Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta
salam semoga terus tercurah limpah kepada Nabi Besar kita, Muhammad
SAW, beserta keluarganya, sahabatnya hingga pada kita selaku umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul Musca Domestica (Lalat Rumah). Makalah ini
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas yang telah diberikan oleh salah
satu dosen dari mata kuliah Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis maupun mahasiswa
jurusan kesehatan lingkungan lainnya, terutama bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis ucapakn terima kasih bagi semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa
memberikan rahmat serta lindungan-Nya untuk kami. Amin.

Bandung, Mei 2013

Penulis

1 | Page

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
Latar Belakang.............................................................................
Tujuan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................
Klasifikasi/ Taksonomi................................................................
Morfologi Lalat............................................................................
Siklus Hidup................................................................................
Sifat dan Perilaku.........................................................................
Peranan Lalat...............................................................................
Pengendalian................................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................
Kesimpulan..................................................................................
Saran............................................................................................
Daftar Pustaka..........................................................................................

1
2
3
3
4
5
5
5
7
8
10
11
22
22
22
23

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

2 | Page

Vektor penyakit adalah organisme hidup yang dapat menularkan


agent penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke manusia. Penularan
penyakit pada manusia melalui vektor berupa serangga dikenal sebagai
vectorborne disease (Chandra, 2007).
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai
penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau
sering juga disebut sebagai vector borne diseases yang merupakan
penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan
menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
Penularan Melalui Vektor dibagi 2 yaitu: (i) Mekanis : Cara mekanis
ini meliputi hal-hal yang sederhana seperti terbawanya bibit penyakit pada
saat serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada
belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran pencernaan
serangga. Bibit penyakit tidak mengalami perkembangbiakan. (ii) Biologis :
cara ini meliputi terjadinya perkembangbiakan (propagasi/multiplikasi),
maupun melalui siklus perkembangbiakan atau kombinasi kedua-duanya.
(cyclopropagative) sebelum bibit penyakit ditularkan oleh serangga
kepada orang/binatang lain. Masa inkubsi ekstrinsik diperlukansebelum
serangga menjadi infektif. Bibit penyakit bisa ditularkan secara vertical dari
induk

serangga

kepada

anaknya

melalui

telur

(transovarium

transmission); atau melalui transmis transtadial yaitu Pasasi dari satu


stadium ke stadium berikutnya dari siklus hidup parasit didalam tubuh
serangga dari bentuk nimfe ke serangga dewasa. Penularan dapat juga
terjadi pada saat serangga menyuntikkan air liurnya waktu menggigit atau
dengan cara regurgitasi atau dengan cara deposisi kotoran serangga pada
kulit sehingga bibit penyakit dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui
luka gigitan serangga, luka garukan. Cara penularan seperti ini bukanlah
cara penularan mekanis yang sederhana sehingga serangga yang menularkan
penyakit dengan cara ini masih bisa disebut sebagai vektor penyakit.
Di Indonesia, penyakit penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah

3 | Page

Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, Chikungunya yang ditularkan melalui


gigitan nyamuk aedes aegypti. Disamping itu, ada penyakit saluran
pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang
ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
Agen penyebab penyakit infeksi yang ditularkan pada manusia yang
rentan dapat melalui beberapa cara yaitu :
a. Dari orang ke orang
b. Melalui udara
c. Melalui makanan dan air
d. Melalui hewan
e. Melalui vektor arthropoda (Chandra,2003).
Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang termasuk dalam
Ordo Diptera family Muscidae. Lalat rumah dikenal sebagai vektor penyakit
bagi manusia. Distribusinya sangat luas dan bergantung pada kebersihan
lingkungan. Habitat lalat rumah banyak ditemukan di tempat sampah.
Tujuan
Untuk mengetahui klaisfikasi/taksonomi, ciri- ciri, siklys hidup, sifat dan
perilaku, peranan, serta pengendalian lalat rumah (Musca domestica).

BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi/ Taksonomi

4 | Page

Diptera merupakan salah satu ordo terbesar dari serangga dengan


keragaman jenis yang tinggi dan sebagian besar tersebar secara kosmopolitan
yang artinya dapat ditemukan di sebagian besar belahan bumi. Istilah Diptera
menunjukkan bahwa kelompok serangga ini memiliki dua pasang sayap pada
masa embrional. Pasangan sayap belakang mengalami perubahan bentuk dan
fungsi menjadi alat keseimbangan berupa sepasang kenop bertangkai yang
disebut halter sedang sepasang sayap lainnya menjadi sayap sejati. Kebanyakan
Diptera bertubuh lunak serta mempunyai kepentingan ekonomi yang cukup
besar (Borror et al. 1992).
Klasifikasi Musca domestica Linn dalam West (1951) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Subordo : Cylorrhapha
Famili : Muscidae
Subfamili : Muscinae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica
Morfologi Lalat
Musca Domestica

Tanda-tanda umum:
1. Ukuran 6-9 mm, warnanya kelabu hitam
2. Pd bag dorsal thorax tdp 4 buah garis longitudinal
3. Kepala: sepasang antene yg ta 3 segmen berbulu/ arista
4. Mempunyai mulut tipe menghisap
5. Mempunyai satu pasang sayap dg ciri khusus vena ke 3 & ke 4
saling bertemu pd bag terminal
6. Mempunyai 3 pasang kaki, jenis kelamin terpisah
7. Habitat: tempat kotor (sampah, kotoran hewan, bangkai)
8. Mata majemuk: jantan (holoptik), betina (dichoptik)

5 | Page

Berikut adalah struktur morfologi dari lalat rumah, yang merupakan


vector penyakit parasit. Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5
mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada
bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar
dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling
besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur
digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau
sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella
berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea
tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep)
yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga.
Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan
merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki
lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan
disebut

pulvilus

yang

berisi

kelenjar

rambut.

Pulvilus

tersebut

memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan


halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.
Lalat Kandang, Stomoxys calcitrans
Lalat Stomoxys calcitrans bentuknya menyerupai lalat rumah tatapi
berbeda pada struktur mulutnya. Banyak dijumpai di pemukiman tetapi
sangat umum pada peternakan sapi perah atau sapi yang selalu
dikandangkan. Lalat ini merupakan penghisap lalat ternak yang dapat
menurunkan produksi susu. Lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7
mm, bagian toraksnya terdapat garis gelap yang diantaranya berwarna
terang. Sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah
kosta mendekati vena 3. Antenanya trdiri dari 3 ruas, ruas terakhir paling
besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista yang mempunyai
bulu hanya bagian atas. Lalat dewasa menghisap darah hewan dan
cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sianar matahari. Lalat
kandang termasuk penerbang yang kuat dan bisa melakukan perjalanan jauh
dari tempat perindukannya.

6 | Page

Siklus Hidup
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna,
diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat
memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik
seperti sampah dan bahan busuk lainnya (Kadarsan 1983).
Telur berbentuk oval menyerupai pisang berwarna putih sampai
krem, berukuran panjang 1 mm dan lebar 0,26 mm. Kedua ujung-ujungnya
tumpul dan bulat, ujung anterior lebih lonjong (West 1951). Telur menetas
kurang dari 24 jam setelah diletakkan, tergantung pada keadaan cuaca. Pada
suhu 15-20 oC, periode menetas telur berkisar 24 jam. Sedangkan pada suhu
25-35 oC hanya 8-12 jam. Musca domestica bertelur secara berkelompok
pada bahan organik yang basah tetapi tidak cair (Chong dan Zairi 1995
dalam Permatasari 2002). Setiap kelompoknya mengandung 100-150 butir
telur. Dalam waktu sekitar 10-20 jam telur menetas menjadi larva (Kadarsan
1983).
Larva berukuran 6-12 X 1-2 mm, dan mempunyai 12 segmen (satu
segmen kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdomen). Larva berwarna
putih dan berbentuk silindris dengan bagian posterior lebar dan tumpul,
sedangkan di bagian anterior berbentuk runcing. Kulit pembungkus larva
terbentuk dari selaput luar (kutikula) dan lapis dalam yaitu epitelium. Larva
tidak mempunyai mata atau anggota badan walaupun mempunyai beberapa
duri di bagian ventral yang berfungsi membantu pergerakan (Axtell 1986).
Dalam perkembangan larva terdapat 3 bentuk instar. Instar I dan II
lamanya 24 jam. Instar ketiga lamanya 3 hari atau lebih. Larva I dan II
tembus cahaya dan larva III putih kekuningan. Larva tersebut mempunyai
sepasang spirakel posterior yang bersklerosis yang berbentuk khusus dan
dapat menjadi ciri identifikasi larva. Larva memakan bakteri, jamur dan
bahan yang membusuk. Sebelum menjadi pupa, larva tersebut tidak makan
dan migrasi ke tempat kering dan dingin (Chong dan Zairi 1995 dalam
Permatasari 2002).
Ketika pupa terbentuk, kulit larva akan mengkerut dan membentuk
puparium yang silinder. Selanjutnya kutikula mulai mengeras. Stadium pupa

7 | Page

berlangsung 4-5 hari pada suhu 30 oC. Pupa lebih suka hidup pada
kelembaban rendah daripada larva (West 1951).
Lalat dewasa muncul dari puparium dengan membuka ujung bagian
depan pupa, dengan cara memompa kantong yang berisi udara (ptilinium)
yang berada di depan kepala pupa. Pada mulanya, lalat tersebut lunak,
berwarna abu-abu dan sayapnya kuncup. Selama lalat beristirahat sayapnya
direntangkan kemudian kutikula mengeras dan menjadi gelap. Lalat muda
mulai aktif dan mencari makan setelah sayapnya direntangkan yaitu 2-24
jam setelah keluar dari pupa (Chong dan Zairi 1995 dalam Permatasari
2002).
Sifat dan Perilaku
1. Kebiasaan Hidup
Lalat musca domestica tidak menggigit, karena mempunyai tipe alat
mulut penjilat dan penghisap, sedangkan lalat kandang mempunyai tipe
penggigit. Lalat musca domestica paling dominan banyak ditmukan
ditimbunan sampah dan kandang ternak. Musca domestica lebih banyak
mengerumuni bahan-bahan sampah yang berupa sayur-sayuran dan yang
mengandung karbohidrat dan kurang menyukai bahan yang mengandung
protein.
2. Tempat Prindukan atau Berkembang Biak
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah, pada benda
benda organik, tinja, sampah basah, kotoran binatang, dan tumbuh
tumbuhan bususk.
3. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat sangat tergantung pada adanya makanan yang
tersedia, rata rata 6-9 km, kadang-kadang dapat mencapai 19-20 km dari
tempat berkembangbiak.
4. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan satu ke
makanan yang lain. Lalat sangat tertarik dengan makanan yang dimakan
oleh manusia (susu, gula) pada tinja dan darah juga disukai oleh lalat, pada

8 | Page

protein lebih suka digunakan untuk bertelur. Sehubung dengan bentuk


mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makanan basah,
sedangkan makanan yang kering dibasahi dulu oleh ludahnya baru
kemudian dihisap. Lalat memepunyai kebiasaan memuntahkan makanan
yang telah dihisapnya. Hal ini dapat berpotensi menularkan bibit penyakit
pada manusia.
5. Tempat Istirahat
Lalat beristirahat ditempat tempat tetentu. Pada siang hari bila lalat
tidak makan, mereka akan beristirahat di lantai, dinding, langit langit,
jemuran pakaian, rumput- rumput, kawat listrik, serta lalat menyukai tempat
tempat dengan tepi yang tajam dan permukaan vertikal. Biasanya tempat
istirahatnya terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat
berkembangbiaknya dan biasanya terlindung dari angin.
6. Lama Hidup
Lama kehidupan lalat sangat tergantung pada makanan, air dan
temperatur. Pada musim panas berkisar antara 2 4 minggu, sedang pada
musim dingin bisa mencapai 70 hari.
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperatur 15 0C dan aktivitas optimum
pada temperatur 210C. Pada temperatur dibawah 7,50C tidak aktif dan diatas
450C terjadi kematian pada lalat.
8. Kelembaban
Kelembaban erat hubungannya dengan temepratur setempat. Dimana
kelembaban ini berbalik terbalik dengan temperatur. Jumlah lalat pada
musim hujan lebih banyak daripada musim panas. Lalat sangat sensitif
terhadap angin kencang, sehingga kurang aktif untuk keluar mencari makan
pada waktu kecepatan angin yang tinggi.
9. Sinar
Lalat merupakan serangga bersifat fototropik (menyukai sinar). Pada
malam hari tidak aktif, namun bisa aktif dengan sinar buatan. Efek sinar
pada lalat tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembababan.

9 | Page

Peranan Lalat
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah
banyak diketahui. Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di
tempat-tempat yang kotor yaitu tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja,
dari situlah lalat membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.
Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang berperan sebagai vector
mekanik beberapa penyakit (Kartikasari, 2008).
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit
secara mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan.
Dan berbagai penyakit penting yang dapat ditularkan oleh lalat pengganggu
ini adalah penyakit viral seperti poliomielitis, hepatitis, trakhoma, coxsackie
dan infeksi ECHO virus. Lalat rumah dapat menimbulkan penyakit seperti
lambung dan usus (enterogastrik), disentri, diare, salmonellosis (tifoid,
paratifoid, enteritis, keracunan makanan), kolera dan wabah penyakit mata
(epidemic conjuctivitis).
Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus,
bakteri, protozoa dan telur cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini
tergantung dari spesiesnya. LalatMusca domestica dapat membawa telur
cacing

(Oxyrus

vermicularis,

Tricuris

trichiura,Cacing

tambang,

dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia


lamlia,

dan Balantidium

coli),

bakteri

usus

(Salmonella,

Shigella dan Eschericia coli), Virus polio, Treponema pertenue (penyebab


frambusia),

dan Mycobacteriumtuberculosis.

Lalat

domestica

dapat

bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit kulit.
Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan oleh Trypanosima
evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric
pseudomiasis (walaupun jarang).(Kartikasari, 2008).
Pengendalian Lalat
1. Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi

10 | P a g e

lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah


dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang
membahayakan lingkungan (Sitanggang, 2001).
a. Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat.
1) Kandang ternak
a) Kandang harus dapat dibersihkan
b) Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
c) Terdapat saluran air limbah yang baik (HAKLI, 2009).
2) Kandang ayam dan burung
a) Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul
disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar
kandang tetap kering.
b) Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara
interval (disarankan setiap hari) dibersihkan (DEPKES, 1992).
3) Timbunan kotoran ternak
Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada
temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya
pengendalian, kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang
keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi ke
tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran sacara menggunung dapat
dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran sebaiknya
ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat
membunuh

larva

karena

panas

yang

diproduksi

oleh

tumpukan

kotoranakibat proses fermentasi (HAKLI, 2009).


4) Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna
mencegah perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces.
Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa dan berseptic tank.

11 | P a g e

Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah
lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank (HAKLI, 2009).
Daerah-daerah pengungsian merupakan daerah yang sangat potensial
untuk tempat perindukan lalat. Hal ini dikarenakan secara umum pada
daerah tersebut jarang sekali ditemukan jamban-jamban yang memenuhi
syarat kesehatan, bahkan banyak diantaranya yang hanya menggunakan
lahan terbuka sebagai jamban. Sebaiknya, bila fasilitas jamban tidak
ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi dapat melakukan buang air besar
pada jarak 500 meter dengan arah angin yang tidak mengarah ke dekat
tempat perindukan atau timbunan makanan dan 30 meter dari sumber air
bersih dengan membuat lubang dan menutupnya secara berlapis agar tidak
menimbulkan bau yang dapat merangsang lalat unutk datang dan
berkembang biak (DEPKES, 1992).
5) Sampah basah dan sampah organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola
dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah
dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap
minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan
tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa
hanya dalam waktu 3 4 hari (DEPKES, 1992).
Membersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong sampah
merupakan hal yang penting karena lalat masih dapat berkembang biak pada
tempat tersebut. Pembuangan sampah akhir pada TPA yang terbuka perlu
dilakukan dengan pemadatan sampah terlebih dahulu dan ditutup setiap hari
dengan tanah setebal 15 - 30 cm. Hal ini bertujuan untuk penghilangan
tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah
adalah harus berjarak beberapa kilometer dari rumah penduduk(DEPKES,
1992).
6) Tanah yang mengandung bahan organik.

12 | P a g e

Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka,


septic tank dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan.
Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat
dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik,
Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan
pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan
pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah
digelontor untuk dibersihkan (DEPKES, 1992).
b. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengan:
1)
2)
3)
4)

Menjaga kebersihan lingkungan


Membuat saluran air limbah (SPAL)
Menutup tempat sampah
Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat
dipasang alat pembuang bau (Exhaust) (DEPKES, 1992).

c. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung


kuman penyakit.
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai
binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara
untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman,
dapat dilakukan dengan:
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat
tidak bisa kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi,
dan penderita sakit mata.
3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan
hewan dan bangkai binatang.
4) Melindungi makanan, peralatan makan, dan orang yang kontak
dengan lalat dengan :
a) Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat
b) Makanan disimpan di lemari makan
b) Membungkus makanan
c) Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
d) Pintu dipasang dengan sistem yang dapat menutup sendiri
13 | P a g e

e) Pintu masuk dilengkapi dengan gor anti lalat


f) Penggunaan kelambu atau tudung saji
g) Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat
masuk
i) Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap
(DEPKES, 1992).
2. Pemberantasan secara langsung
Metode membunuh telur, larva, maupun lalat dewasa secara
langsung dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Metode fisik
Metode fisik merupakan metode yang murah, mudah dan aman
tetapi kurang efektif apabila digunakan pada tempat dengan kepadatan lalat
yang tinggi. Cara ini hanya cocok digunakan pada skala kecil seperti
dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang
menjual daging, sayuran, atau buah-buahan (DEPKES, 1992).
1) Fly traps
Metode ini terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan
kontainer/kaleng tempat umpan (bait) dengan volume 18 liter. Bagian kedua
terdiri dari sangkar tempat lalat terperangkap berbentuk kotak dengan
ukuran : 30 cm x 30 cm x 45 cm. Dua bagian tersebut disusun dengan
sangkar berada diatas, jarak antara dua bagian tersebut diberi sekat
berlubang 0,5 cm sebagai jalan masuk lalat ke dalam perangkap (HAKLI,
2009).
Kontainer/kaleng harus terisi setengah dengan umpan yang akan
membusuk di dalam kontainer/kaleng tersebut. Perlu diperhatikan bahwa
jangan sampai ada air tergenang dibagian bawah kotainer tersebut.
Dekomposisasi sampah basah dari dapur seperti sayuran hijau, sereal, dan
buah-buahan merupakan umpan yang paling baik (DEPKES, 1992).
Model ini bisa digunakan selama 7 hari setelah itu umpan dibuang
dan diganti. Fly traps dapat menangkap lalat dalam jumlah besar dan cocok
untuk penggunaan diluar rumah, diletakkan pada udara terbuka, tempat yang
14 | P a g e

terang dan terhindar dari bayang-bayang pohon (HAKLI, 2009).


2) Sticky tapes
Alat ini berupa tali/pita yang dilumuri larutan gula sehingga lalat
akan lengket dan terperangkap. Bila tidak tertutup debu alat sticky tapes
bisa bertahan selama beberapa minggu. Cara pemasangannya adalah dengan
menggantungkannya

dekat

atap

rumah

(HAKLI,

2009).

Insektisida juga bisa ditambahkan untuk mematikan lalat yang telah


menempel pada perangkap tersebut. Insektisida yang biasa dipakai antara
lain adalah diazinon, malathion, ronnel, DDVP, dibrom, dan bayer L 13/59
(Santi, 2001).
3) Light trap with electrocutor
Prinsip alat ini adalah membunuh lalat dengan listrik. Lalat yang
hinggap

pada

membingkai

lampu
lampu

akan

kontak

dengan

dengan electrocuting

cahaya blueatau ultraviolet.

grid yang
Dalam

penggunaannya perlu diujicoba terlebih dahulu karena tidak semua lalat


tertarik dengan alat ini. Alat ini banyak dipakai di dapur rumah sakit,
restoran, lokasi penjualan buah supermarket (HAKLI, 2009).
4) Pemasangan kawat/plastik kasa pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi
5) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan
kedua merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri
(DEPKES, 1992).
b. Metode kimia
Pengendalian

lalat

dengan

bahan

kimia

(insektisida)

direkomendasikan hanya jika benar-benar diperlukan misalnya pada kondisi

15 | P a g e

KLB kolera, disentri, atau trachoma. Hal ini dilakukan guna menghindari
kemungkinan terjadinya resistensi. Beberapa metode kimia yang dapat
dilakukan

adalah Vaporizing (slow

release), toxic

bait,

space

spraying (quickly knocked down, short lasting) di dalam rumah maupun di


luar rumah, dan residual spraying (slow lasting) pada tempat peristarahatan
lalat.
1) Umpan (bait)
Insektisida

Dichiorvos
Dimethoate
Trichiorfon
Azametiphos
Diazinon
Fenchiorvos
Malathion
Naled
Propetamphos

Kering

Tipe umpan
Cairan
Cairan

tersebar
tetes
curah
ORGANO PHOSPHORUS
+
++
++
+
++
++
++
++
+
++
+
+
+
+
+
+
+

Merekat

++
++
+
+
+
++

CARMABATE
++
+

Bendiocarb
Dimetilan
++
+
Methomyl
++
Propoxur
++
+
formaldehyde
+
Keterangan : + atau ++ menunjukkan insektisida yang paling cocok atau
sudah cukup luas digunakan untuk tipe aplikasi tertentu (DEPKES, 1992).
2) Indoor residual spraying (IRS)
insektisida

azamethipos
bromophos

Dosis bahan

Keterangan

aktif (g/mm2)
ORAGANO PHOSPORUS
1,0-2,0
Dijual sebagai umpan bergula (kekebalan
1,0-2,0

16 | P a g e

diazinon
dimethoate

0,4-1,0
0,25-1,0

chlorfenvinphos
fenchiorvos
Fenitrothion
jodfenphos
malathion
Primiphos methyl
propetamphos

0,4
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
1,0-2,0
0,25-1,0

Kekebalan tingkat rendah telah terjadi di

1,0-2,0

sebagian besar tempat.


Umumnya digunakan dalam formulasi

Trichlorfon

teingkat rendah telah terjadi di sebagian


besar tempat).
Masalah kekebalan terjadi di sebagian
besar daerah/negara.

bentuk umpan bergula.


PIRETROID
alphacypermethri

0,02

n
cyfluthrin
0,03
cypemethrin
0,025-0,1
deltamethrin
0,01-0,015
Di canada dan sebagian besar eropa telah
fenvalerate
1,0
dengan cepat terjadi kekebalan.
permethrin
0,025-0,1
Keterangan: Untuk sebagian besar golongan organoposporus terdapat
larangan diberbagai negara untuk digunakan di pabrik susu, pabrik
pengolahan makanan atau tempat lain dimana makanan terpapar dan
beberapa dari golongan ini juga dilarang digunakan dimana terdapat ayam,
kerbau dan binatang lainnya (DEPKES, 1992).
3) Indoor & outdoor space spraying
Insektisida
Dosis bahan aktif (g/ha)
ORAGANO PHOSPHORUS
50-200
Azamethiphos
340
Diazinon
340
Dichiorvos
220
Fenchiorvos
450
Jodfenphos
350
Malathion
670
Baled
220
17 | P a g e

Primiphos methyl

250
PIRTROID

Boresmethrin
Cyfluthrin
Deltamethrin
Phenothrin
Permethrin
Pyrethrins
Resmethrin
Keterangan

5-10
2
0,5-1,0
5-10
5-10
20
20
:

a) Di daerah dimana lalat belum kebal terhadap Insektisida


b) Dikombinasikan dengan piretroid lain akan memberikan efek knockdown
yang cepat atau dengan sinergis seperti piperonyl butoxide (510g/ha)
(DEPKES, 1992).
c) Timbunan kotoran hewan bisa disemprot dengan diazinon dan malathion
(sebagai emulsi) atau insektisida lain (Ronnel, DDVP) guna mematikan
larva lalat.
4) Insect repellents
Formula pembuatan insect repellents
Bahan
White

Berat Bagia
(g)
57

n
8

petroleum

Cara Pembuatan
Campurkan baha-bahan tersebut sehingga
menjadi cream dan oleskan pada kulit.

jelly
Oil of

14

citronella
Spirit of

camphor
Cedar wood

28

oil
Oil of
citronella

Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga


menjadi lotion dan oleskan pada kulit.

18 | P a g e

Spirit of

28

camphor
Cedar wood

14

28

oil
Oil of
citronella
Liquid

Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga


menjadi lotion dan oleskan pada kulit.

113

85

12

petroleum
Oil of
citronella
Spirit of

28

champor
Oil of tar
Oil of

28
7

4
1

pennyroyal 2
Castor oil or 113

16

Campurkan bahan-bahan tersebut sehingga


menjadi lotion dan oleskan unutkkulit yang
sensitive, castrol oil ditingkatkan menjadi 170g

tallow
Keterangan: akan mengusir nyamuk dan lalat untuk repellent dengan bahan
kimia dengan kadar yang tinggi (DEPKES, 1992).
5) Fly paper
Bahan Berat bagia
(g)
rosin 907
Castrol 4732

n
1
5

oil

Cara pembuatan
Panaskan kedua bahan tersebut sampai berwarna
seperti molasses, sementara masih panas,
kuas/sapukan pada bagian dari semua jenis kertas,

letakkan bebrap fly paper tersebut dalam ruangan


Sumber: (DEPKES, 1992)
c. Metode biologi
Metode pengendalian biologis adalah metode pengendalian dengan
menggunakan makhluk hidup baik berupa predator, parasitoid maupun

19 | P a g e

kompetitor (Sitanggang, 2001). Misalnya adalah menggunakan pemangsa


yang menguntungkan dengan cara merangsang pertumbuhan musuh alami
lalat dengan menjaga kotoran dari kandang dalam keadaan kering. Kotoran
kering akan membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu
dari perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan lebah. Namun perlu
diketahui bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat
dibanding lalat itu sendiri (Buletin CP, 2004).
Di Denmark telah ditemukan penemuan baru berupa pemangsa lalat
dari lalat itu sendiri. Prinsip yang dipakai adalah jika kepadatan lalat makin
tinggi, maka lalat ini dapat menjadi pemangsa bagi lalat lain. Asal pemangsa
yang digunakan ini ditemukan di Kenya, termasuk genus Ophyra
Aeenses yang dapat memangsa lalat yang tidak diinginkan. Serangga Kenya
ini bertelur di kotoran dan dapat berhenti bereproduksi ketika temperatur
dibawah 15 17 C (Buletin CP, 2004).
Legner et al dalam Sitanggang (2001), dijelaskan bahwa ia telah
berhasil mempelajari kebiasaan parasitoid dari diptera yang berkembang
biak pada pupa lalat, diantaranya adalah tungau dari genus macrocheles.
Disamping itu, juga diakui predator yang efisien yaitu histerid platylister
chinensis yang memakan larva lalat sehingga sangat membantu dalam
menanggulangi infestasi lalat pada peternakan ayam di negara Fiji dan
Samoa.

20 | P a g e

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang termasuk dalam
Ordo Diptera family Muscidae. Lalat rumah dikenal sebagai vektor penyakit
bagi manusia. Distribusinya sangat luas dan bergantung pada kebersihan
lingkungan. Habitat lalat rumah banyak ditemukan di tempat sampah.
Lalat rumah (Musca domestica) mengalami metamorfosis sempurna,
diawali dengan tahap telur, larva, pupa dan dewasa. Untuk bertelur, lalat
memilih tempat-tempat yang lembab dan banyak mengandung zat organik
seperti sampah dan bahan busuk lainnya.
Lalat rumah berperan dalam transmisi atau penularan agen penyakit
secara mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusian maupun hewan.
Pengendalian lalat rumah (Musca Domestica) dapat dilakuan dengan
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan dan pemberantasan secara
langsung.
Saran
Ada baiknya kita dapat menjaga hygiene sanitasi untuk menghindari
tingkat kepadatan lalat yang tinggi atau menghindari adanya lalat di
lingkungan sekitar kita, karena lalat dapat memindahkan penyakit yang
cukup berbahaya bagi manusia.

21 | P a g e

Daftar Pustaka
Dewi, Epi Kumala. 2006. Jumlah Lalat Rumah (Musca Domestica) Yang
Berhasil Menjadi Dewasa Pada Feses Ayam Yang Diberi Pakan Serbuk
Kunyit (Curcuma Domestica Val.). Bogor
http://bio.unsoed.ac.id/780-beberapa-jenis-cendawan-entomopatogenditemukan-pada-lalat-rumah-musca-domestica-di-berbagai#.UY8aoVJqPIU
diakses tanggal 10 Mei 2013
http://beequinn.wordpress.com/nursing/mikrobiologi-dan-parasitologi/ordodiptera-lalat/ diakses tanggal 10 Mei 2013
http://dauzbiotekhno.blogspot.com/2013/04/lalat-rumah-muscadomestica.html diakses tanggal 10 Mei 2013
http://desicandra.wordpress.com/2010/01/10/mengenal-lebih-dekatkeluarga-lalat/ diakses tanggal 14 Mei 2013
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar521-2-bab1.pdf diakses tanggal 14 Mei 2013
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2011/04/makalah-lalat-danpengendaliannnya.html diakses tanggal 14 Mei 2013
http://nonamutti.blogspot.com/2011/03/prinsip-pemberantasan-penyakitmenular.html diakses tanggal 14 Mei 2013
http://www.kesmas-unsoed.info/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html
diakses tanggal 10 Mei 2013
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-vektor-penyakit.html
diakses tanggal 10 Mei 2013

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai