TINJAUAN PUSTAKA
3
membutuhkan perbaikan yang sering (frequent repairs) atau penggantian
peralatan utama (major replacement).
4
Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk peralatan saniter
menurut (Townsend & Sunaryo, 1986) diantaranya yaitu keramik. Barang-
barang yang terbuat dari keramik, termasuk peralatan saniter, pada
umumnya mempunyai kualitas yang bagus, mudah dicetak, mempunyai
kekuatan yang cukup besar, berpermukaan halus, mudah dibersihkan
sehingga tidak ada kotoran atau kuman yang melekat di atasnya. Berikut
ini salah satu kloset berbahan keramik seperti nampak pada gambar di
bawah ini.
5
Jika ditinjaun dari kontruksinya, kloset terbagi menjadi beberapa
tipe. Salah satunya yaitu tipe siphon seperti yang terlihat pada gambar
2.3. Kontruksi jalannya air buangan pada tipe ini memang lebih rumit
dibandingkan tipe lainnya seperti tipe wash down ataupun wash out.
Kontruksi kloset tipe ini sedikit menunda aliran air buangan sehingga
timbul efek siphon. Namun kelebihannya yaitu jumlah air yang ditahan
dalam mengkuk sebagai “sekat” lebih banyak, dan juga muka airnya
lebih tinggi dibanding tipe wash down sehingga tidak begitu
menimbulkan bau seperti tipe lainnya. Selain itu, tipe ini tidak
membutuhkan banyak air penggelontor seperti tipe siphon jet dan juga
tidak memerlukan air dengan tekanan tinggi seperti tipe blow out yang
sering menyebabkan suara berisik (Noerbambang & Morimra, 1993).
2. Lavatory
Lavatory merupakan suatu tempat atau wadah yang digunakan
untuk mencuci tangan dan biasanya sering kita disebut sebagai
westafel. Pada umumnya bahan yang digunakan adalah porselen dan
dalam pemasangannya biasanya dilengkapi dengan faucet.
Seperti yang ditulis oleh (Demske, 1975) tipe lavatory yang paling
populer diantaranya yaitu Flush-mount, Self-rimming dan Under-the-
6
counter digunakan di rumah-rumah di Eropa dan Amerika. Tipe-tipe
tersebut umumnya dipasang menempel pada suatu meja (counter) yang
dibagian bawahnya digunakan sebagai tempat penyimpanan.
Sedangkan, untuk di Indonesia sendiri lebih banyak menggunakan tipe
Wall-hung, seperti yang ada pada apartemen, hotel, mall, rumah,
sekolah, perkantoran, dan sebagainya. Lavatory dapat dilihat pada
gambar 2.4 di bawah ini.
7
4. Shower Stalls
Shower stalls tidak lain adalah pancuran air yang dipasang pada
dinding kamar mandi dengan ketinggian tertentu. Salah satu keuntungan
menggunakan shower stalls yaitu luas ruangan atau kamar mandi yang
dibutuhkan akan jauh lebih kecil sehingga dapat menghemat tempat
(Damske, 1975). Sekarang ini telah banyak digunakan shower stalls
yang disambung dengan pipa fleksibel (hand shower) sehingga
memberikan keleluasaan lebih bagi penggunanya. Namun penggunaan
hand shower dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kemungkinan
aliran balik, sehingga harusnya dilengkapi dengan pemutus vakum
dalam pemasangannya (Noerbambang & Morimura, 1993).
8
2. Katup Gelontor
Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor yang
banyak digunakan untuk kloset dan peturasan. Untuk penggunaan pada
kloset, katup ini dapat digunakan terus menerus tanpa harus menunggu
sepanjang pipanya berisi air. Namun yang harus diperhatikan adalah
dalam perancangan dan pemasangan terdapat batasan yang harus
dipenuhi tentang diameter pipa dan tekanan air minimum yang
tersedia. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak perlatan plambing
lainnya karena katup ini akan mengalirkan air dengan laju cukup besar.
Selain itu cara penggelontoran dari katup ini akan menimbulkan
kemungkinan terjadinya efek aliran balik karena air yang ada dalam
pipa air bersih berhubungan dengan air kotor dalam kloset. Oleh
karena itu, pemasangan katup gelontor ini harus dilengkapi juga
dengan pemecah vakum (Noerbambang & Morimura, 1993). Berikut
ini adalah gambar untuk katup gelontor yang dipasang bersamaan
dengan pemecah atau pelepas vakum seperti nampak pada gambar 2.7
di bawah ini.
1. Tangki Gelontor
Tangki ini berfungsi untuk menampung sementara air bersih
yang umumnya akan digunakan pada kloset ataupun peturasan.
Biasanya tangki gelontor terbuat dari porselen atau plastik.
Terdapat dua jenis tangki gelontor, yaitu tangki gelontor atas dan
9
tangki gelontor bawah. Tangki gelontor atas biasanya
membutuhkan waktu lama untuk mengisi kembali tangki yaitu
sekitar 3 menit, sehingga jenis ini kurang cocok digunakan untuk
kloset umum. Sedangkan untuk tangki gelontor rendah, suara yang
ditimbulkan memang tidak sebising cara penggelontoran lainnya.
Hanya saja untuk penggunaannya pada kloset tipe siphon perlu
diatur agar masih ada air yang mengalir pada akhir penggelontoran
untuk mengisi kembali sekat air pada kloset (Noerbambang &
Morimura, 1993).
10
2. Rongga udara
Fungsi adanya rongga atau celah udara ini adalah untuk
mencegah pukulan air yang terjadi apabila aliran air dihentikan secara
tiba-tiba, seperti misalnya dengan menggunakan kran atau katup air.
Pukulan air yang terjadi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
peralatan plambing.
3. Interceptor
Interceptor atau penangkap ini berfungsi untuk mencegah
masuknya bahan-bahan berbahaya dari air buangan yang dapat
mengakibatkan penyempitan atau tersumbatnya penampang pipa,
sehingga akan mempengaruhi kelancaran aliran air. Bahan-bahan
tersebut misalnya lemak, minyak, pasir, ataupun rambut. Penangkap
lemak ukuran kecil umumnya dipasang langsung di bawah sink atau
alat plambing sejenis dan berfungsi memisahkan lemak atau minyak
yang ada pada air buangan.
4. Perangkap
Alat ini berfungsi untuk mencegah masuknya gas yang berbau
atau beracun ke dalam pipa atau plambing. Perangkap dapat berbentuk
U, P, S dan sebagainya (seperti terlihat pada gambar 2.9) sehingga
dapat menahan bagian terakhir dari air penggelontor. Dengan adanya air
yang terperangkap yang bersifat seperti penyekat ini maka gas akan
tertahan padanya. Perangkap dapat dipasang pada lavatory ataupun sink
dengan ketentuan pemasangannya harus sedekat mungkin dengan
lubang keluarnya air pada kedua alat tersebut.
11
5. Gate valve
Dipasang sebagai katup pemisah pipa cabang sehingga apabila
terjadi kerusakan pada pipa cabang tidak perlu mematikan seluruh
sistem dalam gedung. Gate valve bisa dipasang pula setelah pompa
untuk menurunkan atau menyesuaikan tekanan air yang akan dialirkan
ke dalam sistem.
6. Check valve
Katup aliran searah dipasang pada pipa untuk mencegah
terjadinya pukulan air dan aliran balik.
7. Globe valve
Alat ini berfungsi untuk mengatur dan membatasi laju aliran air
pada pipa cabang.
12
didistribusikan. Beberapa kerusakan yang dapat terjadi adalah korosi,
yang menyebabkan perkaratan terutama pada pipa besi. Hal ini dapat
diatasi dengan pemberian lapisan aspal atau cat untuk menahan karat.
4. Perencanaan sistem plambing yang baik
Perencanaan istem plambing yang baik adalah dengan
memperhatikan perencanaan dan pemasangan peralatan serta
perlengkapan plambing sesuai dengan kebutuhannya, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Perlakuan pemasangan pipa baik yang lurus
dan pipa yang melengkung juga harus diperhatikan karena
membutuhkan perlakuan berbeda. Misalnya, pada pipa yang mendatar
dibuat semakin rendah searah dengan aliran.
5. Perencanaan sistem pembuangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
sistem pembuangan yaitu antara lain untuk mencegah pipa dari
penyumbatan dan kerusakan pipa akibat turbulensi aliran, maka
kemiringan pipa biasanya dibuat sama atau lebih dari diameter pipa.
Selain itu harus diperhatikan pula perlu tidaknya penambahan
perlengkapan plambing pada sistem, termasuk juga letak pemasangan
peralatan serta perlengkapan plambing yang benar.
13
Tabel 2.1 pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura
14
Berikut tabel yang dapat mempermudah perencanaan dan
perhitungan menggunakan metode jenis dan jumlah alat plumbing.
Tabel 2.3 Debit air efektif dengan metode jenis dan jumlah alat
plambing
15
Berikut grafik 2.1 hubungan antara unit beban alat plambing
denganlaju aliran.
Gambar 2.10. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju
aliran
Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura.
16
Berikut adalah tabel 2.6 pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran,
dan ukuran pipa cabang pipa air.
Tabel 2.6 Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang
pipa air.
Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo Morimura
Tabel sistem pipa air bersih untuk mempermudah dalam menentukan jalur, sistem,
dan diameter pipa yang dipakai pada setiap pipa yang dibutuhkan. Tabel tersebut
juga memuat nilai eqivalen pipa, faktor pemakaian debit aliran air, panjang pipa,
dan juga kecepatan aliran pada suatu jalur pipa. Berikut adalah tabel 2.7 Sistem
pipa air bersih :
17
Keterangan kolom :
III : kolom yang memuat ukuran diameter pipa air bersih yang masuk ketiap-
tiap alat plambing dengan satuan mm sesuai dengan tabel 2.6 Pemakaian air
tiap alat plambing, laju aliran, dan ukuran pipa cabang pipa air.
IV : nilai eqivalen pipa (dapat dilihat pada buku “Perencanaan dan
Pemeliharaan Sistem Plambing”, Soufyan Moh. Noerbambang dan Takeo
Morimura. Tabel 3.21)
V : nama daerah antar alat plambing berdasarkan penentuan sistem
VI : jumlah nilai ekivalen pipa akumulasi dari nilai pipa pertama dan
selanjutnya sesuai jalur pipa yang ditentukan.
VII : nilai faktor pemakaian berdasarkan Tabel 2.2 faktor pemakaian (%) dan
jumlah alat plambing
VIII : hasil dari perkalian dari kolom ke-VI dengan kolom ke- VII
𝑄
V= v = kecepatan (m/s)
𝐴
Q = debit alat plambing
18
2.2 Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan
2.2.1 Jenis Air Buangan
Di dalam sistem pembuangan suatu gedung perpustakaan, umumnya jenis-
jenis air buangan yang di salurkan dapat di golongkan dalam tiga jenis
yaitu :
1. Air kotor (Black Water)
Air kotor mencakup seluruh air buangan yang megandung kotoran
atau sisa metabolisme manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari
kloset ataupun peturasan.
2. Air Bekas (Grey Water)
Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas
kegiatan manusia seperti mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain
sebagainya. Untuk gedung apartemen, air bekas ini umumnya berasal
dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang keluar
lewat floor drain.
3. Air Hujan
Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air
hujan yang jatuh ke atap ataupun ke halaman.
19
3. Sistem pembuangan tak langsung
Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai gedung
bertingkat digabungkan dalam satu kelompok.
Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya jenis-
jenis air buangan tersebut disalurkan sesuai dengan klasifikasi sebagai
berikut :
B. Klasifikasi menurut jenis air buangan :
1. Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan lain-
lain dalam gedung yang selanjutnya dialirkan keluar gedung atau
menuju riol umum.
2. Sistem pembuangan air bekas
Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya berasal
dari peralatan lavatory ataupun sink di dalam gedung akan
dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu saluran.
3. Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap
gedung ataupun tempat lainnya, yang kemudian dikumpulkan dan
dialirkan keluar melalui suatu saluran.
4. Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur harus
diperlakukan secara khusus guna mencegah timbulnya pencemaran
akibat aliran balik dari saluran air kotor atau air bekas. Sedangkan
apabila air buangannya banyak mengandung lemak, maka perlu
dilengkapi dengan perangkap lemak.
20
ukurannya harus sama atau lebih besar dari lubang keluar perangkap
pada alat plambing.
2. Pipa Cabang Mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan pipa
pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
3. Pipa Tegak Air Buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air buangan
dari pipa-pipa cabang mendatar.
4. Pipa Tegak Air Kotor
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air kotor dari
pipa-pipa cabang mendatar.
5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air bekas dari
pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air dalam gedung, pipa
pembuangan gedung ini umumnya dibatasi hingga jarak satu meter ke
arah luar dari dinding terluar gedung.
6. Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan
gedung dengan riol umum ataupun instalasi pengolahan.
21
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing
pada setiap jalur yang telah ditetapkan. Nilai beban UAP ini dapat
dilihat pada tabel 2.8 di bawah ini :
22
3. Menentukan diameter perangkap minimum untuk mesing-masing alat
plambing sesuai tabel 2.9 di bawah ini :
Tabel 2.9 Diameter Minimum untuk Perangkap dan Pipa Buangan Alat
Plambing
Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing” Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura
Catatan :
1. Ada dua macam perangkap dan pipa buangan, sesuai dengan tipe peturasan.
2. Tidak selalu tersedia di toko.
3. Pipa buangan 32 mm boleh digunakan, tetapi karena pipa ven mudah rusak
lebih disukai system ven dengan lup. Dianjurkan menggunakan pipa buangan
40 mm untuk menjamin ventilasi dan mengatasi kemungkinan mengendapnya
sabun atau bahan lainnya pada dinding dalam pipa.
23
4. Bak cuci tangan kecil ini biasanya tanpa lubang peluap, dan digunakan dalam
kakus atau kamar mandi rumah atau apartement. Pipa pembuangan alat
plambing harus berukuran 32 mm.
4. Menentukan nilai beban UAP kumulatif dari setiap alat plambing sampai
pada alat plambing yang paling dekat dengan pipa tegak dari setiap jalur.
5. Menentukan diameter pipa alat plambing berdasarkan UAP maksimum
dari tabel 2.10 Apabila diameter piap air buangan lebih kecil dari diameter
perangkap minimumnya maka diambil nilai dari diameter perangkap
minimum sesuai standar untuk setiap alat plambing. Selain itu, harus
diingat bahwa tidak pernah terdapat perkecilan pipa pada ssitem air
buangan dan hanya kloset yang terletak pada ujuang sistem yang boleh
memakai diameter pipa 75 mm (kloset kedua dan seterusnya dari ujung
diameter pipanya 100 mm)
Tabel 2.10 Beban Maksimum UAP yang Ditentukan Untuk Cabang Horizontal dan Pipa
Tegak Buangan
Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing” Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura
Catatan :
1. Tidak termasuk cabang buangan gedung.
2. NATIONAL PLUMBING CODE, American Standart, ASA 40,8-1955.
3. Tidak lebih dari dua kloset.
4. Tidak lebih dari 3 kloset.
24
*1. Unit alat plambing praktis diterapkan kalau setiap alat plambing
melayani 20-30 penghuni gedung, dan digunakan sistem ven dengan lup.
*2. Unit alat plambing dari NPC diterapkan kalau setiap alat plambing
melayani 10-15 penghuni gedung. Dan digunakan sistem ven individu.
25
Keterangan kolom :
II : alat plambing
VIII : P (permesible fixture unit) atau nilai fixture unit yang diijinkan
26
2.3 Perencanaan Sistem Vent
2.3.1 Sistem vent
Pipa vent merupakan bagian penting dari sistem pembuangan air dalam
gedung. Tujuan pemasangan pipa vent antara lain :
1. Menjaga sekat perangkat dari efek siphon atau tekanan
2. Mempertahankan stabilitas aliran sistem pengaliran
3. Sirkulasi udara dalam pipa
27
7. Vent Pelepas
Pipa vent ini adalah pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa
pembuangan.
8. Pipa Vent Yoke
Pipa vent ini suatu vent pelepas, yang menghubungkan pipa tegak air
buangan kepada pipa vent tegak, untuk mencegah perubahan tekanan
dalam pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
28
2.3.4 Penentuan Ukuran Pipa Vent
Dalam penggunaan pipa vent, ukuran diameter pipa harus disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga penggunanya lebih efektif. Adapun beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pipa vent, yakni diantaranya:
a. Ukuran pipa vent lup, pipa vent pelepasan dan pipa vent tunggal ukuran
minimum yang dipakai adalah 32 mm dan tidak boleh kurang dari
setengah cabang pipa air buangan yang dilayani atau pipa tegak ven yang
disambung.
b. Ukuran pipa ven tegak dan pelepas offset
Minimal sama dengan pipa tegak air buangan yang dilayani dan tidak
boleh diperkecil saampai ujung pipa tertinggi.
c. Ukuran pipa untuk bak penampung
Minimal ukuran yang digunakan adalah 50 mm dalam keadaan apapun.
Ukuran pipa vent didasarkan pada nilai unit beban alat plambing dari pipa
air buangan yang dilayani dan panjang pipa vent tersebut. Bagian pipa
vent mendatar, tidak termasuk pipa vent di bagian bawah lantai, tidak
boleh dari 20% dari total panjangnya. Berdasarkan ketentuan tersebut,
dapat ditentukan ukuran diameter pipa vent yang sesuai. Ukuran dan
panjang pipa vent dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
29
Tabel 2.12 Ukuran dan Panjang Pipa Vent
Sumber : “Perancangan dan pemeliharaan sistem plambing” Soufyan Moh.
Noerbambang dan Takeo Morimura
30