Anda di halaman 1dari 24

Forum 1 – GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

1. Apa makna sesungguhnya Paus Fransiskus berkunjung ke Timur Tengah? Jelaskan!


- Menurut saya, makna sesungguhnya Paus Fransiskus berkunjung ke Timur tengah adalah untuk
mewujudkan nilai-nilai persaudaraan, persaudaraan,dan perdamaian, dan bukan hanya itu saja,
Paus Fransiskus ingin semua umat manusia untuk bersikap toleransi kepada seluruh umat manusia.

2. Apa peran Mother Theresa bagi gereja dan dunia? Jelaskan!


- Peran Ibu Theresa bagi gereja dan dunia yaitu selama lebih dari 47 tahun, ia melayani orang
miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, sementara membimbing ekspansi Misionaris Cinta Kasih
yang pertama di seluruh India dan selanjutnya di negara lain.
- Pada 1970-an, ia menjadi terkenal di dunia internasional untuk pekerjaan kemanusiaan dan
advokasi bagi hak-hak orang miskin dan tak berdaya. Misionaris Cinta Kasih terus berkembang
sepanjang hidupnya dan pada saat kematiannya, ia telah menjalankan 610 misi di 123 negara,
termasuk penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC, program konseling
untuk anak dan keluarga, panti asuhan, dan sekolah.

3. Apa yang bisa kita perbuat/kerjakan sebagai warga gereja yang hidup ditengah-tengah masyarakat
majemuk yang juga sebagai golongan minoritas 1? Jelaskan!
- Yang bisa kita perbuat atau kita kerjakan sebagai warga gereja yang hidup di tengah-tengah
masyarakat majemuk yang juga sebagai golongan minoritas adalah saling menghormati antar
sesama masyarakat, baik yang tidak seiman/seagama atau sebaliknya.
- Dengan adanya sifat toleransi terhadap sesama, maka tidak ada perpecahan lagi baik antara kaum
minoritas atau kaum mayoritas.

Forum 2 – POSTMODERNISME DAN AGAMA

1. Jelaskan makna dari post modernisme agama!


- Postmodernisme adalah suatu kondisi dimana manusia sebagai subjek dan objek dalam kehidupan
mengatur serta menentukan kehidupannya berdasarkan asas benar dan salah yang dipandang
secara relatif.
- Agama dalam pandangan postmodernisme, manusia tidak dapat memahami hakekat Tuhan,
pemikiran postmodernisme merobohkan jalan berfikir matafisis. Akibatnya, postmodernisme
memahami agama dengan cara yang sangat berbeda dari dan bertentangan dengan kepercayaan
yang dianut para ahli agama.
- Konsep-konsep mereka tentang Tuhan, religiusitas dan kebenaran agama tidak sesuai lagi doktrin-
doktrin keagamaan, sehingga kebenaran agama dipandang relatif walupun pada dasarnya
keyakinan terhadap agama seharusnya berdasarkankan asas ketuhanan.

2. Bagaimana postmodernisme dalam agama katolik! Jelaskan!


- Selain masuk dalam hampir semua bidang dalam dunia sekuler, postmodernisme juga menyentuh
kehidupan kekristenan. Istilah ini membedakan dengan masa pra modern, maupun modern,
meskipun masa postmodern adalah anak dari modernisme. Kalau Protestanisme menghasilkan
pencerahan, evangelikalisme menghasilkan modernisme, maka pentakostalisme menghasilkan,
atau paling tidak, menjadi daya dorong yang sangat besar bagi postmodernisme.
- Masa Modern adalah masa dipertanyakannya atau lebih tepat disangsikannya otoritas budaya
berdasarkan penalaran manusia. Hal-hal yang dipertanyakan bukan saja hal-hal berkenaan dengan
norma-norma budaya, tetapi juga nilai-nilai religius. Grothuis mengatakan bahwa modernisme
dimulai dengan upaya untuk memenuhi realitas objektif tanpa perlu kembali pada wahyu ilahi atau
tradisi religius. Dengan demikian keyakinan terhadap kemampuan akal budi manusia mencapai
puncak yang sangat tinggi, mengantikan wahyu ilahi. Rasio manusia dianggap akan mampu
menjawab segala realita yang ada, termasuk dalam ranah moral dan religius. Di Eropa tempat
kelahiran dari modernisme sekaligus juga tempat berkembangnya kekristenan, Alkitab disangsikan
kebenarannya dan dihakimi berdasarkan akal budi dan ilmu pengetahuan.
- Modernisme dinilai gagal membawa kebaikan bagi manusia. Selain itu individualisme yang
menyertai sebagai akibat perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri
mempercepat kekecewaan-kekecewaan yang meruntuhkan keyakinan yang besar terhadap akal
budi yang selama ini dianut. Individualisme menghasilkan kekosongan jiwa dan kemiskinan relasi
antar manusia.
- Selain itu perjumpaan-perjumpaan dengan budaya-budaya non kristen akibat globalisasi yang
dipicu kemajuan sarana transportasi dan komunikasi menyebabkan dipertanyakannya keyakinan-
keyakinan filosofis dan religius yang selama ini diakui sebagai satu-satunya kebenaran. Setiap
golongan mengklaim kebenaran yang diyakininya merupakan kebenaran yang paling objektif dan
absolut. Perjumpaan-perjumpaan antar budaya itu mendorong munculnya suatu babak
sosiokultural dan filosofis yang baru, yaitu postmodern.
- Mengenai postmodern, Grothuis mengatakan: Menurut mereka ide tentang kebenaran objektif
harus ditinggalkan bersama dengan sisa-sisa modernisme, yang dianggap upaya menyesatkan dari
abad pencerahan, yang ingin mendapat kepastian objektif bagi perkara-perkara filosofis, ilmiah
dan moral. Bagi mereka kita saat ini berada dalam era postmodern dan telah meninggalkan semua
usaha yang hebat itu dibelakang, demi mendapatkan tujuan-tujuan yang lebih sederhana.
- Jadi bisa disimpulkan bahwa postmodern menolak segala kebenaran objektif dan mutlak

Forum 3 – IMAN KATOLIK

1. Jelaskan tentang sifat-sifat gereja katolik!


A. SATU
Semua anggota gereja mengimani satu Tuhan, mempraktekkan satu iman, satu dalam komuni
suci, dan dibawah pimpinan gereja yang satu. yaitu Paus yang mewakili pimpinan gereja yang tidak
kelihatan, yaitu Yesus Kristus ( Yoh 10:16)
Konsili Vatikan II menyatakan bahwa" Pola dan prisip terluhur misteri kesatuan gereja ialah
kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa,Putera dan Roh Kudus". "Allah telah
berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi umat Allah"(1Ptr 2:5-10)
dan" membuat mereka menjadi satu tubuh"(1Kor 12:12)
Kesatuan gereja itu sendiri tidak sama dengan keragaman. Kesatuan gereja lebih tepat dimengerti
sebagai "Bhineka Tunggal Ika"yang dimaksud sebagai kesatuan iman yang mungkin diucapkan
dengan cara berbeda. Oleh karena itu kesatuan lahir bukan dari keseragaman atau kesamaan,
melainkan dari persekutuan persaudaraan, baik dalam pengungkapan iman liturgis dan katekis
maupun dalam perwujudan persekutuan dalam organisasi atau penampilan dalam masyarakat.
Kesatuan gereja harus diwujudkan kongkrit antar umat beriman yang terarah pada kesatuan
semua orang yang "Berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni"(2Tim 2:22).
B. Kudus
Kita mengimani bahwa gereja tidak dapat kehilangaan kesuciannya. Sebab Kristus Putera Allah,
yang bersama dengan Bapa dan Roh, dipuji bahwa "Hanya Dialah yang Kudus, mengasihi gereja
sebagai mempelai-Nya."Gereja itu kudus karena Kristus membuatnya Kudus. Kekudusan gereja
bukanlah suatu sifat yang seragam, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kesucian
gereja yang berasal dari Kristus, yang mengikut sertakan gereja dalam gerakan-Nya kepada Bapa
dan Roh Kudus. Kudus menentukan hubungan dengan Allah, Maka Tuhan bersabda."Hendaklah
kamu kudus sebab Kuduslah Aku , Yahwe Allahmu."(Im19:2). Karena pendiriannya, Yesus Kristus
adalah kudus, gereja mengajarkan ajaran-Nya yang kudus yang memungkinkan kita menjadi kudus
(1 Pet 1:15). Yesus Kristus, kepala gerejayang tak pernah nampak menyatakan ajaran-ajaran-Nya
yang murni tanpa cacat cela dan Ia wartakan semasa hidup-nya. Yesus menghendaki agar kita
mengikuti-Nya (Mat 5:48).Melalui gereja dan 7 sakramen yang Ia tetatapkan, Yesus menunjukkan
jalan-Nya kepada kita. Setiap sakramen dan ajaran Gereja mendekatkan kekudusan ke dalam
jangkauan kita. Perjanjian Baru melihat proses pengudusan manusia sebagai, "Pengudusan oleh
Roh."
C. KATHOLIK
Dalam setiap jemaat setempat hadirlah gereja-gereja seluruhnya. Gereja Katholik yang satu dan
tunggal berada dalam gereja-gereja setempat dan terhimpun daripadanya. Gereja Katholik adalah
(bahasa Yunani umum), dalam 3 hal. Umum menurut waktu, karena sejak Kristus mengutus para
rasul-Nya hingga saat ini, Gereja berdiri, mengajar, serta berkarya, untuk membawa orang datang
kepada Kristus. Umum menurut tempat, karena Gereja tidak terikat oleh bangsa manapun, Gereja
terbuka bagi semua orang (Mat 28:19). Umum menurut ajaran-Nya, karena gereja menawarhan
ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen yang sama dimanapun, dalam bahasa apapun, dan dalam
segalaa tingkatan sosial.
D. APOSTOLIK
Gereja Katholik APOSTOLIK karena didirikan oleh Kristus atas para Apostolos (bahasa Latin:"Rasul")
yang tetap berpegang teguh pada-Nya dan senantiasa dipimpin oleh pra penerus mereka.
Keapostolikkan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak oleh Roh Kudus gereja
senantiasa berpegang padaa gereja para rasul sebagai norma imannya. Keapostolikan berarti
bahwa seluruh gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggung jawab atas ajaran gereja,
tetapi juga atas pelayanannya. Setelah Kristus menetapkan ke-12 rasul-Nya sebagai para imam dan
para uskup pertama, selanjutnya mereka menetapkan para rasul lain (Kis 1:23), para diakon (Kis
6:5), para imam (1Tim 4:14), para uskup (Flp 1:1), dan para murid guna melestarikan ajaran-ajaran
Kristus.

2. Bagaimana saudara memandang iman Katolik dibandingkan dengan iman agama lain (Islam dan
Protestan)? Jelaskan!

Cara Saya memandang Iman katholik dibandingkan dengan iman agama lain yaitu dengan penuh
kepercayaan iman bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah,100% Allah, 100% manusia, dan Kitab Suci
sebagai dasar iman tetapi bukan satu-satunya dasar iman. Perbedaan yang paling mendasar dengan
agama lain cara berdoanya dan praktek kepercayaan atau keyakinan imannya.

3. Apakah yang paling penting/utama dalam iman orang katolik? Jelaskan!


- Yang paling penting/utama dalam iman orang katholik adalah berdoa secara Katholik dan percaya
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang menjelma menjadi manusia demi keselamatan umat
manusia, percaya bahwa Alkitab adalah pengertian Injil berisi Firman Tuhan yang diilhamkan bebas
dari kesalahan dan diwahyukan. Babtis merupakan salah satu bagian dari sakramen Katholik yang
diperlukan bagi anggota gereja untuk memperoleh keselamatan. Sepuluh perintah Allah yang
harus dijalankan tidak boleh dilanggar. Keberadaan Tritunggal Maha Kudus, satu Tuhan dalam tiga
pribadi, Umat katholik menganut kepercayaan, Yang Mahatinggi terdiri dari, tiga pribadi : Allah
Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, dan memiliki dasar iman Katholik yaitu:
A. Tradisi Suci
Tradisi suci merupakan urutan pertama dari dasar iman Katholik karena sekalipun dimasa awal
Gereja Katholik bertumbuh belum ada satu kesatuan Alkitab seperti sekarang, berbagai
tantangan gereja masa kini pada zaman terutama serangan iman kepada Gereja Katholik suah
gencar dilancarkan, namun dengan tradisi suci gereja dapat dimasukkan salah satu pengertian
liturgi dalam Gereja. Tradisi suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan
dalam Kisah Para Rasul 2:4, 1Korentus 15:3, 2 Tesalonika 2:15, Yohanes 21:25, 16:12-13.
Tradisi suci ini terjamin kebenarannya secara tidak tertulis karena dipelihara oleh Gereja yang
adalah tiang Pondasi kebenaran. contoh tradisi suci adalag orang Katholik membuat tanda
salib secara Katholik.
B. Kitab Suci
Kitap Suci atau pendalaman Alkitab Katholik menurt doktrin Katholik adaalah penyampaian
Diri Bapa melalui Sabda-Nya dalam Roh Kudus tetap hadir didalam Gereja dan berkarya
didalamnya (Kolose 3:16). Sesuai dengan kehendak Allah terjadilah pengadilan Kitab Suci
sebagai Injil dalam 2 cara yaitu secara lisan dan secara tulisan. Tradisi Suci dan Kitab Suci
berhubungan erat sekali dan terpadu. Sebab keduannya mengalir dari sumber ilahi yang sama,
dan dengan cara tertentu bergabung menjadi satu dan menjurus kearah tujuan yang sama.
Demikian gereja sebagai Tubuh Kristus, yang dipercayakan untuk meneruskan dan
menjelaskan wahyu, bukan hanya melalui Kitab suci maupun tradisi suci.
C. Magisterium
Magisterium adalah wewenang kuasa mengajar Gereja Katholik. Salah satu produk dari
Magisterium adalah Katekismus Gereja Katholik (KGK). Magisterium juga adalah sebuah tugas
menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan kepada
Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus
Kristus. Wewenang mengajar hanya dipegang teguh oleh Gereja yang satu, Kudus, Katholik
dan Apostolik agar tidak terjadi salah tafsir. Inilah mengapa Gereja Katholik yang hanya berhak
menjadi pengajar mengenai iman (2Petrus 1:20-21; Luk 10:16).

Forum 4 – EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI


1. Jelaskan makna dari 'Ekaresti'!
 Pengingat Akan Karya Penyelamatan Allah
- Karena manusia telah berdosa, maka mereka tidak bisa bersatu dengan Allah Tritunggal Yang
Maha Kudus. Namun, kehadiran Yesus menghancurkan penghalang tersebut dengan peristiwa
wafat dan kebangkitan-Nya, sehingga Ia mengalahkan maut yang seharusnya diterima
manusia. Nah, dengan perayaan ekaristi, jemaat bersama-sama mengenang peristiwa
penebusan-Nya dan bersatu dalam tubuh Kristus.
- Dalam Lukas 22:19-20 berbunyi, “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-
mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: ‘Inilah tubuh-Ku yang
diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.’ Demikian juga dibuat-Nya
dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ‘Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku,
yang ditumpahkan bagi kamu.”
- Dengan pedoman ayat di atas, Katolik mempercayai bahwa saat Yesus berkata “Inilah tubuh-
Ku dan inilah darah-Ku,” maka roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah-Nya.
Mengapa bisa demikian? Karena Yesus memiliki kuasa untuk mengubahnya. Hanya saja, bukan
secara fisik yang berubah. Namun, anggur dan roti tersebut berubah menjadi diri-Nya sendiri
yang diberikan pada kita dalam bentuk makanan dan minuman. Karena itulah saat perayaan
ekaristi imam akan mengulangi perkataan Yesus, dan dengan iman mereka mempercayai
bahwa anggur dan roti merupakan tubuh dan darah-Nya. Oleh karena Yesus disalib satu kali
untuk selamanya, maka ekaristi bertujuan supaya kita mendapat buah-buah arti penebusan
dosa yaitu keselamatan.

 Bersatu Dengan Kristus


- “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga
barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yohanes 6:56-57)
- Ayat tersebut menjadi dasar bagi umat Katolik mengenai makna ekaristi, yaitu bersatunya kita
dengan Kristus. Mereka mempercayai bahwa Kristus hadir dan Dia sendiri yang memimpin
saat perayaan ekaristi. Selain itu, dengan makan tubuh dan darah-Nya, dan dengan kuasa Roh
Kudus, kita dipersatukan dengan kemanusiaan sekaligus ke-Allah-an Kristus. Dengan
dipersatukannya kita dengan Kristus, kita akan mengambil bagian dalam kehidupan-Nya dan
makna sakramen ekaristi akan diubah menjadi serupa dengan Dia.
- “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat bertumbuh
dari dirinya sendiri, demikian juga kamu tidak dapat bertumbuh jika kamu tidak tinggal di
dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam
Aku, ia akan berbuah banyak. Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes
15:4-5)
- Kata “tinggal” pada ayat di atas merupakan μένω, ménō dalam bahasa Yunani, yang artinya
sama dengan “tinggal” pada Yohanes 6:56-57, yaitu saat Yesus mengajarkan tentang diri-Nya
sebagai Roti Hidup. Maka dari itu, dengan makan tubuh dan darah-Nya dalam bentuk anggur
dan roti, dan dengan adanya Roh Kudus dalam diri kita, artinya Yesus di dalam kita dan kita di
dalam Dia.

 Wujud Kesatuan dengan Jemaat dan Membentuk Satu Tubuh dalam Kristus
- Selain untuk menjadi pengingat dan mempersatukan kita dengan Kristus, makna sakramen
ekaristi juga merupakan bersatunya jemaat dalam Tubuh Kristus. Ekaristi merupakan perayaan
dimana Yesus sebagai Tuan Rumah, dan perayaan tersebut dihadiri jemaat yang bersama-
sama berkumpul dan memiliki tujuan untuk mengingat karya penyelamatan-Nya. Jadi, apabila
dirayakan sendiri, maka akan berbeda lagi maknanya dan bukan lagi ekaristi. Maka dari itu,
walaupun ekaristi lebih merupakan hubungan antara manusia, Roh Kudus, dan Kristus, namun
tetap saja, pada mulanya Yesus mengajarkan ekaristi dalam bentuk perkumpulan orang-orang
yang percaya kepada-Nya. Jadi, ekaristi dapat dipandang sebagai perayaan komunitas gereja.
- Demikianlah beberapa ulasan artikel ini, banyak pendapat mengenai makna roti dan anggur
dalam ekaristi atau perjamuan kudus. Lutheran meyakini bahwa tubuh dan darah karakter
Kristus nyata dalam bentuk roti dan anggur. Sedangkan Cavinis mempercayai bahwa
kehadiran Kristus hanya dalam hal-hal rohani dan tidak secara sakramental. Faktanya, banyak
orang yang merasa bahwa roti dan anggur hanya merupakan lambang saja. Mereka
beranggapan bahwa mana mungkin roti dan anggur benar-benar tubuh dan darah Yesus. Hal
tersebut dinilai tidak rasional. Namun, Yohanes 6:55-56 menegaskan, “Sebab daging-Ku
adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Maka jelas
bahwa roti dan anggur tidak hanya sekedar lambang, melainkan Anggur dan Roti Hidup yaitu
darah dan tubuh Yesus sendiri.

2. Apa perlunya 'sakramen ekaresti' bagi orang katolik? Jelaskan!


- Semua perintah Kristus adalah penting. Namun, perintah untuk merayakan Ekaristi – makan tubuh-
Nya dan minum darah-Nya – adalah sungguh amat penting, karena menyangkut keselamatan kita.
Rasul Yohanes menuliskan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) Gambaran akan
peristiwa penting ini telah digambarkan secara samar-samar dalam peristiwa pergandaan roti (lih.
Mat 14:13-21; Mrk 6:30-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-13). Dalam peristiwa pergandaan roti, Yesus
menunjukkan bahwa Dia dapat melakukan mukjizat dan memberikan makanan yang berlimpah
kepada semua orang yang hadir.
- Namun, Kristus datang ke dunia bukan hanya sekedar memberikan makanan fisik; dan bukan
hanya untuk melakukan mukjizat. Ketika orang-orang Yahudi melihat bahwa Kristus dapat
menggandakan roti dan kemudian ingin menjadikan-Nya sebagai raja, Kristus menolak dan
menyingkir ke gunung seorang diri (lih. Yoh 6:15). Dan ketika Ia bertemu dengan orang-orang
Yahudi setelah pergandaan roti, Kristus menegaskan kepada mereka bahwa mereka harus bekerja
bukan untuk mendapatkan makanan yang dapat binasa, namun untuk makanan yang bertahan
sampai hidup yang kekal (lih. Yoh 6:27).
- Makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal ini adalah Yesus sendiri, sebab Dia adalah
Roti Hidup yang turun dari Sorga (lih. Yoh 6:51). Barang siapa yang datang kepada-Nya tidak akan
lapar lagi (lih. Yoh 6:35), yang makan roti hidup tidak akan mati (lih. Yoh 6:50-51). Yesus
menegaskan bahwa roti ini adalah daging-Nya sendiri (lih. Yoh 6:51) yang memberi hidup kepada
dunia. Sebab barangsiapa yang tidak makan daging-Nya dan minum darah-Nya, ia tidak
mempunyai hidup (lih. Yoh 6:53) sedangkan barangsiapa yang makan daging-Nya dan minum
darah-Nya akan dibangkitkan pada akhir zaman (lih. Yoh 6:54). Untuk mempertegas hal ini, Yesus
mengatakan, “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar
minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di
dalam dia.” (Yoh 6:55-56) Singkatnya, siapa yang makan daging-Nya dan minum darah-Nya akan
hidup untuk selama-lamanya (lih. Yoh 6:56,58).
- Dari sini, kita dapat melihat, bahwa Yesus tidak memberikan pengajaran bahwa tubuh-Nya dan
darah-Nya adalah sekedar simbol, namun sungguh-sungguh Dia mengajarkan bahwa tubuh-Nya
adalah benar-benar makanan dan darah-Nya adalah benar-benar minuman. Kita dapat mempunyai
sikap seperti orang Yahudi yang bertengkar tentang pengajaran ini, atau seperti para murid yang
meninggalkan Yesus karena tidak dapat mencerna dan tidak dapat menerima pengajaran ini.
Namun, Yesus tidak pernah bergeming terhadap kebenaran ini. Sebagai murid Kristus, sudah
seharusnya kita mempunyai sikap seperti Petrus, yang walaupun kadang tidak mengerti (atau
tepatnya belum sepenuhnya mengerti) ataupun sulit memahami kebenaran ini, tapi tetap
mempercayai Kristus yang karena kasih-Nya, ingin bersatu dengan kita dengan memberikan tubuh
dan darah-Nya.

3. Bagaimana tanggapan anda mengenai generasi muda katolik sekarang dalam menyambut sakramen
ekaresti? Jelaskan!
- Menurut saya pribadi sebagai salah satu umat katolik di zaman milenial menganggap tubuh Kristus
adalah salah satu santapan wajib kita untuk menerima berkat Tuhan. Dan memang diwajibkan
untuk melakukan sakramen ekaristi di setiap misa. jadi menurut saya, dalam menerima sakramen
itu sifatnya wajib bagi umat katolik. baik dari sisi anak-anak milenial atau sisi orang yang lebih tua
untuk kita sebagai anak-anak jaman sekarang.

Forum 5 – GEREJA DAN SCIENCE

1. Apa hubungan gereja dan science? Jelaskan!


- Hubungan antara Gereja Katolik dan ilmu pengetahuan adalah topik yang banyak diperdebatkan.
Secara historis, Gereja Katolik sering menjadi penyokong ilmu pengetahuan. Hubungan ini telah
berkembang pesat dalam pendirian dan pendanaan sekolah, universitas, dan rumah sakit, dan
banyak klerus telah aktif dalam ilmu pengetahuan. Para sejarawan ilmu pengetahuan seperti Pierre
Duhem memuji para ahli matematika dan filsuf Katolik abad pertengahan seperti John
Buridan, Nicole Oresme, dan Roger Bacon sebagai para pendiri ilmu pengetahuan modern. Duhem
menyimpulkan bahwa "mekanika dan fisika yang pada zaman modern dengan benar-benar
bangganya dapat melanjutkan, melalui serangkaian perbaikan yang nyaris tak terlihat, dari doktrin-
doktrin yang diakui di jantung sekolah-sekolah abad pertengahan." Namun, tesis konflik dan kritik-
kritik lainnya menekankan konflik historis atau kontemporer antara Gereja Katolik dan ilmu
pengetahuan, dengan mengutip secara khusus pengadilan Galileo sebagai bukti. Untuk bagiannya,
Gereja Katolik mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan iman Kristen saling melengkapi, seperti
dapat dilihat dari Katekismus Gereja Katolik yang menyatakan berikut sehubungan dengan iman
dan ilmu pengetahuan:
 Meskipun iman ada di atas nalar, tidak pernah ada perbedaan nyata antara iman dan nalar.
Karena Tuhan yang sama yang mengungkap misteri dan menanamkan iman telah memberikan
cahaya nalar pada pikiran manusia, Tuhan tidak dapat menyangkal dirinya, tidak juga
kebenaran dapat bertentangan dengan kebenaran.Oleh karena itu, penelitian metodis di
semua cabang pengetahuan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar-benar ilmiah dan
tidak mengesampingkan hukum moral, tidak pernah akan bertentangan dengan iman, karena
hal-hal dunia dan hal-hal iman berasal dari Tuhan yang sama. Penyelidik yang rendah hati dan
gigih tentang rahasia alam sedang dipimpin, seolah-olah, oleh tangan Tuhan terlepas dari
dirinya sendiri, karena itu adalah Tuhan, yang memelihara segala sesuatu, yang menjadikan
mereka apa adanya.
 Para ilmuwan Katolik, baik yang religius maupun awam, telah memimpin penemuan ilmiah
dalam banyak bidang. Dari zaman kuno, penekanan Kristen pada kasih amal praktis memicu
perkembangan keperawatan dan rumah sakit yang sistematis dan Gereja tetap menjadi
penyedia tunggal perawatan medis dan fasilitas penelitian swasta terbesar di dunia.
Setelah Keruntuhan Roma, biara-biara dan konven tetap menjadi benteng ilmu pengetahuan
di Eropa Barat dan para rohaniwan adalah para sarjana terkemuka zaman tersebut -
mempelajari alam, matematika, dan gerak bintang-bintang (sebagian besar untuk tujuan
keagamaan). Selama Abad Pertengahan, Gereja mendirikan universitas-universitas pertama di
Eropa, menghasilkan para sarjana seperti Robert Grosseteste, Albertus Agung, Roger Bacon,
dan Thomas Aquinas, yang membantu meletakkan dasar metode ilmiah.
 Selama periode ini, Gereja juga merupakan penyokong besar teknik untuk pembangunan
katedral yang rumit. Sejak Renaisans, para ilmuwan Katolik telah diakui sebagai bapak dari
beragam bidang keilmuan: Nicolaus Copernicus (1473-1543)
memelopori heliosentrisme, Jean-Baptiste de Lamarck (1744-1829) mengisyaratkan
teori evolusi dengan Lamarckisme, Frater Gregor Mendel (1822-1884) memelopori genetika,
dan Fr Georges Lemaître (1894-1966) mengemukakan model kosmologis Big Bang. Para Yesuit
telah sangat aktif, terutama dalam astronomi. Sokongan Gereja terhadap ilmu pengetahuan
berlanjut melalui lembaga-lembaga seperti Akademi Kepausan untuk Ilmu
Pengetahuan (penerus Accademia dei Lincei tahun 1603) dan Observatorium
Vatikan (penerus Observatorium Gregorian tahun 1580).

2. Mengapa gereja menganggap science itu penting? Jelaskan!


- Meskipun sejumlah orang berpandangan bahwa Gereja adalah anti sains, namun faktanya tidak
demikian. Sejarah mencatat betapa banyak ahli sains Katolik yang menyumbangkan penelitian
mereka yang memberikan dasar bagi ilmu pengetahuan sampai sekarang. Sebut saja, tokoh-tokoh
sains seperti Rene Descartes (dalam geometrik analit), Blaise Pascal (penemu mesin hidrolik, teori
probabilitas dalam matematika), Gregor Mendel seorang imam Agustinian (penemu teori modern
genetika), Louis Pasteur (penemu mikrobiologi, vaksin untuk rabies dan anthrax), Copernicus yang
mempelopori penelitian tentang kemungkinan bumi mengelilingi matahari dst, termasuk
banyaknya para imam Jesuit yang secara khusus terlibat dalam pencapaian pengembangan ilmu
sains dalam berbagai bidang. Kebanyakan orang yang berpandangan bahwa Gereja Katolik anti-
sains, adalah karena mereka hanya berfokus pada kasus Galileo. Namun sejujurnya, dalam kasus
inipun, sesungguhnya Gereja Katolik tidak anti sains, dan karena itu meminta Galileo untuk
membuktikan argumennya dengan standar sains pada saat itu.
- Nah, maka Gereja Katolik tidak anti ilmu pengetahuan/ sains. Beberapa kutipan pengajaran para
Paus tentang ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
 Paus Leo XIII (1810-1903)
o “Gereja dan para pastornya tidak menentang ilmu pengetahuan yang sejati dan solid,
entah itu ilmu pengetahuan manusiawi ataupun ilahi, tetapi bahwa mereka
merangkulnya, mendorongnya dan memajukannya dengan dedikasi sepenuh
mungkin.” (Ut Mysticam, March 14, 1891, dalam pendirian kembali Vatican Observatory).
 Paus Pius XII (1939-1958)
o “… Ilmu pengetahuan sejati menemukan Allah dalam derajat yang terus bertambah-
seperti seakan-akan Allah sedang menanti di belakang setiap pintu yang dibukakan oleh
ilmu pengetahuan” (Address to the Pontifical Academy of Sciences, November 22, 1951, 2)
o “…. Filosofi dan ilmu pengetahuan berkembang dengan analogi dan metoda yang
kompatibel, dengan mengambil keuntungan dari elemen-elemen empiris dan masuk akal
dengan tolok ukur yang berbeda dan bekerjasama bersama dalam kesatuan yang selaras
menuju penyingkapan kebenaran… Ilmu pengetahuan, yang menemukan Sang Pencipta
dalam jalannya, filosofi, dan lebih lagi, wahyu, dalam kerjasama yang selaras, sebab
semua dari ketiganya adalah alat-alat kebenaran, seperti berkas-berkas sinar dari
matahari yang sama, mengkontemplasikan hakekat, menyatakan garis-garis besarnya,
menggambarkan detail dari Sang Pencipta yang sama.” (Audience granted to the Plenary
Session of the Academy and to the Study Week on “The Question of Microseisms”)
 St. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005)
o St. Paus Yohanes Paulus II mengajarkan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara
iman dan akal budi, antara Theologi dan filosofi.
o “Iman dan akal budi adalah seperti dua sayap yang atasnya roh manusia naik menuju
kontemplasi kebenaran; dan Allah telah menempatkan di dalam hati manusia keinginan
untuk mengenali kebenaran – dengan kata lain, mengenali dirinya sendiri- sehingga
dengan mengenali dan mengasihi Allah, baik para pria dan wanita juga dapat mendekati
kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri (lih. Kel 33:18; Mzm 27:8-9; 63:2-3;
Yoh 14:8; 1Yoh 3:2- Fides et Ratio, 1)
o “Ilmu pengetahuan dapat memurnikan agama dari kesalahan dan tahyul; agama dapat
memurnikan ilmu pengetahuan dari pemberhalaan dan kemutlakan yang salah. Masing-
masing dapat memperoleh dari yang lain, dunia yang lebih luas, dunia di mana keduanya
dapat mencapai puncaknya.” (Surat kepada Rev. George V. Coyne., SJ, Direktur dari the
Vatican Observatory)
o Namun demikian, St. Paus Yohanes Paulus II juga memperingatkan kita akan
ancaman scientism: “…
[Scientism] adalah pandangan filosofis yang menolak untuk menerima validitas dari
bentuk-bentuk ilmu pengetahuan yang lain daripada ilmu pengetahuan positif
(positive science); dan [pandangan ini] membuang pengetahuan religius, theologis,
etis dan estetis ke ranah fantasi semata. Di masa lalu, ide serupa muncul di positivism
dan neo-positivism, yang menganggap pernyataan-pernyataan metafisik sebagai
sesuatu yang tidak berarti. Penilaian epistemologi -cabang ilmu filosofi yang meneliti
asal usul, kodrat, cara dan batasan-batasan ilmu pengetahuan manusia- yang kritis
telah menampik klaim tersebut, tetapi sekarang kita lihat hal ini hidup kembali dalam
nama samaran scientism, yang membuang nilai-nilai [kebajikan] sebagai produk
emosi dan menolak pengertian ‘being‘/ keberadaan, agar melapangkan jalan menuju
faktualitas -keadaan faktual- yang murni dan sederhana. Karena itu, ilmu
pengetahuan diposisikan untuk mendominasi semua aspek kehidupan manusia
melalui kemajuan teknologi…
Sayangnya,… scientism menyerahkan segala yang berkenaan dengan pertanyaan
tentang arti kehidupan ke ranah hal imajiner dan tidak rasional. Tidak kalah
mengecewakan adalah caranya yang olehnya pandangan ini mendekati masalah
filosofi, yang jika tidak diabaikan, ditundukkan pada analisa yang didasari oleh
analogi-analogi yang superfisial, yang kekurangan semua dasar akal budi. Ini
mengarahkan kepada pemiskinan pemikiran manusia, yang tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan tertinggi yang manusia…, telah selalu merenungkannya
secara terus menerus sejak mulai adanya waktu. Dan karena ilmu pengetahuan tidak
meninggalkan ruang bagi kritik yang diberikan oleh penilaian etis, mentalitas sains
telah berhasil mengarahkan banyak orang untuk berpikir bahwa jika sesuatu itu
secara teknis mungkin terjadi, maka sesuatu itu dapat diterima secara moral.” (Fides
et Ratio, 88)
 Paus Benediktus XVI (2005-2013)
o Paus Benediktus XVI lebih lanjut juga menjelaskan tentang pandangan Gereja Katolik
tentang sains:
“[Tradisi Katolik] telah selalu menolak prinsip ‘fideism‘, yaitu keinginan untuk percaya
tanpa akal budi …. Memang, meskipun merupakan sebuah misteri, Tuhan
tidak ngawur/ (absurd) … Kalau, dalam mengkontemplasikan misteri, akal budi
melihat hanya kegelapan, ini bukan berarti bahwa misteri tidak mengandung terang,
tetapi karena [misteri itu] mengandung terlalu banyak terang. Seperti ketika kita
menatang mata kita langsung ke matahari, kita hanya dapat melihat bayangan -siapa
yang dapat berkata bahwa matahari tidak terang? Iman memperbolehkan kita
memandang ‘sang matahari’ itu, yaitu Tuhan, sebab iman menyambut wahyu-Nya
dalam sejarah…. Tuhan telah mencari manusia dan membuat Diri-Nya dapat dikenal,
dengan membawa Diri-Nya ke dalam keterbatasan akal budi manusia…
o “Hubungan yang benar antara ilmu pengetahuan dan iman juga adalah berdasarkan
interaksi yang berdayaguna antara pemahaman dan kepercayaan. Penelitian ilmiah
mengarahkan kepada pengetahuan akan kebenaran-kebenaran baru tentang manusia
dan kosmos. Kebaikan sejati manusia, yang dapat dicapai melalui iman, menunjukkan
arah yang harus diikuti oleh jalan penyingkapannya. Oleh karena itu, adalah penting untuk
mendorong, misalnya, penelitian yang melayani kehidupan dan yang berusaha
memerangi penyakit. Penyelidikan rahasia-rahasia planet kita dan alam semesta juga
penting untuk alasan ini, dalam pengetahuan bahwa manusia ditempatkan di puncak
penciptaan, bukan untuk mengeksploitasinya tanpa perasaan, tetapi untuk melindungi
dan menjadikannya dapat dihuni.
o “Dengan cara ini, iman tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan tetapi bekerjasama
dengannya, dengan menawarkan kriteria fundamental untuk memastikan bahwa ilmu
memajukan kebaikan universal, dan hanya meminta bahwa ilmu pengetahuan berhenti
dari inisiatif-inisiatif itu yang, bertentangan dengan rencana awal Tuhan, dapat
menghasilkan akibat-akibat yang menentang manusia itu sendiri. Alasan lainnya yang
masuk akal untuk dipercaya adalah ini: jika ilmu pengetahuan adalah rekan pendukung
yang bernilai bagi iman dalam pemahaman kita akan rencana Tuhan bagi alam semesta,
iman juga mengarahkan kemajuan ilmu pengetahuan menuju kebaikan dan kebenaran
tentang manusia, yang setia kepada rencana awal itu….” (General Audience, Nov 21,
2012)

Forum 6 – MORAL AWAL HIDUP MANUSIA

1. Jelaskan tentang pemahaman 'assisted reproduction'! Bagaimana dampaknya bagi kehidupan


manusia?
- Terjemahan tulisan ini memang agak kacau. Ada yang menterjemahkannya sebagai reproduksi
buatan. Ada yang menterjemahkan langsung ke bayi tabung. Terjemahannya yang sebenarnya
adalah bantuan reproduksi. Istilah ini lebih menunjuk pada sebuah bantuan agar pasangan yang
tidak bisa punya anak bisa punya anak. Maka, kata reproduksi buatan mungkin yang dimaksud
adalah bahwa ada campur tangan pihak ketiga dalam proses reproduksi pasangan. Pihak ketiga ini
adalah pihak luar selain pasangan yang terlibat dan mereka adalah orang-orang profesional yang
kompeten. Reproduksi buatan merupakan sebuah upaya reproduksi yang dilakukan dengan cara-
cara yang biasa dan alamiah. Dengan demikian assisted reproduction merupakan sebuah cara yang
luar biasa (ekstra ordinary) untuk memperoleh keturunan. Jadi assisted reproduction yang
dimaksud di sini adalah reproduksi yang ekstra ordinary secara medis. Tidak semata-mata secara
sosio-kultural.
- Kalau anda membaca banyak beberapa referensi, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan assisted
reproduction adalah bayi tabung. Ada dua hal yang harus dijernihkan di sini yaitu bahwa bayi
tabung hanya merupakan salah satu bentuk reproduksi dengan bantuan. Berarti ada bentuk
bantuan yang lain? Ada. Di antaranya adalah inseminasi (atau biasa dikenal dengan operasi suntik),
yang lain yang lebih ringan adalah mengkonsumsi pil hormonal agar bisa lebih subur. Ini kan tidak
natural juga? Yang biasanya tidak dimasukkan di sini sebagai assisted reproduction (meskipun
dalam hemat saya seharusnya juga masuk) adalah kloning. Tapi okelah, kloning manusia menjadi
kasus sendiri yang lebih pelik. Jadi urut-urutannya begini: karena secara normal suami istri tidak
bisa melakukan pembuahan maka dilakukanlah cara-cara yang tidak normal. Cara pertama adalah
dengan mengkonsumsi obat kesuburan. Ini kalau hormon dalam tubuh memang kurang.
- Sedangkan, kalau ternyata keduanya subur dan normal, namun ternyata ada halangan dalam
konsepsi atau pembuahan, maka dilakukan cara lain, suntik. Sperma diambil dari pihak suami,
kemudian disuntikkan ke dalam ovarium seorang perempuan sebagai pihak istri. Hal ini
mengandaikan bisa terjadi pembuahan di dalam diri perempuan. Nah, kalau tidak bisa, pembuahan
dilakukan di luar yang kemudian kita kenal sebagai bayi tabung.
- Penjernihan peristilahan kedua adalah berkaitan dengan bayi tabungnya. Bayi tabung ini
sepertinya seluruh proses dilakukan didalam tabung. Padahal tidak, yang membedakan bayi
tabung dengan bayi yang natural hanyalah proses pembuahannya. Sedangkan, setelah pembuahan
bayi akan dikandung secara normal. Istilah bahasa inggrisnya lebih tepat, in vitro ferlization.
- Dampak bagi kehidupan manusia,
 Yang pertama yang perlu dikaji adalah bahwa assisted reproduction tidak membuat orang
yang mandul punya anak. Metode ini bukan bersifat pengobatan. Artinya yang tadinya mandul
lalu tidak mandul. Metode ini hanya sekedar membantu ketika ada halangan.
 Yang kedua, memang hak setiap manusia untuk bereproduksi. Bahwa itu hak, harus diterima
sebagai hak. Bukan sebuah kewajiban. Maka, karena hak ya dijalankan ketika bisa. Kalau tidak
bisa sebaiknya tidak memaksakan diri sampai melanggar nilai-nilai yang lain. Adalah sangat
mulia ketika seseorang menginginkan hadirnya seorang anak karena memenuhi perintah
Tuhan, beranak cuculah dan berkembang biaklah.
 Yang ketiga adalah mempertimbangkan juga beberapa masalah yang muncul baik secara
teknis, secara psikologis, maupun secara hukum. Secara teknis, adanya perangsangan untuk
mematangkan ovum secara bersamaan umumnya berefek pada wanita secara serius.
Bayangkan, secara normal saja, emosi wanita sudah sulit dipahami para lelaki, kalau kemudian
disuntikkan hormon yang jumlahnya berlipat-lipat, anda bisa membayangkan bagaimana
keadaan psikologi wanita itu. Yang berikutnya adalah secara medis, penyuntikan hormon
berlebih, menurut Maria Luisa di Pietro, menunjukkan adanya peningkatan kasus tumor buah
dada dan ovarium.
Yang ketiga adalah berkaitan dengan masalah tingkat keberhasilan yang sangat rendah.
Meskipun sudah dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati, namun tingkat
keberhasilannya ternyata sangat rendah. Di Amerika saja, tingkat keberhasilannya tidak
mencapai 30%. Bayangkan dengan di Indonesia?
 Yang keempat yang paling penting adalah berkaitan dengan martabat hidup manusia. Jika ada
embrio yang lolos seleksi dan tidak lolos seleksi, pertanyaannya adalah yang tidak lolos seleksi
mau dikemanakan? Padahal dalam moral hidup, yang tidak lolos seleksi itu sudah hidup dan
punya hak untuk hidup. Bukankah kalau haknya dilanggar, berarti melanggar hak-hak kita
sebagai manusia juga? Biasanya embrio yang tidak lolos seleksi dimusnahkan atau dijadikan
bahan riset.
Yang keempat, saya lebih menyoroti berkaitan dengan kasus pendonor. Kalau ada
seorang wanita yang mengandung anak, tapi bukan dari ovumnya, sebenarnya dia
anaknya atau bukan? Bayangkan kalau kemudian hal ini diketahui oleh pihak si anak.
Misalnya, anaknya tahu bahwa ibunya ternyata mandul. Kok bisa lahir dirinya. Lalu si ibu
cerita, nak…. Aku dulu beli ovum di bank ovum.
- Dampak buruk serta penderitaan terhadap masa depan anak:
 Anak mendapat stikma buruk di masyarakat, anak kehilangan hak waris dari orang tua
kandungnya, anak terlahir dengan status diluar nikah, dan anak tersebut dapat disangkal oleh
orang tua kandungnya maupun oleh orang tua titipan.

2. Bagaimana pandanganmu mengenai praktek ' Euthanasia"? Bagaimana pandangan gereja katolik
menyikapi hal tersebut? Jelaskan!
- Untuk membahas tentang Euthanasia ini sangat kompleks dan luas cakupannya bahkan tidak
sedikit memicu pertentangan pandangan oleh karena praktik eutanesia ini, karena untuk praktik ini
sudah dilakukan dari dahulu bahkan dibeberapa negara praktik eutanesia ini dilegalkan yang
berlandaskan beberapa aspek yang berkaitan dengan sisi medis juga aturan -- aturan yang ada di
Negara -- Negara tersebut sehingga tidak sedikit praktik eutanesia ini dipilih menjadi solisi terbaik
di Negara.Negara luar untuk meringankan beban penderata ataupun keluarga penderita, akan
tetapi di Indonesia, upaya pengajuan permohonan euthanasia ini pernah terjadi pada 2004, namun
permohonan itu ditolak oleh pengadilan. Kemudian jika kita mengkaitkan kembali dengan HAM
(hak asasi manusia) maka euthanasia tentu melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk
hidup.Dalam salah satu artikel hukumonline Meski Tidak Secara Tegas Diatur, Euthanasia Tetap
Melanggar KUHP. Kitab Undang - undang Hukum Pidana mengatur tentang larangan melakukan
euthanasia, yakni dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya:"Barang siapa merampas nyawa orang lain
atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun."Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa yang
diatur dalam KUHP adalah euthanasia aktif dan sukarela. Namun dalam pelaksanaannya di
Indonesia, Pasal 344 KUHP ini sulit diterapkan untuk menyaring perbuatan euthanasia sebagai
tindak pidana, sebab euthanasia yang sering terjadi di negara ini adalah yang pasif, sedangkan
pengaturan yang ada melarang euthanasia aktif dan sukarela.
- Dilain sisi bilamana mengkaji dari bidang kedokteran karena penderitaan yang tidak tertahankan
lagi, bukan mustahil pasien yang penyakitnya sudah tidak mungkin disembuhkan itu, minta agar
hidupnya diakhiri saja. Mungkin ringkasnya demikian, namun tidak semua orang sejutu akan
prinsip Euthanasia. Pada umumnya kelompok yang menentang dan mengemukakan alasan yang
bertitik tolak dari sisi keagamaan. Segala sesuatu yang dialami manusia memang dijadikan oleh
Tuhan dan harus dipikul oleh manusia, karena hal itu mengandung makna dan tujuan
tertentu. Dengan demikian berarti penderitaan seseorang dalam sakit yang dideritanya, walau
bagaimanapun keadaanya memang sudah terjadi kehendak Tuhan oleh sebab itu, mengakhiri
hidup seseorang yang sedang menerima cobaan Tuhan tentunya tidak dibenarkan. Argumentasi
demikian tadi juga dikemukakan dalam penjelasan Kode Etik Kedokteran Indonesia, pada Bab II,
pasal 9, yang sekaligus juga mencermikan sikap atau pandangan para dokter di Indonesia.
Sebaliknya kelompok yang menyetujui adanya Euthanasia itu, disertai argumentasi bahwa
perbuatan demikian, terpaksa dilakukan atas dasar prikemanusiaan.
- Bilamana kita mengkaji dalam hal etika kekristenan yang berdasarkan pada Alkitab yang
berlandaskan kasih dapat menarik kesimpulan dari kajian diatas timbul beberapa pernyataan,
mulai dari sisi medis yang seolah - olah menglegalkan praktik eutanesia tersebut dengan beberapa
pertimbangan medis seperti mereka tidak tega melihat "penderitaan" yang dialami oleh pasiennya
juga terhadap keluarga pasien yang turut berkorban dari segi waktu, tenaga hingga material dan
kemudian agar penderitaan pasien tersebut sesegera mungkin dihilangkan. Tapi tidak semua
keluarga dari pasien atau keluarga penderita yang mengiklaskan praktik eutanesia ini dilakukan
kepada anggota keluarga mereka yang sangat mereka kasihi dengan berpandangan menunggu
hinga hembusan napas terakhir dari pasien atau penderita dengan melakukan segala upaya medis
dan menyerahkan mandat itu kepada-Nya, namun ada juga dari pihak keluarga pasien atau
keluarga penderita yang berpandangan terkesan mengiklaskan anggota keluarganya dilakukan
tindakan kedokteran tersebut untuk mengahiri "penderitaan" anggota keluarganya yang
berlandaskan kasih karena tidak tega melihat penderitaan keluarganya.
- Namun bilamana berdasarkan pada aturan yang berlaku di Indonesia seperti Pasal 344 KUHP dan
HAM tidak melegalkan praktik tersebut yang juga disertai ancaman kurungan penjara yang telah
dengan nyeta tertulis dan berlaku.Eutanasia di Indonesia memang secara sudut pandang hukum
dan social memiliki undang - undang serta ketentuan dalam pelaksanaannya. Terlebih di Indonesia
sendiri yang masih menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) utamanya hak untuk
hidup. Namun selain pemahaman HAM sebagai negara yang juga dari segi sosial menjunjung tinggi
norma agama dalam kehidupan bermasyarakat menimbulkan pertentangan karena mengakhiri
hidup makluk hidup merupakan prinsip yang jelas bertolak belakang sekali dengan ajaran agama
apupun di Indonesia. Norma agama sendiri apabila seseorang sudah depresi yang tidak bisa
tertahankan sehingga mengajukan tindakan euthanasia. Hal ini bisa coba dibantu lewat dukungan
moral keluarga atau orang - orang terdekat serta pemerintah. Misalnya bantuan pengobatan
ataupun bantuan dari pemuka agama agar lebih dikuatkan iman dan kepercayaannya sehingga bisa
melewati segala penderitaan dan pencobaan yang tanpa perlu melakukan tindakan euthanasia
pada dirinya sendiri.Memang sangat kompleks dan dilematis bilamana untuk mengkaji praktik
eutanesia ini terlebih dari sudut pandang lain yaitu kedokteran. Berbeda dengan praktik - praktik
medis lainnya yang sudah nyata legal atau illegal praktik tersebut. Sehingga apabila mempraktekan
ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku paramedic yang terlibat bisa dijerat hukum oleh aparat
yang ada. Hal ini beralasan karena Indonesia memang telah dengan nyata menolak praktik ini atas
dasar Hak Asasi Manusia (HAM) juga ditunjang dengan KUHP, namun masih juga banyak ditemui
praktrik seperti ini di Indonesia entah secara aktif ataupun pasif, yang jelas jika kita berbicara etika
kristen maka segala sesuatu harus berlandaskan Kasih.

Pandangan gereja Katholik menyikapi hal tersebut.


- Gereja Katolik sungguh menjunjung tinggi kehidupan, karena kehidupan manusia diberikan dari
Allah. Paus Yohanes Paulus II dalam Evangelium Vitae, menyatakan secara definitif bahwa
pembunuhan seorang manusia yang tak bersalah selalu merupakan perbuatan imoral/ tidak
bermoral. Pernyataan ini bersifat infallible atau tidak dapat sesat. Dalam artikel 57 dari
dokumen Evangelium Vitae, dituliskan sebagai berikut:
 “Jadi, dengan otoritas yang diberikan Kristus kepada Petrus dan para penerusnya, dan di
dalam persekutuan dengan para uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa tindakan
pembunuhan seorang manusia tak bersalah selalu merupakan tindakan yang sungguh tidak
bermoral. Pengajaran ini, berdasarkan hukum yang tidak tertulis, di mana manusia dalam
terang akal budi, menemukannya dalam hatinya (lih. Rm 2:14-15), ditegaskan kembali oleh
Kitab Suci, diteruskan oleh Tradisi Gereja dan diajarkan oleh Magisterium biasa dan universal”
(Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Lumen Gentium, 25).
- Selanjutnya Kongregasi Doktrin Iman menjelaskan lebih lanjut, demikian:
 “Keputusan sengaja untuk merampas kehidupan seorang manusia selalu merupakan
kejahatan moral dan tidak akan dapat dianggap licit (sesuai aturan), baik sebagai tujuan
ataupun sebagai cara untuk mencapai sebuah tujuan yang baik. Nyatanya, itu adalah tindakan
berat yang menyangkut ketidaktaatan kepada hukum moral, dan sungguh kepada Tuhan
sendiri, Pencipta dan Penjamin hukum tersebut; [tindakan itu] bertentangan dengan kebajikan
mendasar tentang keadilan dan cinta kasih. Tak ada sesuatupun dan tak seorangpun dapat
dengan cara apapun mengizinkan pembunuhan seorang manusia, apakah itu dalam bentuk
janin atau embrio, seorang bayi ataupun dewasa, seorang tua, atau seseorang yang menderita
karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau seseorang yang dalam keadaan sekarat.
Selanjutnya, tak seorangpun diizinkan untuk meminta dilakukannya tindakan pembunuhan ini,
entah bagi dirinya sendiri atau untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya, atau tak
seorangpun dapat menyetujuinya, baik secara eksplisit ataupun implisit. Tidak juga ada
otoritas legitim apapun yang dapat merekomendasikan ataupun mengizinkan tindakan
tersebut” (diterjemahkan dari Congregation for the Doctrine of the Faith (CDF), Declaration on
Euthanasia Iura et Bona (5 May 1980), II: AAS 72 (1980), 546).
- Selanjutnya, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Euthanasia dalam artinya yang sesungguhnya
dimengerti sebagai sebuah tindakan atau pengabaian yang dilakukan dengan tujuan untuk
menyebabkan kematian, dengan maksud untuk meniadakan semua penderitaan…. Sesuai dengan
pengajaran Magisterium dari para pendahulu saya, dan dalam persekutuan dengan para uskup
Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa euthanasia adalah pelanggaran yang berat terhadap
hukum Tuhan, sebab hal tersebut merupakan pembunuhan seorang manusia secara disengaja dan
secara moral tidak dapat dibenarkan. Ajaran ini berdasarkan hukum kodrat dan sabda Allah yang
tertulis, yang diteruskan oleh Tradisi Suci Gereja, dan diajarkan oleh Magisterium Gereja”
(Evangelium Vitae 65).
- Namun surat ensiklik Evangelium Vitae tersebut juga menjelaskan bahwa euthanasia berbeda
artinya dengan keputusan untuk tidak melakukan perawatan medis yang agresif/ “aggressive
medical treatment“:
 “[Perawatan ini adalah] prosedur- prosedur medis yang sebenarnya sudah tidak lagi cocok
dengan keadaan riil pasien, karena prosedur tersebut sudah tidak proporsional dengan hasil
yang diharapkan, atau prosedur tersebut memaksakan beban yang terlalu berlebihan kepada
pasien dan keluarganya. Dalam keadaan- keadaan seperti ini, ketika kematian sudah jelas tidak
terhindari, seseorang dengan hati nuraninya dapat “menolak bentuk- bentuk perawatan yang
hanya menjamin perpanjangan hidup yang tak menentu dan sangat membebani, sepanjang
perawatan normal yang layak bagi pasien pada kasus- kasus serupa tidak dihentikan.”
(CDF, Ibid., IV: loc. cit, 551). Sudah pasti ada keharusan moral untuk merawat diri sendiri dan
membiarkan diri dirawat orang lain, tetapi tugas ini harus dilakukan dengan memperhatikan
kondisi- kondisi konkret. Harus ditentukan apakah perawatan yang ada secara obyektif
proprosional dengan kemungkinan penyembuhan. Menolak cara yang berlebihan dan tidak
proporsional tidak sama dengan bunuh diri atau euthanasia; melainkan itu mencerminkan
penerimaan kondisi manusia menghadapi maut.” (Ibid., seperti dikutip dalam Evangelium
Vitae 65)
- Paus Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa walaupun dalam kondisi ‘vegetatif’ sekalipun, manusia
tetap mempunyai martabat yang utuh, dan karenanya harus diperlakukan sebagai manusia.
Bahkan ketika kematian sudah di ambang pintu, para pasien, tetap harus diperlakukan sesuai
dengan martabatnya, dengan terus diberikan perlakuan yang umum dan layak. Dokumen untuk
Para Petugas Kesehatan, The Charter for Health Care Workers (yang dikeluarkan oleh Pontifical
Council for Pastoral Assistance for Health Care Workers, 1995) mengatakan bahwa perlakuan yang
layak tersebut termasuk perawatan, kebersihan, pengurangan rasa sakit, pemberian makanan dan
air, baik melalui mulut atau dengan infus, jika ini dapat mendukung kehidupan pasien tanpa
menimbulkan beban yang serius kepada pasien. Maka persyaratan umum adalah menghindari
kematian pasien yang disebabkan oleh kelaparan dan kehausan. Namun, jika kasus yang terjadi
malah sebaliknya, yaitu jika pasien telah menjelang ajal, di mana pemberian makanan dan air
malah menimbulkan kesulitan yang lebih besar daripada kegunaannya, maka mereka yang
bertugas menjaga dan merawat pasien tersebut, dapat memberhentikan pemberian tersebut (lih.
National Conference of Catholic Bishops, Ethical and Religious Directives for Catholic Health Care
Services, no. 58).

3. Layakkah orang yang melakukan praktek 'euthanasia' menyambut tubuh kristus (komuni)? Jelaskan!
- Menurut pandangan gereja Katholik orang yang sudah pernah melakukan praktek Eutanasia tidak
layak untuk menyambut Tubuh Kristus karena telah melakukan dosa besar yaitu mengambil
kehidupan manusia, karena gereja Katholik sungguh menjunjung tinggi kehidupan, karena
kehidupan manusia diberikan dari Allah.Paus Paulus Yohanes II dalam Evangelium Vitae,
menyatakan secara definitive bahwa pembunuhan seorang manusia yang tak bersalah selalu
merupakan perbuatan inmoral/tidak bermoral.
Forum 7 – MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN

1. Jelaskan tentang makna 'ciptaan' Tuhan? Tunjukan dalam Kitab Suci!


- Teologi penciptaan adalah kajian dalam ilmu teologi yang menyelidiki pandangan Kristen tentang
penciptaan dunia. Hal itu berkaitan dengan kepeduliaan manusia akan keberadaannya, sejauh
kepedulian ini mengandung pertanyaan 'dari mana' dan meluas sampai mencakup kosmos dan
sejarah.
- Penciptaan menurut Perjanjian Lama
 Kitab Kejadian 1 : 1-2:4
Penciptaan menurut Kitab Kejadian. Dalam Perjanjian Lama, pada mulanya Allah menciptakan
langit dan bumi. Dan selanjutnya dijelaskan pada Kejadian 1 dan 2, penciptaan langit dan bumi
disampaikan secara tematis. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian
1 berasal dari sumber Codex yang telah ada pada permulaan pembuangan bangsa Israel ke
Babel. Cerita tentang penciptaan langit dan bumi dalam Kejadian 2 diduga diambil dari sumber
Yahwist yang berasal dari zaman raja-raja. Perbedaan di antara kedua nas ini terlihat dari sifat
kesaksian masing-masing yang berbeda. Oleh karena itu, kedua kesaksian itu perlu dipahami
dalam “keberlainannya”,

Hari Pertama
6 Hari penciptaan :
Hari 1 : langit dan bumi diciptakan dan “Jadilah terang”.
Hari 2 : Allah menciptakan cakrawala
Hari 3 : daratan dipisahkan dengan lautan; tumbuh2an diciptakan
Hari 4 : Matahari, bulan dan bintang diciptakan
Hari 5: Binatang di lautan dan burung di udara
Hari 6 : Binatang dibumi, ternak dan binatang melata, Manusia pertama diciptakan (Adam dan
Hawa)

Catatan Hari Pertama


Frasa pembuka
Kalimat pembuka pada Kejadian 1:1 umumnya diterjemahkan sebagaimana yang dimuat di
atas. Ada sejumlah sarjana yang menganggap bahwa kalimat itu sebenarnya dapat
diterjemahkan paling sedikit dalam 3 cara:
1. sebagai pernyataan bahwa alam semesta mempunyai awal yang absolut ("Pada mulanya
Allah menciptakan langit dan bumi");
2. sebagai pernyataan menggambarkan keadaan dunia ketika Allah mulai mencipta ("Ketika
pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum berbentuk dan kosong.");
3. mirip dengan versi kedua tetapi menganggap seluruh informasi pada Kejadian 1:2 sebagai
latar belakang ("etika pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi, bumi belum
berbentuk dan kosong... Allah berkata, Jadilah terang!").[5]

o Akhir-akhir ini cukup gencar dikemukakan bahwa versi kedua adalah yang
sesungguhnya dimaksudkan oleh para pengarang dari golongan "Priestly".
"menciptakan" (bara)
Kata kerja "bara" ("menciptakan") hanya digunakan untuk Allah, (manusia tidak
terlibat dalam tindakan bara), dan ini berkaitan dengan penetapan peranan, karena
dalam penciptaan manusia pertama sebagai "laki-laki dan perempuan" (yaitu,
pengalokasian jenis kelamin). Dengan kata lain, kekuasaan Allah ditunjukkan bukan
hanya dengan penciptaan zat, melainkan penetapan nasib.[6]
"langit dan bumi"
Salah satu tafsiran menyatakan bahwa frasa "langit dan bumi" adalah kesatuan yang
menunjukkan "segala sesuatu", yaitu "alam semesta". Ini terjadi dalam 3 tingkatn,
dunia yang didiami kehidupan berada di tengah, langit di atas dan alam di bawah
bumi di bagian bawah, seluruhnya dikelilingi oleh "lautan" air kekacauan (= chaois).
Ini dikaitkan dengan mitos Bebel Tiamat.[7] Dalam mitos itu, bumi digambarkan
sebagai piringan datar, dikelilingi oleh gunung-gunung dan lautan. Di atasnya
terdapat cakrawala, suatu kubah kokoh tembus pandang yang berpijak pada
pengunungan, memungkinkan manusia untuk melihat birunya air di atasnya, dengan
"jendela-jendela" yang dapat memasukkan hujan, serta memuat matahari, bulan dan
bintang-bintang. Air yang di bawah bumi, bersandarkan pada tiang-tiang yang
terendam di bawah bumi sebagai Sheol, tempat kediaman orang-orang mati.[8]
"belum berbentuk dan kosong"
Kalima pembuka Kejadian 1 dilanjutkan oleh: "(Dan) bumi belum berbentuk dan
kosong..." Frasa "belum berbentuk dan kosong" merupakan terjemahan dari frasa
Ibrani "tohu wa-bohu", (bahasa Ibrani: ‫)תֹהּו ָובֹהּו‬, yaitu keadaan "kacau" (=chaos),
yang kemudian ditata oleh tindakan penciptaan (bara).[9]Tohu mengandung makna
"kekosongan, kesia-siaan"; biasa digunakan untuk menggambarkan padang pasir
liar; bohu tidak diketahui pasti maknanya dan diduga dibuat supaya seirama dan
menguatkan tohu.[10] Frasa ini juga muncul dalam Yeremia 4:23 di mana
nabi Yeremia memperingatkan umat Israel bahwa pemberontakan terhadap Allah
akan membawa kembalinya kegelapan dan kekacauan, "seakan-akan bumi belum
diciptakan (atau dikembalikan ke keadaan sebelum penciptaan; uncreated)".[11]
"kedalaman"
Pembukaan pada Kejadian 1 memuat pernyataan "gelap gulita menutupi samudera
raya". Frasa "samudera raya" sebenarnya diterjemahkan dari kata bahasa
Ibrani: ‫( ְתהֹום‬tehôm), yang bermakna "kedalaman". Kegelapan (khō-šeḵ) dan
kedalaman (tehom) merupakan dua dari tiga unsur kekacauan (chaos) yang
dinyatakan dengan istilah tohu wa-bohu (yang ketiga adalah "bumi yang belum
berbentuk"). Dalam mitos Babel "Enuma Elish", istilah "kedalaman" dipersonifikasi
sebagai dewi Tiamat, musuh dewa Marduk;[9] di sini sebagai "air purba" yang tidak
berbentuk yang melingkupi dunia tempat kehidupan, kemudian dilepaskan pada
saat air bah (mitologi), ketika "semua sumber-sumber air di kedalaman memancar ke
luar" dari air yang di bawah bumi dan dari "tingkap-tingkap" di langit.[12]
"Roh Allah"
"Roh" (Rûach) Allah "melayang-layang" (bukan "berjalan-jalan") di atas permukaan
"air", sebelum penciptaan terang. Rûach (‫ )רּוח‬mempunyai makna "angin, roh,
napas", dan elohim dapat berarti "besar, agung" maupun "allah, ilah". Jadi, ruach
elohim dapat bermakna "angin Allah" atau "napas Allah" atau "Roh Allah" atau
sekadar "angin topan raksasa" .[13] Dalam Mazmur 18:16 dan bagian Alkitab lain
digambarkan bahwa "angin ribut" adalah "napas Allah" dan angin Allah muncul
kembali pada kisah "air bah" (Nuh) untuk memulihkan bumi. Konsep "Roh Allah"
tidak benar-benar jelas dalam Alkitab Ibrani. Victor Hamilton dalam komentarinya
mengenai Kitab Kejadian lebih memilih makna "Roh Allah", tetapi tidak setuju dengan
identifikasi istilah ini sebagai "Roh Kudus" pada teologi Kristen.[14]
terang
Hari pertama ditandai dengan penciptaan "terang" (dan diimplikasikan juga
penciptaan "waktu"). Tindakan pertama Allah adalah penciptaan "terang" yang utuh.
Dengan demikian kegelapan dan terang dipisahkan menjadi "malam" dan "siang".
Urutannya ("petang" sebelum "pagi") menyatakan bahwa ini merupakan "hari
liturgi". Allah mengucapkan perintah dan menamai unsur-unsur dunia pada saat Ia
menciptakan mereka. Pada budaya Timur Dekat kuno, tindakan penamaan juga
dikaitkan dengan tindakan penciptaan. Pada sastra Mesir kuno, allah pencipta
memberi nama segala sesuatu. "Enuma Elish" dimulai pada saat segala sesuatu
belum ada yang dberi nama.[15] Penciptaan Allah dengan kata (=firman) juga
menyiratkan perbandingan dengan seorang raja, yang cukup bertitah untuk
menjalankan tindakan.[16]
Hari kedua
Kejadian 1:6-8
1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari
air."
1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala
itu dari air yang ada di atasnya.
Dan jadilah demikian.
1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.

Catatan hari kedua


"cakrawala"
Rāqîa, atau cakrawala (= bentangan), diturunkan dari akar kata rāqa, suatu kata kerja yang
dipakai untuk menggambarkan tindakan "memukuli bongkahan logam sampai menjadi
lempengan tipis".[17] Cakrawala diciptakan pada hari kedua dan kemudian diisi dengan benda-
benda langit pada hari keempat. Ditafsirkan sebagai kubah solid yang memisahkan dunia di
bawah dengan langit serta air yang di atas. Hal ini mirip dengan kepercayaan Mesir
kuno dan Mesopotamia pada zaman dahulu.[18] Dalam Kejadian 1:17 bintang-bintang
ditempatkan pada raqia. Dalam mitos Babel, langit terbuat dari berbagai batu permata
(bandingkan dengan Keluaran 24:10 di mana para penatua Israel "melihat Allah Israel; kaki-
Nya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya
seperti langit yang cerah"), dengan bintang-bintang dipahat pada permukaannya.[19]

Hari ketiga
Kejadian 1:7-13
1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu
tempat, sehingga kelihatan yang kering."
Dan jadilah demikian.
1:10 Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:11 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-
tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji,
supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi."
Dan jadilah demikian.
1:12 Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang
berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:13 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.

Catatan hari ketiga


Pada hari ketiga, air surut dan membuat suatu lingkaran lautan mengelilingi satu benua tanah
kering.[20] Pada akhir hari ketiga, Allah telah menciptakan lingkungan yang merupakan
landasan penciptaan selanjutnya yaitu terang, langit, laut dan bumi.[21] Tiga tahapan alam
semesta berikutnya diisi menurut urutan penciptaan yaitu: langit, laut dan bumi.
Menurut catatan ini tidak digunakan kata "menciptakan" atau "membuat" bagi tumbuh-
tumbuhan, melainkan hanya ada perintah bagi tanah untuk menumbuhkan mereka. Ada
tafsiran teologi yang melihat bahwa Allah telah memberikan kemampuan bagi tanah (atau
bumi) yang asalnya gersang, untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setelah
diperintahkan oleh Allah, kemampuan itu dinyatakan.[22]
Hari keempat
Kejadian 1:14-19
1:14 Berfirmanlah Allah:
"Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.
Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap
dan hari-hari dan tahun-tahun,
1:15 dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi."
Dan jadilah demikian.
1:16 Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar
untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga
bintang-bintang.
1:17 Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi,
1:18 dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:19 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.

Catatan hari keempat


"menguasai" (memshalah)
Pada hari keempat istilah "menguasai" (memshalah) diperkenalkan: benda-benda langit itu
akan "menguasai" siang dan malam, serta menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang
tetap dan hari-hari dan tahun-tahun. Hal ini dianggap sesuatu yang penting bagi para
pengarang dari golongan "Priestly", karena hari-hari raya keagamaan diselenggarakan
menurut siklus matahari dan bulan.[23] Pada hari keenam, manusia kemudian diciptakan untuk
menguasai seluruh ciptaan sebagai wakil Allah.
o "Benda-benda penerang"
Allah menempatkan "benda-benda penerang" (mə-’ō-rōṯ; bentuk tunggal ma-or) di
cakrawala untuk "menguasai" siang dan malam.[24] Secara khusus, Allah menciptakan
"benda penerang yang lebih besar," "benda penerang yang lebih kecil," dan bintang-
bintang. Menurut Victor Hamilton, kebanyakan sarjana setuju bahwa penggunaan
pilihan kata "benda penerang yang lebih besar" (bahasa Inggris: greater light) and
"benda penerang yang lebih kecil" (bahasa Inggris: lesser light), daripada istilah yang
lebih eksplisit "matahari" dan "bulan", merupakan suatu retorik anti-mitologi yang
dimaksudkan untuk melawan kepercayaan yang meluas zaman dahulu bahwa
matahari dan bulan sendiri adalah dewa-dewa.[25]

Hari kelima
Kejadian 1:20-23
1:20 Berfirmanlah Allah:
"Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup,
dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala."
1:21 Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar
dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air,
dan segala jenis burung yang bersayap.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:22 Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya:
"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut,
dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."
1:23 Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima.
Catatan hari kelima
"binatang laut"
Pada mitos Mesir dan Mesopotamia kuno dikisahkan bahwa allah pencipta harus berperang
melawan "monster-monster laut" sebelum dapat membuat langit dan bumi. Sebaliknya
pada Kejadian 1:21, kata tanin, kadang diterjemahkan sebagai "binatang laut" atau "makhluk
raksasa", dianggap paralel dengan binatang-binatang besar Rahab dan Lewiatan pada Mazmur
74:13, dan Yesaya 27:1 serta Yesaya 51:9, tetapi tidak ada tanda-tanda adanya peperangan,
dan tanin adalah sekadar makhluk yang diciptakan oleh Allah.[26]

Hari keenam
Kejadian 1:24-31; 2:1
1:24 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup,
ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar."
Dan jadilah demikian.
1:25 Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis
binatang melata di muka bumi.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
1:26 Berfirmanlah Allah:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak
dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1:29 Berfirmanlah Allah:
Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi
dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang
merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya."
Dan jadilah demikian.
1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.
2:1 Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.

Catatan hari keenam


"jenis"
Frasa "segala jenis" dalam istilah Ibrani sebenarnya bermakna "menurut jenisnya" (lə-mî-
nāh, bahasa Inggris: according to (one's) kind)", dimana huruf "lamed" merupakan kata depan
yang berarti "menurut", dan kata minah adalah bentuk jamak dari min yang berarti "jenis".
Tampaknya ini kemudian menjadi dasar hukum di dalam Taurat yang menekankan kekudusan
melalui pemisahan.[22]

o "manusia" (adam)
Pada Kejadian 1:26 Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan manusia", kata
"manusia" di sini dalam bahasa Ibrani adalah adam; dalam bentuk kata benda
generik, "umat manusia", dan tidak menyiratkan bahwa yang diciptakan adalah
seorang laki-laki. Setelah muncul pertama kali, selanjutnya kata ini ditulis sebagai ha-
adam ("manusia itu"; di mana huruf 'ha' adalah kata sandang). Ini dijelaskan juga
pada Kejadian 1:27 di mana tertulis "Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-[Nya], menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakan-Nya mereka", kata "manusia itu" juga tidak bermakna khusus sebagai
"laki-laki".[27]
"menurut gambar"
Manusia diciptakan (bara) menurut gambar Allah (bə-tse-lem Elohim; di mana "bə"
adalah kata depan "menurut", "tselem" berarti "gambar"). Pada bagian awal ayat 27
tertulis bə-ṣal-mōw yang berati "menurut gambarnya".
Frasa ini dapat ditafsirkan bermacam-macam, termasuk:
1. Mempunyai kualitas spiritual Allah seperti intelek, kehendak, dan sebagainya;
2. Mempunyai bentuk fisik Allah;
3. Kombinasi dua hal di atas;
4. Merupakan perwujudan Allah di dunia dan dapat menjalin hubungan dengan-
Nya;
5. Merupakan wakil Allah di bumi.[28]
"Baiklah Kita menjadikan"
Catatan pada Kejadian 1:26 bahwa Allah berfirman "Baiklah Kita menjadikan
manusia" menimbulkan sejumlah teori, di mana dua yang paling menonjol adalah
"Kita" di sini adalah kata ganti jamak keagungan untuk raja-raja (majestic
plural),[29] atau mencerminkan suatu "dewan ilahi" di mana Allah bertahta sebagai
raja dan mengusulkan penciptaan manusia kepada para ilahi yang lebih rendah
kedudukannya.[30]
tumbuhan sebagai makanan
Pada Kejadian 1:29-30 Allah berkata kepada binatang dan manusia bahwa Ia
memberikan kepada manusia segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi
dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan, serta kepada
segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di
bumi, yang bernyawa, diberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi
makanannya. – Jadi disiratkan di sini bahwa pada waktu penciptaan, semua binatang
dan manusia adalah vegetarian. Hanya kemudian, setelah air bah, manusia diizinkan
untuk makan daging. Ada anggapan bahwa pengarang golongan "Priestly" tampaknya
memandang ke masa lampau yang ideal di mana manusia hidup dalam damai di
antara mereka sendiri dan dengan dunia binatang, dan hal ini dapat dicapai kembali
melalui kehidupan pengorbanan dalam harmoni bersama Allah.[31]
"sungguh amat baik"
Setelah selesai, "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."
(Kejadian 1:31). Ini menyiratkan bahwa apa yang ada sebelum Penciptaan ("tohu wa-
bohu," "kegelapan," "tehom") tidaklah "amat baik".Israel Knohl menyampaikan
hipotesis bahwa sumber "Priestly" memuat dikotomi ini untuk menjelaskan masalah
kejahatan.[32]

Hari ketujuh
Kejadian 2:2-4
2:2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya,
karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
2:4(a) Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.

Catatan hari ketujuh


Penciptaan diikuti oleh istirahat atau perhentian. Pada sastra Timur Dekat kuno, istirahat ilahi
diperoleh dalam kuil pemujaan sebagai hasil munculnya tatanan (order) di atas kekacauan
(chaos). Istirahat dapat dipandang sebagai suatu "pelepasan" (disengagement), setelah
pekerjaan penciptaan sudah selesai, tetapi juga suatu "pengikatan" (engagement), karena
Allah sekarang hadir dalam bait-Nya untuk memelihara suatu alam semesta yang kokoh dan
tertata.
Allah adalah hal yang melampaui segala sesuatu dan segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan
tanpa Dia, tidak ada sesuatu yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah
diajdikan. Allah berada di luar dan di atas ciptaan-Nya. Allah tetap bekerja sampai
sekarang. Allah menciptakan dunia selama enam hari secara teratur dan mengambil hari
ketujuh untuk beristirahat. Dalam waktu enam hari Allah mengatur segala sesuatu yang
dicipta-Nya. Pada tiga hari pertama, Allah menciptakan sebuah rancangan dasar kosmos:
pertama langit, air, dan kemudian lahan kering.Pada hari keempat, kelima, dan
keenam, Allah menciptakan penduduk wilayah ini: pertama matahari dan bulan, kemudian
ikan dan burung, dan akhirnya hewan dan manusia. Setelah Allah selesai menciptakan semua
itu, Allah menilai bahwa semua itu baik. Allah menciptakan semua itu melalui Firman-
Nya. Allah menyatakan kuasa-Nya dengan memisahkan cahaya dari kegelapan, serta langit
dari bumi. beberapa orang menekankan kesetiaan dari metode Allah secara logis dengan
pengulangan dari tujuh langkah secara teratur yang menggambarkan proses itu dengan
menggunakan beberapa kata:
1. "Tuhan berkata"
2. "Jadilah"
3. "dan jadi"
4. yang khusus karya penciptaan
5. penamaan Tuhan atau berkat dari makhluk tersebut
6. Tuhan mengatakan bahwa semuanya itu baik, dan
7. "Jadilah petang dan pagi".

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia selalu menggunakan pola dengan tujuh langkah
yang telah disebutkan di atas. Kejadian 1:9 Berfirmanlah Allah: "Hendaklah segala air yang di
bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Dan semuanya itu
baik. Makhluk hidup menerima berkat Tuhan. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah dan diberi kuasa atas seluruh ciptaan. Tidak ada permasalahan yang terjadi di
antara makhluk. Semua manusia memiliki tempat dalam dunia, di mana dunia telah dirancang
untuk manusia dan ciptaan lain.
Kemudian, bumi itu menjadi tempat manusia hidup. Manusia adalah makhluk bumi,
sebab manusia terbentuk dari ‘debu tanah’ (bahasa Ibraninya, Adamah). Manusia yang
dibentuk oleh Allah menjadi makhluk hidup ketika Allah menghembuskan napas hidup
kepadanya (Kejadian 2:7). Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang
berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang
datang dari sorga adalah di atas semuanya (Yohanes 3:31).
Manusia ditempatkan dalam taman Eden dengan suatu tanggung jawab. Dalam taman Eden
terdapat pohon pengetahuan yang baik dan buruk. [2] Pohon ini merupakan pohon
pengetahuan segala sesuatu yang tidak terbatas. Setiap orang yang makan buah dari pohon
itu, maka ia akan mengetahui segala sesuatu. Manusia ingin mengetahui segala sesuatu yang
tidak terbatas. Apabila hal itu terjadi, maka manusia telah melanggar hak yang hanya menjadi
milik Allah yaitu kekekalan. Namun, pada akhirnya manusia tergoda oleh pencobaan dan
semua menjadi kacau. Manusia menjadi makhluk yang memberontak terhadap Sang
Pencipta. Manusia tidak mampu menerima bahwa pengetahuannya terbatas dan dirinya
bukan pusat atas alam semesta.

Mazmur
Kisah penciptaan dalam kitab Mazmur mengungkapkan tentang perjuangan Allah melawan
ular naga dan samudera raya yang menjadi lambang dari kekacauan, kegelapan, dan kematian
pada zaman purba. Mazmur 74:13-15 tertulis bahwa “Engkau yang membelah laut dengan
kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Mazmur – mazmur
mengekspresikan aspek yang essensial dari kepercayaan yang ditimbulkan oleh karya
penciptaan Allah. Pernyataan mengenai penciptaan langit dan bumi terdapat dalam “ajaran”
dan penghayatan iman. Dalam mazmur karya penciptaan Allah diberitakan supaya umat dapat
memuji dan merayakan kekuasaan-Nya. Hal itu biasanya terjadi dalam ibadah, sebab mazmur-
mazmur biasa dibacakan, dinyanyikan, dan didoakan dalam ibadah. Misalnya, Mamzur 33
menperlihatkan Allah yang meciptakan langit dan bumi melalui perkataan dan perbuatan-Nya
(ayat 6), dipuji sebagai Allah yang setia (ayat 5), dan Allah dari sorga memperlihatkan “semua
anak manusia” (ayat 11) dan “mereka yang takut akan Dia” (ayat 18). Kitab Mazmur juga
mengungkapkan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam sejarah Israel. Cerita
penciptaan dan sejarah keselamatan disampaikan secara berdampingan sebagai karya yang
mengagumkan dari Yahwe, Allah Israel.
Alkitab mengungkapkan bahwa di atas bumi ada air yang menjadi tempat
kediaman Allah.[3] Air itu mendukung Sorga (Mazmur 78:23).[3] Gambaran Israel mengenai
bumi yaitu bumi terapung-apung di atas air samudera yang raksasa.[3] Bumi diibaratkan
sebagai kapal selam yang besar.[3] Langit diibaratkan sebagai tutup kubah yang memisahkan
bumi dari air.[3] Sekalipun bumi berada di dalam lautan besar, tetapi bumi kokoh,
sebab Allah telah memberikan dasar alasnya.[3]

Ayub
Hal yang menjadi penekanan dalam kitab ini ialah Ayub dalam keluhannya yang panjang dan
terperinci meminta pertanggungjawaban kepada Allah terhadap “mala petaka” yang
menimpanya. Allah menjawab keluhan Ayub bukan dalam bentuk pertangungjawaban,
melainkan dalam bentuk pernyataan hikmat melalui pertanyaan yang tidak perlu dijawab oleh
Ayub sendiri. Allah tidak perlu memberikan pertangungjawaban kepada siapa pun juga
terhadap pimpinan dan pemerintahan-Nya. Dalam Ayub 38:4 tertulis “di manakah engkau,
ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengetahuan!
Ayub bertanya “Siapakah yang telah menetapkan ukurannya?” ...”.Maksud Ayub menyebutkan
mujizat penciptaan Allah ialah supaya mujizat penciptaan-Nya dapat berfungsi sebagai saksi-
saksi-Nya, sedangkan mujizat penciptaan-Nya sebagai saksi.
Dalam "Ayub 28" merupakan surat “syair pengajaran“ yang berdiri sendiri dan yang baru
kemudian, karena sebab-sebab yang tidak diketahui. Secara formal “puji-pujian akan hikmat”
muncul sesudah berlangsung suatu diskusi yang hebat antara Ayub dan sahabatnya (Elifas,
Bildad, dan Zofar). Mereka mempersalahkan Ayub dan berkata bahwa “malapetaka” yang
menimpa Ayub merupakan hukuman dari Allah atas dosa-dosanya. Dalam diskusi itu
memperlihatkan pengetahuan manusia sangat terbatas. Di sini Ayub benar-benar dicobai
untuk meninggalkan Allah yang menciptakan hikmat dan akal budi.
Allah menjawab permintaan pertanggungjawaban dari Ayub melalui pernyataan hikmat.
Hikmat di sini memberi tanda adanya rahasia penciptaan yaitu tatanan yang pada satu pihak
terdapat dalam penciptaan, tetapi pada pihak lain terlepas dari penciptaan dan berfungsi
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tersembunyi bagi manusia dan hanya Allah yang
mengetahuinya. Ayat terakhir dalam Ayub 28 menjelaskan makna hikmat. Hikmat berarti takut
dan hormat akan Allah . Pengetahuan yang benar ialah menjauhi kejahatan dan segala
ketidakbenaran. Pengetahuan yang dimaksud di sini ialah akal budi.

Penciptaan menurut Perjanjian Baru


Dalam Perjanjian Baru ada beberapa nas yang membicarakan tentang penciptaan.
Pertama, Kisah Para Rasul 14:15-17 yang memuat pemberitaan rasul Paulus kepada orang-
orang kafir di Listra di mana mereka menilai Rasul Paulus sebagai “dewa yang turun di tengah-
tengah mereka dalam wujud manusia”. Pemberitaan ini bertolak dari keyakinan mereka
terhadap Allah sebagai Pencipta langit dan bumi dan menyatakan diri-Nya dengan berbagai-
bagai kebajikan seperti menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur
kepada manusia. Kedua, Kisah Para Rasul 17:22-31 berisi pemberitaan yang terkenal dari Rasul
Paulus di Athene terkait dengan tulisan “kepada Allah yang tidak dikenal” yang dilihatnya di
sebuah mezbah kafir di kota itu. Pemberitaan itu juga bertolak dari peran Allah sebagai
Pencipta langit dan bumi.

Roma
Surat Roma dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma menggunakan bahasa yang lain
daripada bahsa yang digunakannya dalam surat Kisah Para Rasul. Paulus mengungkapkan
bahwa “kekuatan Allah yang kekal dan keilahian-Nya sejak penciptaan yang tampak dalam
karya-karya-Nya. Dengan kata lain, Paulus melakukan pendekatan terhadap orang-orang kafir
dengan bertitik tolak dari Allah sebagai Pencipta langit dan bumi.
Kolose
Kolose berisi pujian yang memuliakan Kristus sebagai “perantara” penciptaan dan “penguasa”
dari seluruh kosmos. Paulus mempunyai maksud lain dalam penulisan pujian itu. Ia ingin
suratnya sebagai alat untuk melawan penghormatan yang diberikan oleh orang-orang Kolose
kepada penguasa-penguasa kosmis melalui pernyataan bahwa penguasa-penguasa kosmis itu
diciptakan oleh Kristus sehingga mereka takhluk kepada-Nya. Dengan kata lain, hal hendak
ditekankan oleh Paulus ialah bukan hanya Kristus sebagai “perantara” penciptaan, tetapi juga
kekuasaan Kristus melebihi penguasa-penguasa kosmis yang saat itu ditakuti oleh orang-orang
Kolose. Pemberitaan mengenai Kristus adalah “perantara” penciptaan yang sangat kuat
dipengaruhi oleh paham Perjanjian Lama mengenai hikmat. Hal yang hendak ditekankan
Paulus, bukan menjelaskan peranan Kristus dalam penciptaan, tetapi menekankan
bahwa Kristus adalah “rahasia” penciptaan dan penciptaan didasarkan atas Allah.

Manusia sebagai gambar dan rupa Allah


Manusia adalah ciptaan Allah, sehingga manusia harus tunduk kepada Allah .
Meskipun, manusia diciptakan segambar dengan Allah, tetapi manusia tidak sama
dengan Allah. Allah adalah pencipta, sedangkan manusia adalah ciptaan. Manusia, malaikat
dan semua ciptaan, diciptakan oleh Allah. Kejadian 2 ayat 6-7, “Tetapi kabut naik ke atas bumi
dan membasahi seluruh permukaan bumi, ketika itulah Allah membentuk manusia dari debu
tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah, manusia itu
menjadi makhluk yang hidup”. Setelah Allah menjadikan langit dan
bumi, Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam
hidung manusia, sehingga manusia menjadi makhluk hidup. Manusia memiliki tubuh, jiwa dan
roh. Kata tubuh, roh, dan jiwa digunakan secara bergantian menunjukkan
bahwa manusia merupakan suatu makhluk yang diciptakan Allah secara utuh. Misalnya,
dalam Mazmur 103:1; Mazmur 104:1,35; dan Mazmur 146:2 tertulis bahwa “jiwaku
memuji Tuhan.
Perbandingan antara cerita penciptaan dalam Kejadian 1 dan Kejadian 2:
1. Cerita dalam Kejadian 1 memperlihatkan bahwa manusia diciptakan
“menurut gambar Allah”. Allah sebagai Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang
memiliki hubungan khusus. Kejadian 2 menceritakan bahwa manusia dibentuk dari debu
tanah, tetapi Allah menghembuskan napas hidup “ke dalam hidungnya”. Jadi,
antara Allah dan manusia memiliki hubungan (relasi) khusus.
2. Kejadian 1 memperlihatkan bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan bersama-sama.
Keduanya tidak ada perbedaan derajat. Kejadian 2 memperlihatkan bahwa laki-laki
diciptakan lebih dahulu daripada perempuan, meskipun demikian perempuan merupakan
“penolongnya yang sepadan dengan dia” dan dibentuk sesuai dengan unsur yang sama.
3. Cerita dalam Kejadian 1 manusia memperoleh tugas untuk “menguasai”. Cerita di
Kejadian 2 manusia memperoleh tugas untuk “mengusahakan dan memelihara”.
Kedua cerita penciptaan dalam pasal 1 merupakan gambaran umum penciptaan
manusia itu sedangkan pada pasal 2 merupakan detail atau gambaran khusus
tentang penciptaan manusia. Dengan kata lain, antara cerita penciptaan di Kejadian 1
dan Kejadian 2 tidak ada pertentangan. Manusia tidak diciptakan hanya dengan
melalui firman Allah saja seperti ciptaan yang lainnya tetapi dikerjakan dengan
sempurna oleh tangan Allah yang maha kuasa lalu diberikan nafas kehidupan
sehingga manusia memiliki hubungan atau relasi yang khusus dengan Allah.
“Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata
John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan
mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah
sebelum datang kepada-Nya.
2. Apa yang kamu pahami mengenai 'menjaga keutuhan ciptaan'? Jelaskan dan berikan contoh!
- Degradasi Lingkungan
Kita menyadari adanya perubahan ekosistem di muka bumi ini. Dalam beberapa hal, perubahan itu
tidak dapat ditarik kembali, misalnya penggundulan hutan, hilangnya beragam spesies,
meningkatnya kelangkaan akan air di beberapa tempat sementara di tempat lain menderita karena
bencana badai dan banjir.
Di samping itu penggunaan bahan bakar fosil, polusi tanah, air dan udara yang disebabkan oleh
penggunaan pupuk kimia mengakibatkan tidak hanya hancurnya flora dan fauna tetapi juga akibat
yang tak terduga yaitu perubahan iklim yang secara nyata menjadi ancaman keberadaan manusia.
Masalah serius lainnya adalah terjadinya bencana kemanusiaan yang nampak melalui urbanisasi
besar-besaran yang terus menerus. Adanya pembukaan lahan baru yg terus meningkat serta
eksploitasi baik alam maupun manusia yg tak terkontrol menjadi penyebab semuanya ini.
- Faktor Penyebab
Penyebab utama kehancuran dan kemerostoan yang ini sebenarnya sangatlah kompleks. Tetapi
yang tidak perlu diragukan lagi satu yang paling utama adalah model perkembangan yang bagaikan
predator dan tidak adil. Sistem ekonomi yang menjadi awal perpecahan Utara dan Selatan juga
menjadi alasan masifnya eksploitasi terhadap alam dan mengusir manusia dari kehidupannya.
Negara kaya menghancurkan lingkungan dengan gaya hidup yang didasarkan pada konsumsi.
Menguras sumber alam dan memproduksi sampah yang tidak dapat lagi diserap oleh alam. Pada
saat yang sama, negara-negara miskin mengeksploitasi alam untuk mengatasi kesusahan hidup
mereka.
Siapa yang seharusnya bertanggung jawab? Tanggungjawab terhadap situasi ini tidak hanya
menjadi tugas pemerintah, organissasi internasional atau perusahaan transnasional, tetapi juga
terutama warga negara seperti kita ini juga, yang secara tidak sadar mendukung perkembangan
seperti ini melalui gaya hidup kita.
Pertama-tama kita harus menydari sikap dan gaya hidup kita. Karena itu, sangat penting dan
mendesak untuk menggantikan model perkembangan kita sekarang ini dengan sesuatu yang
berkelanjutan dengan menemukan model produksi dan konsumsi yang sungguh-sungguh
berkelanjutan.
Kita perlu mengubah gaya hidup kita yaitu cara kita berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa kita sadari, gaya hidup kita secara aktual berkontribusi terhadap penghancuran lingkungan.
Marilah kita menyadari dan melihat kembali akibat dari gaya hidup pribadi kita dan begitu juga
dengan persaudaraan/ komunitas di mana kita tinggal terhadap lingkungan, dan selanjutnya perlu
berpikir untuk mengambil langkah tepat dalam memperbarui hubungan kita dengan alam
lingkungan.
- Panggilan Iman dan Spiritual
Perubahan dapat dan berlangsung di setiap level masyarakat. Komunitas religius dan semua orang
beriman dapat memainkan peran yang sangat penting untuk membangun kesadaran pada gaya
hidup yang berkelanjutan.
Dengan berlandaskan pada iman kristiani kita dapat menciptakan gaya hidup yang lebih
berkelanjutanl. Hal tersebut (iman) menyiratkan gaya hidup yang mempertimbangkan relasi yang
baik dengan seluruh ciptaan lebih penting ketimbang mengkonsumsi barang-barang. Hal ini
berkaitan juga dengan saudara dan saudari dengan siapa kita berinteraksi, dan juga seluruh
ciptaan.
Dalam spiritual Fransiskan misalnya, air, binantang, tumbuh-tumbuhan, gunung, lautan, bumi,
sungai…. mempunyai tempat dalam kehidupan kita. St. Fransiskus menemukan wajah Sang
Pencipta dalam tiap ciptaan. Dia menghormati kebutuhan tiap ciptaan sebagaimana kita baca
dalam kisah serigala gubio. Fransiskus menyadari baik kebutuhan masayarakat Gubio maupun juga
serigala. Dengannya, dia mampu mengembalikan kedamaian dan harmoni.
Selain itu dalam Konstitusi Umum Fransiskan dikatakn “Dengan mengikuti jejak St. Fransiskus,
hendaknya saudara-saudara menunjukkan rasa hormat terhadap alam yang dewasa ini terancam
dimana-mana; sedemikian rupa sehingga alam itu seluruhnya dibuat menjadi bagaikan saudara
dan bermanfaat bagi semua manusia untuk kemuliaan Allah pencipta (Konsum. 71). Teks singkat
ini mengekspresikan sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap Fransiskan terhadap saudari ibu
bumi. Yaitu sikap hormat dan perhatian.
- Yang Dapat Dilakukan
Dalam rangka memperhatikan ciptaan, kami mengusulkan sikap yang ugahari, bijaksana dan adil
dalam menggunakan sumber-sumber alam dimulai dengan mengaplikasikan 3 (4) R (reduce, reuse,
recycle – repaire). Kita mesti mengurangi penggunaan air dan energi, mengurangi sampah-sampah
plastik, styrofoam, kemasan-kemasan plastik dan alumunium, menggunakan sarana-sarana
transportasi yang hemat dan ramah lingkungan.
Selain itu, kita dapat mendukung gerakan kelompok-kelompok dan LSM-LSM yang
memperjuangkan keadilan terutama bagi lingkungan hidup serta berusaha mempengaruhi
kebijakan pemerintah dalam hal yang berhubungan dengan keadilan lingkungan hidup.
Dalam praktis pribadi kita, kita mesti menghindari sikap yang berlebih-lebihan dan boros, dengan
tanpa henti menikmati hal-hal kecil yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Sikap melepaskan
secara sukarela sesuatu, hidup sederhana dan menikmati setiap anugerah yang diperoleh. Sikap ini
merupakan sikap dasar iman dan spirit fransiskan untuk menghormati ciptaan dan menaruh
perhatian pada kebaikan bersama.
- Sebagai contoh adalah Air
Kita semua menyadari bahwa air adalah salah satu sumber alam yang sangat penting, dan salah
satu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Akses terhadap air pada saat ini diperhitungkan
sebagai sebuah hak asasi. Karena itu, penggunaannya yang tepat menjadi sangat penting, bukan
hanya untuk kepentingan mansuia, tetapi juga efeknya terhadap lingkungan.
- Pengaruh Aktifitas Kita Terhadap Air
Air merupakan sumber alam yang dapat diperbarui tetapi serentak sekarang merupakan sumber
alam yang terbatas. Meskipun ¾ dari permukaan bumi ini terdiri dari air, hanya 1% yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Air biasanya digunakan untuk kepentingan irigasi, pengoperasian alat pendingin, urusan
kebersihan yang pada gilirannya penggunaan tersebut akan meningkatkan penguapan. Penguapan
seiring dengan meningkatnya perubahan iklim mengakibatkan meningkatnya kekeringan,
mengakibatkan semakin berkurangnya air yang dapat digunakan.Karea itu kita diajak untuk
mengurangi penggunaan dan juga untuk mempromosikan konsumsi air yang bertangungjawab
ketimbang mengupayakan peningkatan persediaan air.
Di samping masalah kelangkaan dan segala implikasinya, ada juga masalah polusi terhadap sumber
air yang tersedia. Tanpa interfensi manusia, polusi yang terjadi secara alami di sungai dan di laut
akan dengan mudah diatasi melalui proses pemurniannya sendiri. Aktivitas kita sehari-hari
mengubah siklus alam mengakibatkan akumulasi residu di tempat-tempat kunci yang mengurangi
kemampuan air untuk memurnikan dirinya dan mengakibatkan polusi semakin meningkat.
Kita perlu mengatur penggunaan air di mana dengannya penggunaan air akan sesuai juga dengan
upaya perlindungan terhadap ekosistem. Managemen yang baik seperti:
 Mengurangi penggunaan air dengan mengurangi konsumsi, dengan mendaur ulang atau
menggunakannya kembali sampai pada tingkat maksimum.
 Menyuling air dengan kemungkinan kerusakan paling kecil terhadap ekosistem; Jangan
mengambil semua sumber air, tinggalkan secukupnya agar sungai, lahan basah, air bawah
tanah dapat mengalir sesuai siklus alaminya (alam pada dirinya membutuhkan air).
 Mengolah air yang digunakan sehingga sedapat mungkin mengurangi dampaknya terhadap
lingkungan dan ekosistem. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah dengan sedikit mungkin
mencemari air yang digunakan.
 Memurnikan air dengan penggunaan energi yang minim dan dampak ekologisnya juga minim,
terutama untuk rumah sakit-rumah sakit, perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga baik
swasta maupun pemerintahan yang menerpkan proses pengolahan air limbah.
 Melestarikan bumi dan tumbuh-tumbuhannya. Memberi perhatian khusus untuk menanam
pohon di sumber air. Karena hal ini sangat fundamental untuk pemurnian air secara alamiah
dan untuk menjamin keragaman serta meningkatkan persediaan air tanah.
- Apa yang dapat kita lakukan?
 Matikan keran ketika kita tidak menggunakan air (saat sikat gigi, saat sabunan baik saat
mencuci tangan maupun mandi, atau sementara mencuci sesuatu). Membiarkan air mengalir
selama satu menit itu sama dengan kehilangan 2 hingga lima lier air. Peringatan ini sangatlah
biasa, tetapi seringkali diabaikan.
 Mandi dengan shower atau gayung dari pada berendam di bak mandi untuk menghindari
pemborosan air.
 Memperbaiki kebocoran dan patahan secepatnya jika mungkin (satu keran atau toilet yang
airnya dibiarkan menetes dapat membuang 5000 liter air setahun)
 Mencuci pakaian dengan mesin cuci, dengan menghemat penggunaan airatau sedapat
mungkin tidak mencuci dengan menggunakan mesin cuci jika pakaian tidak terlalu banyak.
 Jika memiliki taman, gunakan sistem xeriscape (taman yang memerlukan air sangat minim).
Mendesai taman dengan penggunaan air yang minim.
 Jangan membuang sampah di toilet: minyak, puntung rokok, etc. Puntung rokok dibuang
ditempat samaph dan sampah minyak dapat ditempatkan di kaleng atau botol dan kemudian
di bawa ke tempat daur ulang.
 Hindari untuk membuang bahan-bahan terkontaminasi atau zat beracun ke wastafel, seperti:
detergen, sabun, minyak; terlepas dari dapat dimurnikankembali, dia akan tetap meresap di
sungai. Dianjurkan untuk menggunakan produk pembersih yang memiliki daya kontaminasi
rendah.
 Mengurangi penggunaan detergen atau softerner di mesin pencuci.
 Membeli peralatan yang menggunakan energi dan air yang efisien.
 Tidak membuang sampah apapun jenisnya ke dalam air.

Anda mungkin juga menyukai