Anda di halaman 1dari 37

BAB III

PERENCANAAN SISTEM STRUKTUR DINDING GESER DAN


SISTEM STRUKTUR BERBENTUK OUTRIGGER

3.1 Umum
Perencanan sistem struktur bertujuan untuk mendapatkan kinerja maksimal dari
strutkur bangunan dalam menahan gaya dan pengaruh luar yang diterima, terkhusus untuk
beban lateral akibat beban angin dan beban gempa. Sehingga dapat mengurangi atau
menghindari resiko maupun kerusakan struktural dan non-struktural dari sebuah bangunan
tinggi.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa bangunan tinggi pada
saat ini cenderung menggunakan sistem struktur dinding geser dan sistem struktur
berbentuk outrigger. Sistem struktur outrigger dibentuk dengan menggabungkan kolom
eksternal sebagai perimeter dengan dinding geser sebagai penahan lateral utama menjadi
satu kesatuan menggunakan balok tinggi atau rangka bresing yang sangat kaku.
Secara sederhana dinding geser yang biasa digunakan sebagai inti dari struktur
bangunan berperilaku seperti struktur kantilever. Dengan adanya beban angin maupun
gempa yang mengakibatkan terjadinya tegangan yang bernilai positif dan negatif.
Pernambahan sistem struktur berbentuk outrigger dimaksud dapat mengurangi tegangan
yang terjadi terutama untuk tegangan bernilai positif yang diakibatkan oleh gaya yang
terjadi.

Tampang Balok
P
Tarik
Garis Netral

Tekan

Gambar 3.1 Perilaku dinding geser yang menyerupai strutkur kantilever

Persamaan untuk tegangan yang terjadi pada penampang kantilever :


Mx. y (3.1)
σ=
Ix

13
3.2 Sistem Struktur Dinding Geser
Dalam struktur dinding geser, seluruh dinding berfungsi untuk melawan beban
lateral dari bangunan. Dinding geser berperilaku seperti kantilever vertikal yang terdiri dari
planar walls terpisah dan nonplanar. Pada bangunan tinggi dinding geser biasanya
berlokasi pada tengah-tengah bangunan disebut dengan core wall, biasanya pada sistem
core wall digunakan untuk tempat akomodasi vertikal seperti lift untuk bangunan . Karena
dinding geser lebih kaku dari pada rangka portal maupun pengaku, dinding geser menjadi
lebih ekonomis untuk bengunan sampai dengan lantai 35. Struktur dinding geser telah
menunjukkan performa yang baik dalam gempa bumi, dengan ductility menjadi
pertimbangan yang penting dalam melakukan desain.

3.2.1 Konfigurasi Sistem Struktur Dinding Geser


Dinding geser mungkin berbentuk dua dimensi/planar, akan tetapi sering juga
berbentuk L-,T-,I-, atau U-,yang berguna untuk mendapatkan desain yang lebih baik dan
meningkatkan kekakuan lentur. Sebuah dinding geser yang tinggi pada gedung tipikal
terdiri dari kumpulan dinding geser yang panjang dan ketebalannya mungkin berubah.
Efek dari banyaknya variasi dapat menjadi redistribusi yang kompleks dari momen dan
geser diantara dinding.
Dalam memahami perilaku dinding geser, dapat digunakan pengelompokan dalam
dinding geser yang terdiri dari sistem proportionate dan sistem nonproportionate. Sistem
proportionate adalah sistem yang perbandingan kekauan lenturnya konstan disepanjang
ketinggiannya, seperti gambar 3.2.1.(a) sebagai contoh, sebuah dinding yang panjangnya
tidak berubah sepanjang ketinggiannya, tetapi yang berubah ialah ketebalan dari dinding
yang sama disetiap level. Dinding dengan sistem proportionate tidak membuat redistribusi
dari geser atau momen pada tiap level yang berbeda.
Sistem nonpropotionate adalah satu sistem yang perbandingan kekakuan lentur dari
dinding tidak konstan sampai ke atas. Pada tingkat yang kekakuannya berubah, terjadi
redistribusi geser dan momen pada dinding, yang berhubungan dengan interaksi horizontal
pada sambungan member dan kemungkinan sangat tinggi geser lokal pada dinding.
Struktur nonproportionate merupakan statis tak tentu yang membuat susah untuk
melakukan visualisasi dan analisis perilaku struktur nonproportionate.

14
Wall 2
Wall 1
Connectin
g

(a) (b)
Gambar 3.2 Proportionate shear wall (a) dan Non-Proportionate shear wall (b)

3.2.2 Analisa Sistem Struktur Dinding Geser


Pada kasus dinding geser keadaan yang terjadi sangat sederhana, dapat
diperhitungkan seperti rangka. Dari tiga karakteristik kekakuan hanya kekakuan lentur EI
yang harus diperhitungkan berhubungan dengan kekauan lentur lokal dari sebuah rangka.
Formula yang sering digunakan untuk defleksi, maksimum defleksi, frekuensi dasar dan
beban kritis. Pada umumnya sistem struktur dinding geser yang banyak digunakan adalah
coupled shear wall structures dan core structures. Keduanya memiliki perbedaan dari segi
penempatan dan analisis sistem struktur.

3.2.2.1 Coupled Shear Structures


Untuk coupled shear structures metode analisa struktur yang biasa digunakan
adalah “continuous medium technique” seperti nama metodenya, struktur disederhanakan
dengan membuat asumsi bahwa semua elemen penghubung horizontal secara efektif
dipasangkan ke atas bangunan untuk menghasilkan sambungan yang setara diantara
elemen vertikal.
Asumsi dasar yang dibuat dalam analisis sebagai berikut:
1. Bentuk dari dinding geser dan balok penghubung tidak berubah sepanjang
tingginya, dan tinggi setiap lantainya adalah sama.
2. Bagian dari bidang dinding geser sebelum dan sesudah melendut tidak mengalami
perubahan pada semua elemen struktur.
3. Diskrit pada balok penghubung, setiap kekauan lentur EIb, mungkin diganti dengan
equivalen connecting medium berkelanjutan oleh kekauan lentur EIb/h persatuan

15
panjang, dimana h merupakan tinggi perlantai. (Gambar 3.3 b). Untuk analogi yang
benar, inersia dari atas balok harus setengah dari balok lain.


b
b
G
Equivalent
Ib connecting
h G H medium
G z
I1 I2 G

A1 AG2
G y
(a) (b)
Gambar 3.3 Gambaran dari couples shear walls dengan model continuum.

4. Lendutan dinding searah horizontal, hasil dari kekauan yang tinggi disekeliling
lantai slab dan kekakuan aksial dari balok penghubung. Oleh karena itu kemiringan
dari dinding dimana-mana setara sepanjang tinggi struktur, dan menjadi mudah
menggunakan pengaplikasian dari persamaan slope-deflection, hal itu ditunjukkan
pada balok penghubung, dan karenanya equivalent connecting medium, merubah
bentuk dengan titik contraflexural pada tengah disepanjang dinding. Itu juga diikuti
dengan asumsi bahwa kelengkungan dari dinding adalah setara sepanjang
tingginya, dan karena itu momen lentur pada setiap dinding akan sebanding kepada
kekakuan lentur.
5. Diskrit pada gaya aksial, gaya geser, dan momen pada balok penghubung mungkin
diganti dari distribusi equivalent contionious dari intensitas n, q, dan m, masing-
masing per satuan panjang.

16
M1 M2

N N

N M1 N M2

Gambar 3.4 Perilaku dari beban lateral coupled shear walls.

Khususnya, jika penghubung medium diasumsikan terpotong sepanjang garis

vertikal dari contraflexural, gaya yang beraksi adalah intensitas aliran geser q(z ) per

satuan panjang dan gaya aksial n( z) per satuan panjang seperti (Gambar 3.5). Gaya
aksial N setiap dinding pada beberapa level z menjadi setara pada integral aliran geser pada
penghubung medium diatas level, seperti persamaan berikut :
H
(3.2)
N=∫ q⋅dz
z
atau, pada diferensiasi
dN (3.3)
q=−
dz
d1 b/2 b/2 d2

q q
n

M1 M2

N N

Wall 1 Wall 2
Gambar 3.5 Gaya internal pada coupled shear walls

17
Dilakukan pertimbangan dari kondisi strutkur vertikal yang sesuai sepanjang potongan
garis contraflexural dari (gambar 3.5) perpindahan relatif struktur vertikal akan terjadi
pada akhir potongan dari struktur kantilever disebabkan oleh empat aksi dasar yaitu:
1. Rotasi dari potongan melintang akibat lendutan.
Dibawah aksi dari momen, dinding akan melendut, dan potongan melintang
akan berotasi seperti yang di tunjukkan pada (Gambar 3.6a) ada dua asal dari aksi
lendutan yang terjadi: pertama, lendutan bebas dari dinding akibat momen
eksternal, dan kedua, putaran lendutan yang disebabkan oleh gaya geser dan gaya
aksial pada balok penghubung.
Perpindahan relative pada strutkur vertikal δ diperoleh dari (Gambar 3.6a)

δ 1= ( b2 + d ) dydz +( b2 +d ) dydz =l dydz


1 2
(3.4)

dimana dy/dz adalah kemiringan dari sumbu centroidal dari dinding pada level
z diakibatkan oleh kombinasi aksi lendutan.

2. Lendutan dan pembagian deformasi dari balok penghubung di bawah aksi dari
aliran geser (Gambar 3.6b).
Pertimbangan dari sebuah elemen kecil penghubung dari kedalaman dz ,

yang mungkin diasumsikan sebagai kantilever dari tepi bagian dalam dari dinding.

Kekakuan lentur dari dinding tipis adalah ( EI b /h ) dz , dan kantilever


dikenakan gaya geser ujug dari q dz.

Akibat lendutan, perpindahan relatif δ 2 diperoleh dari


3 3
q . dz b qb h
δ 2=−2
3 (EI b /h)dz 2 ()
=−
12 EI b
(3.5)

dimana b adalah panjang bersih dari balok.

ψ=dy /dz
ψ
ψ ψ
δ1

(a)

18
δ3

(b)

δ2

(c)

δ5

(d)

ℓ δθ

δθ
δθ

Gambar 3.6 Perpindahan relatif pada contraflexural

Dampak dari pembagian deformasi pada balok penghubung dapat dengan mudah

dimasukkan dengan mengganti kekakuan lentur


EI b dari persamaan kekakuan

lentur
EI c , dimana
Ib (3.6)
I c=
1+r
dan

19
12 EI b (3.7)
r= 2
λ
b GA
yang mana GA adalah kekakuan geser dan λ adalah faktor bentuk dari potongan
melintang untuk geser, setara ke 1.2 pada kasus penampang persegi.

Evaluasi dari δ2 diasumsikan bahwa balok penghubung terhubung


kedinding dengan kaku, dan efek deformasi elastisitas lokal dari pertemuan balok
dan dinding diabaikan yang itu akan meningkatkan flesibilitas dari lapisan tipis.
Persamaan 3.3 dan 3.6 bisa di terapkan pada persamaan 3.5 yang menyatakan gaya
aksial N, seperti
3
b h dN (3.8)
δ 2 =+
12 EI c dz
3. Deformasi aksial dari dinding dibawah aksi dari gaya aksial N (Gambar 3.6c).
Aksi dari gaya geser pada balok penghubung akan menyebabkan gaya tarik
pada windward dinding 1 dan gaya tekan pada leeward dinding. Akibatnya,

perpindahan relative,
δ 3 pada level z akan menjadi
z
1 1 1
δ 3=−
(
+
E A1 A2 ) ∫ N⋅dz
0
(3.9)

dimana A 1 dan A 2 adalah area potongan melintang dari dinding 1 dan 2.


4. Dinding vertikal atau perpindahan rotasi relatif pada bagian dasar atau base
(Gambar 3.6d).
Vertikal atau deformasi rotasi pada base terjadi akibat hasil dari perpindahan
pondasi atau hasil fleksibilitas dari pondasi struktur. Perpindahan pondasi seperti itu
akan menyebabkan pergerakan badan yang kaku dari superstruktur atas, dan akan
menaikkan perpindahan yang konstan di bagian atas seperti yang ditunjukkan pada
(Gambar 3.6d).

Diasumsikan perpindahan relative (δ l ) dan rotasi (δ θ ) terjadi pada


perilaku yang sama seperti gaya aksial internal dan momen, perpindahan relatif

vertikal δ 4 adalah,
δ 4 =−δ l +lδ θ =δ b (3.10)

Pada lendutan alami struktur (Gambar 3.4) hal itu bisa menjadi tidak
mengalami perpidahan vertikal secara relatif dari garis contraflexural pada balok
penghubung. Akibatnya kondisi dari kesesuaian vertikal pada posisi itu adalah

20
δ 1 +δ 2 +δ 3 + δ 4 =0 (3.11)

Pada pertimbangan kedua lendutan bebas yang diakibatkan oleh pengaruh


penerapan momen M eksternal dan pembalikan lendutan akibat geser dan gaya aksial pada
pengubung medium (Gambar 3.5), hubungan momen-kelengkungan untuk kedua dinding,
ditingkat manapun,
H
d2 y b (3.12)
EI 1 2 =M 1 =M − +d 1
dz 2 ( )∫ q . dz−M
z
a

H
d2 y b (3.13)
EI 2 2 =M 2=− + d 2
dz 2 ( )∫ q . dz−M
z
a

dimana
M a merupakan momen yang disebabkan gaya aksial pada balok penghubung.
Penjumlahan dari persamaan (3.12) dan (3.13) menghasilkan seluruh hubungan
momen momen-kelengkungan pada coupled walls,
H
d2 y (3.14)
E( I 1 + I 2 ) 2 =M −l ∫ q . dz=M −lN
dz z
Diferensiasi persamaan (3.11) berhubungan dengan z, dan kombinasi dengan
2
persamaan (3.14) untuk mengeliminasi kelengkungan d 2 y /dz diperoleh dari
d2 N 2 α2 (3.15)
2
−(kα ) N =− M
dz l
Hal ini yang mengatur persamaan untuk coupled walls diperlihatkan pada ketentuan
dari gaya aksial N.
Parameter pada persamaan didefinisikan seperti
2
12 I c l (3.16)
α 2= 3
b hl

AI (3.17)
k 2 =1+
A 1 A 2 l2
dan
I=I 1 +I 2, A= A 1 + A2
Sebelah kiri dari persamaan (3.15) menjelaskan sifat atau ketetapan fisik dari
struktur dan sebelah kanan melibatkan penerapan pembebanan.
Solusi lengkap didapatkan dari beban merata lateral yang sering digunakan
mensimulasikan beban angin maupun beban gempa. Dengan mempertimbangkan bentuk

21
pasangan dari coupled shear walls pada rigid base, untuk beban distribusi merata w per
satuan panjang. Momen eksternal adalah
2 (3.18)
M=w ( H−z ) /2
gaya aksial pada dinding 1
2
H (3.19)
N=w F1 ( z /H , kαH )
k2 l
F1 merupakan variasi dari faktor gaya aksial dengan dua parameter yaitu z /H dan
kαH
Karena momen bersifat proporsional terhadap kekakuan lentur, momen lentur di
setiap level pada dinding 1 adalah

sama juga dengan dinding 2


M 1=
I1 1
I 2
wH 2
[( ) 1−
z 2 2
H
− 2 F1
k ] (3.20)

M 2=
I2 1
I 2
wH 2 1−
[(
pada atas struktur lendutan maksimum yang terjadi adalah
z 2 2
H )
− 2 F1
k ] (3.21)

4
wH (3.22)
yH = F (k , αH )
8 EI 3
dimana

F3 =1−
1
k 2[1−
4
2
+ 4
8
(kαH ) (kαH ) cosh kαH
( 1+kαH sinh kαH −cos kαH )
] (3.23)

Frekusensi dasar :
0,56 r f EI
f=
H2 m √ r
(3.24)

dimana m merupakan massa jenis satuan panjang dari dinding geser dan f merupakan
faktor distribusi massa.

Beban kritis :
7 . 837 EIr s (3.25)
N cr =qH = 2
H
dimana
r s merupakan faktor beban terdistribusi.

22
Dengan pertimbangan kondisi kesetimbangan untuk elemen dari dinding yang

terkait penghubung medium struktur, (Gambar 3.7) menunjukkan gaya geser S 1 dan
S 2 pada dua dinding didapatkan dari

I1 I
S 1 =wH
I (
1−
z
H )( b
− 1 l− −d 1 q
I 2 ) (3.26)

I2 I2 (3.27)
S 2 =wH
I ( 1−
z
H )(

I
b
l− −d2 q
2 )
N +δN M 1 +δM 1 N +δN M 2 +δM 2
S 1 +δS 1 S 2 + δS2
n δz
q q
S1 S2 z
M1 M2
N N
Gambar 3.7 Gaya pada b/2 elemen kecil dari
d1 b/2 d1
dinding model continuum.

Distribusi tekanan pada setiap bagian, dibawah pengaruh momen lentur M1 dan M2,
gaya aksial N, ditunjukkan seperti gambar 10.10b. Nilai ekstrim maksimum dari serat
tegangan pada dinding diperoleh dari :
M 1 c1 N (3.28)
σ A= +
I1 A1
M 1 c1 N (3.29)
σ b =− +
I1 A1

3.2.2.2 Core Structures


Dinding geser sering dibangun dengan bentuk tiga dimensi yang biasa disebut
dengan core/inti. Core Structure yang merupakan struktur tiga dimensi punya penahan torsi
yang merupakan bagian yang penting dari semua penahan torsi dari bangunan. Jika dilihat
dari dimensi struktur core ( tinggi dari core, dan ketebalan dinding), core dapat
dipertimbangkan seperti kolom berdinding tipis dan penahan torsi berasal dari dua sumber

23
yaitu (GJ) kekakuan torsi murni (Saint-Venant) dan ( EI ω ) kekakuan torsi terkekang
(warping torsional).

Torsi eksternal T[=T(z)] pada tingkat z dari dalam dilawan oleh T w ( z ) sebagian

ditanggung oleh torsi T w ( z ) yang berhubungan dengan lentur yang tinggi pada core

walls dengan terkekang, dan sebagian oleh T v ( z) bersama dengan geser yang bekerja
didalam dinding disekitar profil.
T w ( z )+T v ( z)=T ( z) (3.30)

Torsi dengan kekangan ditunjukkan pada persamaan berikut:


d3 θ (3.31)
T w ( z )=−EI ω ( z)
dz 3
dan ketika terhubung dengan pergerakan geser:
dθ (3.32)
T v ( z )=GJ ( z)
dz
Untuk core dengan penampang terbuka torsi murni (Saint-Venant) :
m
1 (3.33)
J = ∑ h1 t3i
3 i=1
Dimana :
hi = panjang dari dinding
ti = tebal dari dinding
m = tebal dari dinding

Pada kasus yang lain, ketika core yang dengan penampang tertutup (mungkin
terbuka tapi sangat kecil sehingga diabaikan), dapat digunakan formula Bredt’s:
2
4 A0
J= m (3.34)
hi
∑t
i =1 i
A
dimana 0 merupaka area tertutup garis tengah rata-rata dinding dan hubungan antara
Young’s modulus elastisitas pada dinding geser adalah
E (3.35)
G=
2(1+v )
v merupakan poisson ratio

Berikut karakteristik torsi yang umum digunakan pada core structure.

24
3.3 Sistem Struktur Outrigger
Outrigger merupakan elemen extension horizontal struktur yang menghubungkan
pusat dari bangunan/core structure ke sekeliling kolom eksterior yang terletak pada satu
tingkat ataupun lebih untuk memperkaku struktur bangunan, biasanya berlokasi di tengah-
tengah struktur bangunan seperti (Gambar 3.8).

3.3.1 Konfigurasi Sistem Struktur Outrigger

25
Penggunaan sistem struktur outrigger dilakukan dengan pemilihan jenis struktur
yang terdiri dari rangka baja, girder, dinding beton, atau deep beams untuk
menghubungkan struktur core ke sekeliling kolom eksterior. Pada dasarnya, outrigger
menghubungkan pusat bangunan ke kolom eksterior yang membuat struktur berperilaku
seperti kantilever.
Bangunan super tinggi dengan sistem struktur outrigger biasanya punya mega
kolom eksterior dan diletakkan sejauh mungkin dari pusat bangunan. Hal itu dilakukan
untuk menghindari sifat langsing dari sebuah bangunan. Namun jika pusat bangunan dan
kolom terluar memiliki jarak antara 9m sampai dengan 15m, sangat susah untuk membuat
balok dengan sangat kaku atau memiliki kedalaman yang cukup untuk mengikat antara
pusat bangunan dengan kolom terluar. Secara teori, jika balok internal antara pusat
bangunan dengan sekeliling kolom terluar memiliki sifat yang sangat kaku atau tinggi,
maka pusat bangunan dan sekeliling kolom eksterior dapat bekerja sama untuk menahan
gaya leteral.
Ketika strutkur dibebani oleh beban lateral, rotasi yang tinggi pada struktur vertikal
ditahan oleh outrigger melalui aksi tegangan pada windward kolom dan tekanan pada
leeward kolom. Oleh itu dilakukan desain dengan menempatkan kolom pada sisi dengan
jarak yang sangat dekat. Agar semua kolom dapat terhubung dengan sistem struktur
outrigger, maka dilakukan desain rangka yang menghubungkan antara kolom eksterior
yang bersifat seperti sebuah sabuk yang menglilingi bangunan dinamakan dengan belt
truss. Hal itu dilakukan agar semua kolom eksterior berpartisipasi dalam menahan gaya
lateral yang terjadi. Secara umum dapat meningkatkan 25 sampai 30 persen pada sistem
yang sama tanpa menggunakan belt truss untuk menahan gaya leteral.

26
Gambar 3.8 Sistem Struktur Outrigger

3.3.2 Analisis Sistem Struktur Outrigger


Dalam analisa model sistem struktur outrigger dilakukan asumsi bahwa struktur
outrigger mengikat struktur kantilever untuk mengurangi lendutan yang terjadi.
Pertimbangan dari lendutan pada kantilever, dimana dilakukan perhitungan aljabar dari
lendutan kantilever yang bebas oleh beban luar dan lendutan akibat tahanan outrigger dan
kolom. Efek dari strutkur outrigger dan kolom dapat dilihat seperti bentuk yang
menyerupai dari pegas penahan momen yang kekakuannya bergantung kepada lokasinya.
Outrigger mengalami aksi seperti adanya kekangan rotasi pegas pada lokasi
tertentu dinding geser. Rotasi dinding geser pada lokasi outrigger adalah hasil dari beban
horizontal yang terdistribusi secara merata disamping penahan momen Mr dan Mf..

Gambar 3.9 Rotasi shear wall pada outrigger level

27
Model Bentuk lendutan Diagram momen
x=0,5

0,5 L

Gambar 3.10 Perilaku Kantilever dengan pada jarak x=0 dan x=0,5 L

Rotasi sesuai kondisi pada Z = L dapat ditulis seperti


θw −θ s =θ L (3.36)

Keterangan :
θW = rotasi dari kantilever saat Z=L akibat beban merata lateral (w), pada radian
θS = rotasi akibat pegas penahan berlokasi pada Z=L, pada radian. Tanda negatif
mengindikasikan bahwa rotasi dari kantilever akibat aksi kekakuan pegas yang
langsung melawan rotasi akibat beban lateral.
θL = rotasi paling akhir dari kantilever pada Z=L, pada radian.
WL 3 (3.37)
θw =
6 EI

3 3
W ( L −x ) (3.38)
θw =
6 EI
Keterangan :
W = Beban lateral EI = Bending stiffenes dari dinding geser
L = Tinggi struktur dinding geser x = Jarak dari struktur atas ke outrigger

Jika M1 dan K1 merupakan momen dan kekakuan dari pegas yang berlokasi pada Z=L,
persamaan diatas dapat ditulis ulang menjadi :

WL 3 M 1 L M 1
− = (3.39)
6 EI EI K1

dan

28
3
WL (3.40)
M 1=
1/ K 1 + L/ EI
Hasil dari drift Δ 1 pada atas bangunan bisa didapatkan dari superposisi lendutan dari

kantilever akibat beban luar eksternal W dan lendutan akibat momen dari pegas, menjadi
Δ 1= Δload −Δ spring (3.41)

2
WL 4 M 1 L
= −
8 EI 2 EI
L2 WL 2
¿ (
2 EI 4
−M 1 )
Rotasi pada struktur outrigger pada jarak x dari bagian paling atas bangunan
adalah hasil dari lentur dalam flexible outrigger, tegangan aksial pada eksterior kolom dan
deformasi yang terjadi pada kolom pondasi.

Gambar 3.11 Rotasi shear wall pada outrigger level


Rotasi karena lentur pada struktur outrigger hasil respon dari dua outrigger ditunjukkan
pada gambar 3.2 bagian (d) dan didapat dinyatakan seperti:
2 Fr ℓ Mr ℓ
θr ; b; M r=− =− (3.42)
6 EI r
{ ( )}
3
3 EI o ℓ
∑ ℓ b
Keterangan :
EI o = Kekakuan lentur dari flexible outrigger
EI r = Persamaan kekakuan lentur dari prismatic outrigger diantara garis netral dinding

geser dan kolom eksterior

29
3

EI r =EI o ()
b
(3.43)

gaya tarik dan tekan dari kolom eksterior yang disebabkan rotasi sistem struktur outrigger
seperti yang sudah ditunjukkan pada gambar 3.2 adalah
Fr ( H−x ) M r ( H −x ) (3.44)
θr ; b; M =− =−
r ℓ EAc EI c
Lendutan yang terjadi y pada strutkur kantilever diakibatkan oleh beban merata
lateral diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

w (3.45)
y= ( x 4 −4 L3 x +3 L 4 )
24 EI
dengan catatan x merupakan jarak dari atas bangunan ke strutkur outrigger.
Diferensial terhadap x, perilaku umum dari kemiringan oleh kantilever diperoleh
dari
dy W 3 3 (3.46)
= ( x −L )
dx 6 EI
Analisis sebelumnya mengindikasikan benefit dari aksi outrigger adalah fungsi dari
dua karakteristik yang berbeda, yaitu kekakuan dan besarnya rotasi dari kantilever pada
lokasi pegas yang diakibatkan oleh beban eksternal. Dengan jelas dilihat bahwa kekakuan
dari persamaan variasi pegas berbanding terbalik seperti jarak dari outrigger dari dasar.
Sebagai contoh, itu sangat kecil ketika diposisikan diatas dan maksismum ketika
diposisikan di bawah.
Karena rotasi dari kantilever yang difungsikan untuk beban distribusi horizontal
bervarisasi secara parabola dengan perolehan maksimum pada bagian atas dan menjadi nol
pada bagian bawah, dan dari hasil pengamatan dari kekakuan pegas, diperoleh lokasi
optimal outrigger pada bagian bawah. Hal itu sangat jelas jika optimasi lokasi outrigger
berada diantara keduanya.

30
Gambar 3.12 Idealisasi penempatan outrigger ditengah tinggi bangunan.

Motode dari analisis untuk perhitungan mencari letak optimal didasarkan pada
asumsi yang juga ditunjukkan seperti (Gambar 3.12).
1. Area dari lingakaran kolom dan momen inersia dari structure core adalah sama dari
dasar sampai puncak.
2. Outrigger dan Belt truss sangat kaku dan hanya menyebabkan gaya aksial pada
kolom eksterior.
3. Penahan lateral hanya berasal dari penahan lentur dari structure core dan tie-down
action dari kolom eksterior.
4. Structure core secara kaku dipasang di pondasi.
5. Rotasi pada Structure core yang diakibatkan deformasi geser adalah negotiable.
6. Intensitas dari beban lateral tetap konstan pada seluruh ketinggian.
7. Struktur merupakan elastik linear.

Dalam menentukan lokasi optimal dari outrigger ditinjau dari jumlah sistem
strutkur outrigger pada sebuah bangunan, biasanya terdiri dari single outrigger, two
outrigger, dan atau bisa lebih banyak untuk sistem struktur outrigger.
Untuk lokasi pada single outrigger pada level dengan jarak x pada bagian atas
struktur, jarak lateral drift pada puncak struktur adalah:

wL 4 M x 2 2 (3.47)
y x=0 = − ( L −x )
8 EI 2 EI
dan pengembalian efek dari outrigger pada drift lateral pada puncak dari struktur adalah:
Mx 2 2 (3.48)
y rx =0 = (L −x )
2 EI
EI merupakan kekakuan lentur.
Nilai Mx didapatkan dari persamaan diatas. Hal itu diselesaikan menggunakan persamaan
rotasi. Rotasi core structure pada tingkat dimana outrigger berada adalah:
θcx −θrx =M x /K x (3.49)

w Mx Mx (3.50)
(L3 −x 3 )− ( L−x )=
6 EI EI Kx
dari persaman diatas, didapatkan nilai Mx

31
2
w /( 6 EI ) wL
M x= ( L3 −x 3 )= ( x2 + x+1 ) (3.51)
L x 1 6 EIC
− +
EI EI K x
Pada persamaan untuk efek outrigger yaitu lateral drift pada puncak struktur, diasumsikan
dengan
1 2 (3.52)
C= +
EI AEd 2
lalu,
w (3.53)
y rx =0 = 2
( L3−x 3 )( L+x )
12( EI ) C
Lateral drift pada puncak bangunan adalah:
wL4 w (3.54)
y x=0 = − 2
( L3 −x 3 )(L+x )
8 EI 12( EI ) C
Lokasi dari outrigger untuk efek paling besar yaitu lateral drift pada puncak struktur

berlokasi pada
y x=0 fungsi minimum, atau y rx=0 fungsi untuk hasil maksimum. Setelah

itu, lokasi optimal dari single outrigger diperoleh dari diferensiasi


y rx=0 fungsi berkenaan
dengan x, dan persamaan sampai ke nol.
x = 0,455L
Dalam persamaan untuk lateral drift pada puncak struktur, untuk x = 0,455L, lateral drift
pada puncak struktur adalah:
4
wL wL (3.55)
y= − 1 . 32
8 EI 12( EI )2 C
dan pengembalian momen pada outrigger adalah:
wL2 (3.56)
M= 1 . 66
6 EIC

Pada kasus two outrigger

32
Gambar 3.13 Struktur bangunan yang memiliki dua outrigger.

Untuk lokasi two outrigger pada jarak x1 dan x2 dari puncak struktur, lateral drift
pada puncak struktur adalah :
4
wL 1 (3.57)
y x=0 = −
8 EI 2 EI
[ M 1 ( L2 −x21 )+M 2 ( L2 −x 22 ) ]
dan pengembalian efek dari outrigger terhadap lateral drift puncak struktur adalah:
1 (3.58)
y rx =0 = [ M (L2−x 21 )+ M 2( L2−x22 )]
2 EI 1
M1 dan M2 harus didapatkan dari persamaan diatas. Penyelesaian menggunakan persamaan
rotasi.
Rotasi pada core structure pada level dimana outrigger berada:
w M M (3.59)
θ x 1= (L3 −x 31 )− 1 (L−x 1 )− 2 ( L−x 2 )
6 EI EI EI
w M 1 M2 (3.60)
θ x 2= (L3 −x 32 )− ( L−x 2 )− ( L−x 2 )
6 EI EI EI
dengan cara lain, dimana
M (3.61)
θ=
K

M1 M2 2 M 1 ( L−x 1 ) 2 M 2 (L−x 2 )
θ x 1= 2
+ 2
= + (3.62)
AEd AEd AEd 2 AEd 2
2( L−x 1 ) 2( L−x 2 )

M1 M2 2 M 1 ( L−x 2 ) 2 M 2 ( L−x 2 )
θ x 2= 2
+ 2
= 2
+ 2 (3.63)
AEd AEd AEd AEd
2( L−x 2 ) 2( L−x 2 )

33
asumsikan bahwa:
1 2 (3.64)
+ C=
EI AEd 2
dari persamaan diatas, M1 dan M2 dapat didapatkan.
3 3
w ( x 2−x 1 ) w (3.65)
M 1= = ( x 21 + x 1 x2 + x 22 )
6 EIC ( x 2−x 1 ) 6 EIC
w w (3.66)
M 2= ( L−x 1 )( L+x 1 +x 2 )= ( L2 +Lx 2 −x 1 x 2−x 21 )
6 EIC 6 EIC

lateral drift pada puncuk struktur adalah:


wL4 w
y x=0 = − 2 ( x12 +x 1 x 2 + x22 )( L2 −x 21 ) + ( L2 + Lx 2 −x1 x 2 −x 21 )( L2−x 22 ) (3.67)
[ ]
8 EI 12( EI ) C
Lokasi dari outrigger yang mempunyai efek terbesar dari lateral drift pada puncak struktur

berlokasi ketika
y rx=0 fungsi yang punya hasil maksimum. Karena itu, lokasi optimal

untuk two outrigger didapatkan dari diferensiasi


y rx=0 fungsi berkenaan dengan x dan x
1 2

dan persamaan ke nol.


x 1=0 . 31 L
x 2=0. 69 L
lateral drift pada puncak struktur adalah:
4 4
wL wL (3.68)
y= − 1 . 44
8 EI 12( EI )2 C
dan pengembalian momen dari outrigger :
2 2
wL wL (3.69)
M 1= 0, 79 M 2 = 1, 38
6 EIC 6 EIC

34
Gambar 3.14 Lokasi optimal dari sistem struktur outrigger menurut Taranath.

Untuk mendapatkan sistem struktur outrigger yang dapat bekerja optimal dalam
menahan beban lateral terhadap bangunan, dilakukan juga analisa sistem struktur outrigger
dengan parameter lainnya. Analisa dilakukan berdasarkan bermacam hal yang perlu
dipertimbangkan dalam desain sistem outrigger seperti: kondisi yang tepat untuk sistem
outrigger, transfer beban pada sistem outrigger, diapragma lantai, reduksi kekauan, efek
dari shortening kolom yang berbeda, peninjauan terhadap efek panas/temperature,
distribusi beban pada sambungan, interpretasi acuan/kode untuk sistem penahan beban
seismic, soft story dan weak story yang diperlukan seusai acuan pada seismic, strong
column pada acuan seismic dan desain berdasarkan kapasitas, konsep strong column weak
beam pada sistem outrigger, dan desain sambungan berdasarkan desain kapasitas. Maka
dari itu diperlukan pemodelan sistem struktur menjadi model diskrit, dimana sistem
struktur dibagi menjadi tiap-tiap elemen untuk ditinjau lebih lanjut.
Dalam melakukan desain suatu bangunan, diperlukan penyusunan data bangunan
sesuai dengan peraturan yang sudah ada. Hal itu bertujuan agar dapat mengetahui jenis
bangunan, sehingga dapat dilakukan analisa struktur dengan baik dan menghindari adanya
kesalahan dalam analisa struktur terhadapap realiasi penggunaan bangunan natinya.
Setelah dilakukan penyusunan data maka dilakukan analisa struktur. Dalam hal ini
dilakukan analisa strutkur dengan analisis program yang bertujuan untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat. Dengan tipe struktur yang rumit memungkinkan analis program
menjadi lebih efisien dalam hal waktu dan lebih akurat dalam perhitungan, jika analis
program dilakukan dengan benar dan tepat.

35
Dengan penemuan komputer yang pada umumnya berperan dalam beberapa aspek,
menimbulkan revolusi dalam proses penerapan ilmu rekayasa dalam teknik sipil. Adapun
beberapa aspek tersebut yaitu: komputer sebagai penyimpanan data (data storage),
komputer sebagai alat bantu hitung cepat (number cruncher), dan komputer sebagai editor
teks (text editor). Dengan hal tersebut maka saat ini analisis program dituangkan dalam
peket komputer, melalui munculnya berbagai software yang dapat digunakan dalam
analisis struktur. Pada studi kasus akan digunakan software ETABS dalam desian dan
analisa struktur. Digunakan juga software pendukung lainnya seperti REVIT, dan Ms.
Excel.

3.4 Input Dasar Perencanaan


Dasar-dasar perencanaan gedung yang harus ditinjau, antara lain:

3.4.1 Mutu Bahan


Mutu bahan dalam hal ini adalah mutu beton dan baja (baik tulangan ataupun profil
baja) yang digunakan dalam perencanaan gedung. Sebagai ilustrasi, bila mutu bahan yang
akan dipakai adalah rendah maka dibutuhkan volume yang lebih besar. Oleh karena itu,
dapat digunakan mutu bahan yang lebih tinggi untuk dapat memeuhi kriteria kekuatan
struktur.
Penentuan mutu bahan ditinjau berdasarkan aspek arsitektural, fungsi gedung,
fungsi komponen struktur, dan lain sebagainya. Sesuai pasal 1.1.1 SNI 03-2847-2013
'
disebutkan bahwa untuk beton struktur, mutu beton f c tidak boleh kurang dari 17 Mpa.
'
Nilai maksimum fc tidak dibatasi kecuali bilamana dibatasi oleh kekuatan standar
tertentu.

3.4.2 Beban
Beban-beban pada struktur gedung dapat terdiri dari beban mati, beban hidup,
beban angin, beban gempa, beban air, dan beban khusus lainnya, seperti beban getaran
mesin, beban kejut listrik, dan lain-lain. Beban-beban yang direncanakan akan bekerja
dalam struktur gedung tergantung dari fungsi ruangan, lokasi, bentuk, kekakuan, massa dan
ketinggian gedung itu sendiri.

3.4.2.1 Beban Mati

36
Beban mati adalah beban yang berasal dari material yang digunakan pada struktur
dan beban mati tambahan yang bekerja pada struktur. Beban material bertulang: 23.6
kN/m2 (ASCE 7-10 Table C3-1, Concrete, Reinforced (including grevel)).

3.4.2.2 Beban Hidup


Didalam peraturan pembebanan telah ditetapkan bahwa fungsi suatu ruangan
didalam gedung akan membuat beban yang berbeda.

Tabel Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
Hunian atau pengguna Merata Terpusat
psf (kN/m2) Lb (kN)
Apartemen (lihat rumah tinggal)
Sistem lantai akses
Ruang Kantor 50 (2,4) 2000 (8,9)
Ruang Komputer 100 (4,79) 2000 (8,9)
Gudang Persenjataan 150 (7,18)a
Ruang Pertemuan
Kursi Tetap (terikat di lantai) 100 (4,79)a
Lobi 100 (4,79)a
Kursi dapat dipindahkan 100 (4,79)a
Panggung Pertemuan 100 (4,79)a
Lantai podium 150 (7,18)a
Balkon dan dek 1,5 kali beban
hidup untuk
daerah yang
dilayani. Tidak
Perlu melebihi
100 psf (4,79
kN/m2)
Jalur untuk akses pemeliharaan 40 (1,92) 300 (1,33)
Koridor
Lantai pertama 100 (4,79)
Lantai lain Sama seperti
pelayanan hunian
kecuali
disebutkan lain
Ruang makan dan restoran 100 (4,79)a
Hunian (lihat rumah tinggal)
Ruang mesin elevator (pada daerah 2.in x 2.in. [50 300 (1,33)
mm x 50 mm]
Konstruksi pelat lantai finishing ringan (pada area 200 (0,89)
1 in x 1 in. [25 mm x 25 mm]
Jalur penyelamatan terhadap kebakaran 100 (4,79)

37
Hunian satu keluarga saja 40 (1,92)
Tangga permanen Lihat pasal 4.5
Garasi/Parkir 40 (1,92)a,b,c
Mobil Penumpang saja
Truk dan bus
Susuran tangga, rel pengaman dan batang Lihat pasal 4.5
pegangan
e.f.g
Helipad 60
(2,87)de tidak
boleh direduksi
Rumah sakit :
Ruang operasi, laboratorioum 60 (2,87) 1000 (4,45)
Ruang pasien 40 (1,92) 1000 (4,45)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)
Hotel (lihat rumah tinggal)
Perpustakaan
Ruang baca 60 (2,87) 1000 (4,5)
Ruag penyimpanan 150 (7,18) a, h 1000 (4,5)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,5)
Pabrik
Ringan 125 (6,00)a
Berat 250 (11,97)a 2000 (8,90)

3000 (13,40)

Gedung Perkantoran :
Ruang arsip dan komputer harus dirancang
untuk beban yang lebih berat berdasarkan
pada perkiraan hunian lobi dan koridor lantai 100 (4,79) 2000 (8,90)
50 (2,40) 2000 (8,90)
pertama
80 (3,83) 2000 (8,90)
Kantor
Koridor di atas latai pertama
Lembaga hukum
Blok sel 40 (1,92)
Koridor 100 (4,79)
Tempat rekreasi
Tempat bowling, kolam renang, dan
75 (3,59)a
penggunaan yang sama
100 (4,79)a
Bangsal dan Ruang dansa
100 (4,79)a
Gimnasium
100 (4,79)a,k
Tempat Menonton baik terbuka dan tertutup
60 (2,87)a,k
Stadium dan tribun/ arena dengan tempat
duduk tetap (terikat pada lantai)
Rumah tinggal
Hunian (satu keluarga da dua keluarga)

38
Loteng yang tidak dapat didiami tanpa 10 (0,48)/
gudang
20 (0,96)m
Loteng yang tidak didiami dengan
gudang 30 (1,44)
Loteng yang dapat didiami dengan ruang
40 (1,92)
tidur
Semua ruang kecuali tangga dan balkon
40 (1,92)
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang pribadi dan koridor yang melayani
100 (4,79)
mereka
Ruang Publik dan koridor yang melayani mereka 20 (0,96)n
Atap 100 (4,79)
Atap datar, berbubung, dan lengkung Sama seperti
Atap digunakan untuk taman atap
hunian yang i
Atap yang digunakan untuk tujuan lain
dilayani
a

Atap yang digunakan untuk hunan lainnya


Awning dan kanopi 5 (0,24) tidak
Konstruksi pabrik yang didukung oleh 200 (0,89)
boleh direduksi
struktur rangka kaku ringan 5 (0,24) tidak
Rangka Tumpu layar penutup boleh direduksi
Semua konstruksi lainya dan berdasarkan
luas tributari
dari atap yang
ditumpu oleh
rangka

Semua konstruksi lainnya


Komponen struktur atap utama, yang
terhubung langsung dengan pekerjaan lantai
Titik panel tunggal dari batang bawah
rangka atap atau setiap titik sepanjang
komponen struktur utama yang
mendukung atap diatas pabrik, gudang,
dan perbaikan garasi

39
Semua komponen struktur atap utama
lainnya
Semua permukaan atap dengan beban
pekerja pemeliharaan
Sekolah
Ruang kelas 40 (1,92) 1000 (4,5)
Koridor diatas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,5)
Koridor lantai pertama 100 (4,79) 1000 (4,5)
Bak-bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca dan 200 (0,89)
langit-langit yang dapat diakses
Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas 250 (11,97)a,p 8000 (35,6)q
kendaraan, dan lahan/jalan untuk truk-truk
Tangga dan jalan keluar 100 (4,79) 300r
Rumah tinggal untuk satu dan dua keluarga 40 (1,92) 300r
saja
Gudang diatas langit-langit 20 (0,96)

Gudang penyimpanan barang sebelum disalurkan


ke pengecer (jika diantisipasi menjadi gudang
penyimpanan, harus dirancang untuk beban lebih
125 (6,00)a
berat)
250 (11,97)a
Ringan
Berat
Toko
Eceran
Lantai pertama 100 (4,79) 1000 (4,45)
Lantai diatasnya 75 (3,59) 1000 (4,45)
Grosir, disemua lantai 125 (6,00)a 1000 (4,45)
Penghalang kendaraan Lihat Pasal 4.5
Susuran jalan dan panggung yang ditinggikan 60 (2,87)
(selain jalan keluar)
Pekarangan dan teras, jalur pejalan kaki 100 (4,79)
Sumber : SNI 03-2847-2013

3.4.2.3 Beban Angin


Parameter yang digunakan dalam penentuan beban angin yang bekerja pada gedung
menurut SNI 1727:2013 adalah sebagai berikut:

(a) Kecepatan angin dasar


Kecepatan angin dasar merupakan kecepatan angin rata-rata yang terjadi setiap
periode pada suatu wilayah.

40
(b) Kategori Eksposur (Kh)
Eksposur arah angin ditentukan pada kekasaran permukaan tanah yang ditentukan
dari topografi alam, vegetasi dan fasilitas bangunan.

(c) Koefisien Tekan Iternal


Koefisien tekan internal dengan klasifikasi desain gedung yang tertutup penuh
menurut tabel 26.11-1 SNI 1727-2013

Tabel 2.1 Koefisien tekanan iternal


Klasifikasi Ketertutupan (GCp)
Bangunan gedung terbuka 0
Bangunan gedung tertutup sebagian 0,55
-0,55
Bangunan gedung tertutup 0,18
-0,18
Sumber : SNI 1727-2013

(d) Koefisien Tekan Dinding


Harga koefisien tekan akibat gaya angin pada dinding gedung menurut SNI 1727-
2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Koefisien tekan dinding

Permukaan L/B Cp
Dinding di sisi angin datang Seluruh 0,8
nilai
Dinding di sisi angin pergi 0–1 -0,5
2 -0,3
≥4 -0,2
Dinding tepi Seluruh -0,7
nilai
Sumber : SNI 1727-2013

3.4.2.4 Beban Gempa


Tata cara ini menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung serta berbagai bagian dan
peralatannya secara umum.
(a) Faktor keutamaan gempa dan kategori risiko struktur bangunan.

41
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non-gedung sesuai
pasal 4.1.2 SNI-03-1726-2012 tabel 1 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I tabel 2.

(b) Parameter percepatan gempa


Parameter batuan dasar pada periode pendek (Ss) dan percepatan batuan dasar pada
periode 1 detik (S1) harus ditetapkan masing-masing dari respons spektral
percepatan 0.2 detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik dengan
kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun dan dinyatakan dalam bilangan
desimal terhadap percepatan gravitasi. Menentukan Ss dan S1 dengan melihat peta
gempa, dapat dilihat pada situs “Puskim”.

(c) Kelas situs


Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs maka situs diklasifikasikan sebagai kelas
situs SA,SB,SC,SD,SE,SF yang mengikuti pasal 5.3 SNI-03-1726-2012. Bilas sifat-
sifat tanah tidak teridentifikasi secara jelas dan tidak bisa ditentukan situsnya maka
kelas situs SE dapat digunakan kecuali pemerintah atau dinas yang berwenang
memiliki data geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF.

(d) Koefisien situs dan parameter respons spektral percepatan gempa


Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa di permukaan tanah,
diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada periode 2 detik dan periode 1
detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada
getaran periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili periode 1 detik (Fy). Perameter spektral respons percepatan pada periode
pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan denga pengaruh klasifikasi
situs, harus ditentukan dengan perumusan sesuai pasal 6.2 SNI-03-1726-2012
berikut ini:

(3.70)
SMS = Fa x Ss
(3.71)
SM1 = Fy x S1

Keterangan:
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa untuk periode pendek
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa untuk periode 1 detik
Koefisien Fa dan Fy akan mengikuti tabel 4 dan tabel 5 SNI-03-1726-2012.

42
(e) Parameter perepatan sepktral desain

Perameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan pada periode 1
detik SD1, harus ditentukan melalui perumusan sesuai pasal 6.3 SNI-03-1726-2012
sebagai berikut:

2 (3.72)
S DS= S MS
3

2 (3.73)
S D 1= S M 1
3
(f) Spektral respon desian
Kurva spektral respons desain harus dikembangkan dengan mengacu gambar 1
pasal 6.4 SNI-03-1726-2012. Ketentuan dalam membuat kurva diatur sebagai
berikut.
(1) Untuk periode yang lebih kecil dari To, spektral respons percepatan desain, yaitu
Sa, harus diambil dari persamaan :
T (3.74)
S a =S DS (0,4 +0,6 )
To
(2) Untuk periode antara
T 0 dan T , S = S
s a DS

S D1
(3) Untuk periode lebih besar dari Ts, Sa = T
Dimana:
T (3.75)
S a =S DS (0,4 +0,6 )
To
SD 1 (3.76)
T 0=0. 2
S DS
SD 1 (3.77)
T s=
S DS
(g) Kategori desain seismik
Semua struktur harus ditetapkan kategori desain seismiknya berdasarkan kategori
resiko (pasal 4.1.2 SNI-03-1726-2012 tabel 1) dan parameter respons spektral
percepatan desainnya, SDS dan SD1, sesuai pasal 6.3 SNI-03-1726-2012. Masing-
masing bengunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik
yang lebih parah dengan mengacu pada tabel 6 dan tabel 7 pasal 6.5 SNI-03-1726-
2012.

43
(h) Koefisien modifikasi respons
Koefisien modifikasi respons (R) bisa dilihat pada tabel 9 pasal 7.2.2 SNI-03-1726-
2012.

(i) Geser dasar seismik


Geser dasar seismik V dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan
pasal 7.8.1 SNI-03-1726-2012.
V = Cs x W (3.78)

Keterangan:
Cs = koefisien respons seismik yang ditentukan pada pasal 7.8.1.1
W = berat bangunan
S DS
C s= (3.79)
[] R
Ie
Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektral respons desain periode pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
Nilia Cs tidak perlu melebihi
SD 1
C s= (3.80)
T
[]
R
Ie
Cs harus tidak kurang dari

Cs = 0.044
S DS×I e ≥0 .001 (3.81)

(j) Periode fundamental pendekatan


SNI-03-1726-2012 pasal 7.8.2.1

Periode fundamental pendekatan (


T a ) harus ditentukan dengan persamaan:
T a=Ct h (3.82)
nx

Sebagai alternatif, diizinkan untuk peride fundamental (Ta), dari persamaan berikut,
untuk struktur tidak lebih dari 12 tingkat dimana sistem penahan gaya gempa terdiri
dari rangka penahan momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi paling
sedikit 3m.
Ta = 0,1 x N (3.83)

44
Periode fundamental dari 2 cara tersebut tidak boleh melebihi Cu x Ct x hnx dimana
koefisien Cu didapat dari tabel 14 SNI-03-1726-2012.
Bila T yang diperoleh dari hasil perhitungan > Cu x Ct x hnx harus digunakan sebagai
pengganti T dalam arah tersebut.
Keterangan:
N = jumlah tingkat
hn = ketinggian struktur dalam m yang diukur diatas dasar sampai tingkat
tertinggi struktur
Ct dan x ditentukan dari tabel 15 SNI-03-1726-2012.

(k) Skala nilai desian untuk respons terkombinasi


SNI-03-1726-2012

Kombinasi respons untuk geser ragam (Vt) yang lebih kecil 85% dari geser dasar
yang dihitung (V) menggunakan prosedur gaya lateral ekuivalen sehingga gaya
harus dikalikan dengan 0.85 V / Vt
Keterangan:
V = geser dasar prosedur gaya lateral ekuivalen
Vt = geser dasar dari kombinasi ragam yang disyaratkan

(l) Gaya gempa lateral ekuivalen

Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul disemua tingkat harus ditentukan sesuai pasal
7.8.3 SNI-03-1726-2012 sebagai berikut:
C vx =C vx .V (3.84)

w x hkx (3.85)
C vx = n
∑ w hk
i=1 i i

Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya leteral desain total atau geser di dasar struktur

wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan atau
dikenakan pada tingkat i atau x

hi dan hx = tinggi dari dasar tingkat i atau x

45
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur sebagai berikut
Untuk struktur yang mempunyai periode sebesar ≤ 0.5 detik, k = 1
Untuk struktur yang mempunyai periode sebesar ≥ 2.5 detik, k = 2
Untuk struktur yang mempunyai periode antara 0.5 dan 2.5 detik, k = 2 atau harus
ditentukan dengan interpolasi linier antara 1 dan 2

3.4.3 Sistem struktur

Persyaratan untuk desain dan pelaksanaan konstruksi komponen struktur dan beton
bertulang tahan gempa tentang gaya desain terkait dengan pergerakan gempa, telah
ditentukan dengan dasar disipasi energi dalam rentang respons nonlinier pada pasal 21
SNI-03-1726-2013.

Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu
tipe yang ditunjukkan pada tabel 9 atau kombinasi sistem seperti pada pasal 7.2.2; 7.2.3;
dan 7.2.4. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang digunakan untuk
menahan gaya gempa lateral.
Sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan
batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan dalam tabel 9. Dalam tabel 9 bisa didapatkan
koefisien modifikasi respons yang sesuai, R; faktor kuat lebih sistem, ꭥo; dan koefisien
amplifikasi defleksi, Cd.

3.5 Perencanan Sistem Struktur


Penggunaan bangunan adalah pertimbangan yang penting dalam seleksi sistem
struktural. Ada beberapa faktor penting yang dipertimbangkan ketika melakukan seleksi
sistem struktural untuk bangunan tinggi yaitu: safety, kenyamanan penghuni, dan dari segi
ekonomi. Penggunaan dan estetika dari struktur juga menentukan kemungkinan solusi.
Ketersediaan material konstruksi, ketersediaan waktu konstruksi, dan keahlian kontraktor
juga harus dipertimbangkan.

3.5.1 Perencanaan Sistem Struktur Dinding Geser


Didalam perencanaan sistem sruktur terhadap dinding geser dilakukan analisis
terhadap struktur. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumya analisis dilakukan dengan
analisis program berbasis komputer. Output dari analisis sistem struktur yang dilakukan
digunakan menjadi input perencanaan dalam sistem struktur.

46
Perencanaan sistem struktur harus dilakukan dengan baik dan optimal, hal itu
bertujuan agar memenuhi faktor dari safety, kenyamanan penghuni, dan juga faktor
ekonomis. Dasar dari perencanaan tersebut adalah perencanaan komponen, sambungan dan
stabilitas struktur. Dalam perencanaan mengacu kepada peraturan yang sudah di sahkan
baik di skala nasional maupun skala Internasional.
Dasar perencanaan untuk dinding geser, berdasarkan ACI Code 11.5.4, secara
umum sama dengan yang digunakan pada balok biasa:
φV n ≥V u (3.86)

dimana
V n =V c +V s (3.87)
Berdasarkan tes, batas atas telat ditetapkan pada nominal kuat geser dari dinding:

V n ≤10 √ f ,c hd (3.88)

Pada persamaan ini dan persamaan lainnya yang berkaitan dengan desain dinding geser,

jarak dari d diambil 0,8


ℓw .
Untuk menentukan kekuatan geser beton Vc sesuai SNI 2847:2013 pasal 11.9.6,
dimana Vc diambil dari yang lebih kecil antara (3.79) dan (3.80)
Pu. d (3.89)
V c =0 .27 λ √ f 'c . h. d +
4 lw
Pu

( ( )
)
l w 0 . 1 λ √ fc ' +0 . 2
lw h (3.90)
V c = 0 . 05 λ √ f 'c+ .h d
M ux l w

V ux 2

apabila nilai Vu < 0,083 Acv


λ √ f 'c maka dapat digunakan rasio tulangan minimum
,

seperti pada dinding struktural biasa (SNI 2847:2013 Pasal 14.3).


Perhitungan kebutuhan tulangan transversal:
Av f y d (3.91)
V s=
s
(V u −φV c ) (3.92)
Av=
φ.f yd

3.5.2 Perencanaan Sistem Struktur Outrigger

47
Pada pemodelan sistem struktur didapatkan output dari hasil analisa struktur berupa
tanggap struktur akibat gaya dan/atau pengaruh luar berupa perpindahan dan gaya reaksi.
Output dari analisa struktur digunakan untuk input perencanaan struktur. Tipe dari sistem
struktur outrigger ditinjau dari materialnya terdiri atas tiga tipe yaitu: steel outrigger,
Concrete outrigger dan Hybrid outrigger/ composite outrigger.
Perencanaan yang dilakukan meliputi perencanaan komponen, sambungan,
stabilitas struktur. Dalam hal itu dilakukan penentuan terhadap bentuk sistem struktur, jenis
material yang digunakan dan selanjutnya dapat dilakukan desain terhadap dimensi elemen
penyusun dari sistem struktur outrigger.

3.6 Rangkuman
Sistem struktur dinding geser dan sistem struktur berbentuk outrigger merupakan
sistem struktur yang dikhususkan untuk menahan beban lateral. Beban lateral disebabkan
oleh beban gempa dan beban angin seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya.
Kedua sistem struktur dianalisa seperti perilaku pada balok kantilever sederhana dan
berfokus pada lendutan maupun simpangan yang terjadi pada struktur.
Pada strutkur dinding geser terutama core structures semakin tinggi suatu bangunan
maka semakin tinggi pula kelangsingan pada struktur dinding geser, dan secara umum
maka lendutan yang terjadi pada dinding geser akan semakin besar. Pemasangan sistem
struktur berbentuk outrigger dimaksud untuk dapat meminimalisir lendutan yang terjadi
dimana sistem struktur outrigger berperilaku seperti pegas yang menahan core structures
pada ketinggian tertentu.
Dalam desain dinding geser dilakukan pertimbangan terhadap material penyusun
dinding geser, bentuk dinding geser, dimensi dinding geser dan penulangan dinding geser.
Pada sistem struktur berbentuk outrigger dilakukan pertimbangan terhadap,
material penyusun sistem struktur outrigger, penempatan posisi dari sistem struktur
outrigger dan dimensi elemen penyusun sistem struktur outrigger.

Berikut ini adalah diagram alur penelitian yang dilakukan:

48
49

Anda mungkin juga menyukai