BAB III
DINDING PENAHAN TANAH
PE N DAHU LUAN
Pada bab ini, materi yang akan dibahas meliputi jenis-jenis dinding
penahan tanah, momen lentur, dan gaya geser yang bekerja pada dinding maupun
pada telapak dinding penahan tanah. Selain itu, juga mengontrol stabilitas dinding
penahan tanah. Pembahasan pada bagian ini dibatasi hanya pada dinding penahan
Materi yang akan dipelajari pada bab ini sangat terkait dengan materi yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, seperti momen lentur pelat satu arah
maupun pelat dua arah. Selain mata kuliah Strutur Beton Dasar, yang mendukung
materi ini adalah mata kuliah Analisa Struktur, Rekayasa Fondasi, dan Mekanika
Tanah.
PE N YAJ IAN
3.1 Pendahuluan
menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau
lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri.
Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding
dapat digolongkan dalam beberapa jenis (lihat Gambar 3.1), yaitu dinding
grafitasi, dinding penahan kantilever, dinding butters, dinding jembatan, dan boks
culvert.
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan
sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter (gambar 3.1a).
Dinding penahan type kantilever dibuat dari beton bertulang yang tersusun dari
suatu dinding vertical dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok
atau pelat kantilever. Stabilitas konstruksi diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yag
77
berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak
dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7
Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian
sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan
dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan
Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian
berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek
daripada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk
Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan tahanan
dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan ditumpu bebas pada bagian
Boks Culvert
Boks seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1f dapat dibuat dengan satu atau dua
lubang, dan berfungsi sebagai portal kaku tertutup yang dapat menahan tekanan
Dari jenis dinding penahan tanah yang telah dibahas, yang sering
digunakan adalah jenis kantilever dan kontrafort. Untuk selanjutnya, dalam butir
ini hanya akan dibahas perencanaan dinding penhan sistem kantilever dan
ini hanya dipakai sebagai arahan pada permulaan perhitungan. Ukuran yang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran pendahuluan dapat dipergunakan asal memenuhi
ditetapkan.
Dinding kantilever
Gambar 3.2.
tergantung pada beban yang bekerja di belakang dinding (Gambar 3.3). Lebar
tapak L, terdiri dari lebar ujung kaki dan tumit. Lebar ujung kaki L 1, dapat
diambil tidak lebih dari sepertiga lebar tapak (L1 ≤ 1/3L). Besarnya lebar tumit L2
dapat dihitung dari nilai (L – L 1). Ketebalan dinding vertikal pada pangkal bawah
biasanya dibuat sama dengan tebal tapak, sedang ketebalan minimal ujung atas
dinding diambil 20 cm.
Ukuran sementara dinding penahan tanah sistem kontrafort yang dapat dipakai
ditunjukkan pada Gambar 3.4. lebar tapak dinding kontrafort dapat diambil sama
dengan lebar tapak dinding kantilever, yaitu 0,45 H s/d 0,75 H. Kontrafort dapat
ditempatkan pada jarak 0,30 H s/d 0,60 H, dengan tebal tidak kurang dari 20 cm.
Tinggi kontrafort sebaiknya sama dengan tinggi dinding vertikal; tetapi bila
diinginkan ketinggian yang lebih kecil, dapat dikurangi dengan 0,12 H s/d 0,24 H.
81
Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5, akibat dinding penahan berotasi ke kiri
terhadap titik A, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan
berkurang perlahan-;ahan sampai mencapai suatu harga yang seimbang. Tekanan
tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut
tekanan tanah aktif.
82
Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada
satuan lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada dinding setinggi H dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut.
..........................................................................
2 (3.1)
Pa = 1/2 gs H Ka
dengan
Untuk tanah timbunun datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah aktif menjadi :
1 - sin f 2 0 f
Ka = 1 + sin f = tg (45 -2 ) .......................................................... (3.3)
terhadap titik A, atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah isian, maka
tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-lahan
sampai mencapai suatu harga tetap. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap
Menurut teori rankine, untuk tanah pasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada
dinding akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
83
2 (3.4)
Pp = 1/2 gs H Kp..........................................................................
persamaan (3.5).
Untuk tanah timbunan datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah pasif menjadi :
1 + sin f 2 0 f
Ka = 1 - sin f = tg (45 +2 ) .......................................................... (3.6)
Tekanan tanah yang bekerja pada dinding, yang mempunyai nilai tengah antara
kedua tekanan di atas disebut tekanan tanah seimbang (statis). Penetapan besarnya
nilai tekanan tanah seimbang cukup sulit, sehingga untuk praktisnya dalam
perhitungan struktur lebih sering dipakai tekanan tanah aktif dan pasif.
84
Beban Permukaan
Beban permukaan dinding penahan dapat disebabkan oleh kemiringan tanah isian
atau beban tambahan di atas permukaan tanah Ws (gambar 3.7). beban permukaan
pada umumnya berasal dari beban jalan raya, jalan kereta api, bangunan dan
beban lainnya.
Jika Ws adalah beban permukaan per satuan panjang, tekanan tanah akibat beban
permukaan adalah KaWs, yang nilainya konstan setinggi dinding. Kemudian total tekanan
beban permukaan menjadi:
Ps = KaWs H................................................................. (3.7)
Apabila ujung beban permukaan berada pada jarak H1 dari muka dinding vertikal,
maka beban ini akan memberikan tekanan ppada dinding sebesar KaWs, dengan
0 2
penyebaran beban membentuk sudut 45 dan nilai konstan setinggi H (gambar
Dengan H2 = H – H 1
85
Gambar 3.8. Distribusi tekanan tanah akibat beban permukaan Ws yang berjarak dari dinding
Tulangan Minimum
Menurut SKSNI T-15 – 1991 - 03 ayat 3.7.1 butir 2, dinding kantilever harus
berperilaku lentur dengan aksi gaya satu arah, sehingga rasio tulangan tarik
adalah :
berlaku pada pelat lantai satu arah, sebagaimana telah dijelaskan pada butir
sebelumnya.
86
Beban pada dinding penahan pada umumnya terdiri dari (Gambar 3.9)
tekanan tanah aktif di belakang dinding dan tekanan tanah pasif di depan
dinding;
berat tanah di atas tapak tumit dan di atas tapak kaki;
berat sendiri dinding penahan yang meliputi berat dinding vertikal dan tapak
dinding;
beban permukaan, misal disebabkan oleh lereng tanah atau landasan jalan;
beban lainnya, misal tekanan air dari samping dan dari bawah (uplift).
penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap guling, geser, dan daya dukung
Dengan kondisi pembebanan sesuai gambar 3.9, tekana tanah aktif horisontal
akan menyebabkan dinding penahan terguling terhadap titik putar A. Berat sendiri
dindingpenahan, berat tanah di atas tumit dan tekanan tanah aktif vertikal akan
memberikan perlawanan guling. Besarnya gaya guling dan gaya tahan dapat
yaitu dengan jalan mengusahakan agar garis kerja resultante seluruh gaya yang
88
bekerja pada dinding melalui inti CD = 1/3 L (Gambar 3.13). Garis kerja
resultante gaya terhadap titik guling akan berimpit dengan resultante tegangan
Mr -Mo
X= ............................................................................(3.11)
W
Jarak antara garis kerja resultante gaya terhadap titik berat tapak dasar disebut
eksentrisitas ”e”, yang nilainya dpat dihitung menu rut persamaan (3.12)
L
e = ½ L - X ; e ≤...............................................................................................................(3.12)
6
kiri. Perlawanan geser berasal dari berat sendiri dinding penahan, berat tanah di
atas tumit dan tekanan pasif akan memberikan hambatan akan gerakan horizontal
tersebut. Besarnya gaya perlawanan geser dapat dihitung dengan persamaan (3.13)
dengan µ adalah koefisien gesek antara tanah dan ta pak dinding. Harga-harga
koefisien gesek diberikan dalam Tabel 3.1. Faktor keamanan terhadap geser :
kemungkinan kondisi tanah yang ada di depan tapak dinding tersebut tidak sama
NO JENIS TANAH µ
Apabila faktor keamanan geser tidak mencukupi (S.F < 1,5), gaya perlawanan
(Gambar 3.11).
dan dapat menggeser bidang keruntuhan dari garis 1 ke garis 2. Disamping itu,
bidang geser akan bertambah panjang. Nilai Pp2 dapat dihitung menurut
persamaan berikut.
pada tanah. Apabila tegangan yang timbul melebihi tegangan ijin tanah, maka
kondisi tertekan (e ≤ L/6), besarnya tegangan tanah yang timbul per satuan
s = Rv + Rv e = Rv (1 + 6 ) (3.16a)
max e
2 BL L
BL (1/ 6) BL
Tegangan tanah di titik B adalah :
s = Rv - Rv e = Rv (1 - 6 e ) (3.16b)
max
BL
BL (1/ 6) BL2 L
91
Gambar 3.12 Distribusi tegangan tanah akibat resultante beban berada di tepi
Dalam keadaan batas, yang terdapat tegangan nol bagian tumit, maka
harga eksentrisitas e = 1/6 L, yang berarti garis kerja resultante gaya tepat melalui
Hal yang mungkin terjadi, yaitu apabila resultante R melalui dasar tapak di luar daerah inti (e >
σ 2 Rv = 4Rv (3.17b)
max = .....................................................................
3 X 2 3(L - 2e)
penurunan;
perhitungan kekuatan lentur pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit
tapak;
perhitungan kekuatan geser pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit
tapak; dan
kombinasi beban berfaktor. Menurut SKSNI T-15 ayat 3.2.2 butir 4, kombinasi
beban meliputi :
Dinding ini biasanya dibuat dari beton bertulang dengan ketinggian lebih dari 7 m.
Dinding penahan tanah sistem kontrafort tersusun dari dinding vertikal, tapak
dasar dan kontrafort atau penopang (Gambar 3.13). Tapak dasar terdiri dari tapak
Dinding vertikal adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu
dua sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi yang lain ditumpu oleh pelat tapak dasar.
Dinding vertikal merupakan struktur statis tak tentu yang menerima beban lateral
menggunakan teori plat. Mengingat metode ini dirasakan kurang praktis, maka
pengaruh tumpuan pada pelat tapak dasr diabaikan. Dengan demikian, dinding
vertikal merupakan pelat (balok dengan lebar 1 meter) menerus yang ditumpu
pada setiap kontrafort. Pada bagian paling bawah dari dinding vertikal akan
Dengan mengambil pias 1 meter tinggi dari dinding vertikal, besarnya momen dan
gaya lintang dapat dihitung dengan metode koefisien momen, yang telah dibahas
pada bab sebelumnya. Untuk kepentingan praktis, besarnya momen lapangan dan
2
Mx = 1 Wx L .............................................................................. (3.219
10
dan besarnya gaya geser dapat diambil sebesar :
Vx = ½ Wx L................................................................................ (3.220
dengan :
Dengan batasan beban menurut Gambar 3.14 di atas, tebal dinding vertikal pada
Dengan menganggap mutu beton fc’ = 20 MPa, mutu baja tulangan f y = 350 MPa
dan rasio tulangan tarik ⌠ = 0,0057, maka didapat nilai Ru » 1,502. Untuk lebar
1,5´W L2
Mu x 10 L
d= = » ..........................................(3.21)
b Ru 1´1,502 ´10 3 100 Wx
2
dengan satuan d dalam m, Wx dalam kN/m dan L dalam m
Tapak tumit adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu dua
sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi lain yang ditumpu oleh dinding vertikal
adalah sama dengan dinding vertikal. Dengan mengambil pias 1 meter lebar, tapak
Besarnya momen lapangan, momen tumpuan dan gaya geser pada tumit masimg-
masing dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.19) dan (3.20), dengan
Wx adalah beban netto dari beban tanah di atas tumit, beban permukaan, berat
sendiri tapak tumit dan tegangan kontak tanah (Gambar 3.15). Gaya geser
maksimum dihitung pada penampang kritis geser, yaitu pada sisi muka kontrafort.
Untuk kepentingan praktis, dapat digunakan gaya geser pada pusat kontrafort.
Dengan anggapan seperti rumus (3.25), tebal efektif tapak tumit dapat
d» L ....................................................................................(3.22)
W
100
dengan :
2
Wx = beban maksimum pada tapak tumit (kN/m ); dalam hal ini W = gs H + q
97
3
s = berat satuan tanah (kN/m ) q
2
= beban permukaan (kN/m )
Tapak kaki adalah suatu pelat kantilever yang ditumpu jepit pada dinding vertical.
Pembebasan, momen dan gaya lintang dihitung dengan ketentuan sama seperti
Perencanaan kontrafort
Kontrafort adalah suatu panel pelat segitiga atau trapesium yang menghubungkan
dianggap sebagai struktur statis tertentu, yang berupa kantilever dengan tumpuan
jepit pada tapak tumit. Penampang kontrafort berupa balok T, yang terdiri dari
panel pelat segitiga dan dinding vertikal, masing-masing berperan sebagai badan
Tinggi balok T adalah jarak dari sisi miring ke dinding vertikal. Tinggi
maksimum balok T ditunjukkan sebagai potongan A – A pada Gambar 3.16. Beban yang
bekerja pada balok T adalah beban lateral dari tanah selebar jarak antar kontrafort. Besarnya
Pada panel pelat segitiga atau trapezium yang berfungsi sebagai badan
balok T, dipasang tulangan sengkang kombinasi yaitu, arah horizontal dan arah
vertikal.
99
PENUTUP
Untuk mengetahui sejauh mana anda memahami materi yang telah diberikan,
maka berikut ini diberikan tugas satu soal untuk dikerjakan di rumah. Tugas ini
Soal: Rencanakan sebuah dinding penahan tanah type kantilever untuk menahan
Gunakan kuat tekan beton fc’ = 20 MPa, kuat leleh baja fy = 300 MPa.
2
Tegangan tanah izin adalah 240 kPa ( 2.4 kg/cm ).
100
DAFTAR PUSTAKA
Vis, W.C., & R. Sagel. 1987. Perhitungan Perencanaan Sederhana untuk Beton
Bertulang. Nederland: STUVO
Wahyudi, L., dan Syahril A. Rahim. 1997. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Wang, Chu-Kia & Charles G. Salmon. 1985. Disain Beton Bertulang. Terjemahan
oleh Binsar Hariandja. 1986. Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga.