NAMA MAHASISWA :
JAVERCINTYA ANGELICA MARAMIS (AK1018020)
M. KHARIS SHANDI (AK1018026)
NANDA YAULTSA (AK1018036)
RAHMAWATI (AK1018046)
SEMESTER : IV
KELAS : 4B
MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI III
PROGRAM STUDI : D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
DOSEN : PUTRI KARTIKA SARI, M.Si
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Berkat rahmat dan limpahannya Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi III tentang “ Interpretasi dan Validasi Hasil
Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp ”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salmonella merupakan kelompok basil Gram negatif yang mempengaruhi hewan dan
manusia. Salmonella dapat menyerang manusia melalui makanan dan minuman. Infeksi
Salmonella merupakan endemik di negara – negara berkembang (Faseela et al., 2010). Infeksi
Salmonella pada manusia terlihat dalam dua jenis yaitu demam enterik baik tifoid atau
paratifod dan gastroenteritis yang non-tifoid (Zhang et al., 2008). Indonesia merupakan salah
satu negara dengan insiden demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun dilaporkan 180,3
per 100,000 penduduk. Demam tifoid dapat dicegah dan biasanya dapat diobati dengan
antibiotik (Ochiai et al, 2008). Pemberian antibiotik empiris yang tepat pada pasien demam
tifoid sangat penting, untuk mencegah komplikasi dan mengurangi angka kematian.
Kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksazol merupakan antibiotik lini pertama yang telah
dipakai selama puluhan tahun sampai timbulnya resistensi yang disebut Multidrug Resistant
Salmonella Typhi (MDRST) (Sidabutar et al., 2010).
Berdasarkan data terbaru dari World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat
sekitar 2 juta korban, terutama anak-anak yang meninggal setiap tahun akibat makanan yang
tidak aman. Sehingga, bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit karena makanan menjadi
ancaman global. Di Indonesia, data yang dilaporkan oleh Badan POM dari tahun 2009
sampai 2013 telah dikalkulasikan bahwa dugaan kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan
pangan yang terjadi pertahunnya sebanyak 10.700 kasus dengan 411.500 orang sakit dan
2.500 orang meninggal dunia. Kerugian ekonomi yang dirasakan oleh Pemerintah kurang
lebih mencapai 2,9 Triliun (Badan POM RI, 2015).
Data yang dilansir oleh Badan POM RI tahun 2016 menyatakan bahwa Binatang adalah
kelompok penyebab tertinggi kasus keracunan makanan dengan jumlah kasus sebanyak
2.426. Laporan kasus dari Indonesian One Health University Network (INDOHUN), ternyata
spesies Salmonella menempati peringkat ketiga presentasi tertinggi penyebab utama penyakit
yang menular melalui makanan baik pada manusia maupun hewan (INDOHUN,2015).
Bakteri Salmonella khususnya Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif yang
memiliki flagela. Infeksi terjadi akibat kontaminasi makanan dan minuman yang
mengakibatkan bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebagian besar penderita yang terinfeksi
bakteri ini merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang terletak pada kandung empedu,
saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran
kemih. Bakteri ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti diare dan demam
tifoid (Jawetzet al.,2010).
Di Indonesia, demam tifoid tidak dijumpai secara endemis namun sering dijumpai pada
kota-kota besar. Kejadian kasus tifoid pada pria dan wanita tidak terdapat perbedaan yang
berarti namun angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia remaja. Data yang ditemukan
pada rumah sakit menunjukkan peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya sekitar
500/100000 penduduk dengan angka kematian yaitu 0,6 - 5 %. Terjadinya kematian tersebut
akibat keterlambatan penanganan, pengobatan dan tingginya biaya pengobatan (Riskesdas,
2007).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi dan
mendiagnosis infeksi bakteri Salmonella sp.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Karakteristik dari bakteri Salmonella sp
2. Cara yang tepat dalam mengidentifikasi bakteri Salmonella sp
3. Cara yang tepat dalam mendiagnosis infeksi bakteri Salmonella sp
BAB 2
PEMBAHASAN
Gambar 2.1 Bakteri Salmonella sp. yang mempunyai flagela perithrik dengan
menggunakan mikrograf electron (Daniel,B.,2006)
Bakteri Salmonella bersifat motil, gram negatif, anaerob fakultatif serta berbentuk
batang. Sel terluar terdiri atas struktur lipopolisakarida kompleks (LPS) yang terbebas dari
lisis sel sampai batas tertentu selama kultur. Bagian lipopolisakarida dapat berfungsi sebagai
endotoksin, dan berperan penting dalam menentukan virulensi organisme. Kompleks
endotoksin makromolekul ini terdiri dari tiga komponen, mantel O-polisakarida luar, bagian
tengah (inti R), dan lapisan dalam lipid A.
Secara umum, organisme yang berasal dari genus Salmonella merupakan sumber
penyebab berbagai macam infeksi, mulai dari gastroenteritis ringan sampai berat seperti
demam tifoid dan bakterimia. Salmonella adalah agen penyebab Salmonelosis yaitu penyakit
endemis dan menimbulkan kerugian yang besar di Indonesia (Jawetz et al,2010).
2.2 Morfologi
Salmonella sp. merupakan bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan
hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella enteritidis merupakan salah satu
serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium (Sarati 1999).
2.2.1 Klasifikasi Salmonella sp. Adapun Taksonomi dari bakteri Salmonella sp. yaitu :
Phylum : Bacteria (Eubacteria)
Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.
2.2.2 Morfologi koloni
a. Pada Blood Agar
1. Koloni Besar
2. Bentuk Bulat
3. Permukaan Agak Cembung
4. Licin dan Jernih
b. Pada Mc Conkey
1. Koloni Tidak Berwarna
2. Tidak Meragi Laktosa
c. Pada Agar Wilson Blair
1. Koloni Kuman Berwarna Hitam Berkilat Logam
2. Terjadi Pembentukan H2S
2.2.3 Morfologi Mikroskopik
1. Gram Negatif
2. Batang Pendek
3. Susunan Tidak Teratur
2.2.4 Interpretasi Hasil
a. Penampakan Secara mikroskopis
Pewarnaan Gram TP-39 dengan melakukan prosedur pewarnaan didapatkan
hasil bakteri Gram batang negatif (UK,Standards for Microbiology Investigation
Services, 2015).
Gambar 2.2 Penampilan Bakteri Salmonella typhi
dengan Pewarnaan Gram Secara Mikroskopis (Dept.
Medical Microbiology and Infectious diseases at
University of Medical Center Rotterdam).
b. Kultur Bakteri
Kultur adalah metode mengembangbiakan bakteri dalam suatu media.
Pada umumnya Salmonella tumbuh dalam media pepton ataupun kaldu ayam
tanpa tambahan natrium klorida atau suplemen yang lain. Media kultur yang
sering digunakan adalah agar Mac Conkey (Sheikh,A.,2011). Media lain
seperti agar EMB (eosine methylene blue), Mac Conkey atau medium
deoksikholat dapat mendeteksi adanya lactose non-fermenter sepeti bakteri
Salmonella typhi dengan cepat. Namun bakteri yang tidak memfermentasikan
laktosa tidak hanya dihasilkan oleh Salmonella, tetapi juga Shigella, Proteus,
Serratia, Pseudomonas, dan beberapa bakteri gram negatif lainnya.
Prinsip kultur bakteri ini adalah : bekuan darah penderita + media Gall
atau Bile 1 % dalam Pepton Water (1 : 1) diinkubasi selama 24 jam dalam suasana
aerobic, kemudian dilakukan penanaman pada media differensial seperti media
MacConkey, apabila hasil yang didapat memperlihatkan kuman dapat
memfermentasikan laktosa (laktosa positif) maka pemeriksaan tidak dilanjutkan,
sedangkan apabila kuman tidak memfermentasikan laktosa (laktosa negatif) maka
pemeriksaan dilanjutkan untuk mencari kuman Salmonella (Qushai,2014)