Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN

Rumah Susun Industri Dalam merupakan suatu hunian


bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
berstruktur fungsional dalam arah horizontal maupun
vertikal dimana didalamnya terdapat beragam
aktifitas. Dengan beragam aktifitas, rumah susun yang
diperuntukkan untuk kalangan masyarakat menengah
ke bawah dituntut untuk tetap memenuhi kenyamanan U
U
termal penghuninya. Kajian Rumah Susun Industri
Dalam ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
penghawaan alami terkait sistem ventilasi terhadap
kenyamanan termal bangunan. Bangunan Rumah
Susun ini dipilih sebagai obyek kajian, karena
memiliki permasalahan termal dan keunikan.
Permasalahan ini timbul akibat desain bukaan udara
masuk (inlet), bukaan udara keluar (outlet), dan jalur
sirkulasi udara antara inlet dan outlet mengakibatkan
laju udara (air flow), kecepatan gerak udara, dan
pergantian udara (air changes) yang terjadi dalam Site plan Kawasan Rumah Susun Industri Dalam
ruangan tidak memenuhi syarat. Bangunan Rumah
Susun Industri Dalam memiliki keunikan berupa
keragaman tipe kamar dan desain bukaan pada fasad.


FAKTOR DESAIN
Konfigurasi Bangunan Pada Tapak
Penataan massa Penataan dengan Penataan massa
Tatanan massa adalah bangunan yang acak order relasi 90 bangunan dengan
perletakan massa bangunan order relasi 90 dan
majemuk pada suatu tapak penambahan maju
yang ditata berdasarkan mundur massa
zona. Untuk menunjang tata
letak massa harus dibuat
berdasarkan zonasi dan alur
sirkulasi yang saling terkait.
Massa sebagai elemen tapak
dapat disusun dari beragam
bentuk bangunan baik
secara individual maupun Garis imajiner Relasi massa overlap Relasi masa sudut
kelompok. bangunan bertemu sudut



FAKTOR DESAIN
Konfigurasi Bangunan Terkait Pergerakan Udara
1. Konfigurasi bangunan dengan pergerakan 3. Konfigurasi bangunan dengan kecepatan
udara. gerak udara

Bayangan angin (leeward)


2. Konfigurasi bangunan dengan jalur angin Pergerakan udara tidak merata dengan
(breeze way) konfigurasi massa grid

Pergerakan udara tidak merata dengan


konfigurasi massa grid
Jalur angin (breeze way)


FAKTOR DESAIN
Desain Bukaan
Desain bukaan bedasarkan lokasi Desain dan tipe bukaan
a. Desain bukaan di dalam bidang Pintu
Berikut ini desain dan
tipe pintu:
1. Swing door
2. Sliding door
3. Folding door
Terpusat Digeser dari Dikelompok Diletakkan Jendela atap
pusat kan di dalam
b. Desain bukaan di dalam bidang Jendela
Berikut ini desan dan tipe
jendela pada Rumah Susun:
1. Fixed Window
2. Casement Window
3. Sliding Window
Disepanjang Di sepanjang Membelokkan Dikelompok Jendela atap 4. Pivot Window
salah satu sisi dua sisi sudut kan 5. Lubang angin
a. Desain bukaan di antara bidang

Vertikal Horizontal Bukaan 3/4 Dinding Jendela


jendela atap
Lubang Angin


FAKTOR SISTEM VENTILASI

Sistem ventilasi (kata benda) (ventilation system) adalah salah satu


komponen bangunan yang mendukung terjadinya proses ventilasi atau
pergantian udara di dalam ruangan.

Faktor-faktor desain sistem ventilasi yang mempengaruhi pergerakan


udara di dalam bangunan yaitu sebagai berikut:
1. Orientasi bukaan
2. Lokasi bukaan
3. Dimensi bukaan
4. Rasio bukaan
5. Tipe bukaan
6. Pengarah bukaan
7. Jalur sirkulasi dan penghalang



FAKTOR SISTEM VENTILASI
Orientasi Bukaan
Dengan menggunakan model ruang bujur sangkar atau Orientasi bukaan dengan pergerakan udara di dalam
persegi panjang, ditinjau secara denah, posisi outlet ruang berkaitan dengan:
terhadap inlet sebagai berikut: 1. Orientasi inlet dengan arah gerak udara.
1. Berhadapan Perbedaan orientasi inlet terhadap arah angin datang
2. Bersebelahan mengakibatkan perbedaan arah pergerakan udara.
3. Pada sisi yang sama 2. Orientasi inlet dan outlet dengan kecepatan gerak
udara.
Perbedaan orientasi inlet dan outlet terhadap arah
angin datang mengakibatkan perbedaan kecepatan
gerak udara.

Orientasi bukaan harus diatur dengan sudut tertentu


terhadap arah angin datang, tergantung apakah pergerakan
udara pada tapak menjadi potensi atau kendala, agar
diperoleh arah dan kecepatan gerak dalam ruang yang
mendukung perolehan kenyamanan termal.



FAKTOR SISTEM VENTILASI
Lokasi Bukaan
Kaitan lokasi bukaan dengan pergerakan udara di dalam
ruang adalah sebagai berikut:
1. Lokasi inlet dan outlet dengan arah gerak udara
2. Perbedaan elevasi antara inlet dan outlet dengan arah
gerak udara

Parameter pergerakan udara yang merata dalam ruang


sebagai berikut:
1. Udara bergerak menyapu hampir seluruh ruang
2. Terbentuk olakan (eddy) yang membantu pemerataan
aliran udara pada area yang tidak langsung dilalui angin

3. Terjadi cross ventilation, Untuk mendukung perolehan kenyamanan


posisi inlet, dan outlet termal, posisikan inlet dan outlet pada posisi
tidak frontal berhadapan yang tepat, tidak frontal berhadapan dan berbeda
dan tidak berada pada elevasi (lihat gambar di atas C dan D) sehingga
elevasi yang sama terbentuk cross ventilation dimana arah gerak
udara dalam ruang lebih merata.


FAKTOR SISTEM VENTILASI
Dimensi Bukaan
Cara perhitungan luas minimal suatu bukaan udara masuk
Kaitan dimensi bukaan dengan pergerakan udara di
(inlet) pada suatu ruang adalah:
dalam ruang yaitu meliputi laju udara (air flow) dan
1. Berdasarkan luas dinding fasad ruang. 40% - 80% luas
pergantian udara (air changes). Makin besar dimensi
dinding
inlet, laju udara (air flow) dan pergantian udara (air
2. Berdasarkan luas ruang. 20% luas ruang.
changes) makin tinggi. Agar sirkulasi udara berjalan
dengan baik, diperlukan luas minimal bukaan udara
masuk (inlet) dengan nilai tertentu. Luas ini adalah
nilai rata-rata yang diperlukan untuk ventilasi/
penghawaan alami pada suatu ruang di iklim tropis
basah dengan kondisi kecepatan udara normal (0,6
m/det s/d 1,5 m/det).

Pemilihan alternatif cara perhitungan berdasarkan:


1. Perolehan radiasi panas matahari. Persentase
Dimensi bukaan 20% Dimensi bukaan 80%
berdasarkan luas dinding fasad antara 40% - 80% luas ruang luas fasad
luas dinding. Makin besar perolehan radiasi panas
matahari maka angka persentase makin kecil. Dari dua cara perhitungan tersebut, diambil perolehan luas
2. Estetika. Proporsi luas bukaan udara masuk (inlet) yang terbesar dengan tetap tidak mengabaikan estetika.
terhadap luas dinding (window to wall ratio/ Karena luas merupakan nilai rata-rata maka perhitungan
WWR) tetap mempertimbangkan nilai estetika. dapat diterapkan pada ruang dengan kedalaman berapa pun
asalkan masih dapat dijangkau oleh pergerakan udara, juga
memungkinkan diterapkan pada fasad dengan orientasi
mana pun yang tidak terkait arah angin datang.


FAKTOR SISTEM VENTILASI
Rasio Bukaan
1. Dengan luas outlet yang sama, makin luas inlet,
kecepatan gerak udara dalam ruang cenderung makin
meningkat.
2. Dengan luas inlet yang sama, makin besar luas outlet,
kecepatan gerak udara dalam ruang cenderung makin
meningkat.

Tabel peningkatan kecepatan gerak


udara dalam ruang berdasarkan rasio
luas outlet terhadap luas inlet (ASHRAE
1981 Fundamentals p. 22. 7)
Rasio Peningkatan (%)
1:1 0 Berdasarkan gambar di atas, jika kecepatan gerak
1,5:1 17.5 udara di tapak/ luar bangunan 100% dan orientasi
2:1 26 inlet 45 terhadap arah angin datang, dapat
2,5:1 31 disimpulkan bahwa dengan luas inlet yang sama,
3:1 34 makin besar luas outlet, kecepatan gerak udara
3,5:1 36 dalam ruang cenderung makin meningkat.
4:1 37
6:1 38

FAKTOR SISTEM VENTILASI
Tipe Bukaan
Bukaan (opening) pada bangunan dapat berupa jendela, lubang
angin, lubang, celah, dan kisi-kisi.

Kaitan tipe bukaan dengan pergerakan udara di dalam ruang


sebagai berikut:
1. Tipe inlet yang berbeda akan menghasilkan arah gerak
udara yang berbeda
2. Tipe inlet yang berbeda akan menghasilkan efektifitas
yang berbeda terhadap laju udara dan pergantian udara

Terkait kenyamanan termal, bila kecepatan gerak udara/ angin


adalah potensi maka tipe inlet yang dibutuhkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Tipe inlet harus dapat mengarahkan gerak udara dalam
ruang semerata mungkin.
2. Tipe inlet harus optimal dalam mendukung laju udara (air
flow) dan pergantian udara dalam ruang.
3. Tipe inlet harus fleksibel untuk dibuka tutup tergantung
kebutuhan. Tipe Bukaan



FAKTOR SISTEM VENTILASI
Pengarah Bukaan

Pada gambar di samping sebagai pengarah pada inlet


adalah sebagai berikut:
Pada gambar di atas sebagai pengarah pada inlet adalah 1. Inlet A dan B
sebagai berikut: Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke atas
1. Inlet A dan D dan ke bawah
Daun jendela tipe bukaan horizontally pivoted yang 2. Inlet C
mengarahkan gerak udara ke bawah dan ke atas. Daun jendela tipe bukaan casement top hung yang
2. Inlet B mengarahkan gerak udara ke atas
Kisi-kisi yang mengarahkan gerak udara ke atas. 3. Inlet D
3. Inlet C Lubang pada dinding dengan tambahan tirai gulung
Daun jendela tipe bukaan casement top hung yang (screen) yang mengarahkan gerak udara ke bawah.
mengarahkan gerak udara ke bawah.

FAKTOR SISTEM VENTILASI
Jalur Sirkulasi dan Penghalang

Pada penghawaan alami, sistem ventilasi meliputi


bukaan udara masuk (inlet), bukaan udara keluar
(outlet), dan jalur sirkulasi udara antara inlet dan outlet.
Pada rumah susun, koridor merupakan jalur sirkulasi
udara antara inlet dan outlet.

Pergerakan udara dalam ruang yang terjadi berdasarkan gambar


(dengan titik acuan notasi bintik merah) sebagai berikut:
1. Kondisi A
Outlet bersebelahan dengan inlet, titik acuan belum memperoleh
gerak udara yang merata.
2. Kondisi B dan C
Outlet bersebelahan dengan inlet seperti kondisi A, penambahan
dinding penghalang belum dapat mengarahkan gerak udara
semerata mungkin.
3. Kondisi D
Outlet bersebelahan dengan inlet, dinding memanjang di depan
inlet menjadi penghalang.
4. Kondisi E dan F
Outlet berhadapan dengan inlet seperti kondisi D, dinding membagi
dan mengarahkan udara, sehingga diperoleh arah gerak udara yang
lebih merata.


FAKTOR KENYAMANAN TERMAL
Menurut standar 55-1992 ASHRAE (American society of
heating, refrigerating and air-conditioning engineers),
kenyamanan termal (thermal comfort) adalah keadaan pikiran Met Evp Cnd Cnv Rad = 0
manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan Met = Metabolisme
sekitar. Evp = Evaporasi
Cnd = Konduksi
Cnv = Konveksi
Sistem ventilasi (kata benda) (ventilation system) adalah salah
Rad = Radiasi
satu komponen bangunan yang mendukung terjadinya proses Minus = Pelepasan panas
ventilasi atau pergantian udara di dalam ruangan. Plus = Perolehan Panas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal meliputi:
1. Arah dan kecepatan gerak udara
2. Suhu udara Dari semua cara pelepasan panas pada tubuh,
3. Kelembapan udara evaporasi melalui keringat adalah cara yang
4. Laju udara (air flow)
5. Pergantian udara (air changes) paling efektif. Saat suhu udara meningkat, tubuh
segera berkeringat. Tetapi, keringat dapat
Untuk mencapai kenyamanan termal di iklim tropis
menguap dan mendinginkan suhu tubuh hanya
basah, kondisi cuaca yang terukur dalam ruang
idealnya memenuhi syarat sebagai berikut: jika udara masih dapat menampung uap air.

a. Suhu udara 24 C < T < 26 C Berarti tingkat kelembapan udara sangat


berpengaruh terhadap kenyamanan termal.
b. Kelembapan udara 40% < RH < 60%
c. Kecepatan udara 0,6 m/s < v < 1,5 m/s


KENYAMANAN TERMAL
Arah dan Kecepatan Gerak Udara
Pergerakan udara di dalam ruang/ bangunan yang diharapkan
melalui desain bukaan (opening), yaitu sebagai berikut:

1. Arah gerak udara


Udara bergerak semerata mungkin dalam ruang. Bila
udara tidak bergerak merata dalam ruang maka tujuan
ventilasi/ penghawaan alami tidak dapat tercapai dengan
optimal. Untuk iklim tropis basah, udara yang lebih
hangat dan lembap tidak segera tergantikan oleh udara
yang sejuk dan kering. Selain itu ventilasi silang (cross
ventilation) tidak terjadi. Akibatnya perolehan
kenyamanan termal bagi pengguna ruang/ bangunan akan
terhambat.

2. Kecepatan gerak duara


Udara bergerak dengan kecepatan sesuai kebutuhan untuk Maka laju udara (air flow) dan pergantian udara per
perolehan kenyamanan termal. Jika udara tidak bergerak jam (air changes per hour) tidak dapat memenuhi
dengan kecepatan yang cukup (0,6 m/s s/d 1,5 m/s) maka syarat minimal sesuai fungsi ruang. Akibatnya,
laju udara (air flow) dan pergantian udara per jam (air perolehan kenyamanan termal bagi pengguna ruang/
changes per hour) tidak dapat memenuhi syarat minimal bangunan akan terhambat.
sesuai fungsi ruang. Akibatnya, perolehan kenyamanan
termal bagi pengguna ruang/ bangunan akan terhambat.



KENYAMANAN TERMAL
Suhu Udara dan Kelembapan Udara

Nilai kelembapan udara adalah indikator


banyaknya kandungan uap air di udara. Makin
banyak uap airnya maka udara makin lembap.
Ada tiga cara pengukuran kelembapan udara,
yaitu sebagai berikut:

1. Absolute humidity (AH) adalah jumlah uap


air dalam unit massa udara (g/kg) atau unit
volume udara (g/m3))
2. Saturation-point humidity (SH) adalah
jumlah uap air yang dapat dikandung oleh
udara pada suhu tertentu (g/kg, kg/m3,
g/m3)
Rumus Kelembapan Udara
Kelembapan udara sangat memengaruhi
perolehan kenyamanan termal. Makin lembap
udara maka makin sukar keringat menguap,
sehingga pelepasan panas tubuh pun terhambat.



KENYAMANAN TERMAL
LAJU UDARA
Laju Udara
Laju udara adalah jumlah unit udara (volume atau berat) per Rumus laju udara (air flow) dan satuan dalam satuan
satuan waktu yang melalui sistem ventilasi. Untuk memperoleh metrik, yaitu:
kenyamanan termal, terdapat syarat minimal laju udara yang Q = 0,5682 Av
harus terjadi pada sistem ventilasi di ruang/ bangunan. Keterangan:
Kebutuhan laju udara (air flow) ditentukan oleh: Q = Laju udara (air flow) dalam m3/min (meter kubik
1. Fungsi ruang per menit)
2. Kerapatan pengguna ruang A = Area, luas inlet dalam m2 (meter persegi)
3. Asap rokok v = Besar kecepatan udara (velocity) dalam m/det
4. Luas inlet (A) (meter per detik)
5. Besar kecepatan udara (v)

Berikut tabel kebutuhan laju udara (air flow) minimal untuk sistem ventilasi alami sesuai standar Indonesia. Jika
kerapatan penghuni/ pengguna (jumlah orang per 100 m2 luas ruang) bertambah, angka laju udara (air flow) harus
dikalikan kelipatan pertambahannya. Jika jumlah orang dalam ruang bertambah, angka laju udara harus dikalikan
sebanyak seluruh orang yang berada di ruang tersebut.
Kebutuhan Udara Luar
Kerapatan Penghunian Per
Fungsi Gedung Tidak Satuan
100 m2 Luas Lantai (Orang) Merokok
Merokok
Rumah Tinggal
Ruang duduk - - 0,30 m3/ min/ kmr
Ruang tidur - - 0,30 m3/ min/ kmr
Dapur - - 3,00 m3/min/ kmr
Toilet - - 1,50 m3/ min/ kmr
Koridor - - - -


PERGANTIAN UDARA
KENYAMANAN TERMAL
(air flow)
Pergantian Udara (Air Changes)
Air changes/ pergantian udara adalah jumlah pergantian Berikut beberapa tabel kebutuhan air changes per hour
udara yang terjadi di suatu ruang. Pergantian udara sangat (ACH/ pergantian udara minimal untuk sistem ventilasi).
dibutuhkan untuk memperoleh kenyamanan termal,
karena udara dalam ruang lebih hangat dan lembap akan N Fungsi AC Catatan
tergantikan oleh udara dari luar ruang yang lebih sejuk o Ruang H
dan kering.[1] 1 Ruang 6 Asumsi dari ruang tamu pada
Kebutuhan pergantian udara pada suatu ruang ditentukan duduk perpustakaan rumah
oleh: 2 Ruang 10 Asumsi dari ruang pasien pada
1. Fungsi ruang tidur rumah sakit
2. Kerapatan pengguna ruang 3 Dapur 15 Asumsi dari dapur pada
3. Kelembapan dan temperatur udara perpustakaan rumah
4. Polusi udara 4 Toilet 10 Asumsi dari toilet pada rumah
sakit
Perolehan pergantian udara ditentukan oleh: 5 Koridor 6-8 Asumsi dari hallways pada public
1. Laju udara (air flow) buildings
2. Volume ruang
Makin tinggi suhu udara maka kebutuhan laju udara (air
Rumus dan satuan air changes per hour (ACH)/ flow) dan pergantian udara (air changes) pun makin besar.
pergantian udara per jam dalam satuan metrik, yaitu: Makin tinggi suhu udara maka tubuh makin memperoleh
panas. Bila keseimbangan termal tubuh terganggu maka
N= 60 Q tubuh akan merasakan ketidaknyamanan termal.
Keterangan: V
N = Jumlah air changes per hour (ACH)/ pergantian udara per jam
Q = Besar laju udara dalam meter kubik per menit (m3/min)
V = Besar volume ruang dalam m3 (meter kubik)

Anda mungkin juga menyukai