Anda di halaman 1dari 45

PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA SERUM TANPA

SENTRIFUGASI ULANG DAN DENGAN


SENTRIFUGASI ULANG

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Bidang Analis Kesehatan

Disusun Oleh :
Rahmawati
G1C221149

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir dengan Judul

PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA SERUM TANPA


SENTRIFUGASI ULANG DAN DENGAN
SENTRIFUGASI ULANG

Rahmawati
G1C221149

Telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Erma Lestari, SpPK. Andri Sukeksi, SKM, M.Si.


NIK. NIK. 28.6.1026.030
Tanggal: Tanggal:

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang
berjudul "Perbedaan Kadar Trigliserida Serum Tanpa Sentrifugasi Ulang dan
dengan Sentrifugasi Ulang ".
Penyusun Proposal Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Proposal Skripsi ini tidak lepas
dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai piha. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Erma Lestari SpPK. Selaku pembimbing pertama yang dengan
sabar dan telaten memberikan bimbingan, saran koreksi dan petunjuk
bagi penulis sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Andri Sukeksi, SKM, M.Si. Selaku pembimbing kedua yang dengan
sabar memberikan bimbingan, saran, koreksi dan petunjuk bagi penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Fandhi Adi Wardoyo, M.Sc. Selaku Ketua Program Studi DIV
Analis Kesehatan yang memberikan kesempatan dan petunjuk bagi
penulis sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan
4. Rekan – rekan dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu
persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal
skripsi ini.

iii
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih banyak ketidak
sempurnaan dan kekurangan dalam penulisan proposal skripsi ini. Kritik dan
saran yang membangun. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Semarang,...........2022

Rahmawati

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................
1.5. Keaslian Penelitian ....................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................


2.1. Darah .........................................................................................................
2.2. Trigliserida ................................................................................................
2.3. Centrifuge ..................................................................................................
2.4. Sentrifugasi ulang......................................................................................
2.5. Kerangka Teori..........................................................................................
2.6. Kerangka Konsep ......................................................................................
2.7. Hipotesis ....................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................


3.1. Jenis Penelitian ..........................................................................................
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................
3.3. Variabel Penelitian ....................................................................................
3.4. Definisi Operasional..................................................................................

v
3.5. Populasi dan Sampel .................................................................................
3.6. Alat dan Bahan ..........................................................................................
3.7. Prosedur Penelitian....................................................................................
3.8. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ...................................................
3.9. Alur Penelitian...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................


LAMPIRAN.........................................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Keaslian Penelitian....................................................................................
Tabel 2. Klasifikasi Kadar Trigliserida menurut NCEP ATP III 2001...................
Tabel 3. Definisi Operasional .................................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Struktur Kimia Trigliserida .................................................................
Gambar 2. Bagan Kerangka Teori ........................................................................
Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep Penelitian ....................................................
Gambar 4. Bagan Alur Penelitian .........................................................................

viii
DAFTAR

ix
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam berbagai
organ tubuh khususnya pada darah. Trigliserida dibentuk dari lemak dan gliserol
yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi secara berlebihan. Kelebihan
kalori diubah menjadi trigliserida yang disimpan dibawah kulit sehingga mampu
meningkatkan pembentukan trigliserida (Arifnaldi, 2014). Pemeriksaan
trigliserida merupakan salah satu pemeriksaan lipid yang sering dianalisis selain
pemerikasaan kolesterol total. Perhitungan kadar trigliserida dan kolesterol dapat
memberikan informasi tentang kesehatan kardiovaskular. Kadar kolesterol, LDL,
dan trigliserida yang tinggi dapat dianggap sebagai factor resiko untuk penyakit
jantung koroner (Lieseke & Zeibig, 2018).
Metode pemeriksaan trigliserida banyak digunakan di laboratorium pada
saat ini yaitu metode Enzimatis kolorimetri (GPO-PAP). Dengan metode ini
trigliserida akan dihidrolisa dengan enzimatis menjadi gliserol dan asam bebas.
dengan lipase khusus akan membentuk kompleks warna yang dapat diukur
kadarnya mengunakan spektrofotometer. Metode pemeriksaan trigliserida yang
dijadikan sebagai standar pemeriksaan di laboratorium klinik yaitu
metode spektrofotemetri. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan trigliserida
menggunakan spektrofotometri mempunyai tingkat kesalahan yang lebih kecil
(Hardisari & Koiriyah, 2016).
Bahan pemeriksaan untuk menentukan kadar trigliserida adalah serum atau
plasma. Serum merupakan komponen darah tanpa antikoagulan, sedangkan
plasma merupakan komponen darah dengan penambahan antikoagulan. Namun
serum lebih sering digunakan sebagai bahan untuk pemeriksaan kadar trigliserida
karena dalam plasma terdapat antikoagulan yang dapat mencemari spesimen
sehingga dapat menimbulkan rendahnya kadar trigliserida plasma dari pada
sampel serum.

1
2

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas serum adalah sentrifugasi.


Sentrifugasi merupakan suatu teknik pengendapan yang dilakukan untuk
memisahkan endapan dari suatu suspensi. Sentrifugasi digunakan untuk
memisahkan cairan dari padatan sel darah sehingga diperoleh serum (Brassard et
al., 2018).
Pemeriksaan laboratorium meliputi tiga tahap yaitu pra analitik, analitik
dan pasca analitik. Kesalahan paling sering terjadi pada tahap pra analitik yaitu
mencapai 60-70%. Tahap analitik mencapai 10-15% dan tahap pasca analitik
mencapai 15-20% (Siregar et al., 2018).
Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien, identifikasi sampel, dan
penanganan sampel. Penanganan sampel yang tepat sesuai acuan standar sangat
penting dilakukan, karena penanganan sampel yang salah akan berpengaruh pada
hasil laboratorium. Ketidaksesuaian tahap pra analitik yang sering terjadi di
lapangan yaitu penundaan sampel terlalu lama lebih dari tiga jam (3 jam) sehingga
sampel tidak segera dilakukan sentrifugasi, proses sentrifugasi menggunakan
RPM (Rotations Per Minute) yang tidak sesuai, proses sentrifugasi menggunakan
waktu yang tidak tepat, melakukan proses sentrifugasi lebih dari satu kali atau
melakukan sentrifugasi ulang dikarenakan sampel darah whole blood belum beku
sempurna sudah dilakukan sentrifugasi, sehingga serum dan darah belum terpisah
sempurna. Proses pemisahan serum dari darah tidak segera dilakukan atau ada
jeda/rentang waktu pemeriksaan dari satu spesimen dengan spesimen lainnya
terlalu lama. Hal demikian akan merubah matriks sampel dan akan mempengaruhi
senyawa-senyawa kimiawi pada proses pemeriksaan laboratorium.
Pada buku Kendali Mutu Edisi Tahun 2018 menyatakan bahwa untuk
mendapatkan serum dapat dilakukan dengan mengambil darah whole blood
kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 30-60 menit agar terjadi
pembekuan sempurna, setelah itu dilakukan sentrifugasi selama 10 -15 menit pada
3000 RPM (Siregar et al., 2018). Akan tetapi, kenyataannya dilapangan kegiatan
sentrifugasi ulang pada pengalaman program kerja lapangan dan magang
melakukan penanganan sampel di laboratorium sering terjadi sampel darah whole
blood belum beku sempurna telah dilakukan sentrifugasi sehingga mengakibatkan
sel darah dan
3

benang fibrin tidak mengendap sempurna, dan menyebabkan volume serum yang
didapat tidak optimal, dengan demikian untuk mendapatkan serum yang cukup
pada umumnya akan dilakukan intervensi dengan menusuk benang fibrin dan
kemudian akan dilakukan sentrifugasi ulang. Hal-hal tersebut dilakukan karena
petugas yang belum paham prosedur atau petugas tersebut sengaja melakukan
karena tergesa- gesa adanya permintaan hasil laboratorium secara cito. Jumlah
sampel dengan ketersediaan jumlah centrifuge tidak sesuai.
Proses serifugasi ulang juga dapat disebabkan karena kinerja alat
sentrifugasi yang tidak optimal, karena tidak adanya jadwal kalibrasi secara
berkala atau alat centrifuge sudah lama sehingga tidak intensif melakukan
maintenance sentrifugasi, sehingga RPM sentrifugasi tidak sesuai dengan program
yang ada (program sentrifugasi di 3000 RPM akan tetapi kemampuan alat kurang
dari 3000 RPM). Dibeberapa laboratorium ketersediaan centrifuge sesuai standar
untuk sampel darah whole blood, dengan kemampuan RPM lebih dari 3000 RPM
belum tersedia, yang ada hanya centrifuge dengan kecepatan kurang dari 3000
RPM (menggunakan sentifugasi untuk sampel urine). Dengan keterbatasan alat
sentrifugasi (kinerja sentrifugai tidak optimal) dapat mengakibatkan proses
pemisahan serum dari whole blood harus dilakukan sentrifugasi ulang.
Menurut Shafi & Sadrzadeh, (2012) proses sentrifugasi ulang terjadi
karena beberapa analit yang bocor dari sel yang kemudian menyebrang ke serum
sehingga mempengaruhi terhadap kadar analit pada serum yang mengakibatkan
tingginya kadar analit khususnya pada penelitiannya yaitu meningkatnya kadar
kalium dan kreatinin, sehingga terjadinya ketidakstabilan spesimen pada analisis
menggunakan sentrifugasi ulang. Sehingga dengan adanya pemeriksaan
trigliserida dengan perlakuan sampel darah dengan tanpa sentrifugasi ulang
dengan sentrifugasi ulang maka penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan
kadar trigliserida serum tanpa sentrifugasi ulang dengan sentrifugasi ulang.
4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan
rumusan masalahnya yaitu “adakah perbedaan trigliserida tanpa sentrifugasi ulang
dan dengan sentrifugasi ulang pada sampel serum”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan kadar trigliserida serum tanpa sentrifugasi ulang
dan dengan sentrifugasi ulang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengukur kadar trigliserida serum yang dilakukan tanpa sentrifugasi
ulang.
b. Mengukur kadar trigliserida serum yang dilakukan sentrifugasi ulang.
c. Menganalisis perbedaan kadar trigliserida serum tanpa sentrifugasi
ulang dan dengan sentrifugasi ulang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menerapkan serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dalam teori perkuliahan tentang trigliserida di Universitas
Muhammadiyah Semarang jurusan D4 Analis Kesehatan.
1.4.2 Bagi Intansi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan informasi
bagi intansi terkait mengenai perbedaan kadar trigliserida serum tanpa
sentrifugasi ulang dan dengan sentrifugasi ulang.
1.4.3 Bagi Klinisi
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang hasil pemeriksaan trigliserida yang representatif
untuk menunjang diagnosa suatu penyakit.
5

1.5 Keaslian/Originalitas Penelitian


Tabel 1. Keaslian Penelitian
No Peneliti Judul Hasil
Tahun
1 Shafi & The effect of kalium dan kreatinin
Sadrzadeh, Recentrifugation of memiliki peningkatan
2012 Serum Separator yang paling signifikan
Tubes on pada sentrifugasi
Cencentration ulang yaitu kreatinin
yang meningkat
sebesar 0,36 mg/dl
dan kalium
meningkat 1,03
mmol/L
2 Yuyun Gambaran Kolesterol Terjadi penurunan
Sentosa Total Metode CHOD- kadar kolesterol total
2020 PAP Terhadap terhadap spesimen
Spesimen Serum plasma gel lithium
Tanpa Sentrifugasi heparin dengan
Ulang dan dengan sentrifugasi ulang,
Sentrifugasi Ulang sedangkan pada
sampel serum terjadi
peningkatan kadar.
3 Utari Yulia Perbedaan Kadar perbedaan kadar
Gustini Glukosa pada Sampel glukosa pada sampel
2021 Whole Blood dengan sentrifugasi ulang
Proses Sentrifugasi lebih tinggi 4,8 mg/dl
Ulang dari pada tanpa
sentrifugasi ulang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada


sampel dan variabel terikat yang digunakan. Penelitian ini menggunakan
sampel organ serum. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pemeriksaan Trigliserida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
2.1.1 Pengertian Darah
Darah merupakan salah satu bagian terpenting dalam tubuh
manusia dikarenakan darah memiliki fungsi untuk mengedarkan sari
makanan, mengangkut oksigen, mengedarkan hormon, dan lain-lain.
Didalam darah terkandung berbagai macam komponen, baik komponen
cairan berupa plasma darah, maupun berupa komponen padat berupa sel-
sel darah (Firani, 2018).
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yang bersirkulasi dalam jantung dan pembuluh darah. Darah
membawa oksigen dan nutrisi bagi seluruh sel dalam tubuh serta
mengangkut produk-produk hasil metabolisme sel. dan merupakan
sebagian dari sistem organ tubuh manusia yang berperan penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Darah berada didalam suatu pembuluh darah
arteri maupun vena. Volume total dalam tubuh manusia dewasa adalah
berkisar 3,6 liter (wanita) dan 4,5 liter (pria) (Firani, 2018).
2.1.2 Komponen Darah
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel darah merah atau disebut juga eritrosit merupakan sel darah
yang jumlahnya terbanyak dalam tubuh manusia (Mahmood, 2012).
Eritrosit adalah sel yang bulat atau agak oval, tampak seperti cakram
bikonkaf dan tidak berinti dengan ukuran 7-8 μm. Eritrosit dibentuk di
sum-sum tulang (bone marrow). Produksi eritrosit diatur oleh
eritropoetin, suatu hormon yang terutama dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal (Riswanto, 2013).

6
7

Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen (O₂) dari
paru-paru kejaringan untuk melakukan metabolisme tubuh. Eritrosit
mempunyai kemampuan yang khusus karena hemoglobin tinggi,
apabila tidak ada hemoglobin kapasitas pembawa oksigen darah dapat
berkurang sampai 99%. Fungsi penting hemoglobin ini adalah
mengikat dengan mudah dan reverbel, akibatnya oksigen yang
langsung terikat dalam paru-paru diangkut sebagai oksihemoglobin
dalam darah dan langsung terurai dari hemoglobin dalam jaringan
(Muttaqin, 2008) .
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah putih (Leukosit) merupakan bagian penting dari sistem
pertahanan tubuh yang fungsinya untuk melawan mikroorganisme
penyebab infeksi, sel tumor, dan zatzat asing yang berbahaya.
Terdapat beberapa jenis leukosit yaitu Basofil, Eosinofil, Neutrofil
Segmen, Neutrofil Batang, Limfosit dan Monosit (Bakhri, 2018)
c. Trombosit (keping darah)
Trombosit merupakan fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter
2- 4 mm yang berasal dari megakariosit. Jumlah trombosit normal
150.000
– 400.000/mm3 dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam
sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang yang
berdiferensiasi menjadi megakariosit. Megakariosit ini melakukan
reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma membesar
seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya,
sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk
platelet/keping- keping (Sheerwood, 2012).
Trombosit berperan penting dalam mengontrol perdarahan. Apabila
terjadi cedera vaskuler, trombosit mengumpul pada cedera tersebut.
Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menempel satu sama lain sehingga
membentuk sumbatan yang dapat menghentikan perdarahan untuk
sementara. Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk
mengaktivasi faktor pembekuan dalam plasma darah (Muttaqin, 2009).
8

d. Plasma
Plasma merupakan cairan darah yang tidak terdapat sel - sel darah
di dalamnya, 90% dalam bentuk air, 8% dalam bentuk protein terdiri
dari (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen) dan terkandung
komponen lain seperti garam-garam, karbohidrat, lemak dan asam
amino yang didapat dengan penambahan EDTA. Cairan ini membuat
darah tidak beku dan sel darah tersentrifugasi dengan kecepatan 3000
rpm selama 15 menit (Perce, 2010). Gliserol bebas baik secara
endogen maupun eksogen terdapat dalam plasma.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pembekuan darah
Menurut (Pramudianti, 2011) faktor – faktor yang mempengaruhi
Pembekuan darah ada 13 faktor yaitu :
a. Faktor I Fibrinogen, sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul
protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin.
Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
b. Faktor II Prothrombin, sebuah faktor koagulasi yang merupakan
protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa)
oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum
dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk
aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
c. Faktor III Jaringan Tromboplastin, koagulasi faktor yang berasal dari
beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-
paru. Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan
prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
d. Faktor IV Kalsium, Sebuah faktor koagulasi yang diperlukan dalam
fase pembekuan darah.
e. Faktor V Proaccelerin, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam
serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
9

Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang


aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada
kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia,
dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
f. Faktor VI Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk
aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.
g. Faktor VII Proconvertin, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi
ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama
dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau
diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil
dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin
konversi faktor akselerator dan stabil.
h. Faktor VIII Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik
dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand)
sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif
terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic
globulin dan faktor antihemophilic A.
i. Faktor IX Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di
hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
j. Faktor X Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur
koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium,
fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat
membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan
faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut
1

juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga


thrombokinase.
k. Faktor XI Tromboplastin plasma, faktor koagulasi yang stabil yang
terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi, sekali diaktifkan, itu
mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga
faktor antihemophilic C.
l. Faktor XII Hageman faktor, faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan
memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
m. Faktor XIII Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi
yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka
menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan
untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga
fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
2.1.4 Serum
a. Pengertian Serum
Serum merupakan darah didalam tabung yang dicentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit sehingga membentuk dua bagian
yaitu serum dan sel-sel darah. Serum ini berupa cairan darah berwarna
kuning jernih. Serum didapat dengan cara membiarkan darah dalam
tabung reaksi tanpa antikoagulan membeku dan kemudian di
sentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua sel-
selnya sehingga serum berada pada lapisan atas (Nugroho, 2015).
b. Komposisi Serum
Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk
pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen,
hormon dan semua substandi eksogenus. Serum terdiri dari Air,
albumin, globulin, asam amino, hormon, enzim, limbah nitrogen,
nutrisi, dan gas.
1

Normalnya serum darah manusia akan tampak bening dan seperti air.
Namun, demikian sebenarnya serum tersebut mengandung berbagai
substansi penting yakni :
1. Elektrolit ( Sodium, bikarbonat, kalsium, potassium, dsb)
2. Enzim (alkali fistase, lipase pancreas, enzim hati, dsb)
3. Bilirubin
4. Kreatinin
5. Nutrient seperti glukosa serta trigliserida (lemak)
6. Asam urat
7. Trigliserida, dsb (Budiono & Sumirah, 2016).
c. Pembuatan serum
Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan
antikoagulan dengan cara mengambil darah whole blood yang dibiarkan
membeku sempurna pada suhu kamar selama 30-60 menit, kemudian
dilakukan sentrifugasi selama 10 -15 menit pada 3000 RPM (Siregar, et
al 2018). Setelah disentrifugasi akan tampak gumpalan darah yang
bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung
sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah
dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula
bagian cair dari darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan
darah maka tidak lagi berwarna merah keruh akan tetapi berwarna
kuning jernih. Gumpalan darah tersebut terdiri atas seluruh unsur
figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau
koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna
kuning jernih (Sadikin, 2014).
2.2 Trigliserida
2.2.1 Pengertian Trigliserida
Trigliserida atau yang sering disebut triasilgliserol adalah salah
satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh.
Trigliserida dibentuk dari gliserol dan lemak yang ada dalam makanan
yang dikonsumsi secara berlebihan (Rachmat et al., 2015). Lemak ialah
senyawa
1

organik yang memiliki sifat tidak larut dalam air, dan dapat larut oleh
larutan organik nonpolar. Lemak merupakan zat yang digunakan tubuh
untuk proses metabolisme. Lemak terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
kolesterol, lemak High Density Lipoprotein (HDL), lemak Low Density
Lipoprotein (LDL), lemak Very Low Density Lipoprotein (VLDL), serta
trigliserida (Rembang et al., 2015).
Trigliserida merupakan lemak yang terbentuk dari makanan,
trigliserida dibentuk di hati yang disimpan sebagai lemak di bawah kulit
dan di organ-organ lain. Kadar trigliserida akan meningkat apabila asupan
kalori yang dikonsumsi lebih tinggi daripada yang dibutuhkan. Trigliserida
merupakan sumber utama energi untuk berbagai kegiatan tubuh (Fauziah
& Suryanto, 2012)
2.2.2 Struktur Kimia Trigliserida
Trigliserida merupakan tiga asam lemak yang berikatan dengan
gliserol dapat sama maupun berbeda. Rumus kimia trigliserida adalah
RCOO-CH2CH(- OOCR’)-OOCR’’, dimana R, R’, R’’ adalah rantai alkil
(Herperian et al., 2015).

Gliserol tiga asam lemak trigliserida


Gambar 1. Struktur Kimia Trigliserida (Herperian et al., 2015).

a. Asam stearat yang mempunyai rantai karbon-18 yang sangat jenuh


dengan atom hidrogen.
b. Asam oleat yang juga mempunyai rantai karbon-18 tetapi mempunyai
satu ikatan ganda dibagian tengah rantai.
c. Asam palmitat, yang mempunyai 16 atom karbon dan sangat jenuh
(Wibowo, 2009).
1

2.2.3 Metabolisme Trigliserida


Metabolisme trigliserida dibagi menjadi 2 jalur :
a. Jalur Eksogen
Makanan berlemak yang dikonsumsi manusia terdiri atas
trigliserida dan kolesterol, dalam usus halus akan diserap ke dalam
eritrosit mukosa usus halus. Trigliserida diserap sebagai asam lemak
bebas yang kemudian akan diubah lagi menjadi trigliserida di dalam usus
halus. Trigliserida dan kolesterol dalam makanan bersama Fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk partikel besar lipoprotein yang disebut
kilomikron kemudian akan dibawa ke dalam aliran darah. Enzim
lipoprotein lipase yang berasal dari endotel mengurai trigliserida dalam
kilomikron tadi, sehingga asam lemak bebas (Shobirin, 2014).
Asam lemak bebas dapat disimpan kembali sebagai trigliserida di
jaringan lemak (adiposa), sebagian akan diambil oleh hati bila terdapat
dalam jumlah yang banyak untuk menjadi bahan pembentukan
trigliserida hati, jika sewaktu-waktu tubuh membutuhkan energi dari
lemak, trigliserida akan dipecah menjadi asam lemak dan gliserol untuk
ditransportasikan menuju sel-sel dan dioksidasi menjadi energi. Proses
pemecahan lemak jaringan ini disebut lipolisis. Asam lemak bebas
ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang membutuhkan.
(Shobirin, 2014).
b. Jalur Endogen
Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati
diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL ( yang akan mengalami
hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron menjadi IDL (Intermediate Density
Lipoprotein). Partikel IDL diambil oleh hati dan mengalami pemecahan
menjadi produk akhir yaitu LDL yang kemudian akan diambil oleh
reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme. LDL ini bertugas
menghantar kolesterol ke dalam tubuh (Shobirin, 2014).
1

2.2.4 Fungsi Trigliserida


Trigliserida di dalam tubuh berfungsi sebagai lemak yang paling
efisien untuk menyimpan kalor yang penting untuk proses-proses yang
membutuhkan energi dalam tubuh seperti proses metabolisme. Trigliserida
banyak didapatkan dalam sel-sel lemak terutama 99% dari volume sel.
Trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk
lipid lain jika dibutuhkan trigliserida juga digunakan sebagai sumber
energi. Sebagai jaringan lemak, trigliserida juga mempunyai fungsi
sebagai bantalan tulang-tulang dan organ-organ vital, melindungi organ-
organ tersebut dari guncangan atau rusak (Maulidina & Kusumastuti,
2014).
2.2.5 Klasifikasi Kadar Trigliserida
Kadar trigliserida dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok, berikut adalah klasifikasi indeks massa tubuh berdasarkan NCEP
ATP III.
Tabel 2. Klasifikasi Kadar Trigliserida menurut NCEP ATP III 2001

Kadar Trigliserida (mg/dL) Klasifikasi

< 150Optimal

150-199 Borderline

≥500 Sangat Tinggi


200-499 Tinggi
Sumber : (NCEP ATP III, 2001)

2.2.6 Metode Pemeriksaan Trigliserida


Terdapat tiga metode pemeriksaan trigliserida yaitu
ultrasentrifugasi, elektroforesis dan enzimatik kolorimetri.
1. Ultrasentrifus
Metode ini merupakan metode pemisahan fraksi-fraksi lemak.
Lemak akan bergabung dengan protein membentuk lipoprotein. Berat
jenis lipoprotein ditentukan dari perbandingan antara banyaknya lemak
dan protein. Semakin tinggi perbandingan antara lemak dan protein
maka semakin rendah berat jenisnya. Berat jenis lemak murni lebih
rendah dari pada berat jenis air (Wibawa, 2009).
1

2. Elektroforesis
Metode ini dapat memisahkan kilomikron, beta lipoprotein, pre
beta lipoprotein, dan alfa lipoprotein. Serum diteteskan pada selaput
dari selulosa atau kertas saring yang diletakkan pada medan listrik
kemudian intensitas warna yang terbentuk diukur dengan densimeter
(Wibawa, 2009).
3. Enzimatik Kolorimetrik
Trigliserida akan dihidrolisis secara enzimatik menjadi gliserol
dan asam bebas. Kompleks warna yang terbentuk diukur kadarnya
menggunakan spektofotometer, intensitas warna yang terbentuk dapat
ditentukan dengan mengukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 480-550 nm (Wibawa, 2009).
2.2.7 Prinsip pemeriksaan Trigliserida GPO – PAP
Kadar trigliserida serum diperiksa dengan menggunakan metode
Colorimetric Enzymatic test (GPO-PAP) secara spektrofotometri dan
dinyatakan dengan satuan mg/dl. Prinsip metode (GPO-PAP) adalah
trigliserida akan dihidrolisis oleh enzim lipase yang menghasilkan gliserol
danasam lemak. Gliserol kemudian diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh
enzim gliserolkinase dan kemudian dioksidasi menghasilkan dihidroksi
aseton fosfat dan peroksida (H₂O2). Peroksida akan bereaksi dengan
4- aminofenazon dan 4- klorofenol menghasilkan senyawa quinoneimie
dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546
nm (Sancaya, 2012).

Trigliserida Lipase
gliserol + asam lemak
Gliserol + ATP gliserol kinase
gliserol-3-fosfat + ADP
Gliserol-3-fosfat + O2 Gliserol-3-fosfat oksidase dihidroksiaseton fosfat + H2O2
2H2O2+ 4-aminoantipirin + 4-klorofenol Peroksidase quinonimin + HCl +
H2O
1

Pada metode ini gliserol yang berada dalam keadaan bebas atau
tidak terikat sebagai trigliserida akan ikut terbaca. Di sisi lain gliserol
bebas terdapat di dalam plasma baik secara endogen maupun eksogen
yang merupakan gangguan pada pemeriksan parameter trigliserida
dengan metode enzimatik GPO-PAP (Summit volume 2/Q2/2010).
2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Trigliserida
Kadar trigliserida dalam darah dipengaruhi berbagai sebab, diantaranya :
1. Faktor genetika
Hasil studi yang dilakukan oleh pakar ilmu kedokteran
menunjukkan bahwa berbagai penyakit berhubungan dengan genetik
atau keturunan. Dalam suatu keluarga terlihat adanya keterkaitan
antara ketahanan atau kerentanan terhadap penyakit dan hubungan
keluarga (Yulissa, 2013).
2. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kadar trigliserida. Pertambahan usia meningkatkan risiko penyakit
degeneratif secara nyata pada pria maupun wanita. Hal ini mungkin
merupakan pencerminan dari lamanya terpapar faktor risiko digabung
dengan kecenderungan bertambah beratnya derajat tiap-tiap faktor
risiko dengan pertambahan usia (Yulissa, 2013).
3. Jenis kelamin
Kadar trigliserida pada wanita umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki, laki-laki memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah. Risiko
laki-laki untuk terkena penyakit jantung dan pembuluh darah tersebut
melampaui risiko pada perempuan setelah usia remaja sampai usia
sekitar lima puluh tahunan (Yulissa, 2013). Kadar trigliserida pada
wanita cenderung meningkat saat manopause sehingga insiden
terjadinya penyakit jantung koroner pada wanita akan meningkat
(Maulidina & Kusumastuti, 2014).
1

4. Konsumsi (makanan dan minuman)


Kadar trigliserida dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan
makanan. Asupan lemak dan karbohidrat yang berlebihan dapat
meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Trigliserida yang tinggi
dapat diatasi dengan cara mengatur asupan (Ramadhani, 2014).
Trigliserida merupakan sumber utama energi untuk berbagai kegiatan
tubuh. Kadar trigliserida akan meningkat apabila asupan kalori yang
dikonsumsi lebih tinggi daripada yang digunakan, konsumsi sayur dan
buah yang tinggi akan serat serta vitamin dapat menurunkan kadar
trigliseida (Fauziah & Suryanto, 2012).
5. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan terjadinya pemindahan cairan
tubuh antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstisial,
kehilangan cairan karena berkeringat dan perubahan kadar hormon
(Putri et al., 2016).
6. Obesitas dan kegemukan
Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak baik di seluruh tubuh
atau pada bagian tertentu seperti perut, pipi, paha, kaki dan lain
sebagainya. Obesitas dapat menyebabkan peningktan kadar trigliserida.
Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila
ditemukan total lemak tubuh > 25% pada pria dan > 33% pada wanita,
pada keadaan obesitas umumnya didapatkan hiperlipidemia (Yulissa,
2013).
7. Rokok dan konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol mempunyai berbagai efek pada level plasma
lipid. Efek alkohol paling sering pada peningkatan level plasma
trigliserida. Konsumsi alkohol menstimulasi hepar mensekresi VLDL
oleh hambatan oksidasi hepar pada asam lemak bebas, yang akan
memicu sintesis trigliserida dan sekresi VLDL, sedangkan merokok
dapat menurunkan kadar HDL Kolesterol (Kartika, 2013).
1

2.2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Trigliserida


a. Tahap pra analitik
1. Persiapan pasien
Sebelum pengambilan sampel sebaiknya pasien
menghindari aktifitas fisik yang berlebihan. Mencegah asupan
makanan dengan protein dan lemak yang tinggi yang dapat
mengakibatkan sampel lipemik.
2. Kondisi spesimen
a) Lipemik
Sampel lipemik adalah suatu kondisi saat serum hasil
sentrifugasi tampak keruh, putih, atau seperti susu karena
kondisi hiperlipidemia. Kekeruhan tersebutdapat disebabkan
oleh tingginya salah satu atau semua jenis lipoprotein besar
seperti cylomicrons, Very Low Density Lipoprotein (VLDL),
atau trigliserida (Piyophirapong et al., 2010).
Serum lipemik akan menyebabkan interferensi atau hasil
pengukuran komponen dalam sampel pasien menjadi tidak tepat
karena kesalahan pengukuran analit tertentu oleh alat ukur.
Interferensi yang paling sering terjadi adalah gangguan
transmisi cahaya. Sampel lipemik menyebabkan cahaya yang
ditransmisikan akan mengalami interferensi dan mengabsorbsi
sejumlah cahaya secara proporsional berkebalikan dengan
panjang gelombang yang diteruskan. Absorbansi sampel lipemik
cenderung lebih rendah pada panjang gelombang 700 nm,
namun meningkat secara linear hingga panjang gelombang 500
nm. Peningkatan absorbsi ini meningkat dengan cepat antara
panjang gelombang 500-320 nm (Munawirah et al., 2019).
b) Ikterik
Sampel ikterik disebabkan oleh kelebihan jumlah bilirubin
dalam jaringan akibat adanya gangguan metabolisme Bilirubin.
1

Bilirubin adalah produk penguraian heme dari destruksi


eritrosit yang menua. Bilirubin dipecah lebih cepat bila
terdapat cahaya. Ikterik dapat bersifat patologis dan fisiologis.
Ikterik pada neonatus umumnya bersifat fisiologis karena usia
eritrosit lebih pendek (80−90 hari) sehingga kadar bilirubin
meningkat karena destruksi eritrosit meningkat tetapi sistem
konjugasi dan ekskresi bilirubin masih belum sempurna.
Sedangkan kondisi patologis terjadi akibat adanya kondisi
abnormal seperti eritroblastosis fetalis, kelainan duktus empedu,
atau septikimia (Sutjahjo, 2015).
Sampel plasma ikterik dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan koagulasi terkhusus pada instrumentasi metode
optik karena mempengaruhi absorbansi optikal atau transmisi
cahaya ketika membaca hasil pemeriksaan.
c) Hemolisis
Sampel hemolisis terjadi karena membran eritrosit pecah
akibat kesalahan dalam proses pengambilan maupun
pengolahan. Penyebabnya adalah penggunaan jarum yang
terlalu kecil, peletakkan sampel dalam suhu ekstrem, dan
sentrifugasi dilakukan sebelum spesimen membeku secara
adekuat. Hemolisis akan menyebabkan peningkatan kadar analit
dalam serum sehingga pasien tersebut tampak membutuhan
pengobatan padahal hasil yang diperoleh tidak sesuai (Lieseke
& Zeibig, 2017).
Sampel yang hemolisis dapat menyebabkan absorbansi kuat
dari hemoglobin bebas atau sel yang masih ada dalam sampel
oleh instrumentasi optik untuk pengujian koagulasi. Absorbansi
kuat ini menimbulkan nilai absorbansi tinggi sehingga hasil tes
akan menjadi tidak akurat (Lippi et al., 2018).
2

3. Pengambilan spesimen
Kesalahan pengambilan spesimen kimia klinik perlu
diperhatikan jenis sampel yang digunakan. Apabila menggunakan
serum, maka whole blood tidak perlu ditambahkan dengan
antikoagulan. Apabila menggunakan plasma, maka whole blood
harus ditambahkan antikoagulan. Hal ini disebabkan karena
beberapa analit kimia menunjukkan hasil yang berbeda apabila
dilakukan pengukuran antara dua jenis sampel tersebut (Lieseke &
Zeibig, 2017).
4. Penanganan spesimen
Preparasi dalam pemisahan serum dari bekuan darah harus
dilakukan dengan cara yang benar, sehingga diperoleh sampel
bermutu baik. Potensi kesalahan yang sering muncul pada tahap ini
adalah kesalahan kecepatan (rpm) dan waktu saat sentrifugasi,
waktu inkubasi, pemisahan serum sebelum darah benar-benar
membeku yang mengakibatkan terjadinya darah dan benang fibrin
tidak mengendap sempurna, dan serum yang menggumpal sehingga
dilakukan sentrifugasi ulang dan mengakibatkan tingginya kadar
analit.
5. Penyimpanan spesimen
Sampel darah dapat disimpan dalam bentuk serum didalam
lemari es dengan suhu 2-8°C selama 5-7 hari. Pemisahan serum
dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen dan disimpan dalam keadaan terpisah dari sel eritrosit
pada suhu 20-25°C selama 2 hari atau 4°C selama 6 hari agar
serum tetap stabil. Di laboratorium penundaan pemeriksaan
memiliki batas waktu yang bervariasi tetapi pada umumnya
maksimal 2- 3 hari (Hartini & Suryani, 2016).
2

b. Tahap analitik
1. Alat
Alat yang digunakan harus dijaga keutuhan, kebersihan dan
ketepatannya, itu semua merupakan persyaratan yang harus dipenuhi.
Alat harus dikalibrasi dan dikontrol tiap hari agar dapat mengeluarkan
hasil yang akurat (Nugroho, 2015).
2. Reagen
Reagen yang digunakan sebaiknya mudah didapat, sesuai dengan
kebutuhan dan dalam penyimpanannya, suhu harus disesuaikan dengan
kit yang tertera pada reagen (Nugroho, 2015).
3. Metode
Pemeriksaan trigliserida dilakukan dengan menggunakan metode
GPO-PAP. Trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzimatik dengan
lipase. Indikator quinoneimin terbentuk dari hidrogen peroksida, 4-
aminoantipirin dan 4-klorofenol dibawah pengaruh katalisa peroksida
(Ratnayani, 2015).
4. Tahap pasca analitik
Pencatatan hasil dan pelaporan haruslah dilakukan secara teliti dan
benar dan tepat.
2.3 Centrifuge
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen penyusun suatu campuran berdasarkan sifat fisika zat
penyusunnya. Metode yang digunakan pada alat centrifuge disebut
sentrifugasi. Sentrifugasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan berat
partikel tersebut terhadap densitas layangnya (bouyant density), dengan gaya
sentrifugal maka akan terjadi perubahan berat partikel dari keadaan normal
menjadi meningkat seiring dengan kecepatan putaran terhadap sumbu
(Nugroho, 2013).
2.3.1 Fungsi Centrifuge
Dalam pemeriksaan kimia darah, centrifuge merupakan alat yang
sangat dibutuhkan karena sampel pemeriksaan kimia darah umunya adalah
serum atau plasma. Serum yaitu darah yang terdapat dalam tabung di
2

sentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua sel-


selnya. Cairan diatasnya yang berwarna kuning jernih disebut serum.
Plasma adalah darah dalam tabung yang berisi antikoagulan lalu
dicetrifuge dalam waktu dan kecepatan tertentu, sehingga terpisah plasma
dan bagian yang lainnya. Plasma masih mengandung fibrinogen (Nugroho,
2015).
Sampel pemeriksaan yang umumnya digunakan dalam
pemeriksaan trigliserida adalah serum dari darah vena. Serum didapat
dengan cara sejumlah darah dimasukkan kedalam tabung dan dibiarkan
selama 15-30 menit maka darah tersebut akan membeku lalu dicentrifuge
dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan keluarlah cairan bening
berwarna kuning jerami (Nugroho, 2015).
2.3.2 Prinsip Kerja Sentrifugasi
Prinsip alat ini didasarkan pada suatu benda yang bergerak
melingkar pada kecepatan tertentu, maka akan menghasilkan suatu gaya
yang menjauhkan benda tersebut dari poros atau pusat lintasan gerakan,
jadi partikel yang lebih berat akan terkumpul pada dasar tabung.
Kecepatan centrifuge diukur dalam RPM (Revolutions Per Minute atau
putaran per menit), tidak menggambarkan gaya atau daya pemisah alat
centrifuge yang ditentukan berdasarkan RCF (Relative Centrifugal Foce
atau gaya centrifuge relatif (Nugraha, 2015).
2.3.3 Jenis-jenis Sentrifugasi
Menurut WHO (2011) jenis-jenis centrifuge terdiri dari :
a. Centrifuge Manual adalah centrifuge yang digerakkan secara manual
dengan memutar sebuah engkol. Alat ini dapat memuat dua atau empat
buah tabung. Centrifuge manual dapat digunakan untuk memeriksa
konsentrat urine dan untuk mengonsentrasikan parasit tertentu dalam
feses.
b. Centrifuge elektrik dikatakan lebih akurat dibandingkan centrifuge
manual. Centrifuge ini juga memiliki wadah tabung yang dapat memuat
hingga sembilan tabung kecil, dan centrifuge ini juga dilengkapi dengan
timer.
2

c. Centrifuge dengan Baterai, centrifuge mini ini dijalankan dengan baterai


kadang-kadang dipakai untuk menentukan volume packed cell dalam
pemeriksaan hematologi. Dalam penggunaan centrifuge ini harus
diperhatikan keseimbangannya untuk menghindari pecahnya tabung.
2.4 Sentrifugasi Ulang
2.4.1 Pengertian sentrifugasi ulang
Sentrifugasi ulang merupakan sebuah proses yang terjadi akibat
sentrifugasi yang terlalu cepat atau spesimen whole blood yang tidak
dibekukan terlebih dahulu yang mana pada saat pengambilan spesimen
langsung dilakukan sentrifugasi sehingga serum tidak terpisah sempurna
dan menghasilkan spesimen serum seperti gelatin atau fibrin sehingga
membutuhkan sentrifugasi ulang.
a. Serum yang terpisah sempurna
Serum yang terpisah sempurna terdapat proses penggumpalan
berlangsung secara sempurna maka gumpalan darah tersebut akan
terlepas dari tabung dengan mudah. Selain itu terdapat bagian cair dari
darah, bagian ini tidak berwarna merah karena sudah terpisah dari
gumpalan sehingga berwarna kuning jernih. Gumpalan darah tersebut
terdiri dari unsur figuratif darah yang telah mengalami proses
penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur
larutan yang berwarna kuning jernih yang disebut dengan serum.
(Sadikin, 2014).
b. Serum yang belum terpisah sempurna
Serum yang belum terpisah sempurna terdapat proses
penggumpalan darah yang berlangsung secara tidak sempurna yaitu
setelah sentrifugasi pada bagian cair dari darah yang disebut serum
masih terdapat darah yang belum membeku sempurna seperti gelatin
atau benang fibrin sehingga serum yang dihasilkan sebagian masih
terdapat warna merah yang mengakibatkan serum harus disentrifugasi
ulang agar serum tersebut berwarna kuning jernih sempurna sesuai
dengan ketentuan sampel.
2

2.4.2 Tujuan sentrifugasi ulang


Sentrifugasi ulang dilakukan untuk memisahkan kembali cairan
dari padatan sel darah yang masih belum sempurna agar menjadi sempurna
sehingga diperoleh serum yang baik dan mencukupi dalam pemeriksaan.
2.4.3 Cara sentrifugasi ulang
Sentrifugasi pertama hanya terbentuk sedikit serum dan darah
masih belum terpisah sempurna pada serum maka dilakukan sentrifugasi
ulang dengan dihomogenkan kembali spesimen serum yang belum terpisah
sempurna tersebut dan kemudian melakukan sentrifugasi ulang dengan
kecepatan yang sama dengan sentrifugasi pertama yaitu 3000 rpm selama
15 menit.
2

2.5 Kerangka Teori

Darah
Sentrifugasi

plasma Serum

Trigliserida

Faktor pasien Faktor pada teknik laboratorium



Genetika
Usia
Jenis Kelamin
Konsumsi

(makanan dan
minuman)
Pra analitik analitik Pasca analitik

Persiapan pasienKondisi sampel


Pengambilan sampel Penyimpanan sampel
Penanganan sampel

sentrifugasi

Sentrifugasi Ulang
Gambar 2. Bagan Kerangka Teori

Pemeriksaan
Trigliserida
metode GPO

Kadar Trigliserida
2

2.6 Kerangka Konsep

Tanpa
Sentrifugasi
ulang
Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep
Kadar
Trigliseri
da
2.7 Hipotesis Metode
Sentrifugasi
Terdapat perbedaan kadar trigliserida serum tanpa sentrifugasi ulang dan
ulang
dengan sentrifugasi ulang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah metode analitik dengan
rancangan survei cross sectional yaitu penelitianyang mencoba menganalisis
dinamika antara faktor risiko dan faktor efek.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik
Universitas Muhammadiyah Semarang.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret/April 2022.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tanpa sentrifugasi ulang
dan sentrifugasi ulang.
3.3.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar trigliserida.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi skala
Kadar trigliserida Adalah hasil pengukuran Rasio
kadar trigliserida metode
GPO-PAP yang
dinyatakan dalam mg/dL
Tanpa sentrifugasi ulang Adalah serum normal nominal
setelah sentrifugasi
pertama telah terjadi
pengendapan sempurna.
Kemudian langsung
dilakukan pemeriksaan
trigliserida.
Sentrifugasi ulang Adalah sampel yang nominal
belum terpisah sempurna
sehingga dilakukan

27
2

sentrifugasi ulang.
Kemudian langsung
dilakukan pemeriksaan
trigliserida.

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa Program Studi DIV
Analis Kesehatan Lintas Jalur Angkatan 2021 Kelas D Universitas
Muhammadiyah Semarang.
3.5.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Program studi D IV Analis
Kesehatan Lintas Jalur Kelas D Universitas Muhammadiyah Semarang
tahun 2021. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah :
1. Kriteria Inklusi penelitian adalah :
a. Pasien bersedia berpartisipasi dalam penelitian
b. Ada saat penelitian dilakukan
c. Berusia 20-35 tahun
2. Kriteria Eksklusi penelitian adalah :
a. Kondisi sampel hemolisis, ikterik dan lipemik

Sampel diambil secara acak dengan besar sampel menurut Ali Hanifah
(2005) untuk mengetahui kesalahan menjadi sekecil mungkin, menggunakan
rumus :

(t–1) (R– 1) ≥ 15 (t-1)(R-1) ≥ 15

(2 – 1) (R – 1) ≥ 15
(1)(R – 1) ≥ 15
R ≥ 15 + 1 R ≥ 16
R = 16
2

keterangan :
t = Jumlah perlakuan
R = Jumlah replikasi
Maka Sampel darah yang diambil dari penelitian ini adalah 16
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Semarang Jurusan DIV Analis
Kesehatan Jalur Khusus angkatan 2021 kelas D untuk diperiksa kadar
trigliserida serum tanpa sentrifugasi ulang dan dengan sentrifugasi ulang.
Masing-masing sampel tanpa sentrifugasi ulang dan dengan sentrifugasi
ulang diperiksa kadar trigliserida 16 pemeriksaan, sehingga jumlah
seluruhnya 32 kali pemeriksaan.
3.6 Alat dan Bahan
3.6.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spuit dispossible
3cc, torniquet, bantal, plaster, photometer 4010, rak tabung, centrifuge,
kuvet, mikropipet 1000 µl, 10 µl, mikro tube.
3.6.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu, serum dan reagen
kit trigliserida.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 pengambilan sampel darah vena
Vena lengan yang ingin ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70%
dan dibiarkan sampai kering. Tourniquet dipasang pada lengan atas untuk
memperlihatkan dan agak menonjolkan vena. Kulit ditegangkan diatas
vena dengan jari – jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak. Kulit
ditusuk dengan jarum dan spuit dengan tangan kanan sampai ujung jarum
masuk ke dalam lumen vena. Tourniquet dilepas dan perlahan-lahan tarik
penghisap spuit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat. Kapas
alkohol 70% diletakkan diatas jarum lalu dicabut spuit dan jarumnya.
Jarum dilepas dari spuit dan darah dialirkan ke dalam tabung vacutainer.
3

3.7.2 Pembuatan serum


a. Tanpa sentrifugasi ulang
1) Pada tabung 1 sampel didiamkan membeku pada suhu kamar selama
30 menit.
2) Kemudian dilakukan sentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan
3000 RPM.
3) Serum yang terbentuk digunakan untuk pemeriksaan trigliserida.
b. sentrifugasi ulang
1) Pada tabung 2 sampel tanpa didiamkan membeku langsung
disentrifugasi selama 15 menit pada 3000 RPM.
2) Setelah disentrifugasi, benang fibrin ditusuk menggunakan
penusuk agar tercampur kembali. Dan dilakukan sentrifugasi ulang
dengan kecepatan dan waktu yang sama.
3) Serum yang terbentuk digunakan untuk pemeriksaan trigliserida.
3.7.3 Pemeriksaan Trigliserida metode GPO-PAP
Alat dan bahan pada pemeriksaan trigliserida disiapkan, tabung
yang telah disiapkan diberi label seperti blanko pada tabung 1, standart
pada tabung 2, sampel 1 pada tabung 3 dan seterusnya. Tabung yang telah
diberi label masing-masing tabung diisi dengan 1000 µl reagen trigliserida,
pada tabung 2 ditambahkan 10 µl standart dan 1000 µl reagen trigliserida
lalu dihomogenkan. Sedangkan pada tabung 3 ditambahkan 10 µl serum
responden dan 1000 µl reagen trigliserida lalu dihomogenkan, dilakukan
seterusnya sesuai jumlah samoel. Larutan didalam tabung diinubasi selama
20 menit pada suhu kamar, kemudian diukur kadar trigliserida dengan
menggunakan photometer 4010 pada panjang geombang 546 nm, catat
hasil yang didapatkan.
3

3.8 Alur Penelitian

Mahasiswa(responden)

Darah

Tabung 1 Tabung 2
Tanpa serum Sentrifugasi
sentrifugasi

Pemeriksaan
Trigliserida
Gambar 4. metode
Bagan Alur Penelitian

has
3.9 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi yang mencakup
Analisis
hasil pemeriksaan dari jumlah sampel yangdata
diperiksa yaitu kadar trigliserida
tanpa sentrifugasi ulang dan sentrifugasi ulang dalam pengambilan darah
kesimpulan
vena. Kemudian hasil masing-masing pemeriksaan dihitung selisih antara
keduanya dan digunakan untuk membandingkan antara sentrifugasi dengan
perlakuan sentrifugasi pertama dan sentrifugasi ulang.
Analisa data digunakan dengan mengolah data yang telah terkumpul
secara komputerize. Data kemudian diuji kenormalannya dengan
menggunakan uji Shapiro wilk, dimana penggunaan uji ini karena sampel
yang dipakai dalam penelitian ini < 50 sampel.
3

Data penelitian didapati normal menunjukkan bahwa p value > 0,05,


maka dilakukan uji T dependen test jika berdistribusi normal, dan dilakukan
uji beda non parametrik jika tidak berdistribusi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Arifnaldi, M.S., 2014. Hubungan Kadar Trigliserida dengan Kejadian Strike


Istemik di RSUD Sukohardjo. Fak. Kedokt. Univ. Muhammadiyah Surakarta
7, 1–16.

Bakhri, S., 2018. Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada Individu
Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan. J. Media Anal.
Kesehat. 1, 83–91. https://doi.org/10.32382/mak.v1i1.176

Brassard, D., Clime, L., Daoud, J., Geissler, M., Malic, L., Charlebois, D., &
Veres, T., 2018. Microfluidic-Based Platform for Universal Sample
Preparation and Biological Assays Automation for Life-Sciences Research
and Remote Medical Applications 2018, 2–3.

Budiono & Sumirah. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Bumi Media.

Fauziah, Y.N., Suryanto, 2012. Perbedaan Kadar Trigliserid pada Penderita


Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tidak
Terkontrol The Different of Trigliserid Level in Controlled Diabetes Mellitus
Tipe 2 and Uncontrolled Diabetes Mellitus Tipe 2 Patients. Mutiara Med.
Vol. 12 No. 3 188-194, Sept. 2012 12, 188–194.

Firani, N., 2018. Mengenali Sel-sel Darah dan Kelainan Darah.


Malang:Brawijaya Press.

Gustini, Utari Yulia. 2021. Perbedaan Kadar Glukosa Pada Sampel Whole Blood
Dengan Proses Sentrifugasi Ulang. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII
Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

Hardisari, R., Koiriyah, B., 2016. Gambaran Kadar Trigliserida (Metode Gpo-
Pap) Pada Sampel Serum dan Plasma EDTA. J. Teknol. Lab. 5, 27–31.

Hartini, S., Suryani, M.E., 2016. Uji Kualitas Serum Simpanan Terhadap Kadar.
Dep. Kesehat. 2012. Pedoman Prakt. Lab. Yang Benar ( Good Lab. Pract. )
2, 65–69.

Herperian, Kurniawaty, E., Susantiningsih, T., 2015. The Effect of Jengkol ’ s


Seed Ethanol Extract ( Pithecellobium lobatum Benth . ) to Triglyceride
Levels in Male Sprague Dawley Rats ( Rattus norvegicus ) Induced by
Alloxan Pengaruh. Med. Fac. Lampung Univ. 1, 85–93.

Kartika, A. 2013. Pola Dislipidemia Dan Hubungannya Dengan Jenis Kelamin


Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsup Dr. Kariadi Semarang.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

33
3

Lieseke, C., & Zeibig, E. 2017. Buku Ajar Laboratorium Klinis.Jakarta:EGC.

Lippi, G., Cadamuro, J., Danese, E., Gelati, M., Montagnana, M., Von Meyer, A.,
Salvagno, G.L., Simundic, A.M., 2018. Internal quality assurance of HIL
indices on Roche Cobas c702. PLoS One 13, 1–11.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0200088

Maulidina, F.A., Kusumastuti, A.C., 2014. Pengaruh Pemberian Vitamin C


Terhadap Kadar Trigliserida Lanjut Usia Setelah Pemberian Jus Lidah Buaya
(Aloe Barbadensis Miller). J. Nutr. Coll. 3, 665–672.
https://doi.org/10.14710/jnc.v3i4.6866

Munawirah, A., Muhiddin, H.S., Kurniawan, L.B., Pakasi, R.D., 2019.


Interferensi sampel lipemik pada bayi dengan lipemia retinalis dikarenakan
primary mixed hyperlipidemia: laporan kasus. Intisari Sains Medis 10, 413–
419. https://doi.org/10.15562/ism.v10i2.370

Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi, Salemba Medika. Jakarta

Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System


Persyarafan. Jakarta: Salemba.

Nugroho, A. 2013. Proses Pemisahan Sari Buah Markisa Kuning


(Passifloraflavicarva) dengan Penerapan Metode Sentrifugasi. Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Nugroho, Hari Wahyu. 2015. Perbedaan Kadar Kolesterol Serum Berdasarkan


Perlakuan Sampel Darah Yang Dibekukan Dan Langsung Disentrifuge.
Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan ke 34.
Diterjemahkan oleh : Sri yuliani Handoyo. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Piyophirapong, M.D., Wanida Wongtiraporn, M.D., Kosit Sribhen, M.., 2010.


Factitious Results in Clinical Chemistry Tests Caused by Common
Endogenous Interferents NAO ESTA NO TCC MAS É BOA REFERENCIA.
J. Siriraj Med J 62, 185–188.

Pramudianti, M.ID. 2011. Pemeriksaan Hemostasis dan Praanalitik. Makalah


disajikan dalam Workshop Hematologi PIT X PDS PATKLIN.

Rachmat, C., Ticoalu, S.H.R., Wongkar, D., Skripsi, K., Kedokteran, F., Sam, U.,
Fakultas, B.A., Universitas, K., Ratulangi, S., 2015. Pengaruh Senam Poco-
Poco Terhadap Kadar. J. e-Biomedik 3, 205–210.
3

Rembang, A.A., Rampengan, J.J. V., Supit, S., 2015. Pengaruh Senam Zumba
Terhadap Kadar Trigliserida Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. J. e-Biomedik 3.
https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.7416

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Kanal


Medika.

Sadikin, M. 2014. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

Sentosa, Y. 2020. Gambaran Kolesterol Total Metode CHOD-PAP Terhadap


Spesimen Serum Tanpa Sentrifugasi Ulang dan dengan Sentrifugasi Ulang.
DIII Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes.

Shafi, H., Sadrzadeh, H., 2012. The effect of recentrifugation of serum separator
tubes on concentration of serum analytes. Ann. Clin. Lab. Sci. 42, 318–319

Sheerwood, L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2, EGC. Jakarta

Siregar, M.T., Nurhayati, A., Setiawan, D., Wulan, W.S., 2018. Bahan Ajar
Teknologi Laboratorium Medik (TLM) Kendali Mutu.

Summit Lipid Update Volume 2. 2010. Contributes for healthier life. Available
from: summit.co.id/m/about/diagnostic. [30 Desember 2021].

Sutjahjo, A. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga


University Press.

Wibowo, T. 2009. Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Rosela (Hibiscus


Sabdariffa) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Putih (Rattus
Norvegicus). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Wibawa, P. 2009. Gambaran Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada Mahasiswa


Semester IV Diploma III Analis Kesehatan Fikkes Univesitas
Muhammadiyah Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Univesitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.

World Health Organization. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium


Kesehatan. World Health Organization. Jakarta. EGC.

Yulissa, F. 2013. Pengaruh Pemberian Daging Buah Durian (Durio zibethinus L.)
Terhadap Kadar Profil Lipid Darah Sukarelawan Sehat. Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, Medan.
3

Anda mungkin juga menyukai