Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PARASITOLOGI 2
“Pembuatan Sediaan Malaria”

Disusun Oleh :

Nama : Rahmawati
Nim : AK1018046
Kelompok/Shift : 3/1
Kelas :4B

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
BANJARBARU
2020
Judul : Pembuatan Sediaan Malaria

Hari/Tanggal : Rabu, 04 Maret 2020

Tujuan :

 Untuk mengetahui cara kerja pembuatan Sediaan darah malaria


 Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan terhadap sediaan darah dengan
menggunakan cat giemsa

Prinsip :

a) Pembuatan sediaan tetes tebal


Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 12 mikron
pada kaca objek. Kemudian darah dibuat melingkar dari luar ke dalam 1x1
cm. Dibiarkan sampai mengering.
b) Pembuatan sediaan tetes tipis
Darah kapiler diambil secara aseptis lalu diteteskan 6 mikron pada
kaca objek. Kemudian darah dihapuskan dengan kaca objek lain hingga
membentuk seperti lidah kucing. Lalu dibiarkan hingga mengering.
c) Pewarnaan sediaan darah tetes tebal dan tipis dengan Giemsa 10 %
Sediaan tetes tebal dihemolisa dengan aquades selama 3 menit.
Sediaan tetes tipis difiksasi dengan metanol p.a selama 3 menit. Lalu
masing-masing ditambahkan giemsa 10 % dan dibiarkan 30 menit.
Kemudian dibilas dengan aquades. Sel eritrosit yang terinfeksi parasit
malaria dapat terlihat kelainan morfologinya.

Dasar Teori :

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki endemisitas tinggi.
Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah teknik pewarnaan untuk
pemeriksaan mikroskopis yang namanya diambil dari seorang peneliti malaria yaitu
Gustav Giemsa. Pewarnaan ini digunakan untuk pemeriksaan sitogenetik dan untuk
diagnosis histopatologis parasit malaria dan parasit lainnya.
Prinsip dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari
penambahan larutan metilen biru dan eosin yang dilarutkan di dalam metanol.
Pewarnaan giemsa digunakan untuk membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma
dari sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan parasit yang ada di dalam darah.
Pewarnaan giemsa adalah teknik pewarnaan yang paling bagus digunakan untuk
identifikasi parasit yang ada di dalam darah (blood-borne parasite).
Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi dengan kematian sekitar 1 juta
orang/tahun. Disebabkan oleh parasit jenis protozoa dari golongan/genus
Plasmodium. Dari genus Plamodium terdapat 4 spesies yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae dan Plamodium ovale. Pada umumnya, Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax merupakan yang paling sering ditemukan.
Sedangkan Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale dijumpai pada Indonesia
bagian timur seperti Papua, Maluku dan sekitarnya.
Alat dan Bahan :

*Alat

1. Kaca objek
2. Lancet/jarum lancet
3. Autoclick
4. Preparat malaria yang siap diamati
5. Kapas alkohol
6. Rak pewarnaan

*Bahan

1. Aquadest
2. Giemsa
3. Metanol 96%
Cara kerja

1. Siapkan kaca objek dengan membagi menjadi 2 bagian untuk sediaan darah
tipis dan sediaan darah tebal
2. Lakukan sampling darah kapiler mengggunakan autoclick
3. Tetesi darah pada 2 sediaan. Untuk sediaan darah tebal dibuat lingkaran dan
untuk sediaan darah tipis dibuat apusan darah seperti lidah kemudian
keringkan
4. Lakukan fiksasi dengan metanol 96% dan keringkan
5. Kemudian, tetesi larutan giemsa 10% yang sudah diencerkan dengan
perbandingan 10 ml pewarna giemsa : 90 ml aquades lalu diamkan selama
10 menit
6. Lakukan pengamatan pada cacing malaria

Hasil Praktikum :

IDENTIFIKASI SAMPEL :

Nama : Muhammad Dwi Kurniawan

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pembahasan :

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing yang bersifat akut
ataupun kronis yang disebabkan oleh protozoa genus palsmodium ditanadai dengan
demam, menggigil, anemia, dan splenomegaly. Ada lima spesies yang dapat
menginfeksi manusia diantaranya adalah : P.malariae, P.vivax, P.falcifarum,
P.ovale, dan P.knowlesi yang disebarkan oleh vektor yaitu nyamuk.

Sebelum pemeriksaan, dilakukan terlebih dahulu pengambilan sampel darah


tepi. Pengambilan sampel darah tepi dilakukan pada jari tengan dan jari manis
tangan kiri karena tangan kiri lebih sedikit bekerja dibandingkan tangan kanan.
Sebelum pengambilan darah, jari yang akan ditusuk didesinfeksi dengan kapas
alkohol 70% atau dengan alkohol swab agar terbebas dari bakteri. Desinfeksi
dilakukan dengan mengusap/memutar alkohol swab dari dalam ke luar secara
searah. Hal ini bertujuan agar kotoran yang sudah dibersihkan tidak kembali lagi
kebagian yang sudah dibersihkan.
Saat pengambilan darah, jari ditekan agar terbendung pada bagian yang akan
ditusuk. Jari ditusuk dengan lanset dengan bantuan autoclick dimana kedalaman
penusukan disesuaikan dengan jari pasien. Darah yang keluar pertama dihapuskan
dengan tissue. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi oleh alkohol.
Darah berikutnya diteteskan secara terpisah pada kaca objek. Untuk sediaan darah
tebal diteteskan 12 mikron darah ( 3 tetes) sedangkan untuk sediaan darah tipis
diteteskan 6 mikron darah ( 2 tetes).
Dalam Praktikum ini, pengambilan sampel darah tepi diambil dari pasien
Muhammad Dwi Kurniawan (20 thn). Tetesan darah yang diambil kemudian
dihapuskan menjadi sediaan apus tebal dan apus tipis.
Perbedaan sediaan apus tebal dan tipis :
 Sediaan apus tebal
Lebih banyak membutuhkan darah. Jumlah selnya lebih banyak
dalam satu lapang pandang. Dalam sediaan ini, lebih mudah
menginfeksi yang ringan.
 Sediaan apus tipis
Lebih sedikit membutuhkan darah. Sediaan apus tipis yang baik
bentuknya seperti lidah. Dalam sediaan ini, morfologi parasit lebih jelas
dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas.
Kriteria Preparat yang baik:

1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih
ada tempat untuk pemberian label
2. Penebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke ekor
3. Ujung atau ekornya tidak membentuk kepala robek
4. Tidak berlubang-lubang karena bekas lemak masih ada diatas kaca objek
5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu
6. Tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis
Setelah itu apusan darah dikeringkan dalam kamar bebas debu. Setelah
kering sediaan segera diwarnai dengan Giemsa 10%. Prinsip pewarnaan giemsa
adalah presipitasi hitam yang terbentuk dari penambahan larutan metilen biru
dan eosin yang dilarutkan didalam metanol.
Pengecatan Giemsa dilakukan dengan menggunakan Giemsa 10% . Larutan
ini dapat dibuat dengan melarutkan 10 ml Giemsa dengan 90 ml aquades.
Sediaan darah tipis difiksasi dengan metanol p.a. dengan cara diteteskan dan
dibiarkan 3 menit. Sedangkan sediaan darah tebal dihemolisis dengan aquadest
sampai seluruh hemoglobin hilang ( 3 menit). Setelah itu sediaan ditetesi
dengan larutan Giemsa 10% sampai menutupi seluruh permukaan dan dibiarkan
selama 30 menit. Sediaan darah dibilas dengan aquades yang mengalir sehingga
larutan Giemsa turut mengalir dengan air. Dengan demikian tidak ada sisa cat
yang mengendap pada sediaan darah. Sediaan darah tpis yang difiksasi dengan
metanol p.a. bertujuan untuk melekatkan sel-sel darah dan mikroorganisme
pada kaca objek, menon-aktifkan mikroorganisme dan mengawetkan
mikroorganisme pada slide.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan Giemsa adalah
1. Dalam pengeringan sediaan darah tebal tidak boleh dipanasi karena
tindakan ini menyebabkan eritrosit susah dihemolisis pada proses
pewarnaan.
2. Pewarnaan tidak boleh >24 jam setelah kering, karena jika terlalu lama
didiamkan eritrosit sukar dihemolisis saat pewarnaan.
3. Metanol tidak boleh menegnai sediaan tetes tebal karena akan membuat
bagian tersebut terfiksasi dan hasil pewarnaan tidak sesuai keinginan.
4. Hati-hati membilas sediaan tetes tebal karena bagian tersebut tidak
terfiksasi dan tidak menempel pada objek gelas
5. Sediaan darah tipis tidak boleh terkena aquades agar sel-sel darah tidak
lisis.
Kesimpulan :

Dari praktikum kali ini kita dapat mengetahui pembuatan sediaan darah
malaria menggunakan dua sediaan darah yaitu sediaan darah tipis yang lebih
sedikit membutuhkan darah sehingga morfologi parasit lebih jelas dan perubahan
pada eritrosit dapat terlihat jelas sedangkan pada sediaan darah tebal Jumlah
selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang. Dalam sediaan ini, lebih mudah
menginfeksi yang ringan.

Banjarbaru, 05 Maret 2020

Dosen Pengampu, Praktikan

Dian Nurmansyah, S.ST, M.Biomed Rahmawati


DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Agil. 2014. https://id.scribd.com/doc/250850221/Laporan-Pembuatan-


Preparat-Malaria. Diakses Pada Tanggal 03 Maret 2020

Riyano, Aldo. 2017. https://id.scribd.com/document/363027932/Laporan-


Praktikum-Parasitologi-Pembuatan-Apusan-Tebal-Dan-Tipis-Pada-
Pemeriksaan-Malaria. Diakses Pada Tanggal 03 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai