Disusun Oleh :
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2017
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
2.1 Klasifikasi Rayap .................................................................................. 2
2.2 Morfologi & Anatomi .......................................................................... 2
2.3 Struktur Hidup ...................................................................................... 3
2.4 Habitat ................................................................................................... 4
2.5 Pencegahan dan Pengendalian Rayap ................................................... 5
BAB III PENUTUP .................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pekerja dan tentara tidak bersayap. Pasangan-pasangan kaki pendek, coxae
sangat berkembang, tarsusu terdiri atas empat sampai lima segmen, dengan
sepasang ungues .
3. Abdomen
Tersusun atas sebelas segmen. Sternum segmen abdomen pertama
mengecil. Sternum segmen abdomen kesebelas menjadi paraproct. Cercus
pendek tersusun atas enam sampai delapan segmen.
3
2. Kasta Prajurit / Soldier
Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena
penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam
rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka
berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan
mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui
“suara” tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber
gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu
sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh
semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut,
walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan
menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan
mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit
musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap
akhirnya mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-
macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada
Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut
(yang berarti hidung, dan penampilannya seperti “tusuk”) sebagai alat
penyemprot racun bagi musuhnya (Prayogo, 2007).
3. Kasta Pekerja / Worker.
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang
dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu
pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di
dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan
mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan-terowongan, menyuapi
dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan
membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena
sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif,
prajurit maupun kasta pekerja sendiri.
2.4 Habitat
Dasar pembangunan sarang ini adalah adanya rangsangan yang
mungkin berupa pergerakan udara, bau, cahaya, temperatur dan sebagainya
yangberbeda/mengganggu keadaan normal dari lingkungan koloni. Pada
Zootermopsis dan Reticulitermes, rangsangan direspon dengan
menumpukkotoran dan memberikan alarm rayap lain, ini diikuti dengan
pembangunansarang. Kemudian akan timbul rangsangan kedua dan
seterusnya. Adanya rangsangan-rangsangan ini disebut stigmergie hypothesis
yaitu mekanismeperilaku membangun (Susanta, 2007)
Pembuatan sarang rayap tanah dimulai dari bawah membentuk
queenchamber yang berbentuk dome, kemudian sarang dikembangkan ke
atassecara berlapis-lapis mengikuti bentuk queen chamber (Prayogo, 2007).
Sistem struktur pada sarang rayap tanah pada dasarnya sarang tersusun
dari bulatan-bulatan yang memiliki dimensi dan bentuk yang tidak beraturan
(maksudnya bulatan itu tidaksempurna bulatnya) lebih menyerupai crispy
pada coklat (Putra, 1994).
4
2.5 Pencegahan dan Pengendalian Rayap
Pencegahan terhadap bahaya rayap sebelum mendirikan bangunan,
haruslah dipahami benar oleh kalangan masyarakat maupun kontraktor yang
hendak mendirikan bangunan gedung. Karena bahaya dari serangan rayap
yang menyerang bangunan mendatangkan kerugian yang sangat besar. Oleh
karena itu masyarakat maupun para kontraktor dapat mengetahui cara
pengendalian hama rayap atau termite control. Selain itu juga harus
memahami kontruksi bangunan, biologi rayap, karakteristik rayap, dan cara
pengendalian rayap yang efektif.
Dalam pengendalian hama rayap, kiranya perlu diketahui bahwa
pengendalian pra-kontruksi perlu dilakukan agar bangunan gedung tidak
menjadi sasaran yang empuk bagi rayap tanah. Untuk itu perlu diperhatikan
cara-cara pencegahannya yang meliputi:
1. Sebelum mendirikan bangunan gedung perlu dibersihkan lahan bangunan
dari potongan kayu, tonggak lapok, dan sisa akar yang mati. Kalau hal itu
dibiarkan dapat menjadi tempat yang paling disukai oleh rayap.
2. Hindari mendesain kontruksi bangunan yang memungkinkan terciptanya
kantong air. Karena rayap sangat membutuhkan air.
3. Agar rayap tidak merusak kayu, sebaiknya plesteran fondasi yang
menghubungkan kayu dengan fondasi dibuat sangat rapat dan kedap air.
4. Sebaiknya, sistem pembuangan air dibuat dengan baik agar air keluar
dengan lancar dan mudah dibersihkan.
5. Pergunakan papan lis talang dari kayu yang diawetkan. Bila kayu kaso dan
reng yang digunakan, sebaiknya dipoles dengan cat penolak air. Begitu
juga kayu-kayu yang digunakan untuk bagian bangunan haruslah yang
telah diawetkan dengan bahan anti rayap.
5
dengan tanah yang telah diberi larutan termitisida yang sama. Agar mudah
pelaksanaannya, maka dilakukan dengan cara injector atau dengan alat
semprotan.
4. Pengendalian terhadap rayap dapat dilakukan dengan cara penyemprotan
(spraying). Biasanya penyemprotan dilakukan pada bagian permukaan
atap, kuda-kuda yang menghubungkan plafon dengan genteng.
5. Sistem umpan (baiting). Pemasangan umpan dilakukan dengan cara di
taruh di dalam tanah dan di atas tanah, yang tujuannya untuk
menghilangkan koloni rayap.
Semua tindakan (treatment) diatas sebaiknya diketahui oleh
masyarakat maupun pengerja konstruksi bangunan. Sehingga pengendalian
rayap dapat berjalan efektif dan hasilnya sesuai yang harapan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapanun yang dapat diambil kesimpulan dari makalah Coptotermes
curvignathus (Rayap) hama perusak bangunan yaitu sebagai berikut :
1. Ciri-ciri yang dimiliki oleh Ordo Isoptera yaitu berupa Tubuh lunak,
Memiliki dua Sayap yaitu sayap depan berupa Sayap yang agak menebal
seperti kulit, Bersifat hemitabola, Memiliki dua pasang sayap tipis yang
tipe dan ukurannya sama. Toraks berhubungan langsung dengan abdomen
yang ukuran lebih besar, merupakanserangga social. Isoptera mengalami
metamorfosis tidak sempurna, dengan Tipe mulut pengunyah, dan Cara
hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang
disebut polimorfisme. Sedangkan Pembagian tugas pada struktur hidupnya
berupa raja, ratu dan prajurit serta tentara. Contoh spesies : Helanithermis
sp. (rayap). Rayap mengalami 4 kasta.
2. Anatomi dari Tubuh Isoptera tersusun oleh Caput, Thorak dan abdormen
3. Siklus hidup dari Isoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna berupa
telur, nimfa, dari nimfa akan menjadi (prajurit, pekerja dan nimfa fertile),
kemudian dari fertile akan menjadi Laron dan terlepas sayapnya,
mengalamai seleksi menjadi Kasta Reproduksi (Raja dan Ratu).
4. Diperlukan pencegahan sebelum dan sesudah mendirikan bangunan untuk
menghindari serangan rayap. Pengendalian rayap hingga saat ini masih
mengandalkan penggunaan insektisida kimia (termisida), yang dapat
diaplikasikan dalam beberapa cara yaitu melalui penyemprotan, atau
pencampuran termisida dalam bentuk serbuk atau granula dengan tanah.
7
DAFTAR PUSTAKA