Anda di halaman 1dari 11

“ Interpretasi dan Validasi Hasil

Pemeriksaan Bakteri Salmonella


sp ”

NAMA MAHASISWA :
JAVERCINTYA ANGELICA MARAMIS (AK1018020)
M. KHARIS SHANDI (AK1018026)
NANDA YAULTSA (AK1018036)
RAHMAWATI (AK1018046)
SEMESTER : IV
KELAS : 4B
MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI III
PROGRAM STUDI : D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
DOSEN : PUTRI KARTIKA SARI, M.Si

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Berkat rahmat dan limpahannya Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi III tentang “ Interpretasi dan Validasi Hasil
Pemeriksaan Bakteri Salmonella sp ”.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.

Banjarbaru, Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1.1


Latar Belakang .......................................................................................................... 1.2
Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1.3 Tujuan
...........................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................... 2.1


Definisi Ekspresi Gen .................................................................................................. 2.2
Definisi Candida albicans............................................................................................
2.3 Morfologi Candida albicans.........................................................................................
2.4 Klasifikasi Candida albicans.........................................................................................
2.5 Struktur dan Pertumbuhan Candida albicans.................................................................
2.6 Karakteristik Umum Candida albicans………………………………………………..
2.7 Metabolisme Candida albicans………………………………………………………..
2.8 Virulensi Candida albicans……………………………………………………………
2.9 Patogenitas Candida albicans…………………………………………………………
2.10 Infeksi Yang Disebabkan Oleh Candida albicans……………………………………
2.11 Adhesi dan Invasi……………………………………………………………….........

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salmonella merupakan kelompok basil Gram negatif yang mempengaruhi hewan dan
manusia. Salmonella dapat menyerang manusia melalui makanan dan minuman. Infeksi
Salmonella merupakan endemik di negara – negara berkembang (Faseela et al., 2010). Infeksi
Salmonella pada manusia terlihat dalam dua jenis yaitu demam enterik baik tifoid atau
paratifod dan gastroenteritis yang non-tifoid (Zhang et al., 2008). Indonesia merupakan salah
satu negara dengan insiden demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun dilaporkan 180,3
per 100,000 penduduk. Demam tifoid dapat dicegah dan biasanya dapat diobati dengan
antibiotik (Ochiai et al, 2008). Pemberian antibiotik empiris yang tepat pada pasien demam
tifoid sangat penting, untuk mencegah komplikasi dan mengurangi angka kematian.
Kloramfenikol, ampisilin, dan kotrimoksazol merupakan antibiotik lini pertama yang telah
dipakai selama puluhan tahun sampai timbulnya resistensi yang disebut Multidrug Resistant
Salmonella Typhi (MDRST) (Sidabutar et al., 2010).
Berdasarkan data terbaru dari World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat
sekitar 2 juta korban, terutama anak-anak yang meninggal setiap tahun akibat makanan yang
tidak aman. Sehingga, bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit karena makanan menjadi
ancaman global. Di Indonesia, data yang dilaporkan oleh Badan POM dari tahun 2009
sampai 2013 telah dikalkulasikan bahwa dugaan kasus kejadian luar biasa (KLB) keracunan
pangan yang terjadi pertahunnya sebanyak 10.700 kasus dengan 411.500 orang sakit dan
2.500 orang meninggal dunia. Kerugian ekonomi yang dirasakan oleh Pemerintah kurang
lebih mencapai 2,9 Triliun (Badan POM RI, 2015).
Data yang dilansir oleh Badan POM RI tahun 2016 menyatakan bahwa Binatang adalah
kelompok penyebab tertinggi kasus keracunan makanan dengan jumlah kasus sebanyak
2.426. Laporan kasus dari Indonesian One Health University Network (INDOHUN), ternyata
spesies Salmonella menempati peringkat ketiga presentasi tertinggi penyebab utama penyakit
yang menular melalui makanan baik pada manusia maupun hewan (INDOHUN,2015).
Bakteri Salmonella khususnya Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif yang
memiliki flagela. Infeksi terjadi akibat kontaminasi makanan dan minuman yang
mengakibatkan bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebagian besar penderita yang terinfeksi
bakteri ini merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang terletak pada kandung empedu,
saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran
kemih. Bakteri ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti diare dan demam
tifoid (Jawetzet al.,2010).
Di Indonesia, demam tifoid tidak dijumpai secara endemis namun sering dijumpai pada
kota-kota besar. Kejadian kasus tifoid pada pria dan wanita tidak terdapat perbedaan yang
berarti namun angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia remaja. Data yang ditemukan
pada rumah sakit menunjukkan peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya sekitar
500/100000 penduduk dengan angka kematian yaitu 0,6 - 5 %. Terjadinya kematian tersebut
akibat keterlambatan penanganan, pengobatan dan tingginya biaya pengobatan (Riskesdas,
2007).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi dan
mendiagnosis infeksi bakteri Salmonella sp.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Karakteristik dari bakteri Salmonella sp
2. Cara yang tepat dalam mengidentifikasi bakteri Salmonella sp
3. Cara yang tepat dalam mendiagnosis infeksi bakteri Salmonella sp
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Salmonella sp.


Salmonella sp. adalah jenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,
motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat
fakultatif anaerob. Termasuk kelompok bakteri Enterobacteriacea. Ukurannya 2 – 4 µm ×
0,5 – 0,8 µm (Julius, 1990).
Bakteri Salmonella berada pada family Enterobacteriaceae. Klasifikasi dari
Salmonella sp. dapat dibagi berdasarkan spesies, subspecies dan serotipe. Genus Salmonella
terbagi kedalam 2 spesies yakni : 1. Salmonella enteric 2. Salmonella bongori. Spesies
Salmonella enterica dibagi lagi menjadi 6 subspesies yaitu : subspecies enteric atau
subspesies I; subspecies salamae atau subspecies II; arizonae atau IIIa; diarizonae atau IIIb;
houtenae atau IV; indica atau VI (Lubi,P.A.H.,2015; Jorgensen,JH.,2010; Ryan KJ, Ray
CG.,2014).

Gambar 2.1 Bakteri Salmonella sp. yang mempunyai flagela perithrik dengan
menggunakan mikrograf electron (Daniel,B.,2006)

Bakteri Salmonella bersifat motil, gram negatif, anaerob fakultatif serta berbentuk
batang. Sel terluar terdiri atas struktur lipopolisakarida kompleks (LPS) yang terbebas dari
lisis sel sampai batas tertentu selama kultur. Bagian lipopolisakarida dapat berfungsi sebagai
endotoksin, dan berperan penting dalam menentukan virulensi organisme. Kompleks
endotoksin makromolekul ini terdiri dari tiga komponen, mantel O-polisakarida luar, bagian
tengah (inti R), dan lapisan dalam lipid A.
Secara umum, organisme yang berasal dari genus Salmonella merupakan sumber
penyebab berbagai macam infeksi, mulai dari gastroenteritis ringan sampai berat seperti
demam tifoid dan bakterimia. Salmonella adalah agen penyebab Salmonelosis yaitu penyakit
endemis dan menimbulkan kerugian yang besar di Indonesia (Jawetz et al,2010).

2.2 Morfologi
Salmonella sp. merupakan bakteri berbahaya yang dikeluarkan dari saluran pencernaan
hewan dan manusia bersama dengan feses. Salmonella enteritidis merupakan salah satu
serotipe yang sering mengontaminasi susu di samping Salmonella typhimurium (Sarati 1999).
2.2.1 Klasifikasi Salmonella sp. Adapun Taksonomi dari bakteri Salmonella sp. yaitu :
Phylum : Bacteria (Eubacteria)
Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.
2.2.2 Morfologi koloni
a. Pada Blood Agar
1. Koloni Besar
2. Bentuk Bulat
3. Permukaan Agak Cembung
4. Licin dan Jernih
b. Pada Mc Conkey
1. Koloni Tidak Berwarna
2. Tidak Meragi Laktosa
c. Pada Agar Wilson Blair
1. Koloni Kuman Berwarna Hitam Berkilat Logam
2. Terjadi Pembentukan H2S
2.2.3 Morfologi Mikroskopik
1. Gram Negatif
2. Batang Pendek
3. Susunan Tidak Teratur
2.2.4 Interpretasi Hasil
a. Penampakan Secara mikroskopis
Pewarnaan Gram TP-39 dengan melakukan prosedur pewarnaan didapatkan
hasil bakteri Gram batang negatif (UK,Standards for Microbiology Investigation
Services, 2015).
Gambar 2.2 Penampilan Bakteri Salmonella typhi
dengan Pewarnaan Gram Secara Mikroskopis (Dept.
Medical Microbiology and Infectious diseases at
University of Medical Center Rotterdam).
b. Kultur Bakteri
Kultur adalah metode mengembangbiakan bakteri dalam suatu media.
Pada umumnya Salmonella tumbuh dalam media pepton ataupun kaldu ayam
tanpa tambahan natrium klorida atau suplemen yang lain. Media kultur yang
sering digunakan adalah agar Mac Conkey (Sheikh,A.,2011). Media lain
seperti agar EMB (eosine methylene blue), Mac Conkey atau medium
deoksikholat dapat mendeteksi adanya lactose non-fermenter sepeti bakteri
Salmonella typhi dengan cepat. Namun bakteri yang tidak memfermentasikan
laktosa tidak hanya dihasilkan oleh Salmonella, tetapi juga Shigella, Proteus,
Serratia, Pseudomonas, dan beberapa bakteri gram negatif lainnya.
Prinsip kultur bakteri ini adalah : bekuan darah penderita + media Gall
atau Bile 1 % dalam Pepton Water (1 : 1) diinkubasi selama 24 jam dalam suasana
aerobic, kemudian dilakukan penanaman pada media differensial seperti media
MacConkey, apabila hasil yang didapat memperlihatkan kuman dapat
memfermentasikan laktosa (laktosa positif) maka pemeriksaan tidak dilanjutkan,
sedangkan apabila kuman tidak memfermentasikan laktosa (laktosa negatif) maka
pemeriksaan dilanjutkan untuk mencari kuman Salmonella (Qushai,2014)

Gambar 2.3 Salmonella pada SS Agar (Aryal,S.,2016)


Hal yang perlu diperhatikan pada isolasi kuman Salmonella dalam Kultur gall atau
Gall Culture adalah waktu pengambilan bahan untuk dilakukannya pemeriksaan, jenis
media yang digunakan, jumlah volume darah maupun cara inkubasi yang benar serta cara
pengambilan darah harus seaseptik mungkin. Pengambilan spesimen sebaiknya dilakukan
pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai 80
– 90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotik.Pada minggu ke -3
kemungkinan untuk positif menjadi 20 – 25% dan minggu 4 hanya 10 – 15%. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mencari kuman Salmonella dalam darah. Bahan yang
digunakan bekuan darah bukan serum.Hal ini karena serum dipakai untuk tes widal.
(Siba,V.et al.,2012)
c) Uji Serologis
1). Tes Widal
Pemeriksaan serologi ini bertujuan untuk mendeteksi adanya antibody
(didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi / paratyphi
(reagen).Pemeriksaan ini sebagai dikategorikan pemeriksaan penunjang dalam hal
menegakkan diagnosis.Pemeriksaan dengan uji widal dilakukan dengan mendeteksi
adanya antibodi aglutinin dalam serum pasien yang terinfeksi bakteri Salmonella pada
antigen yang berada pada flagela (H) dan badan bakteri (O). Hasil positif dengan
pemeriksaan ini lebih spesifik dengan ditunjukkannya titer aglutinin sebesar sebesar
≥1/200 (Meta,S.,2013). Karena mempergunakan reaksi aglutinasi, maka akan tidak
bermakna apabila dilakukan secara single test. Akan lebih bermakna bila dilakukan
pemeriksaan widal sebanyak dua kali yaitu pada fase akut dan 7-10 hari setelah fase
tersebut.Sebab, aglutinin O dan H secara signifikan meningkat kurang lebih 8 hari
setelah onset demam hari pertama. Jika peningkatan titer terjadi sebanyak empat kali,
maka hasilnya positif secara signifikan (Meta,S.,2013).

Gambar 2.5 Sarana Untuk Tes Widal (Razimaulana,2011)


Dalam praktiknya, hal tersebut akan sulit ditemukan karena penggunaan
terapi antibiotik pada awal penyakit dapat mengurangi peningkatan titer aglutinin.
Berbeda dengan uji thypidot yang mendeteksi IgM lebih awal daripada IgG, dalam
pemeriksaan widal didapat antibody total yaitu IgM dan IgG sekaligus. Sering terjadi
cross-reaction dengan Salmonella lainnya sehingga terkadang menimbulkan hasil
positif palsu. Uji widal juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit paratifus,
paratifus disebabkan bakteri Salmonella paratyphi (Meta,S.,2013). Pengerjaan yang
relative murah dan mudah untuk dikerjakan (Choerrunisa,dkk.,2014) Namun, belum
ada kesepakatan nilai standar aglutinasi (cut-off point) (Septiawan,I.,dkk.,2013)

Anda mungkin juga menyukai