Anda di halaman 1dari 19

Konstruksi Rumah Semut menurut AL-Qur’an

ARSITEKTUR ISLAM/SPIRITUAL

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Adilla Zahara
NPM : 16141310015

DOSEN : DR.RAFLIS, ST., MT

FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Petunjuk-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “KONTRUKSI RUMAH
SEMUT”, yang mana makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan dapat
menambah pengetahuan pembaca. Demikian makalah ini disusun, apabila ada kata – kata
yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, penulis pengucapkan mohon maaf
yang sebesar – besarnya

MEDAN, 14 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................1


Daftar Isi ................................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................................5
II. PEMBAHASAN
2.1 Semut ...............................................................................................................................6
2.2 Hubungan Semut dengan Al-Qur’an ...............................................................................7
2.3 Sarang Semut ...................................................................................................................9
2.4 Semut dan cara pengenalan ruang....................................................................................10
2.5 Antara sarang semut dengan rumah sakit ........................................................................11
2.6 Analisis konsep rumah semut ..........................................................................................13
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................15
3.2 Saran ................................................................................................................................15
Daftar Pustaka .......................................................................................................................17

Lampiran................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hewan merupakan salah satu ciptaan Allah, kehidupan hewan yang sangat
beragam di dunia ini, semua itu merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah Swt.
Dari beberapa studi yang mebahas mengenai ekologi binatang pada masa kini dapat
diketahui bahwa berbagai jenis binatang hidup dalam bentuk masyarakat tersendiri.
memiliki kebiasaan yang unik dan menarik untuk dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan sekitarnya.1 Hasil penemuan terbaru menunjukkan bahwa
terdapat tatanan sosial yang sistematis di kalangan hewan. Salah satunya yaitu semut.
Serangga ini merupakan makhluk Allah yang mempunyai komunitas dan struktur
organisasi yang rapi, memiliki pemimpin yang dikenal dengan sebutan “Ratu”,
disamping itu ada pula bagian-bagian yang memiliki tugas dan fungsi berbeda.
Bidang pertahanan dan keamanan bertugas mengamankan dan mempertahankan
komunitas masyarakatnya dari ancaman yang datang dari luar. Bagian pengadaan
pangan bertugas mengumpulkan bahan pangan untuk persediaan pangan yang
disimpan dalam gudang logistik yang disediakan khusus untuk itu.

Begitu juga bidang kontruksi yang bertugas merancang bangun gedung hunian
yang layak, aman, dan nyaman dari gangguan ancaman dari pihak manapun. Semut
merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat dan berkelompok. Di antara keunikan
yang dimiliki hewan ini adalah ketajaman indra, sikap hati-hati dan etos kerja yang
sangat tinggi.2 Mereka memiliki sistem kehidupan sosial yang sangat kompleks
dengan teknologi, sistem kerja, kedisiplinan, jaringan komunikasi dan pertahanan
yang sangat sulit untuk diterapkan di dunia manusia, bahkan dalam suatu perusahaan
internasional ataupun dunia militer. Peradaban masyarakat semut yang kompleks
terwujud pula dalam hasilhasil kebudayaan mereka, yaitu sarang yang memiliki
tingkat perencanaan setara dengan perencanaan kota bagi manusia, bahkan jauh lebih
teratur dan sistematis. Sebagian koloni semut membangun sarangnya meliputi daerah
yang sangat luas. Pada zaman nabi sulaiman, mereka tinggal di daerah yang disebut
oleh al-Qur’an sebagai lembah semut, dikarenakan luasnya daerah cakupan

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa semut bekerjasama membangun sarang


mereka yang terdiri dari sarang-sarang kecil. Sebuah sarang kadang terdiri dari 200
sarangsarang kecil yang masing-masing dihuni oleh 5.000- 500.000 ekor semut.
Kontruksi sarang semut didominasi oleh bentuk vertikal. Di dalamnya terdapat
banyak sekali lorong-lorong yang mungkin jika kita masuk ke dalamnya, kita akan
sulit sekali keluar dengan selamat. Umumnya, sebuah sarang memiliki 20 lantai di
bagian permukaan dan 20 lantainya di dalam tanah. Fungsi setiap lantai di tentukan
oleh temperatur atau suhu di lantai tersebut. Lantai yang paling hangat biasanya
digunakan khusus untuk tempat merawat dan membesarkan anak-anak semut. Sarang
semut mempunyai ruang-ruang khusus (zona) dan setiap ruang mempunyai fungsi
masing-masing sesuai dengan tugas masing-masing semut
Semut adalah binatang yang perkasa dan santun. Ia mampu mengangkat beban
yang lebih besar dan lebih berat dari dirinya. Ia mengucapkan ‘salam’ dan ‘berjabat
tangan’ kala berpapasan dengan sesamanya. Semut adalah binatang yang
berkelompok. Tiap semut ada perannya, entah itu prajurit entah pekerja. Semut
memiliki ketajaman indra, sikap hati-hati, kedisiplinan, dan etos kerja yang sangat
tinggi. Mereka pun membangung jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat
kompleks.

“…convenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents no


hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and
appropriate exposure;..” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter
III.)

Jadi, yang ditekankan pada aspek Utilitas adalah pengaturan ruang yang baik,
didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan,
penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini terdapat dalam sarang
semut.

Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan sarang


semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh ruang yang
terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan fungsinya
masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna.

Ruang yang memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah,


memperoleh sinar matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Sarang semut juga
memiliki mekanisme pengaturan panas (sistem ventilasi atau penghawaan) dan
sterilisasi ruang yang juga menjadi bukti dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT
ini. Hal tersebut seperti yang dibutuhkan dalam perancangan sebuah rumah sakit.

Ruang-ruang dalam sarang semut yang membutuhkan akses yang cepat dan senantiasa
berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-gudang penyimpanan bahan makanan
mudah dicapai dan terhindar dari kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya,
terdapat ruang yang cukup luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan
pengikat ruang-ruang lainnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berpijak pada latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan masalah yang an
bagi penulis dalam penyusunan makalah ini:
1. Bagaimana hubungan semut dengan arsitektur menurut Al-Quran?
2. Bagaimana pembagian ruang dalam rumah Semut?
3. Bagaimana konstruksi rumah Semut?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui konstruksi rumah semut
sehingga kita dapat menerapkannya dalam pembangunan rumah menurut Al-Qur’an
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Semut

Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa


Hymenoptera. Semut memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar
hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial,
dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per
koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu
semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat
menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang
membentuk sebuah kesatuan.

Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat
di dunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari
berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu
menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. Semut hanya
tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang beban dengan berat 850
kali berat badannya sendiri.

Dalam sistem klasifikasi makhluk hidup, semut digolongkan dalam Family


Formicidae dengan Ordo Hymenoptera. Hewan ini memiliki lebih dari 12.000
spesies yang sebagian besar hidup di kawasan tropika. Semut adalah serangga
sosial yang hidup berkoloni atau lebih tepatnya disebut dengan serangga eusosial
dengan sistem koloni yang teratur. Setiap anggota koloni mempunyai tugas
masing-masing. Ratu semut bertugas untuk bereproduksi, mempertahankan
kelangsungan spesies dengan menghasilkan semut pekerja, semut tentara, semut
jantan, dan ratu yang baru. Semut pekerja memiliki tugas untuk mencari makan,
merawat bayi, membangun sarang dan menjaga koloni serta sang ratu. Sedangkan
semut tentara dengan kepala yang besar untuk menjaga sarang dari musuh.
Dalam sebuah koloni semut, sang ratu semut memiliki ukuran tubuh paling
besar dan umur paling panjang yaitu 20 tahun, berbeda dengan semut pekerja
yang hanya hidup 45-60 hari. Semut jantan memiliki tubuh paling kecil dengan
rentangan umur terpendek karena pasca membuahi sang ratu, dia akan mati
beberapa hari kemudian.
Terkadang, koloni semut disebut sebagai “Superorganism”. Hal ini
dikarenakan koloni semut sebagai satu unit yang bekerja secara bersamaan dan
saling mendukung antara satu dengan yang lainnya, seperti kinerja organ-organ
yang mendukung kehidupan organisme. Kasta ratu merupakan organ reproduksi,
kasta pekerja merupakan hati, jantung, paru-paru, otak, jaringan, sel dan lainnya
sedangkan pertukaran zat dan gas yang terjadi antara semut merupakan sistem
sirkulasi dan respirasi pada organisme.

Semut merupakan hewan kecil, hewan merayap yang hidup di tengah – tengah
masyarakat, dan semut merupakan hewan yang mudah diinjak oleh siapapun. Oleh
karena itu kebanyakan semut hanya berumur 40 – 60 hari saja. Meskipun
demikian semut memiliki bayak keistimewaan, seperti yang telah di cantumkan
dalam Al – Qur’an yaitu surat An – Naml yang berarti semut, di dalamnya
menyajikan kisah – kisah semut, salah satunya adalah kisah Nabi Sulaiman a.s.
dengan semut. Cara hidup semut dapat ditiru dan diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari, Salah satu yang dapat kita terapkan dari Semut adalah bagaimana
konstruksi bangunan rumah dari makhluk kecil tersebut.

2.2.Hubungan Semut dengan Al – Qur’an

‫ت النَّ ْم ِل َوادِي َعلَى أَت َْوا إِذَا َحتَّى‬


ْ َ‫سا ِكنَك ْم ادْخلوا النَّ ْمل أَيُّ َها يَا نَ ْملَة قَال‬
َ ‫َل َوه ْم َوجنوده سلَ ْي َمان يَحْ ِط َمنَّك ْم َل َم‬
َ‫﴿ يَ ْشعرون‬١٨﴾

Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; (An-Naml ayat
18)
Di dalam kitab suci Al – Qur’an terdapat kisah antara semut dengan Nabi
Sulaiman a.s. Di dalam al – qur’an menyatakan bahwa semut dapat berbicara,
seperti firman-Nya (Q.S. An-Naml : 18) yang artinya Ayat ini menggugah akal
untuk memperhatikan struktur dan pengaturan kepemimpinan yang rapi dan baik.
Semut menyeru dan mengumpulkan kawan – kawannya untuk menunjukkan
bagaimana ia memimpin dan mengatur segala urusannya. Mereka telah melakukan
seperti apa yang dilakukan oleh para raja yang mengatur dan memimpin
sebagaimana pemerintah memimpin para rakyatnya.

Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dari ayat di


atas dapat dipahami bahwa semut merupakan makhluk yang hidup bermasyarakat
dan berkelompok. Di antara keunikan yang dimiliki hewan ini, adalah ketajaman
indra, sikap hati-hati dan etos kerja yang sangat tinggi. Mereka memiliki sistem
kehidupan sosial yang sangat kompleks, dengan teknologi, sistem kerja,
kedisiplinan, jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat sulit untuk
diterapkan di dunia manusia, bahkan dalam suatu perusahaan internasional,
ataupun dunia militer. Peradaban masyarakat semut yang kompleks terwujud pula
dalam hasil-hasil ‘kebudayaan’ mereka, yaitu sarang yang memiliki tingkat
perencanaan setara dengan perencanaan kota bagi manusia, bahkan jauh lebih
teratur dan sistematis. Sebagian koloni semut membangun sarangnya meliputi
daerah yang sangat luas. Pada zaman nabi Sulaiman as., mereka tinggal di suatu
daerah yang disebut oleh Al-Qur’an sebagai lembah semut, dikarenakan luasnya
daerah cakupan sarang-sarang mereka.

Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan


sarang semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh
ruang yang terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan
fungsinya masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna. Ruang yang
memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah, memperoleh sinar
matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Ruang-ruang yang membutuhkan
akses yang cepat dan senantiasa berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-
gudang penyimpanan bahan makanan mudah dicapai dan terhindar dari
kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya, terdapat ruang yang cukup luas,
yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan pengikat ruang-ruang lainnya.

Sistem ventilasi atau penghawaan dalam sarang semut pun merupakan bukti
dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT ini. Di dalam buku ‘Keajaiban pada
Semut’, dipaparkan bahwa bagian-bagian ruang yang dekat dengan permukaan
tanah dipenuhi oleh kebun jamur. Sementara itu, ruang-ruang yang lebih luas dan
terletak lebih dalam menampung sisa-sisa tumbuhan yang membusuk. Uniknya,
beberapa ruang mengandung tanah lebih banyak daripada bahan organik. Hal ini
disebabkan, tanah diperlukan sebagai penutup untuk limbah-limbah berbahaya.
Udara panas hasil pembakaran keluar dari ruang pembuangan ini, sehingga udara
yang sejuk dan kaya oksigen terserap ke dalam sarang.

2.3.Sarang Semut

Sarang tersebut dirancang sedemikian rupa seperti halnya rumah memiliki


ventilasi yang diperlukan untuk semut, membangun jalan sehingga
menghubungkan bagian-bagian pada jarak pendek antar kamar, juga dibangun
jalan raya untuk mengangkut makanan dan cara lain untuk interkoneksi.

Semut menjadikan perkampungan di dalam tanah dan membangun rumah-


rumahnya terdiri atas atap, ruang tengah dan kamar-kamar yang bertingkat-
tingkat. Semut memenuhi rumahnya dengan biji-bijian sebagai makanan pokok di
musim dingin dan menyembunyikannya di tempat tinggal yang berkelok ke atas
untuk menghindarkannya dari air hujan. Kisah kehidupan semut yang cukup
terorganisir mulai dari sistem sosial, pembagian kerja hingga tempat tinggalnya
yang cukup rapi dikisahkan dalam al-Qur’an dengan cukup mengesankan. Semut
diberikan petunjuk oleh Allah tanpa proses belajar dan latihan, semut telah
menciptakan sarang di bawah tanah dan di atas pohon lebih dahulu jutaan
tahun sebelum manusia. Seperti pada pemaparan sebelumnya, di dalam suatu
rumah tinggal/sarang semut terdapat banyak sekali lorong-lorong dan ruang-
ruang yang setiap ruangnya mempunyai fungsi masing-masing sesuai kebutuhan
kehidupan semut.
2.4.Semut dan Cara Pengenalan Ruang

Dari surat An-Naml ayat 18 yang telah disebutkan, kita juga dapat
mengetahui, bahwa di dalam komunitas semut terdapat suatu sistem komunikasi
yang menghubungkan seekor semut dengan semut-semut lain dalam jangka waktu
relatif cepat. Penelitian ilmiah menyebutkan, bahwa semut memiliki beberapa cara
dalam berkomunikasi, yaitu dengan isyarat kimiawi, bau, sentuhan dan isyarat
bunyi. Harun Yahya menyatakan, dengan beberapa metode komunikasi ini, semut
ibarat manusia yang menguasai tiga sampai empat bahasa sekaligus.

Proses komunikasi pada hewan-hewan sejenis semut yang hidup berkelompok,


digolongkan dalam beberapa kategori, di antaranya mengambil posisi siaga,
bertemu, membersihkan, bertukar makanan cair, mengelompok, mengenali dan
mendeteksi kasta. Dalam proses mengenali ruangan di dalam sarangnya, semut
tidak pernah mengalami kesalahan dalam mendeteksi jenis ruang dan kemana ia
harus menuju. Semut-semut berjalan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Seekor semut pekerja tidak akan pernah salah membawa bahan makanan ke ruang
pemeliharaan larva. Metode yang digunakan oleh semut-semut ini untuk
mengenali ruang, ialah dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi.

Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, upaya eksplorasi ruang dalam
arsitektur juga mengenal beberapa metode yang ditemui pada saat semut
mengidentifikasikan ruang-ruang di dalam sarangnya. Selain dengan penglihatan,
ternyata ruang juga dapat dieksplorasi dengan isyarat bau, sentuhan dan bunyi.
Sebuah ruang dapat dikenali luasannya dari kemampuannya memantulkan bunyi,
atau efek audio yang dihasilkannya. Dengan sentuhan, seorang tuna grahita dapat
membedakan ruang dari perbedaan permukaan dinding dan lantai. Begitu pula
dengan bau yang dimiliki oleh setiap ruang. Di dalam sebuah rumah tinggal yang
sederhana, misalnya, kita dapat membedakan ruang dapur, kamar mandi atau
kamar tidur dari bau yang tercium di dalamnya. Aspek eksplorasi ruang ini
menjadi sangat penting, terutama apabila kita merancang suatu bangunan yang
diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.
2.5.Antara Sarang Semut dan Rumah Sakit

Dari aspek tata ruang dan sirkulasi, pengaturan zona pada sebuah sarang semut
dapat dikatakan mirip dengan penataan sirkulasi rumah sakit. Zona-zona ruang
pada sarang semut dapat dikatakan jauh lebih teratur, karena tidak terdapat
perpotongan-perpotongan sirkulasi yang tidak diperlukan. Ruang-ruang
pengeraman dan perawatan larva serta ruang tempat ratu semut bertelur terletak di
area privat dengan jalur yang buntu, sehingga tidak dilalui oleh semut-semut lain
yang tidak bertugas di area itu.

Dalam proses perancangan rumah sakit, sistem pengaturan semacam ini juga
telah dikenal. Terdapat semacam jalur-jalur cul de sac (jalur buntu) untuk
menempatkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan dan privasi tinggi,
misalnya ruang bedah, ruang bersalin dan ruang rawat intensif (ICU). Dengan cara
ini, diharapkan pengunjung rumah sakit yang tidak berkepentingan tidak melewati
ruang-ruang tersebut. Satu hal yang menyebabkan pengaturan ruang-ruang dalam
sebuah rumah sakit menjadi rumit, adalah adanya kebutuhan untuk memisahkan
jenis-jenis ruang tertentu, namun menjadikannya tetap dekat satu sama lain. Selain
itu, kebutuhan akan pemisahan sirkulasi juga merupakan hal yang sangat penting.
Jalur sirkulasi medis sebaiknya diletakkan terpisah dari jalur sirkulasi pengunjung.
Walaupun demikian, karena keterbatasan lahan dan biaya, biasanya jalur sirkulasi
ini sebagian besar digabung. Hanya jalur-jalur sirkulasi khusus, misalnya jalur
sirkulasi anesthesia dan ruang bedah yang benar-benar terpisah. Hal yang sering
terjadi, ialah pasien yang masih setengah sadar dibawa menuju ruang rawat inap
dengan melewati jalur pengunjung, sehingga ketenangan dan privasi pasien
kurang diperhatikan. Demikian pula dengan tingkat sterilitas (bebas hama) jalur
sirkulasi pengunjung yang jauh di bawah standar tingkat sterilitas jalur sirkulasi
medis. Membawa pasien pascaoperasi melewati jalur ini sedikit banyak dapat
mengakibatkan pasien terkontaminasi bakteri dan sejenisnya.
Belajar dari arsitektur sarang semut, tampak dari skema perletakan ruang,
terdapat tiga zona besar dengan hirarki dan pemisahan jalur sirkulasi yang jelas di
dalamnya. Zona pertama adalah zona ‘publik’. Di area ini terdapat pintu masuk,
ruang penjaga, dan ruang besar sebagai pengikat jalur-jalur sirkulasi dari segala
arah. Dipisahkan dengan suatu jalur sirkulasi mendatar, di bawah area publik ini
terdapat zona penyimpanan. Zona penyimpanan gandum dan daging dipisahkan
dengan sebuah koridor, masing-masing terdapat di jalur cul de sac. Zona terakhir
dan terdalam, adalah zona reproduksi yang terdiri dari ruang perawatan larva,
ruang pengeraman telur, ruang pemanas sentral dan ruang bangsawan.

Di antara zona penyimpanan dan zona reproduksi terdapat ruang besar yang
digunakan sebagai tempat semut-semut berhibernasi dan melewatkan musim
dingin di ruangan ini. Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan, bahwa terdapat
area-area perantara yang memisahkan sekaligus menghubungkan dua zona yang
berbeda. Perantara ini dapat berupa jalur sirkulasi maupun ruang-ruang semacam
aula.

Keistimewaan lain dari sarang semut ini, adalah meskipun sarang ini meliputi
area yang sangat luas, dengan kedalaman yang berbeda dari permukaan tanah,
suhu di dalam setiap ruang tetap konstan dan seragam sepanjang hari. Sistem
pengaturan suhu yang sangat canggih ini mengingatkan kita kepada perancangan
ruang-ruang dalam sebuah rumah sakit. Ruang-ruang tertentu di dalam sebuah
rumah sakit, misalnya ruang bedah, ruang rawat intensif (ICU), ruang recovery
dan ruang penyimpanan obat membutuhkan pengaturan suhu, kondisi kelembaban
dan tingkat sterilisasi tertentu, agar kondisi pasien dapat terjaga. Pada sebagian
rumah sakit, kebutuhan ini terkadang tidak dapat dipenuhi secara optimal,
dikarenakan beberapa kendala, di antaranya biaya, tata ruang dan struktur
bangunan yang kurang mendukung. Sebaliknya, perancangan tata ruang, struktur,
sirkulasi dan persyaratan ruang dalam setiap sarang semut selalu sesuai dengan
kebutuhan koloni itu. Terdapat sebuah ruang pemanas sentral, tempat semut-
semut mencampur potongan daun dan ranting yang menghasilkan panas tertentu
dan menjaga suhu sarang antara 20 sampai 30 derajat. Selain itu, terdapat pula
sekat luar yang terdiri dari potongan cabang dan ranting yang selalu diawasi oleh
semut pekerja. Sekat luar ini sangat efektif dalam melindungi sarang dari hujan,
angin dan panas yang berlebihan.

Pada bagian yang terletak di atas tanah, semut menumpuk bahan bangunan
mereka membentuk pilar yang mengelilingi bilik. Semut secara istimewa
menyimpan pelet tanah mereka di daerah di mana kelompok pelet lainnya telah
dibuat. Mereka menambahkan feromon untuk materi mereka, yang merangsang
semut lain untuk membangun di tempat yang sama, yang mengarah pada
pembentukan pilar dengan jarak teratur. Ketika kolom mencapai ketinggian sama
dengan rata-rata panjang tubuh semut, para pekerja membangun penutup di atas
pilar. Mereka menggunakan ukuran tubuh mereka sebagai pedoman untuk
menentukan kapan mereka harus berhenti membangun secara vertikal dan mulai
untuk mendepositkan pelet secara lateral. Semut menggunakan dua jenis interaksi
langsung dalam rangka membangun arsitektur kompleks.

2.6.Analisis Konsep Rumah Semut

Di dalam suatu rumah tinggal/sarang semut terdapat banyak sekali lorong-lorong


dan pembagian (zoning) yang memisahkan antar ruangan. Disisi lain, ruang-ruang
tersebut mempunyai fungsi masing-masing sesuai kebutuhan kehidupan semut. Dalam
mendesain rumah tinggal dengan konsep ruang sarang semut ini, penulis mengacu
pada pandangan Islam yang mengatur konsep silaturrahmi dan konsep umat yang
mengharuskan manusia untuk menjaga hubungan dengan lingkungan dan masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu, dalam suatu rumah tinggal perlu adanya suatu tempat atau
ruang khusus untuk menerima tamu. Selain itu, juga terdapat kebiasaan/adab tertentu
ketika menerima tamu yaitu tamu memasuki rumah lewat pintu depan (zona publik)
kemudian melalui koridor menuju courtyard (ruang terbuka di tengah bangunan)
bagian dalam. Koridor ini di desain sedemikian rupa agar tidak mengganggu aktivitas
penghuni rumah baik di zona private atau zona service. Kemudian tamu duduk
di teras yang menghadap ke courtyard atau di ruang tamu. Jika ada acara besar di
rumah, tamu diundang ke ruangan di sekitar courtyard yang di desain lengkap dengan
taman, kolam, dan air mancur yang menciptakan suasana yang nyaman bagi tamu dan
tuan rumah. Halhal tersebut hampir sama dengan kegiatan di dalam sarang semut,
para semut pekerja melakukan aktivitas sesuai tugas masingmasing tanpa
mengganggu kegiatan semut yang lain, serta terdapat jalur-jalur khusus untuk
mempermudah akses dari ruang ke ruang yang lain tanpa mengganggu aktivitas semut
yang lainnya.
Belajar dari sarang semut yang memiliki beberapa pintu masuk, yaitu atas dan
samping, hendaknya rumah memiliki dua pintu masuk, yaitu pintu utama dan pintu
kedua. Pintu utama untuk masuk ke ruang tamu dan digunakan sebagai area publik.
Pintu kedua dari ruang keluaraga, dapur, atau carport (atap tambahan untuk
perlindungan mobil) berfungsi sebagai pintu masuk ke area privat dan servis bagi
anggota keluarga apabila di ruang tamu sedang ada tamu. Keistimewaan lain dari
sarang semut, yaitu yaitu meskipun sarang ini meliputi area yang sangat luas, dengan
kedalaman yang berbeda dari permukaan tanah, suhu di dalam setiap ruang tetap
konstan dan seragam sepanjang hari. sarang semut yang dapat tertembus cahaya
matahari, pengaturan elemen rumah tinggal juga harus mempertimbangkan aspek
sirkulasi udara dan cahaya matahari seperti peletakan jendela yang dimaksudkan
untuk memberikan penerangan ruang dari sinar matahari, pengaturan arus udara atau
angin, dan melakukan pengamatan dari dalam ke luar rumah.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari kisah semut yang terdapat dalam surat al-Naml, berhubungan dengan konsep
ruang sarang semut dalam pengembangan arsitektur Islami terdapat hikmah yang
dapat diambil antara lain bahwa manusia sebenarnya dapat mengambil contoh-contoh
arsitektur di alam. Rumah tinggal dengan konsep ruang sarang semut bertitik pusat
pada makna kata masâkin yang berarti rumah tinggal, dimana pada suatu rumah
tinggal akan terdapat di dalamnya ruang-ruang yang mempunyai fungsi masing-
masing sehingga tercipta keluarga yang sakinah (kedamaian,kebahagiaan,
ketentraman, dan ketenangan). kegunaan, dan keindahan semata, pemaknaan terdalam
yang menentukan tinggi rendahnya nilai suatu karya arsitektur justru dilihat dari
kemampuannya mengantarkan manusia kepada kesadaran akan adanya kekuasaan dan
keesaan Allah swt. Hal inilah yang dapat dengan tepat dilakukan oleh binatang-
binatang kecil seperti semut yang membangun sarangnya dengan kemampuan yang
diilhamkan kepadanya. Sarang-sarang yang mereka bangun membawa kita tidak
hanya pada kekaguman akan aspek-aspek kekokohan, kegunaan, dan keindahan yang
sangat sempurna.

Skema perletakan ruang, terdapat tiga zona besar dengan hirarki dan pemisahan
jalur sirkulasi yang jelas di dalamnya. Zona pertama adalah zona ‘publik’. Di area ini
terdapat pintu masuk, ruang penjaga, dan ruang besar sebagai pengikat jalur-jalur
sirkulasi dari segala arah. Dipisahkan dengan suatu jalur sirkulasi mendatar, di bawah
area publik ini terdapat zona penyimpanan. Zona penyimpanan gandum dan daging
dipisahkan dengan sebuah koridor, masing-masing terdapat di jalur cul de sac. Zona
terakhir dan terdalam, adalah zona reproduksi yang terdiri dari ruang perawatan larva,
ruang pengeraman telur, ruang pemanas sentral dan ruang bangsawan.

bahwa terdapat area-area perantara yang memisahkan sekaligus menghubungkan


dua zona yang berbeda. Perantara ini dapat berupa jalur sirkulasi maupun ruang-ruang
semacam aula.

dalam suatu rumah tinggal perlu adanya suatu tempat atau ruang khusus untuk
menerima tamu. Selain itu, juga terdapat kebiasaan/adab tertentu ketika menerima
tamu yaitu tamu memasuki rumah lewat pintu depan (zona publik) kemudian melalui
koridor menuju courtyard (ruang terbuka di tengah bangunan) bagian dalam.

Belajar dari sarang semut yang memiliki beberapa pintu masuk, yaitu atas dan
samping, hendaknya rumah memiliki dua pintu masuk, yaitu pintu utama dan pintu
kedua. Pintu utama untuk masuk ke ruang tamu dan digunakan sebagai area publik.
Pintu kedua dari ruang keluaraga, dapur, atau carport (atap tambahan untuk
perlindungan mobil) berfungsi sebagai pintu masuk ke area privat dan servis bagi
anggota keluarga apabila di ruang tamu sedang ada tamu.

3.2.Saran

Lampiran
Daftar Pustaka
http://www.albashiroh.net/2014/11/filosofi-semut.html

https://rezaprimawanhudrita.wordpress.com/2010/06/14/arsitektur-firmitas-utilitas-dan-
venustas/

topochemical information shape ant nest architecture. PNAS, 18 January 2016 DOI:
10.1073/pnas.1509829113.

Anda mungkin juga menyukai