Anda di halaman 1dari 20

Dinding Penahan Tanah

By Admin On March 18, 2012 In Teknik Pondasi Tagged Teknik Pondasi Leave a comment

A. Pendahuluan

Bangunan dinding penahan tanah berguna untuk menahan tekanan tanah lateral yang
ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil. Dinding penahan tanah banyak digunakan
pada proyek-proyek :

 jalan raya
 irigasi
 pelabuhan
 bangunan ruang bawah tanah (basement)
 pangkal jembatan (abutment), dll

Kestabilan dinding penahan tanah diperoleh terutama dari :

 berat sendiri struktur, dan


 berat tanah yang berada di atas pelat fondasi.
 Besar dan distribusi tekanan tanah pada dinding penahan tanah, sangat tergantung pada
gerakan tanah lateral terhadap DPT.

B. Tipe – tipe dinding penahan tanah

1. Dinding gravitasi

Biasanya terbuat dari beton tak bertulang atau pasangan batu, sedikit tulangan diberikan pada
permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan.

2. Dinding semi gravitasi

Dinding grafitasi yang bentuknya agak ramping, krn rampingnya pada struktur ini dibutuhkan
penulangan beton, namun hanya pada bagian dinding saja.

3. Dinding kantilever
Terdiri dari kombinasi dinding dan fondasi beton bertulang yang berbentuk T. Ketebalan DPT ini
relatif tipis dan diberi tulangan secara penuh unutk menahan momen dan gaya lintang yang
bekerja.

4. Dinding counterfort : dinding beton bertulang yang tipis pada bagian dalam dinding pada
jarak tertentu didukung oleh plat / dinding vertikal yang disebut counterfort. Ruang di atas plat
fondasi, diantara counterfort diisi dengan tanah.

5. Dinding krib, dibuat dari balok-balok beton yang disusun menjadi DPT.

6. DPT dengan perkuatan (reinforced earth wall) dinding yang berupa timbunan tanah yang
diperkuat bengan material lain. (geosintetik atau metal, dll)

C. Tekanan Tanah Lateral

Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat dorongan tanah di belakang
struktur penahan tanah. Analisis tekanan tanah lateral antara lain digunakan untuk :

 Perancangan dinding penahan tanah


 Pangkal jembatan
 Turap
 Terowongan
 Saluran bawah tanah, dsb.

1. Tekanan Tanah Lateral Pada Saat Diam

Kondisi kesetimbangan di tempat yang dihasilkan dari kedudukan tegangan-regangan tanpa


adanya tegangan geser yang terjadi didefinisikan sebagai KO.
Ditinjau suatu turap yang dianggap tidak mempunyai volume, sangat kokoh dan licin, dipancang
pada tanah tak berkohesi (gambar 1a). Tanah di kiri dinding turap digali perlahan-lahan sampai
kondisinya seperti pada gambar 1.b.

Bersama-sama dengan penggalian ini, dikerjakan suatu gaya horizontal Ph yang besarnya sama
dengan gaya horizontal tanah sebelum penggalian. Tekanan gaya horizontal (Ph) pada dinding
ini disebut tekanan tanah pada saat diam, yaitu tekanan tanah ke arah lateral tanpa suatu
pergeseran (regangan). Nilai banding antara tekanan horizontal dan tekanan vertikal pada
kedalam tersebut disebut koefisien tekanan tanah pada saat diam atau KO

1. Pengertian Dinding Penahan Tanah


Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang
kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan
memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser.
Gambar : Dinding Penahan Tanah Kantilevert

Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah dapat digolongkan
dalam beberapa jenis yaitu Dinding Gravitasi, Dinding Penahan Kantiliver, Dinding Kontravort,
Dinding Butters, Dinding Jembatan dan Boks Culvert. Beberapa jenis dinding penahan tanah
antara lain :

a. Dinding Gravitasi ( Gravity Wall )


Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan batu
kali. Stabilitas stabilitasnya konstryksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri
konstruksinya. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 m (empat meter).

b. Dinding Penahan Kantilevert ( Cantilever Reatining Wall )


Dinding ini terbuat dari beton bertulang yang tersusun dari suatu dinding vertical dan
tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok atau plat kantiliever. Stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak
(hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertical
(steem) tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe) tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya
ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7 meter.

c. Dinding Kontrafort (Countefvort Wall)


Kontrafort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan ditempatkan pada bagian
timbunan dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan bila
ketinggian dinding lebih dari 7 m (tujuh meter).
d. Dinding Butters (Butters Wall)
Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian
kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur kontrafort berfungsi memikul
tegangan tekanan pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek dari pada bagian kaki stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah diatas tumit tapak.
Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 m (tujuh meter).

e. Abutment Jembatan (Bridge Abutmeent)


Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan
tahanan horizontal dari tanah timbunan dibelakangnya. Pada perencanaanya,
struktur dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan tumpu bebas pada
bagian atas.

f. Box Culvert
Dalam memilih jenis dinding penahan tanah yang ekonomis, faktor- faktor
yang mempengaruhi diantaranya sifat tanah, kondisi lokasi, metode pelaksanaan dan ketinggian.
Sebagai pegangan, ketinggian dinding penahan digunakan sebagai standar perencanaan kontruksi
dinding penahan tanah.

2. Tekanan Tanah Lateral


Teori Rankine (1857) dalam analisis tekanan tanah lateral dilakukan
dengan asumsi – asumsi sebagai berikut :
a. Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen tanah dalam kondisi
tepat akan runtuh.
b. Tanah urug tidak berkohesi (c = 0).
c. Gesekan antara dinding dan tanah urug diabaikan atau permukaan dinding dianggap licin
sempurna (δ = 0).

Akibat dinding penahan tanhah berotasi kekiri terhadap titik O, maka tekanan tanah yang
yang bekerja pada dinding akan berkurang perlahan-lahan sampai suatu harga yang seimbang.
Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut tekanan
aktif.

Dinding penahan berotasi kekanan terhadap titik O, atau dengan kata lain dinding
mendekati tanah isian, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah
perlahan-lahan sampai mencapai suatu harga tetap. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap
dalam kondisi ini disebut tanah pasif.

3. Tekanan Tanah Lateral pada Tanah Kohesif


Bila tanah urug mempunyai kohesi ( c ) dan sudut gesek dalam ( Ø ), maka
a kedudukan Rankine tekanan tanah aktif ( pa ) dinyatakan oleh persamaan:

pa = γ2 ( z450 –tgØ/2 ) –2c tg ( 450 –Ø/2 )


karena, Ka = tg2 ( 450 –Ø/2 ), maka pa = γ –z2cKa√Ka

Dalam persamaan tersebut terlihat bahwa terdapat kemungkinan pa negatif, yang berarti ada gaya
tarik yang bekerja pada tanah. Pada bagian tanah yang menderita gaya tarik tersebut, tanah
menjadi retak –retak. Retakan bila terisi oleh air hujan selain mengurangi kohesi juga
mengakibatkan tambahan tekanan tanah lateral akibat tekanan hidrostatis.
Kedalaman kritis hc yang menyatakan kedalaman tanah yang retak, terjadi saat pa = 0.

hc

Bila di permukaan tanah (z = 0) nilai pa akan sama dengan,

pa = –2c tg2 ( 450 –Ø/2 ) = –2c √Ka

Bila tanah pada kedudukan pasif,

pp = γ z Kp + 2c √Kp

Di permukaan tanah pp = 2c √Kp

Besarnya gaya –gaya tekanan tanah aktif dan pasif pada dinding penahan
tanah denagn tanah urug yang kohesif, dinyatakan oleh persamaan – persamaan sebagai
berikut:

Tekanan tanah aktif total:

Pa = ½ 2 Kaγ –H2c H √Ka

Tekanan tanah pasif total:

Pp = 2
½Kpγ +H 2c H √Kp

Dengan :
Pa = tekanan tanah aktif total (kN)
Pp = tekanan tanah pasif total (kN)
H = tinggi dinding penahan tanah (m)
γ = berat volume tanah urug (kN/m2)
Gambar : Diagram Tekanan Tanah Aktif dan Pasif Pada Tanah Kohesif
Dinding Penahan (Retaining Wall): Tekanan Lateral Tanah dan Struktur
Penahan Tanah

Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan
raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang
memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan dinding yang dibangun
untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat.

Bangunan dinding penahan umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga
baja. Bahkan kini sering dipakai produk bahan sintetis mirip kain tebal sebagai dinding
penahan tanah. Produk bahan ini sering disebut sebagai geo textile atau geo syntetic .

Klasifikasi Dinding Penahan

Berdasarkan bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan dapat klasifikasikan ke
dalam tiga bentuk, yakni: (1) dinding gravity, (2) dinding semi gravity dan (3) dinding non
gravity. Dinding gravity merupakan dinding penahan tanah yang mengandalkan berat bahan
sebagai penahan tanah umumnya berupa pasangan batu atau bronjong batu (gabion).

Dinding semi gravity selain mengandalkan berat sendiri, memanfaatkan berat tanah tertahan
untuk kestabilan struktur. Sedangkan dinding non gravity mengandalkan konstruksi dan
kekuatan bahan untuk kestabilan.

Tekanan Lateral Tanah

Untuk dapat memperkirakan dan menghitung kestabilan dinding penahan, diperlukan


menghitung tekanan ke arah samping (lateral). Karena massa tanah berupa butiran, maka saat
menerima tegangan normal (σ) baik akibat beban yang diterima tanah maupun akibat berat
kolom tanah di atas kedalaman atau duga tanah yang kita tinjau, akan menyebabkan tekangan
tanah ke arah tegak lurus atau ke arah samping. Tegangan inilah yang disebut sebagai
tegangan tanah lateral (lateral earth pressure). Tengangan tanah akibat kolom tanah tersebut
merupakan besaran tegangan efektif (σeff) yang sebanding dengan γ H. Pengetahuan tentang
tegangan lateral ini diperlukan untuk pendekatan perancangan kestabilan.

Tekanan tanah lateral dibedakan menjadi tekanan tanah lateral aktif dan tekanan lateral pasif.
Tekanan lateral aktif adalah tekanan lateral yang ditimbulkan tanah secara aktif pada struktur
yang kita selenggarakan. Sedangkan tekanan lateral pasif merupakan tekanan yang timbul
pada tanah saat menerima beban struktur yang kita salurkan pada secara lateral. Besarnya
tekanan tanah sangat dipengaruhi oleh fisik tanah, sudut geser, dan kemiringan tanah
terhadap bentuk struktur dinding penahan. Ilustrasi tekanan tanah dapat ditunjukkan pada
Gambar
Gambar Ilustrasi untuk Perhitungan Tekanan Lateral Tanah

Besaran tekanan tanah lateral sebagaimana diilustrasikan pada Gambar dapat di selesaikan
menurut persamaan .

P = γH2K/2

Dimana:
P = Besaran gaya lateral dalam (Kips/ft atau Ton/m)
γ = Berat isi tanah ( kips/ft3 atau tan/m3)
H = Ketinggian dinding (ft atau m)
K = Koefisien tekanan tanah aktif atau pasif

Kp = 1/Ka

Tabel Koefisien Tekanan lateral Tanah Aktif untuk Gambar


GambarMacam-macam bahan dan bentuk struktur dinding penahan tanah :
(a) gravity, (b) cantilever, (c) dinding dengan jangkar

Dinding Penahan (Retaining Wall)

Kamis, 10 November 2016

Konstruksi dinding penahan merupakan salah satu jenis konstruksi sipil yang

berfungsi untuk menahan gaya tekanan aktif lateral suatu tanah maupun air. Oleh
karena itu suatu konstruksi dinding penahan haruslah direncanakan dan dirancang
agar aman terhadap gaya-gaya yang berpotensi menyebabkan kegagalan struktur.
Pada prinsipnya dinding penahan menerima gaya-gaya berupa momen guling, gaya
berat sendiri, gaya lateral tanah/air aktif -pasif, gaya gelincir/sliding dan gaya angkat
(uplift). Dengan demikian kestabilan suatu konstruksi dinding penahan harus
dirancang agar dapat menahan gaya-gaya tersebut.

Dinding penahan dalam praktik konstruksi sipil memiliki banyak jenis tergantung
dari aplikasi dan kasus yang akan digunakan baik untuk menahan tekanan tanah
pada tebing/slope, timbunan/embankment, konstruksi sub structure /basement,
kolam tampungan retensi/pond, konstruksi pembendung air, penahan transpor
sedimen pada sungai dsb. Pada dasarnya dinding penahan memiliki beberapa
fungsi antara lain:

 Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya
longsor/landslide.

 Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat berpotensi
menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar.

 Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang


diakibatkan oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam hal
ini juga berfungsi dalam proses dewatering yaitu dengan memotong aliran air
(Flow net) pada tanah (Cut Off).

Adapun jenis-jenis konstruksi dinding penahan yang umumnya digunakan dalam


praktek rekayasa konstruksi sipil antara lain:

 1. Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall), jenis dinding


penahan tanah ini banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral pada
timbunan tanah maupun pada tebing-tebing yang landai sampai terjal. Prinsip kerja
dari dinding penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari badan
konstruksinya dengan demikian kestabilan dari struktur dapat lebih stabil
dikarenakan bobotnya yang berat dalam menahan tekanan tanah lateral. Material
penyusun yang digunakan pada jenis konstruksi ini biasanya berupa material
pasangan batu ataupun beton bertulang (Reinforced Concrete).
 2. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall), Jenis
konstruksi dinding penahan tanah tipe ini umumnya digunakan untuk menahan
tekanan tanah pada timbunan maupun pada tebing. Prinsip kerja dari jenis dinding
penahan jenis ini yaitu dengan mengandalkan daya jepit/fixed pada dasar tubuh
strukturnya. Oleh karena itu ciri khas dari dinding penahan jenis kantilever yaitu
berupa model telapak/spread memanjang pada dasar strukturnya yang bersifat jepit
untuk menjaga kestabilan dari struktur penahan. Umumnya konstruksi dinding
penahan tipe jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton
bertulang.

3. Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile), jenis konstruksi dinding penahan tipe turap
merupakan jenis konstruksi yang banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif
lateral tanah pada timbunan maupun untuk membendung air (coverdam). Jenis konstruksi
tipe turap/sheet pile umumnya terbuat dari material beton pra tegang (Prestrees Concrete)
baik berbentuk corrugate-flat maupun dari material baja. Konstruksi dinding penahan tipe
sheet pile berbentuk ramping dengan mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman
tancapnya dan dapat pula dikombinasikan dengan sistem angkur/Anchord yang disesuaikan
dengan hasil perancangan. Dalam pelaksanaannya kedalaman tancap sheet pile dapat
mencapai elevasi sampai tanah keras.
4. Dinding Penahan Bronjong (Gabion), konstruksi dinding penahan tanah jenis ini
merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat
logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun
secara vertikal ke atas dengan step-step meyerupai terasering/tanga-tangga. Kelebihan dari
dinding penahan jenis gabion selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah juga berfungsi
untuk memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah (Infiltrasi).

 5. Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete), jenis dinding penahan
tanah tipe blok beton merupakan kumpulan blok-blok beton masif padat yang
disusun secara vertikal dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun.
Umumnya blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa beton precash dan
kemudian proses pemasangannya di lakukan di lokasi - in situ.
 6. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall, jenis konstruksi dinding
penahan tanah tipe dinding bertulang (Diaphragm Wall) merupakan jenis konstruksi
dinding penahan yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di
tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk membendung (cover) suatu
konstruksi bawah tanah (sub-strucure) khusunya pada konstruksi basement suatu
bangunan. Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan sistem anchord untuk
menambah daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga berfungsi dalam
proses dewatering untuk memotong aliran muka air tanah (Cut-Off Dewatering).
 7. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile, jenis konstruksi
penahan continguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi dinding penahan
tanah yang digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi
bawah tanah seperti pada konstruksi basement suatu bangunan sama seperti jenis
konstruksi dinding penahan diaphragm wall. Continguous pile dan soldier pile juga
biasanya dikombinasikan dengan sistem ankur/anchord untuk meningkatkan daya
dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah dan berfungsi sebagai pemutus aliran air
bawah tanah (Cut Off). Continguous pile dibuat di tempat in-situ dengan sistem
bored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun menggunakan profil baja
serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk dinding penahan
yang padat.

 8. Revetment, jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan


lereng/tebing maupun untuk melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada
alur pantai. Konstruksi jenis ini pada dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam
menahan tekanan aktif lateral tanah namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek
gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan lereng/tanggul yang tentunya dapat
berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land slide.
Dari paparan yang telah dijelaskan di atas tentunya jenis-jenis konstruksi
dinding penahan memiliki karakteristik berbeda-beda berdasarkan pada fungsi dan
kegunaannya masing-masing yang dapat diterapkan berdasarkan kasus konstruksi
yang telah direncanakan. Oleh karena itu seorang insinyur sipil diharapkan
mengetahui karakteristik jenis-jenis konstruksi penahan serta kegunaannya dalam
praktik konstruksi di lapangan. Semoga dengan artikel yang saya berikan ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya. Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai