Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS BEBAN VERTIKAL (GRAVITASI) DAN

HORIZONTAL (GEMPA DAN ANGIN)

SISTEM STRUKTUR VERTIKAL


Sistem gabungan/komposit penyaluran beban pada struktur vertikal
Ciri-ciri/persyaratan:
 Merupakan elemen padat yang kaku, yang lebih mengutamakan pengembangan vertikal
 Menahan beban lateral dan menahan dengan kuat pada bidang dasar/tanah
 Dapat mengumpulkan beban beban bidang-bidang horisontal di atas muka tanah dan kemudian
menyalurkan ke pondasi
 Mementingkan pengumpulan beban bidang-bidang horisontal yang tersusun/saling menumpang,
yang secara vertikal mengalir ke dasar bangunan.
 Dibentuk oleh berbagai sistem pengumpulan beban, penyaluran beban, dan kesimbangan lateral
 Digunakan untuk penyampaian/penyaluran sistem-sistem beban/gaya mekanisme:
 Form aktif
 Vektor aktif
 Bulk aktif Sistem bentang bebas Sistem bentang (bay) Sistem bentang bebas Sistem bentang tidak
(free-span) dengan dan kantilever (free-span) dan simetri
 Surface aktif pendukung di tengah kantilever
.........tidak memiliki dasar mekanisme kerja sendiri/mandiri.
 Karena kemungkinan pengembangan tinggi dan beban horisontal, maka keseimbangan horisontal
merupakan komponen utama dalam perancangannya.
Pada ketinggian bangunan tertentu, masalah pembebanan horisontal menjadi faktor penentu untuk
rancangan.
 Sistem pengumpulan beban saling berpengaruh dengan bentuk organisasi kegiatan pada denah
bangunan, sehingga tercapai kemungkinan pengurangan elemen vertikal penyaluran beban dalam
jumlah dan kelompok/bagian.

Beban perlantai Beban-beban Beban disalurkan ke Beban disalurkan


disalurkan sebagian disalurkan ke titik-titik titik antara tidak seimbang ke
ke bagian tengah dan di tengah sistem (intermediate) tittik pengumpul
sebagian ke dinding bentang pengumpul pengumpul beban,
tepi beban yang ke duanya
mengumpulkan beban
dari bagian tepid an
tengah bangunan
Prinsip dasar sistem penyaluran beban pada struktur vertikal:
SISTEM DENGAN PEMBEBANAN VERTIKAL TIDAK LANGSUNG PADA TIPE BENTANG
Sistem bentang Sistem kantilever Sistem bentang bebas (BAY-TYPE) SISTEM GANTUNG (SUSPENSION) PADA STRUKTUR VERTIKAL
(bay system) (cantilever system) (free-span system)

A. Sistem dengan beberapa lantai gantung pada balok di tengah


B. Sistem dengan gantung yang menerus
C. Sistem dengan kombinasi penggantung dan pendukung pada beberapa kelompok lantai
Pengumpulan beban
horizontal dan
penyaluran beban
vertikal

Titik-titik pengumpulan Titik-titik pengumpulan Titik-titik pengumpulan


beban disalurkan beban dibagian beban pada bagian
merata tengah bangunan tepi bangunan
Bentang dua arah (2-
way span direction)

Bentang satu arah (1-


way span direction)

Beban lantai per unit Beban lantai Beban lantai


area terkumpul dan disalurkan ke shafa di disalurkan ke tepi luar
disalurkan ke tanah tengah bangunan dan bangunan dan
pada setiap titik disalurkan ke tanah disalurkan ke tanah
memusat
Keterangan:
BENTUK TIPIKAL TOWER YANG DIKEMBANGKAN DARI DENAH 4 PERSEGI A. Balok sprandel di bawah pelat lantai
B. Balok sprandel di atas pelat lantai

 Pengumpulan C. Balok sprandel pada 2 lantai


beban D. Panel ganda (multi-panel) berbentuk rangka sebagai balok sprandel

BENTUK TOWER DIKEMBANGKAN DARI BENTUK DENAH BUNDAR:

 Dalam sistem
bentang (bay)
 Pengumpulan
beban

 Dalam sistem
kantilever

 Dalam sistem
 Dalam sistem bentang (bay)
bentang bebas
(free-spam)

 Dalam sistem
kantilever
SISTEM PENERIMA BEBAN KOLOM DIATAS MUKA TANAH
 Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)
BENTUK PELAT TIPIKAL SEBAGAI PENGEMBANGAN DENAH PERSEGI: PENYALURAN BEBAN VERTIKAL PADA SISTEM BENTANG PERSEGI (SQUARE BAY
SYSTEM)
Lokasi titik-titik pengumpulan beban kaitannya dengan unit bentang (bay)
 Pengumpulan
beban

 Dalam sistem
bentang (bay)

Posisi beban unit bentang pertitik pada pengumpulan beban

 Dalam sistem
kantilever

 Dalam sistem
bentang bebas
(free-spam)

BENTUK PELAT SEBAGAI PENGEMBANGAN DENAH LANTAI LENGKUNG:

12 unit  12 kolom 12 unit  16 kolom 12 unit  20 kolom 12 unit  31 kolom

BEBAN KRITIS DAN DEFLEKSI PADA SISTEM STRUKTUR VERTIKAL:


Beban-beban yang menentukan dalam perancangan sistem struktur vertikal merupakan hasil dari beban
hidup wajib (super-imposing): beban mati, beban hidup dan angin. Kombinasi tersebut membentuk gaya
miring (slant). Semakin kecil sudut gaya miring, semakin besar kesulitan penyaluran gaya tersebut ke
tanah/dasar bangunan.

Gaya kompresif/tekan Momen putar(filting) Momen lentur (bending) Gaya geser (shear)
Sistem stabilisasi beban lateral karena pengaruh angin pada struktur bentang (bay-type):
(a) Dinding geser (sistem surface-aktif)
(b) Pengait/pengaku angin (wind-bracing) – (sistem vektor-aktif)
(c) Rangka angin (wind-frame) – (sistem bulk-aktif)
(d) Diafragma rangka (sistem surface aktif)

SISTEM YANG LENGKAP DAN TAMBAHAN PADA PENYALURAN BEBAN ANGIN:

Mekanisme dukung beban lateral:


Dengan peningkatan tinggi bangunan maka tekanan angin per-unit area meningkat juga. Akibatnya pada
struktur menjadi lebih banyak (predominant) dalam kaitannya dengan penyebab beban vertikal. Struktur
vertikal dipertegang oleh angin (beban)
KELENGKAPAN PENGIKAT ANGIN DALAM PERANCANGAN DENAH LANTAI:  Melalui rangka

Elemen struktur untuk


pengikat angin (wind-
bracing):

 Dinding-dinding core
sirkulasi

 Dinding-dinding luar BEBAN YANG BERPENGARUH PADA BANGUNAN TINGGI


atau partisi Dua macam beban, yaitu:
a) Geofisika
 Beban grafitasi:
 pemakaian (kantor, pabrik, tempat tinggal, umum)
 Rangka-rangka kolom  beban mati
dan balok
 konstruksi
 Beban seismologi
 Beban meteorologi
KETAHANAN TERHADAP PENGARUH ANGIN PADA ARAH MELINTANG DAN  Air, bumi (settlement, pressure)
MEMANJANG  Angin (tenang, kencang)
Berkaitan dengan denah lantai dan bidang-bidang penutup/dinding.  Salju, debu, hujan
 Melalui core sirkulasi b) buatan manusia
 Terikat tekanan:
 Menahan volume
 Pembebanan yang lama
 Perubahan temperatur (ekspansi, kontraksi)
 Perubahan kelembaban (kembang, kempio)
 Prestress (pra tegang)
 Melalui dinding luar
 Ketidak sesuaian
 Sisa
 Produksi
 Berdirinya bangunan
 Pengelasan
 Dinamik
 Secara acak Bagian-bagian struktural dan rentangan antara lantai dengan bagian struktural harus dirancang untuk
 Angin kencang mendukung beban yang terdistribusi secara seragam ataupun yang terkonsentrasi, yang menghasilkan
 Perubahan pemakaian tegangan yang lebih besar.
 Pukulan Kapasitas beban pada bangunan berkurang karena umur abngunan, yan gdiakibatkan oleh beban angin,
 Relatif tenang (perpindahan manusia) getaran, perubahan temperatur, pergeseran, perubahan-perubahan menerus karena pengaruh lingkungan.
 Vibrasi (getaran) Sedangkan beton dan bata misalnya, makin lama akan meningkat kapasitas beban atau dukungannya.

 Elevator Dari sudut struktural, pemilihan sistem struktur yang sesuai tergantung atas 3 faktor, yaitu:

 Kendaraan  Beban yang akan didukung

 Mesin-mesin  Perlengkapan bahan-bahan bangunan


 Aksi struktural: beban dialirkan melalui bagian-bagian bangunan ke tanah
Beban geofisika dipengaruhi oleh:
 Masa Beban konstruksi:

 Ukuran Pada umumnya bgian-bagianstruktural dirancangan untuk menanggulangi beban hidup dan mati,

 Bentuk namun adakalanya dirancang jauh melebihi. Hal tersebut dibutuhkan untuk memenuhi
pembebanan saat pelaksanaan pembangunan, misalnya adanya penimbunan bahan-bahan yang
 Bahan
berat, pemindahan dan sebagainya. Pada beton ”precast”, saat-saat kritisnya adalah saat cetakan
panel berat tersebut diangkat dari pencetaknya. Panel tersebut harus juga tahan terhadap proses
Beban yang bersumber dari buatan manusia berasal dari pergerakan manusia dan peralatan, gaya-gaya
pengangkutan-pembangunan-kejutan-regangan saat-saat pemasangannya
terikat pada struktur selama proses manufaktur dan pembangunan.
Beban hujan, es dan salju:
Beban diklasifikasikan dua kategori, yaitu statik dan dinamik:
Air merupakan bahan yang cukup berat dan harus diperhitungkan, terutama pada bentuk atap
 Beban statik adalah merupakan bagian permanen dari struktur
datar saat terjadi penyumbatan saluran drainasinya. Saat air menimbun maka lantai atap tersebut
 Beban dinamik adalah beban-beban yang temprorer terhadap ruang atau struktur.
dapat melengkung. Proses ini diseebut “ponding” atau mengolam (seperti kolam) yang
menyebabkan runtuhnya atap tersebut.
 Beban mati merupakan beban statik yang ditimbulkan oleh beban setiap elemen pada struktur, yaitu:
Beban angin:
berat elemen pendukung beban pada bangunan, lantai, penyelesaian plafon, dinding partisi
Bangunan struktur batu yang memiliki bidang pembukaan yang sempit, jarak antar kolomnya
permanen, penyelesaian facade bangunan, tangki penyimpanan air, sistem distribusi secara mekanik
sempit, bagian-bagiannya masif, bidang-bidang partisinya berat sehingga bangunan tersebut
dan lain-lain. Estimasi beban mati 15 – 20 % dari keseluruhan beban.
sangat berat, masalah beban angin bukan hal yang berat. Namur pengenalan bangunan rangka
 Beban hidup lebih bervariasi dan tidak dapat dipastikan, karena perubahannya selain karena waktu
baja yang ringan sehingga berat tidak lagi menjadi factor pembatas ketinggian bangunan, maka
juga sebagai fungsi dari lokasi/penempatan. Beban ini disebut juga sebagai beban pemakai yang
era bangunan tinggi tersebut mendapatkan masalah-masalah baru. Untuk mengurangi beban mati
termasuk berat orang, perabotan, partisi bongkar pasang, buku-buku, almari, peralatan mekanik dan
dan mencipta ruang-ruang yang besar dan lebih fleksibel, balok dengan bentang yang lebih lebar,
industri, kendaraan dan semua beban semi permanen atau temporer
partisi-partisi yang dapat dipindah-pindahkan dan lain-lain telah dikembangkan. Hal-hal tersebut
telah banyak mengurangi tingkat kekakuan bangunan (“rigidity”) sehingga beban lateral berupa Persyaratan tambahan:
goyangan menjadi pokok perhatian bagi kekuatan bangunan tersebut.  Pondasi ”pile” atau ”caisson” yang dihubungkan dengan pengikat, dengan kemampuan terhadap
Pengaruh angin pada bangunan hádala dinamik yang dipengaruhi oleh factor lingkungan seperti tekanan/tegangan beban horisontal sebersar 10 % beban pile terbesar.
kekasaran dan bentuk area dalam skala besar, bentuk, kelangsingan dan tekstur wajah bengunan  Distribusi beban geser horisontal ke elemen sistem penahan gaya lateral harus proporsional terhadap
dan penataan bangunan-bangunan yang berdekatan. kekakuan elemen-elemen tersebut.
Beban angin dapat ditinjau atas:  Momen torsi horiosntal (puntiran) yang timbul kerana perbedaan titik pusat masa bangunan dan titik
 Kecepatan angin pusat kekakuan bangunan, maka elemen penahan geser harus tahan terhadap momen torsi sebesar
 Topologi sebagai faktor pokok tekanan angin yang berpengaruh pada lantai (geser) dengan titik pusat 5 % dimensi bangunan maksimal pada lantai
 Tekanan angin tersebut.

 Turbulence (putaran angin)  Putaran yang disebabkan oleh angin dan gempa harus dapat ditahan oleh bangunan. Kemampuan

 Arah angin rangka ruang menahan momen paling tidak 25 % dari syarat gaya seismik dari struktur keseluruhan.

 Toleransi manusia  Dan lain-lain (HRBS page 28)

Beban seismik:
Terutama timbul oleh adanya geseran lapisan bumi yang disebut gempa. Beban gempa ini sangat Beban tekanan tanah dan air:

berpengaruh dan bahkan merusak struktur bangunan, karena gerakan yang timbul adalah vertikal Bagian struktur bangunan di bawah muka tanah mendukung beban yang berbeda dengan bagian

dan horisontal secara bersamaan. Akselerasinya diukur sebagai penetrasi akselerasi grafitasi yang yang ada diatas muka tanah. Sub struktur mendukung tekanan lateral dari tanah dan air tanah

merupakan dasar perancangan bangunan tahan gempa. Untuk melindungi pemakai bangunan, yang tegak lurus terhadap dinding substruktur dan lantainya. Tekanan air tanah pada setiap titik

maka bangunan harus tahan dan tidak runtuh karena gempa. setara dengan berat satuan zat cair yang dikalikan dengan jarak muka air tanah kedalam
substruktur.

Tingkah laku bangunan saat terjadi gempa:

Beban karena menahan perubahan volume material:


Yaitu memuai dan menyusut karena pengaruh temperatur. Bangunan tinggi yang lebih ringan
dengan bentuk-bentuk arsitektural ”exposed” menyebabkan kekakuan bangunannya berkurang
dan mudah sekali terpengaruh gerakan dan beban induksi temperatur. Fasade struktur yang
”exposed” yang punya perbedaan suhu terhadap suhu interior bangunan yang dikontrol,
menyebabkan gerakan vertikal pada bidang tepi bangunan, yaitu terjadinya kontraksi (menyusut)
bila suhu menurun dan ekspansi (memuai) saat temperatur naik.
Gerakan horisontal pada struktur lantai disebabkan oleh struktur atap yang ’exposed”, dengan
adanya perbedaan suhu disekitar tepi bangunan yaitu bagian yang exposed terhadap radiasi
matahari dan bagian yang terlindung.
Perbedaan susut dan muai antara bidang atap exposed dan lantai dibawahnya dapat meretakkan
Posisi kolom terhadap facade bangunan menghasilkan tingkat exposed yang beragam, yaitu:
struktur dinding pendukung batu bata atau terjadi kolom yang membengkok (bending) pada
bangunan rangka kaku (rigid)

Keterangan:
a) di dalam
b) pada garis dinding
c) sebagian exposed
d) exposed seluruhnya

Macam dan pengaruh gerakan induksi temperatur:


a) bengkoknya kolom (”bending”)
f) dan lain-lain cara menahan secara fisik (lihat HRBS page 44)
b) gerakan karena perbedaan kolom-kolom exterior dan interior
menahan secara mekanik (lihat HRBS page 45)
c) gerakan karena perbedaan kolom-kolom eksterior
d) gaya perubahan bentuk pada lantai
Beban susut muai pada struktur nbangunan punya banyak kesamaan dengan pengaruh suhu
e) gerakan karena perbedaan atap dan lantai di bawahnya

Beban kejut (impact) dan dinamik:


Beban getaran dapat berasal dari bangunan tersebut maupun kondisi sekitarnya. Sumber internal
hádala dari elevator escalador, mesin-mesin, peralatan mekanik, mobil-mobil dan sebagainya
yang diakibatkan oleh akselerasi dan deselerasi mendadak dari lift dan mobil sehingga beban
kejut dapat mempengaruhi struktur. Sumber outdoor beban getar adalah gaya-gaya oleh angin
dan seismik/gempa, suara, pengaruh trafik disekitarnya. Untuk melakukan control terhadap
vibrasi/getaran tidak hanya memperkuat bagian-bagian bangunan saja, tetapi dengan melakukan  Pelat lantai (slab) : baik masif, ber-rusuk-rusuk, maupun didukung oleh rangka/balok-
isolasi sumber getar atau meredam gerakan. Sumber getaran dapat diisolasi dengan memisahkan balok lantai harus mampu mendukung gaya-gaya yang mengenai maupun
sumber dari struktur, sedangkan gerakan yang bergetar diredam dengan mengontrol transmisi tegak lupus pada bidang tersebut.
getaran dari satu ke eleven lanilla dengan menggunakan isolator resilien. Peningkatan beban 3. Elemen ruang
hidup untuk menanggulangi efek dinamik, yaitu:  Core : mengikat bangunan menjadi satu kesatuan dan bekerja sebagai satu unit.
 Pendukung elevador 100%
 Crane pengangkat 25% Bentuk-bentuk bangunan yang umum, yaitu:
 Pendukung mesin ringan 20% a) Dinding pendukung paralel (parallel bearing walls)
 Pendukung unit power/tenaga 50% Merupakan elemen vertical planar yang ter-prategang (prestress) karena beratnya sendiri, sehingga
 Pendukung/penggantung lantai/balkon 33% dapat menyerap beban lateral secara efisien. Sistem ini digunakan untuk bangunan yang tidak
membutuhkan ruang-ruang yang luas dan tidak membutuhkan struktur core untuk sistem
Beban ledakan (blast): mekaniknya.
Bangunan harus mampu melawan gaya tekan internal dan eksternal yang disebabkan oleh b) Core dan dindidg pendukung facade (cores and facade bearing walls)
ledakan. Runtuhnya sebagian dari bangunan oleh ledakan gas internal karena sabotasi/kecelakaan Elemen vertikal planar membentuk dinding eksterior mengelilingi struktur core, yang
karena kebocoran api dan gas. Ledakan yang ditimbulkan menimbulkan tekanan yang tinggi di memungkinkan bentuk ruang interior terbuka. Hal ini tergantung dari kapasitas rentang (span) dari
area ledakan, memberikan beban yang Sangay tinggi terhadap elemen bangunan, sehingga struktur lantainya. Bagian core mewadahi mekanikal dan sistem transportasi vertikal, yang
dinding-lantai-jendela terlepas. Tekanan internal ini harus dapat diblokir secara lokal sehinggga menambah kekakuan bangunan.
tidak menimbulkan meluasnya struktur lebih berat. c) Kotak-kotak yang mampu mendukung sendiri (self supporting boxes)
Beban kombinasi: Kotak-kotak tersebut merupakan unit preflab 3 dimensi, yang membentuk dinding-dinding
Karena kombinasi efek pembebanan pada bangunan sepanjang wktu sehingga Sangay penting pendukung bila diatur dan saling dikaitkan. Bila dilakukan penyusunan seperti susunan batu bata,
merancang struktur yang memperhatikan kemungkinan kombinasi pembebanan. maka dapat dibentuk sistem balok-dinding bersilang.

STRUKTUR BANGUNAN TINGGI d) Pelat lantai konsol (cantilever slab)


Elemen struktural dasar dari statu bangunan: Dengan mendukung sistem lantai dari core pusat memungkinkan terbentuknya ruang yang bebas
1. Elemen linier kolom dengan kekuatan pelat lantai sesuai kebutuhan bangunan. Kekakuan pelat dapat ditingkatkan

 Kolom dengan pemanfaatan teknik pra-tegang.


Mampu menahan gaya aksial dan rotasi
 Balok e) Pelat lantai datar (flab slab)

2. Elemen bidang Sistem planar horisontal ini terdiri atas pelat lantai beton yang tebal-seragam yang didukung oleh

 Dinding : baik masif, berlubang-lubang, maupun ber-rangka, harus mampu menahan kolom-kolom. Bila pada puncak kolom-kolom tidak terdapat penebalan/kepala, maka bentuknya

gaya aksial dan rotasi. adalah sistem pelat lantai datar. Sistem ini tidak memiliki balok-balok yang tebal sehingga
memungkinkan adanya efisiensi/minimum jarak antar lantai bangunan.
f) Interspasial (interspatial)
Struktur konsol ber-rangka berlantai banyak pada setiap lantai memebentuk ruang-ruang yang dapat bekerja sebagai tabung diatas muka tanah dengan core dalam membentuk tabung yang meningkatkan
dimanfaatkan pada dan diatas rangka. Ruang-ruang diatas rangka merupakan ruang yang terbuka kekakuan bangunan dengan cara membagi beban dengan tabung luar.
(free space) n) Sistem ikatan tabung (bundled tube)
g) Sistem gantung (suspension) Dalam sistem ini terdiri atas gabung beberapa buah tabung yang akan meningkatkan kekakuan,
Sistem ini memanfaatkan bahan secara efisien dengan memanfaatkan penggantung untuk mendukng sehingga memungkinkan mencapai ketinggian bangunan optimal dengan luasan lantai maksimal.
beban. Beban grafitasi didukung oleh kabel-kabel untuk membentuk rangka konsol pada core pusat.
h) Sistem rangka pendukung (staggered truss)
Bangunan rangka berlantai banyak merupakan rangkaian rangka yang letaknya berselang-seling.
Selain mendukung beban vertikal, penataan rangka dapat mengurangi persyaratan pengukuh
pengaruh angin (wind bracing) dengan menyalurkan beban angin ke dasar bangunan melalui bagian
beban (web) dan pelat lantai (slab).
i) Sistem rangka kaku (rigid frame)
Hubungan yang kaku digunakan untuk mengikatkan elemen linier membentuk bidang-bidang
vertikal dan horisontal. Dengan kesempurnaan rangka ruang yang bergantung pada kekuatan dan
kekakuansetiap blok dan kolom, maka tinggi lantai dan jarak antar kolom menjadi dasar
perancangannya.
j) Core dan sistem rangka kaku (core and rigid frame)
Rangka kaku mewadahi beban lateral melalui kelenturan balok-balok dan kolom-kolom, maka
dengan struktur core akan meningkatkan daya tahan terhadap lateral sebagai akibat interaksi antara
core dan rangka kaku.
k) Sistem rangka ber-rangka (trussed frame)
Merupakan kombinasi struktur rangka kaku dengan rangka vertikal tahan geser akan meningkatkan
kekuatan dan kekakuan struktur. Dalam sistem ini, rangka menahan beban grafitasi dan rangka
(truss) vertikalnya menahan beban angin.
l) Core dan rangka ber-rangka terikat (belt trussed frame and core)
GARIS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN TINGGI
Sabuk rangka mengikat kolom-kolom tepi pada core sehingga mengurangi aksi yang timbul pada
a) Segi ekonomik
setiap kolom dari rangka core. Batang pengukuh (bracing) ini disebut “cap trussing” bila terletak
 Harus mempertimbangkan biaya pembangunan dan pengoperasian bangunan
pada puncak bangunan, dan disebut “belt trussing” bila terletak pada bagian bawahnya.
 Semakin tinggi bangunan, maka dibutuhkan raungan yang lebih luas untuk mewadahi struktur,
m) Sistem tabung di dalam tabung (tube in tube)
sistem mekanik, elevator dan lain-lain sehingga luasan ruang yang dapat digunakan menyempit,
Kolom-kolom dan balok-balok eksterior tersusun saling berdekatan sehingga nampaknya dari facade
sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas bangunan meningkat. Juga semakin tinggi
bangunan sebagai dinding dengan lubang-lubang pembukaan sebagai jendela. Keseluruhan bangunan
suatau bangunan, maka dibutuhkan fasilitas pelengkap yang lebih berkualitas dan canggih.
b) Kondisi tanah  Sistem konstruksi bangunan harus mampu memberikan:
 Pemilihan macam bangunan adalah Sangay ditentukan oleh jenis geologi sitenya, karena itu 1) Kesempurnaan struktur untuk jangka waktu yang cukup lama dengan memanfaatkan bahan-
kondisi tanah harus diketahui sebelum menentukan sistem strukturnya. Pada site tertentu, bahan tahan api, yang tidak mudah terbakar ataupun tidak menghasilkan asap/gas beracun.
kemampuan daya dukung tanah kurang baik sehingga dibutuhkan tiang pancang (pile) atau 2) Pembatasan api untuk menangkal meluasnya api ke berbagai area.
pondasi caisson. Untuk keadaan demikian, bangunan berat dengan beton akan Sangay mal 3) Sistem jalur darurat yang mencukupi.
dibanding konstruksi baja ringan. 4) Sistem deteksi api dan asap yang efektif.
 Pada setiap kasus, 3 variabel struktur bangunan adalah: superstruktur, sub struktur, dan tanah. 5) Penggunaan sprinkler-sprinkler dan ventilasi bagi asap dan udara panas.
c) Rasio tinggi dan lebar bangunan g) Peraturan setempat
 Bila rasio tinggi dan lebar bangunan meningkat , maka tingkat kekakuan bangunan meningkat.  Peraturan daerah yang mengatur zona-zona kegiatan dalam kota yang dapat mempengaruhi
Kekakuan tersebut bergantung pada usuran dan jumlah trafe (bay), sistem struktur, dan kekakuan pemilihan sistem dan konstruksi.
bagian-bagian/penyampung bangunan.  Misal: pembatasan ketinggian bangunan, garis rooi horizontal dan vertical, tinggi antar lantai
 Sistem yang harus dipilih adalah secara ekonomis mampu mewadahi pengaruh lateral dan sesuai yang seminim mungkin dan lain-lain.
ukuran trafenya. h) Kemampuan penanganan dan pembiayaan bagi bahan-bahan utama konstruksi
d) Proses pembangunan dan fabrikasi  Biaya pengiriman pada lokasi, yang bagi bahan-bahan umum lebih murah, tetapi untuk
 Perencanaan prosedur pembangunan dan fabrikasi menghasilkan faktor-faktor penting berkaitan pengiriman bahan-bahan prefabrikasi menjadi lebih mahal.
dengan pemilihan sistem struktur, yang mungkin erat kaitannya dengan metode konstruksi  Kemampuan penanganan/pelaksanaan dengan bahan-bahan yang baru, mutahir/teknologi tinggi.
prefabrikasi. Sistem-sistem tersebut dipilih karena dapat menghemat biaya tenaga pelaksanaan  Keseluruhan pemikiran terhadap persoalan yang timbul perlu dipertimbangkan lagi berkaitan
dan waktu untuk pembangunannya, sehingga diusahakan sesedikit mungkin jumlah bagian- dengan masalah pembiayaan.
bagian struktur untuk mempersingkat waktu pelaksanaan. STRUKTUR BANGUNAN TINGGI YANG UMUM DIPILIH
 Bentuk-bentuk yang rumit dihindari, pengelasan componen di lapangan dikurangi dan lain-lain. Dengan tinggi bangunan yang meningkat sehingga berakibat:
 Gaya lateral meningkat
e) Sistem mekanik  Dengan ketinggian tertentu goyangan (sway) meningkat, sehingga dibutuhkan pengendalian
 Sistem mekanik yang meliputi HVAC (heat, ventilating, AC), elevator, listrik, pemipaan dan kekakuan bangunan selain kekakuan bahan struktur.
sistem pembuangan dapat mencapai 1/3 dari harga bangunan. Dan sistem suplai energi dapat  Tingkat kekakuan bangunan karena sistem struktur
terkonsentrasi di core mekanik.  Efisiensi sistem-sistem tertentu berkaitan dengan persyaratan ruang untuk mendapatkan
f) Penanggulangan kebakaran kekakuan maksimum dan berat/beban minimum
 Masalah kebakaran merupakan bagian terpenting pada bangunan tinggi, karena: Sehingga dibutuhkan pengembangan sistem-sistem baru, misalnya:
1) Ketinggian bangunan menyebabkan tangga-tangga mobil pemadam kebakaran tidak dapat  Bahan struktur berkekuatan tinggi  baja, beton khusus.
menjangkau, sehingga diperlukan pengamanan dari dalam bangunan.  Aksi komposit pada elemen struktural.
2) Pengamanan secara menyeluruh tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat.  Teknik-teknik pengikat baru  pengelasan, pembautan.
 Bagian yang paling bahaya selain panasnya api kebakaran yaitu: efek asap dan gas-gas beracun.  Perkiraan tingkah laku struktur menyeluruh dengan menggunakan komputer.
 Pengunaan bahan konstruksi yang ringan.
 Teknik konstruksi yang baru.

STRUKTUR DINDING PENDUKUNG (BEARING WALL)


Dengan pengembangan teknologi baru penggunaan rekayasa batu bata dan panel-panel prefabrikasi
beton menyebabkan konsep ekonomis dinding pendukung memungkinkan untuk bangunan tinggi sampai
tingkat menengah antara 10 – 20 lantai.
Secara umum struktur dinding pendukung disusun oleh dinding-dinding linier, maka dengan penataan
posisi dinding pendukung di dapat 3 kelompok dasar yaitu:
 Sistem dinding melintang (cross-wall)  Sangat jarang terwujud bentuk didnding geser yang massif (bebas perlubangan) karena selalu dibutuhkan
Terdiri atas dinding-dinding linier yan gbertemu tegak lurus dengan panjang bangunan, sehingga perlubangan pada bidang tersebut yang hal ini merupakan titik perlemahan. Perlubangan tersebut
tidak berpengaruh pada pengolahan façade utama dari bangunan. digunakan sebagai jendela/pintu/koridor/jalur fasilitas-fasilitas yang bersifat mekanik dan elektrik/listrik
 Sistem dinding memanjang (long-wall)  dan lain-lain.
Terdiri atas dinding-dinding linier yang parallel dengan panjang bangunan, sehingga dapat
membentuk façade utama bangunan.
 Sistem 2 arah (two-way) 
Terdiri atas dinding-dinding yang mendukung pada ke dua arah, yaitu memanjang dan melintang.
Pengaruh struktur dinding pendukung oleh pembebanannya tergantung dari jenis bahandan jenis
interaksi antara bidang lantai horizontal dan bidang dinding vertikal. Pada konstruksi batu bata dan
sistem prefabrikasi beton terjadi struktur lantai yang bersendi pada dinding menerus. Sedangkan pada
bangunan cetak di tempat (cast-in-place) pelat-pelat lantai dan dinding merupakan kesatuan menerus.
Pada struktur dinding pendukung, beban vertikal disalurkan langsung ke struktur lantai. Rentang lantai
berkisar antara 4 – 8 meter, bergantung kemampuan dukung dan kekakuan lateral dari sistem lantai.
Gaya-gaya horizontal disalurkan ke struktur lantai (sebagai diafragma horizontal) ke dinding geser
(shear wall) parallel terhadap aksi gaya. Dinding geser ini mendukung beban yang diterima oleh tinggi STRUKTUR CORE GESER (SHEAR CORE)
oleh tingginya kekakuan sebagai balok yang tebal, mewadahi beban geser dan lenturan melawan runtuh.
Pada bangunan beton cast-in-place kestabilan didukung oleh gaya portal sistem lantai dan dinding yang Ukuran transportasi vertikal
monolitik yang bekerja sebagai kotak terhadap pengaruh lentur. Berdasarkan bangunan digunakan core untuk mewadahi
Fungsi sistem distribusi energi

Sistem shear wall  stabilitas lateral pada bangunan


Bentuk core:  Membatasi ruang karena harus mendukung beban.
 Core terbuka  Tidak dibutuhkan pemikiran tambahan untuk mencegah bahaya kebakaran.
 Core tertutup  Rendahnya tingkat ke-liat-an (ductility) terdapat pada bahan beton ini sebagai kekurangannya
 Core tunggal dalam menghadapi beban gempa.
 Core kombinasi dengan dinding linier
Jumlah core:
 tunggal
 ganda/banyak
Letak/lokasi core:
 internal
 perimeter
 eksternal
Penataan core:
 simetri
 asimetri
Bentuk bangunan sebagai dasar dari bentuk core:
 langsung
 tidak langsung
Bahan core:
 baja
 beton
 kombinasi baja beton

Core rangka baja:


 Dapat memenuhi prinsip rangka “vierendeel” menahan stabilitas lateral.
 Sistem rangka vierendeel agak lebih fleksibel, sehingga layak digunakan pada bangunan
betingkat rendah (low-rise).
 Batang pengukuh (bracing) diagonal rangka vierendeel (rangka truss vertikal) digunakan untuk
mempertinggi tingkat kekakuan (stiffness) bangunan-bangunan yang lebih tinggi.
 Keuntungan core rangka baja: waktu perakitan bagian-bagian prefabrikasi yang relatif cepat.
Core beton:
RAMP
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kita bisa menghitung kebutuhan kemiringan
Untuk membuat RAMP dalam sebuah Gedung, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
RAMP.
1. Parkir dalam sebuah basement Gedung atau Rumah, biasanya diperuntukkan untuk katagori
mobil dalam Golongan I (Sedan, Minibus, Pick Up, Jeep, dan sejenisnya). Hampir tidak pernah
basement digunakan untuk mobil Golongan diatasnya, kecuali kebutuhan khusus.
2. Ketinggian antara RAMP dengan batas atas (Plafond atau palang) untuk mobil Golongan I ini
minimal 230 meter (bersih), diluar perhitungan pipa-pipa utilitas, lampu dan lainnya. Dengan
pertimbangan mobil jenis ini memiliki paling tinggi 220 meter. Perhitungan ketinggian pada
ramp dihitung tegak lurus dengan kemiringan RAMP.
3. Standar perhitungan kemiringan RAMP digunakan dengan menggunakan mobil jenis yang
terendah tinggi dari dasar roda ke body paling rendah. Bila kita coba hitung, standar tinggi mobil
jenis sedan terendah antara dasar ban dengan body adalah 13 cm dan standar sedan adalah 15 cm.
Pertimbangan tinggi ini untuk mencari sudut tertinggi yang dimungkinkan agar body mobil tidak
Ini adalah posisi kritis dimana mobil berada pada posisi puncak sudut RAMP dengan jarak tengah antar
mengenai RAMP.
as Roda. Pada posisi ini, sudut RAMP harus dipastikan tidak menyentuh body mobil.
4. Perhitungan juga harus mempertimbangkan jarak antar as Roda. Standar mobil sedan antara 2,8
meter sampai 3,2 meter. Sama seperti perhitungan tinggi body, jarak antar as roda juga
dipergunakan untuk mencari sudut kemiringan.
5. Terakhir, jarak antara as roda depan dengan bemper depan dan jarak antara as roda belakang
dengan bamper belakang. Jarak bamper ke as roda ini diperlukan untuk perhitungan agar bamper
depan dan belakang tidak mentok sewaktu naik dari basement atau mendarat ke basement. (Lihat
Gambar)

Ini titik kritis kedua, dimana harus dipastikan ketika mendarat pada basement, bamper mobil tidak
menyentuh lantai. Kemiringan yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan hal ini. (Lihat tanda merah)
Ini titik kritis ketiga, pastikan ketiga menaiki RAMP bamper mobil depan dan belakang
tidak mentok atau menyentuh lantai dan RAMP.
Dalam perhitungan standar, maka akan ditemui bahwa RAMP ideal adalah dengan kemiringan 10
derajat. Dengan kemiringan tersebut, maka titik-titik kritis tersebut diatas akan mampu dilalui oleh mobil
jenis sedan terendah (standar) dan mobil sedan dengan jarak bamper depan dan belakang yang panjang.

Anda mungkin juga menyukai