perwujudan Allah di dunia dan dapat menjalin hubungan dengan-
Nya;
5. Merupakan wakil Allah di bumi.[28]
"Baiklah Kita menjadikan"
Catatan pada Kejadian 1:26 bahwa Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan
manusia" menimbulkan sejumlah teori, di mana dua yang paling menonjol adalah
"Kita" di sini adalah kata ganti jamak keagungan untuk raja-raja (majestic
plural),[29] atau mencerminkan suatu "dewan ilahi" di mana Allah bertahta sebagai
raja dan mengusulkan penciptaan manusia kepada para ilahi yang lebih rendah
kedudukannya.[30]
tumbuhan sebagai makanan
Pada Kejadian 1:29-30 Allah berkata kepada binatang dan manusia bahwa Ia
memberikan kepada manusia segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi
dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan, serta kepada
segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di
bumi, yang bernyawa, diberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya. – Jadi disiratkan di sini bahwa pada waktu penciptaan, semua binatang
dan manusia adalah vegetarian. Hanya kemudian, setelah air bah, manusia diizinkan
untuk makan daging. Ada anggapan bahwa pengarang golongan "Priestly" tampaknya
memandang ke masa lampau yang ideal di mana manusia hidup dalam damai di
antara mereka sendiri dan dengan dunia binatang, dan hal ini dapat dicapai kembali
melalui kehidupan pengorbanan dalam harmoni bersama Allah.[31]
"sungguh amat baik"
Setelah selesai, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."
(Kejadian 1:31). Ini menyiratkan bahwa apa yang ada sebelum Penciptaan ("tohu wa-
bohu," "kegelapan," "tehom") tidaklah "amat baik".Israel Knohl menyampaikan
hipotesis bahwa sumber "Priestly" memuat dikotomi ini untuk menjelaskan masalah
kejahatan.[32]
Hari ketujuh
Kejadian 2:2-4
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya,
karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:4(a) Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.
Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah
yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di
bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu
baik. Makhluk hidup menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di
antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang
untuk manusia dan ciptaan lain.
Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi,
sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang
dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup
kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang
berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang
datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).
Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden
terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk. [2] Pohon ini merupakan pohon
pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon
itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang
tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi
milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan
semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang
Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya
bukan pusat atas alam semesta.
Mazmur
Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan Allah melawan
ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian
pada zaman purba. Mazmur 74:13-15 tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan
kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur
mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya
penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran”
dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan Allah diberitakan supaya umat dapat
memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-
mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33
menperlihatkan Allah yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya
(ayat 6), dipuji sebagai Allah yang setia (ayat 5), dan Allah dari sorga memperlihatkan “semua
anak manusia” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga
mengungkapkan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam sejarah Israel. Cerita
penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang
mengagumkan dari Yahwe, Allah Israel.
Alkitab mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat
kediaman Allah.[3] Air itu mendukung Sorga (Mazmur 78:23).[3] Gambaran Israel mengenai
bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.[3] Bumi diibaratkan
sebagai kapal selam yang besar.[3] Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan
bumi dari air.[3] Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh,
sebab Allah telah memberikan dasar alasnya.[3]
Ayub
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan
terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap “mala petaka” yang
menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban,
melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh
Ayub sendiri. Allah tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga
terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau,
ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan!
Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan
mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-
saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.
Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru
kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat”
muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas,
Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang
menimpa Ayub merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu
memperlihatkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai
untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.
Allah menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat.
Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak
terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi manusia dan hanya Allah yang
mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut
dan hormat akan Allah . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala
ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.
Roma
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain
daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan
bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam
karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir
dengan bertitik tolak dari Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.
Kolose
Kolose berisi pujian yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa”
dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin
suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose
kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu
diciptakan oleh Kristus sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak
ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga
kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang
Kolose. Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat
dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan
Paulus, bukan menjelaskan peranan Kristus dalam penciptaan, tetapi menekankan
bahwa Kristus adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas Allah.