Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta
salam semoga terus tercurah limpah kepada Nabi Besar kita, Muhammad
SAW, beserta keluarganya, sahabatnya hingga pada kita selaku umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul Musca Domestica (Lalat Rumah). Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas yang telah diberikan oleh salah
satu dosen dari mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupun mahasiswa
jurusan kesehatan lingkungan lainnya, terutama bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapakn terima kasih bagi semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa
memberikan rahmat serta lindungan-Nya untuk kami. Amin.
Penulis
1 | Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................
Klasifikasi/ Taksonomi................................................................
Morfologi Lalat............................................................................
Siklus Hidup................................................................................
Sifat dan Perilaku.........................................................................
Peranan Lalat...............................................................................
Pengendalian................................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
Kesimpulan..................................................................................
Saran............................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................
1
2
3
3
4
5
5
5
7
8
10
11
22
22
22
23
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
2 | Page
serangga
kepada
anaknya
melalui
telur
(transovarium
3 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi/ Taksonomi
4 | Page
Tanda-tanda umum:
1. Ukuran 6-9 mm, warnanya kelabu hitam
2. Pd bag dorsal thorax tdp 4 buah garis longitudinal
3. Kepala: sepasang antene yg ta 3 segmen berbulu/ arista
4. Mempunyai mulut tipe menghisap
5. Mempunyai satu pasang sayap dg ciri khusus vena ke 3 & ke 4
saling bertemu pd bag terminal
6. Mempunyai 3 pasang kaki, jenis kelamin terpisah
7. Habitat: tempat kotor (sampah, kotoran hewan, bangkai)
8. Mata majemuk: jantan (holoptik), betina (dichoptik)
5 | Page
pulvilus
yang
berisi
kelenjar
rambut.
Pulvilus
tersebut
6 | Page
Siklus Hidup
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna,
diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat
memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik
seperti sampah dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983).
Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai
krem, berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya
tumpul dan bulat, ujung anterior lebih lonjong (West 1951). Telur menetas
kurang dari 24 jam setelah diletakkan, tergantung pada keadaan cuaca. Pada
suhu 15-20 oC, periode menetas telur berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu
25-35 oC hanya 8-12 jam. Musca domestica bertelur secara berkelompok
pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair (Chong dan Zairi 1995
dalam Permatasari 2002). Setiap kelompoknya mengandung 100-150 butir
telur. Dalam waktu sekitar 10-20 jam telur menetas menjadi larva (Kadarsan
1983).
Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu
segmen kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna
putih dan berbentuk silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul,
sedangkan di bagian anterior berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva
terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva
tidak mempunyai mata atau anggota badan walaupun mempunyai beberapa
duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan (Axtell 1986).
Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II
lamanya 24 jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II
tembus cahaya dan larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai
sepasang spirakel posterior yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan
dapat menjadi ciri identifikasi larva. Larva memakan bakteri, jamur dan
bahan yang membusuk. Sebelum menjadi pupa, larva tersebut tidak makan
dan migrasi ke tempat kering dan dingin (Chong dan Zairi 1995 dalam
Permatasari 2002).
Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk
puparium yang silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa
7 | Page
berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka hidup pada
kelembaban rendah daripada larva (West 1951).
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian
depan pupa, dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium)
yang berada di depan kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak,
berwarna abu-abu dan sayapnya kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya
direntangkan kemudian kutikula mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda
mulai aktif dan mencari makan setelah sayapnya direntangkan yaitu 2-24
jam setelah keluar dari pupa (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari
2002).
Sifat dan Perilaku
1. Kebiasaan Hidup
Lalat musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe alat
mulut penjilat dan penghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe
penggigit. Lalat musca domestica paling dominan banyak ditmukan
ditimbunan sampah dan kandang ternak. Musca domestica lebih banyak
mengerumuni bahan-bahan sampah yang berupa sayur-sayuran dan yang
mengandung karbohidrat dan kurang menyukai bahan yang mengandung
protein.
2. Tempat Prindukan atau Berkembang Biak
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda
benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh
tumbuhan bususk.
3. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang
tersedia, rata rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari
tempat berkembangbiak.
4. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan
oleh manusia (susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai oleh lalat, pada
8 | Page
9 | Page
Peranan Lalat
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah
banyak diketahui. Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di
tempat-tempat yang kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja,
dari situlah lalat membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.
Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang berperan sebagai vector
mekanik beberapa penyakit (Kartikasari, 2008).
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit
secara mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan.
Dan berbagai penyakit penting yang dapat ditularkan oleh lalat pengganggu
ini adalah penyakit viral seperti poliomielitis, hepatitis, trakhoma, coxsackie
dan infeksi ECHO virus. Lalat rumah dapat menimbulkan penyakit seperti
lambung dan usus (enterogastrik), disentri, diare, salmonellosis (tifoid,
paratifoid, enteritis, keracunan makanan), kolera dan wabah penyakit mata
(epidemic conjuctivitis).
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus,
bakteri, protozoa dan telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini
tergantung dari spesiesnya. LalatMusca domestica dapat membawa telur
cacing
(Oxyrus
vermicularis,
Tricuris
trichiura,Cacing
tambang,
dan Balantidium
coli),
bakteri
usus
(Salmonella,
dan Mycobacteriumtuberculosis.
Lalat
domestica
dapat
bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit.
Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosima
evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric
pseudomiasis (walaupun jarang).(Kartikasari, 2008).
Pengendalian Lalat
1. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi
10 | P a g e
larva
karena
panas
yang
diproduksi
oleh
tumpukan
11 | P a g e
Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah
lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank (HAKLI, 2009).
Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial
untuk tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada
daerah tersebut jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi
syarat kesehatan, bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan
lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila fasilitas jamban tidak
ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar
pada jarak 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat
tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air
bersih dengan membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak
menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk datang dan
berkembang biak (DEPKES, 1992).
5) Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola
dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah
dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap
minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan
tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa
hanya dalam waktu 3 4 hari (DEPKES, 1992).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah
merupakan hal yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada
tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu
dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari
dengan tanah setebal 15 - 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan
tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah
adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah penduduk(DEPKES,
1992).
6) Tanah yang mengandung bahan organik.
12 | P a g e
dekat
atap
rumah
(HAKLI,
2009).
pada
membingkai
lampu
lampu
akan
kontak
dengan
dengan electrocuting
grid yang
Dalam
lalat
dengan
bahan
kimia
(insektisida)
15 | P a g e
KLB kolera, disentri, atau trachoma. Hal ini dilakukan guna menghindari
kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa metode kimia yang dapat
dilakukan
release), toxic
bait,
space
Dichiorvos
Dimethoate
Trichiorfon
Azametiphos
Diazinon
Fenchiorvos
Malathion
Naled
Propetamphos
Kering
Tipe umpan
Cairan
Cairan
tersebar
tetes
curah
ORGANO PHOSPHORUS
+
++
++
+
++
++
++
++
+
++
+
+
+
+
+
+
+
Merekat
++
++
+
+
+
++
CARMABATE
++
+
Bendiocarb
Dimetilan
++
+
Methomyl
++
Propoxur
++
+
formaldehyde
+
Keterangan : + atau ++ menunjukkan insektisida yang paling cocok atau
sudah cukup luas digunakan untuk tipe aplikasi tertentu (DEPKES, 1992).
2) Indoor residual spraying (IRS)
insektisida
azamethipos
bromophos
Dosis bahan
Keterangan
aktif (g/mm2)
ORAGANO PHOSPORUS
1,0-2,0
Dijual sebagai umpan bergula (kekebalan
1,0-2,0
16 | P a g e
diazinon
dimethoate
0,4-1,0
0,25-1,0
chlorfenvinphos
fenchiorvos
Fenitrothion
jodfenphos
malathion
Primiphos methyl
propetamphos
0,4
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
0,25-1,0
1,0-2,0
Trichlorfon
0,02
n
cyfluthrin
0,03
cypemethrin
0,025-0,1
deltamethrin
0,01-0,015
Di canada dan sebagian besar eropa telah
fenvalerate
1,0
dengan cepat terjadi kekebalan.
permethrin
0,025-0,1
Keterangan: Untuk sebagian besar golongan organoposporus terdapat
larangan diberbagai negara untuk digunakan di pabrik susu, pabrik
pengolahan makanan atau tempat lain dimana makanan terpapar dan
beberapa dari golongan ini juga dilarang digunakan dimana terdapat ayam,
kerbau dan binatang lainnya (DEPKES, 1992).
3) Indoor & outdoor space spraying
Insektisida
Dosis bahan aktif (g/ha)
ORAGANO PHOSPHORUS
50-200
Azamethiphos
340
Diazinon
340
Dichiorvos
220
Fenchiorvos
450
Jodfenphos
350
Malathion
670
Baled
220
17 | P a g e
Primiphos methyl
250
PIRTROID
Boresmethrin
Cyfluthrin
Deltamethrin
Phenothrin
Permethrin
Pyrethrins
Resmethrin
Keterangan
5-10
2
0,5-1,0
5-10
5-10
20
20
:
Berat Bagia
(g)
57
n
8
petroleum
Cara Pembuatan
Campurkan baha-bahan tersebut sehingga
menjadi cream dan oleskan pada kulit.
jelly
Oil of
14
citronella
Spirit of
camphor
Cedar wood
28
oil
Oil of
citronella
18 | P a g e
Spirit of
28
camphor
Cedar wood
14
28
oil
Oil of
citronella
Liquid
113
85
12
petroleum
Oil of
citronella
Spirit of
28
champor
Oil of tar
Oil of
28
7
4
1
pennyroyal 2
Castor oil or 113
16
tallow
Keterangan: akan mengusir nyamuk dan lalat untuk repellent dengan bahan
kimia dengan kadar yang tinggi (DEPKES, 1992).
5) Fly paper
Bahan Berat bagia
(g)
rosin 907
Castrol 4732
n
1
5
oil
Cara pembuatan
Panaskan kedua bahan tersebut sampai berwarna
seperti molasses, sementara masih panas,
kuas/sapukan pada bagian dari semua jenis kertas,
19 | P a g e
20 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang termasuk dalam
Ordo Diptera family Muscidae. Lalat rumah dikenal sebagai vektor penyakit
bagi manusia. Distribusinya sangat luas dan bergantung pada kebersihan
lingkungan. Habitat lalat rumah banyak ditemukan di tempat sampah.
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna,
diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat
memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik
seperti sampah dan bahan busuk lainnya.
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit
secara mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan.
Pengendalian lalat rumah (Musca Domestica) dapat dilakuan dengan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan dan pemberantasan secara
langsung.
Saran
Ada baiknya kita dapat menjaga hygiene sanitasi untuk menghindari
tingkat kepadatan lalat yang tinggi atau menghindari adanya lalat di
lingkungan sekitar kita, karena lalat dapat memindahkan penyakit yang
cukup berbahaya bagi manusia.
21 | P a g e
Daftar Pustaka
Dewi, Epi Kumala. 2006. Jumlah Lalat Rumah (Musca Domestica) Yang
Berhasil Menjadi Dewasa Pada Feses Ayam Yang Diberi Pakan Serbuk
Kunyit (Curcuma Domestica Val.). Bogor
http://bio.unsoed.ac.id/780-beberapa-jenis-cendawan-entomopatogenditemukan-pada-lalat-rumah-musca-domestica-di-berbagai#.UY8aoVJqPIU
diakses tanggal 10 Mei 2013
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/ordodiptera-lalat/ diakses tanggal 10 Mei 2013
http://dauzbiotekhno.blogspot.com/2013/04/lalat-rumah-muscadomestica.html diakses tanggal 10 Mei 2013
http://desicandra.wordpress.com/2010/01/10/mengenal-lebih-dekatkeluarga-lalat/ diakses tanggal 14 Mei 2013
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar521-2-bab1.pdf diakses tanggal 14 Mei 2013
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/04/makalah-lalat-danpengendaliannnya.html diakses tanggal 14 Mei 2013
http://nonamutti.blogspot.com/2011/03/prinsip-pemberantasan-penyakitmenular.html diakses tanggal 14 Mei 2013
http://www.kesmas-unsoed.info/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html
diakses tanggal 10 Mei 2013
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-vektor-penyakit.html
diakses tanggal 10 Mei 2013
22 | P a g e