Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tekanan Tanah Lateral


Untuk merancang dinding penahan tanah diperlukan pengetahuan
mengenai tekanan tanah lateral. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang
ditimbulkan oleh akibat dorongan tanah dibelakang struktur penahan
tanah. Besarnya tekanan lateral sangatlah dipengaruhi oleh perubahan
letak dari dinding penahan dan sifat tanahnya. Tekanan tanah lateral yang
terjadi dibedakan atas tiga keadaan (Gambar 2.1) yaitu :
1. Tekanan tanah pada keadaan diam
2. Tekanan tanah pada keadaan aktif
3. Tekanan tanah pada keadaan pasif

Gambar 2.1 Jenis Tekanan Tanah Berdasarkan Arah Pergerakan Dinding

(sumber : Weber,2010)

2.1.1 Tekanan Tanah Pada Keadaan Diam


Bila tanah dengan permukaan mendatar dan dalam keadaan diam
atau seimbang, tidak terganggu oleh gaya-gaya lain kecuali berat sendiri,
maka suatu elemen tanah pada kedalaman h dengan berat volume tanah γ
akan mengalami tekanan vertikal sebesar 𝜎 = γ h . Pada posisi ini tekanan

5
Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
6

tanah pada dinding akan berupa tekanan tanah saat diam (earth pressure
at rest) dan tekanan tanah lateral (horizontal) pada dinding, pada
kedalaman tertentu (h), dinyatakan oleh persamaan :

𝜎 h = Ko h γ

Untuk tanah berbutir kasar (granular soils) dan tanah lempung yang
terkonsolidasi secara normal (normally consolidated clays) maka menurut
BISHOP (1938) koefisien menurut eksperimennya adalah :

Ko = 1 − sin ϕ

2.1.2 Tekanan Tanah Pada Keadaan Aktif


Tekanan tanah aktif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining
wall apabila retaining wall tersebut harus menahan longsornya tanah.
Dengan kata lain tekanan tanah aktif dapat terjadi apabila retaining wall
bergerak menjauhi tanah. Tekanan tanah terbagi dua jenis, tekanan tanah
tak berkohesi dan tekanan tanah berkohesi.

Tekanan tanah aktif pada tanah berbutir kasar (tak berkohesi) seperti pasir,
kerikil dituliskan sebagai berikut :
Harga Ka untuk permukaan mendatar :
1 − sin ϕ ϕ
Ka = = tg²(45° − )
1 + sin ϕ 2

Harga Ka untuk permukaan landai :

cosβ − √cos 2 𝛽 − cos²ϕ


Ka = cos 𝛽
cosβ + √cos 2 𝛽 − cos²ϕ

Sedangkan pengaruh kohesif pada tekanan aktif dituliskan sebagai


berikut:

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
7

φ φ
Pa = γ h tg² (45 − 2 ) ˗ 2c tg (45° − 2 )

φ
Karena, Ka = tg² (45° − 2 ) maka,

Pa = γ h Ka ˗ 2c √Ka

2.1.3 Tekanan Tanah Pada Keadaan Pasif


Tekanan tanah pasif akan terjadi dan bekerja pada suatu retaining
wall apabila tanah tersebut harus menahan bergeraknya retaining wall,
atau dengan kata lain tekanan tanah pasif akan terjadi apabila dinding
didorong menuju tanah. Tekanan tanah terbagi dua jenis, tekanan tanah tak
berkohesi dan tekanan tanah berkohesi.

Tekanan tanah pasif pada tanah berbutir kasar (tak berkohesi) seperti pasir,
krikil dituliskan sebagai berikut :
Harga Kp untuk permukaan mendatar :

1 + sin ϕ ϕ
Kp = = tg²(45° + )
1 − sin ϕ 2

Harga Kp untuk permukaan landai :

cosβ + √cos2 𝛽 − cos²ϕ


Kp = cos 𝛽
cosβ − √cos2 𝛽 − cos²ϕ

Sedangkan pengaruh kohesif pada tekanan pasif dituliskan sebagai


berikut:
φ φ
Pp = γ h tg² (45 + 2 ) ˗ 2c tg (45° + 2 )

φ
Karena, Kp = tg² (45° + 2 ) maka,

Pp = γ h Kp ˗ 2c √Kp

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
8

2.2 Jenis-Jenis Dinding Penahan Tanah


2.2.1 Soldier Pile

Soldier pile adalah dinding penahan tanah yang terdiri dari


rangkaian atau barisan bored pile (gambar 2.2) yang terbuat dari beton
yang dicor di tempat (cast in situ). Sebagai struktur penahan tanah, soldier
pile dapat digunakan hampir semua jenis tanah dan segala jenis lapangan.
Seperti yang ada di proyek muara baru tahap 2 ini jenis dinding penahan
tanahnya menggunakan soldier pile (gambar 2.3) yang terdiri dari
rangkaian spun pile untuk pembangunan tanggul laut di muara baru, pluit.

Tujuan dari pada pembuatan soldier pile ini adalah sebagai penahan
tanah dan akan diaplikasikan menerima atau menahan gaya beban
horizontal yang ditimbulkan dari tekanan tanah ataupun air yang ditahan
disebelahnya. Kedalaman dan diameter soldier pile tergantung dari
perhitungan kekuatan, jenis tanah dan sesuai dengan gambar rencana.
Mutu beton yang digunakan pada spun pile ini yaitu K-600. Metode
pelaksanaan soldier pile di tanggul laut muara baru tahap 2 ini
menggunakan pelaksanaan pemancangan spun pile dengan metode inner
bore.

Gambar 2.2 Soldier Pile rangkaian dari Bored Pile


(sumber : geopractika)

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
9

Gambar 2.3 Soldier Pile rangkaian dari Spun Pile


(sumber : Doc. Pribadi)

2.2.2 Secant Pile

Secant pile atau bisa juga dikenal dengan istilah retaining wall pile
beruntun adalah jenis dinding penahan tanah yang jarak antar pilenya
berdempetan dan saling bersinggungan satu sama lain sehingga
membentuk dinding yang rapat dan berguna untuk menahan tekanan tanah
atau gaya lateral.

Dua jenis pile yang digunakan memiliki karakteristik berbeda, yang


pertama ada primary pile tanpa menggunakan tulangan dan yang kedua
ada secodary pile menggunakan tulangan. Disebut pile primer (primary
pile) karena pada pekerjaan secant pile dikerjakan pertama kali, dan pile
sekunder (secondary pile) pada pekerjaan secant pile dikerjakan setelah
pile primer selesai (Gambar 2.4). Primary pile berfungsi sebagai peutup
galian dan pengendap, sedangkan secondary pile berfungsi sebagai elemen
struktural yang memberikan kapasitas lentur sistem secant pile.

Metode pelaksanaan yang digunakan dalam pembuatan secant pile


adalah dengan mengecor pile dan memberi material bentonite terlebih
dahulu. Kemudian jarak antar pile adalah sebesar dua kali diameter pile.
Lalu di tengah-tengah antara pile cement bentonite, dilakukan pengeboran

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
10

tanah dengan diameter dan kedalaman yang sama. Pada proses tersebut
pile semen bentonite akan sebagian tergerus. Sela-sela pile semen
bentonite tersebut akan terisi dengan pile beton bertulang.

Gambar 2.4 Secant Pile


(sumber : ausheet)

2.2.3 Sheet Pile


Sheet pile adalah konstruksi dinding penahan tanah yang dibuat
dengan cara menghubungkan potongan-potongan yang saling mengunci
yang bertujuan untuk menahan tekanan horizontal akibat tanah dan air.
Salah satu kondisi yang sering menggunakan konstruksi sheet pile adalah
pada tebing-tebing kali atau sungai (Gambar 2.5). Ada beberapa jenis turap
sheet pile yang biasanya digunakan yaitu turap kayu, turap beton pracetak,
dan turap baja. Manfaat memasang sheet pile ialah karena pemasangan
yang mudah dan biaya pelaksanaan yang relatif murah. Sheet pile tidak
cocok untuk menahan tanah yang sangat tinggi karena akan memerluka
luas tampang turap yang besar.

Gambar 2.5 Sheet Pile


(sumber : detikcom)

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
11

2.2.4 Dinding Diafragma


Dinding diafragma atau slurry wall adalah suatu konstruksi
dinding beton bertulang yang dibuat dengan cara slurry trenching yaitu
mengisikan beton pada galian trench (parit) yang sudah dibuat terlebih
dahulu lalu diisi dengan slurry bentonite sebagai stabilisator dinding
galian, kemudian diisi dengan beton setelah sangkar tulangan dipasang
(Awal Surono,1997). Dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Pada umumnya diafragma wall dipakai untuk konstruksi bangunan
di bawah permukaan tanah (basement) atau penahan tebing supaya tidak
longsor pada beban diatasnya atau mungkin bangunan khusus di atasnya.
Fungsi dari diafragma wall itu sendiri yaitu sebagai pemikul tekanan tanah
dan tekanan hidrostatik yang besar dan sebagai penutup lapisan-lapisan
pembawa air pada konstruksi bawah tanah.

Gambar 2.6 Dinding Diafragma


(sumber : Testing Indonesia)

2.3 Jenis-Jenis Pemancangan Pondasi


2.3.1 Tiang Bor
Pondasi tiang bor adalah pondasi tiang yang pelaksanaannya
dilakukan dengan cara membuat lobang dengan sistem pengeboran atau
pengerukan tanah terlebih dahulu (Gambar 2.7). Kemudian diisi dengan
tulangan dan dicor dengan beton. Tiang ini biasanya dipasang pada tanah
yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan membuat lubang yang

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
12

stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan
untuk menahan dinding lubang dan pipa di tarik ke atas pada waktu
pengecoran beton.
Keuntungan menggunakan tiang bor dibanding tiang pancang ialah
pelaksanaannya tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
membahayakan lingkungan sekitarnya, kedalaman tiang dapat bermacam-
macam atau divariasikan, kemudian tiang bor dapat dipasang menembus
batuan sedangkan tiang pancang akan kesulitan untuk menembus lapisan
batu, dan lain-lainnya. Namun kekurangannya ialah pengecoran tiang bor
dipegaruhi oleh kondisi cuaca, kemudian air yang mengalir ke dalam
lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah sehingga mengurangi
kapasitas dukung tiang dan lain-lainnya.

Gambar 2.7 Mesin Bor


(sumber : Doc. Pribadi)

2.3.2 Jack In Pile


Jack in pile (Gambar 2.8) adalah suatu sistem pemancangan
pondasi tiang yang pelaksanaanya ditekan masuk kedalam tanah dengan
menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban counterweight
sehingga gaya tekan tiang dapat diketahui tiap mencapai kedalaman
tertentu. Metode pekerjaan pondasi jack in pile berbeda dengan metode

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
13

pekerjaan lainnya seperti pancang dan tiang bor. Sebelum dilakukan


pemancangan dengan jack-in telebih dahulu dilakukan tes sondir dan
boring.
Keuntungan dari metode pekerjaan pondasi jack in pile ialah sangat
cocok digunakan pada daerah lingkungan penduduk karena hampir tidak
ada kebisingan dan getaran, kemudian pelaksanaannya lebih praktis dan
cepat, dan lain-lainnya. Namun kekurangan ialah alat pancang jack in pile
yang digunakan tidak sebanyak alat pancang diesel hammer biasa sehingga
biaya mobilisasi alat relatif lebih mahal dan lain-lainnya.

Gambar 2.8 Mesin Jack In


(sumber : Banjarmasin Pancang)

2.3.3 Inner bore

Teknik pemancangan dengan inner bore adalah melubangi tanah


dengan cara dibor sambil dimasukkan tiang pancang spun pile dengan cara
ditekan. Metode ini merupakan metode yang paling efektif untuk
pembangunan tanggul laut dengan jenis konstruksi tiang pipa beton
diameter 1200 mm dan panjang 24 meter tanpa sambungan, dengan sistem
pengikat CT Joint.

Keuntungan metode ini antara lain ialah tidak menimbulkan


getaran, tidak menimbulkan kebisingan, minim gangguan terhadap
lingkungan (rendah polusi) dan juga tidak mngotori lingkungan kerja

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
14

proyek dikarenakan tanah yang dibor langsung ditampung pada bucket


untuk langsung dipindahkan. Namun kekurangan pada metode ini ialah
dari segi harga relatif mahal dibandingkan dengan metode yang lainnya,
kemudian untuk memulai pemancangan memerlukan waktu yang lumayan
untuk persiapan alat seperti harus bongkar pasang auger, memasang guide
beam, memindahkan spun pile kemudian baru dapat memulai untuk
pemancangan. Metode pemancangan tiang pancang dengan metode inner
bore ini adalah satu-satunya di indonesia bahkan di dunia dan baru pertama
kalinya diaplikasikan untuk pekerjaan di laut. Dapat dilihat pada gambar
2.9.

Gambar 2.9 Inner Bore


(sumber : PT. Adhi Karya)

2.3.4 Tiang Pipa Baja


Tiang pancang pipa baja ialah sebuah tiang ataupun pondai yang
mana terbuat dari baja, biasanya pada tiang pancang baja ini bisa dipilih
dengan ujung yang terbuka bebas ataupun yang tertutup. Tiang pancang
pipa beton ini diisi dengan tulangan dan beton setelah pemancangan
dengan mengunakan mutu beton K-225 pada proyek muara baru tahap 2.
Kemudian perpanjangan tiang baja harus dilakukan dengan cara
pengelasan yang harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga kekuatan
penampang baja semula dapat ditingkatkan.

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
15

Keuntungan menggunakan tiang pipa baja pada pemancangan ialah


dikarenakan material baja memiliki sifat kuat, lentur, dan mudah
disambung dengan cara las. Namun kekurangan dari tiang pipa baja ialah
mudah korosi, kemudian pada saat pemancangan bisa jadi robek pada
sambungan pipa bajanya. Bilamana korosi pada tiang pancang baja terjadi,
maka panjang atau ruas-ruasnya yang terkena korosi harus dilindungi
dengan pengecatan anti karat dengan menggunakan lapisan pelindung
yang telah disetujui. Pada proyek tanggul pengaman pantai muara baru
tahap 2 ini menggunakan tiang pancang pipa baja sebagai struktur pengikat
untuk tieback. Dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Pada Saat Pemancangan Tiang Pipa Baja


(sumber : Doc. Pribadi)

Perhitungan daya dukung tiang pancang baja dengan menggunakan


Metode Mayerhof :

Daya dukung berdasarkan Hasil Bor Log (N-SPT)

Komponen Daya Dukung Tiang Ijin:

𝑃̅tiang = 𝑃̅endbearing + 𝑃̅friksi

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
16

Komponen End Bearing :

Jika ujung tiang berada di tanah jenis pasir, maka :


̅ 𝐴𝑝
4𝑁
𝑃̅endbearing = 3

Jika ujung tiang berada di tanah jenis lempung/silt, maka :


̅ 𝐴𝑝
3𝑁
𝑃̅endbearing = 3

Dimana :

𝑃̅endbearing = Daya dukung ijin akibat end bearing (ton).

Ap = Luas penampang ujung tiang (ft2).

̅
𝑁 = N-SPT rata-rata sekitar ujung tiang.

Komponen Friksi :
𝑓𝑜𝐿
𝑃̅friksi = 3

Dimana :

𝑃̅friksi = Daya dukung ijin akibat friksi (ton).


̅
𝑁
f = (ton/ft2).
50

̅
𝑁 = N-SPT rata-rata sepanjang tiang.

O = Keliling tiang (cm).

L = Panjang tiang (cm).

2.4 Jenis-Jenis Perkuatan Dinding


2.4.1 Ground Anchor

Ground anchor (Gambar 2.11) adalah sistem menyalurkan gaya


tarik yang bekerja kelapisan tanah atau batuan pendukung. Sistem

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
17

pengangkuran ini utamanya terdiri atas fixed length, free lenght , dan
anchor head. Sistem pengangkuran dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu Permanent Anchor dan Temporary Anchor. Permanent anchor dapat
bertahan dengan umur lebih dari 2 tahun, sedangkan Temporary anchor
dapat bertahan dengan umur kurang dari 2 tahun.

Ground anchor berfungsi untuk menahan beban lateral dari


timbunan tanah di belakang dinding penahan tanah. Ground anchor di
daerah lereng digunakan untuk membuat kestabilan lereng tetap terjaga
dari bahaya gempa dan longsoran yang mungkin terjadi. Prinsip
penjangkaran pada tanah merupakan proses konstruksi dimana jangkar di
masukkan ke dalam tanah dan jangkar dimasukkan ke dalam lubang hasil
pengeboran kemudian dijepit ujungnya.

Gambar 2.11 Ground Anchor


(sumber : Macnab,2002)

2.4.2 Tieback

Tieback merupakan sistem penahan tanah yang digunakan secara


horisontal untuk memperkuat dan menstabilkan struktur permanen atau
struktur sementara yang mengalami beban lateral dari tanah dan air.
Tieback digunakan dalam hubungan dengan beberapa sistem penahan

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
18

tanah seperti sheet pile dan soldier pile. Tieback (Gambar 2.12) ialah nama
lain dari ground anchor yang dimana tieback ini menggunakan material
tambahan seperti tiang baja.

Fungsi dari tieback ini tidak jauh dari fungsi ground anchor yaitu
untuk dapat menahan tegangan tarik akibat adanya pembebanan baik itu
alami tanah ataupun akibat beban luar. Bedanya kalau ground anchor itu
pengikatnya mengandalkan friksi antara anchor dengan tanah disekitarnya
sedangkan tieback itu pengikatnya mengandalkan suatu struktur yang
diletakkan di belakangnya seperti tiang baja.

Gambar 2.12 Tieback

(sumber : Macnab,2002)

2.4.3 Strutting System

Strutting System (Gambar 2.13) merupakan salah satu jenis


perkuatan dinding penahan tanah yang tahanan horisontalnya sementara.
Strutting system ini sudah beberapa kali dilaksanakan di indonesia baik
untuk skala kecil maupun skala besar. Namun dalam penggunaannya jika
dibandingkan dengan ground anchor pemakaian strutting system ini masih
lebih sedikit, dikarenakan dengan adanya strutting system ini akan
menghalangi pekerjaan didalam area proyek seperti pergerakan alat berat
tidak dapat bebas karena terganggu dengan adanya strutting system

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018
19

tersebut, disamping itu harganya pun relatif mahal. Sedangkan dengan


menggunakan ground anchor lahannya bebas dari gangguan seperti
pekerja dan alat berat dapat lebih bebas bergerak.

Gambar 2.13 Strutting System


(sumber : Macnab,2002)

2.5 Kerangka Berfikir

Identifikasi Masalah

Tinjauan Lapangan

Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil Analisis

Kesimpulan

Gambar 2.14 Kerangka Berfikir

Evaluasi Peningkatan Kekuatan Struktur Tanggul Pengaman Pantai Muara Baru Tahap 2 Dengan
Menggunakan Tieback – Richa Alfiyani, 2018

Anda mungkin juga menyukai