Oleh :
Kelompok B4
1. Monika Tri W. (162210101077)
2. Shafira Faradiba T. (162210101078)
3. Jihan Fatmalah (162210101081)
4. Intan Mauren O.S (162210101082)
5. Rhoudotul Firdaus (162210101085)
6. Lady Refrina F. (162210101087)
7. Vinda Aisya Vira (162210101088)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bakteri Salmonella thypi ...............................................................................................................3
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya.
Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa
desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya.
1
f. Bagaimana pengaruh konsentrasi dan jenis bakteri uji mempengaruhi zona hambat
yang terbentuk?
g. Bagaimana evaluasi akhir uji potensi aktivitas bakteri?
1.3 Tujuan
Tujuan dari paraktikum uji aktivitas antimikroba adalah:
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari uji aktivitas antimikroba adalah:
a. Mengetahui metode yang digunakan untuk mengukur daya antimikroba
b. Mengetahui keunggulan dan kerugian dari metode tersebut
c. Mengetahui termasuk metode apa uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dalam
praktikum uji aktivitas antimikroba
d. Mengetahui mekanisme kerja antibiotik yang dilakukan dalam pengujian
e. Dapat mendeskripsikan prinsip terbentuknya zona hambat
f. Mengetahui pengaruh konsentrasi dan jenis bakteri uji terhaadap zona hambat yang
terbentuk
g. Dapat menjelaskan evaluasi akhir uji potensi aktivitas bakteri
2
BAB 2
DASAR TEORI
3
2.1.1 Taksonomi
Filum : Proteobacteria
Class : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang bergerak yang khas
memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk gas tetapi tidak
memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Salmonella menghasilkan H2S (Jawetz et al.,
2006). Isolat salmonella pada media SSA pada suhu 37oC maka koloni akan tampak
cembung, transparan, bercak hitam dibagian pusat (Nugraha, 2012). Bakteri salmonella
akan mati pada suhu 60o C selama 15 – 20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinasi (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2006).
2.1.3 Epidemiologi
Salmonella typhi merupakan flora normal dalam usus dimana infeksi terjadi akibat
kontaminasi makanan dan minuman yang mengakibatkan bakteri masuk ke dalam tubuh.
Sebagian besar penderita tifoid merupakan sebagai agen pembawa (carier) yang terletak
4
pada kandung empedu, saluran empedu, dan sebagian pada usus atau saluran kemih (Jawetz
et al., 2006).
Di Indonesia, tifoid tidak dijumpai secara endemis namun sering dijumpai pada
kota-kota besar. Kejadian kasus penyakit pada pria dan wanita tidak terdapat perbedaan
namun angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia remaja. Data yang ditemukan pada
rumah sakit menunjukkan peningkatan jumlah penderita tiap tahunnya sekitar 500/100000
penduduk dimana angka kematian yaitu 0,6 - 5 %. Terjadinya kematian tersebut akibat
terlambatnya penanganan, pengobatan dan tingginya biaya pengobatan (Keputusan Menteri
Kesehatan RI, 2006).
5
2.2 Antimikroba
Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk memberantas
infeksi oleh bakteri pada manusia. Obat-obat yang digunakan untuk membasmi mikroba yang
menyebabkan infeksi pada manusia, hewan ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif
artinya obat atau zat tersebut harus bersifat sangat toksis terhadap bakteri penyebab penyakit,
tetapi relatif tidak toksis terhadap jasad inang atau hospes (Djide, M.N, 2005).
Dalam hal ini jumlah mikroorganisme akan berkurang atau bahkan habis, tidak dapat lagi
melakukan multiplikasi atau berkembangbiak. Suatu antimikroba memperlihatkan toksisitas
selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganisme dibandingkan pada sel hospes.
Hal ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena
obat pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul daripada pengaruhnya
terhadap sel hospes. Di samping itu juga struktur sel mikroorganisme berbeda dengan struktur sel
manusia atau hospes
6
2. Penghambatan terhadap sintesis dinding sel
Dinding sel mikroba secara kimia adalah peptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer
mukopeptida (glikopeptida). Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat
reaksi pembentukan atau mengubahnya setelah dinding sel tersebut selesai dibentuk.
Antimikroba ini dapat menghambat sintesis atau menghambat aktivitas enzim seperti enzim
transpeptidase yang dapat menimbulkan kerusakan dinding sel yang menyebabkan sel
mengalami lisis. Contohnya basitrasin, sefalosporin, sikloserin, penisilin, dan vankomisin.
7
2.3 KLT-Bioautografi
Metode bioautografi merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menunjukkan
adanya aktivitas antibakteri atau kapang. Metode ini menggabungkan penggunaan teknik
kromotografi lapis tipis dengan respon dari mikroorganisme yang diuji berdasarkan aktivitas
biologi dari suatu analit yang dapat berupa antibakteri, antikapang, dan antiprotozoa.
Bioautografi dapat digunakan untuk mencari antibakteri atau antikapang baru, kontrol kualitas
antimikroba, dan mendeteksi golongan senyawa (Macek, 2005).
Salah satu keuntungan metode bioautografi dibandingkan dengan metode lain seperti
difusi agar dan pengenceran adalah dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas biologi secara
langsung dari senyawa yang komplek, terutama yang terkait dengan kemampuan suatu senyawa
untuk menghambat pertumbuhan mikroba, selain untuk pemisahan dan identifikasi. Kelebihan
lainnya, metode bioautografi tersebut cepat, mudah untuk dilakukan, murah, hanya membutuhkan
peralatan sederhana dan interpretasi hasilnya relatif mudah dan akurat (Kavanagh, 1972).
a. Bioautografi langsung
Dimana mikroorganismenya tumbuh secara langsung di atas lempeng
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Prinsip kerja dari metode ini adalah suspensi
mikroorganisme uji yang peka dalam medium cair disemprotkan pada permukaan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang telah dihilangkan sisa-sisa eluen yang menempel
pada lempeng kromatogram. Setelah itu dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
8
Pengeringan kromatogram dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan “hair dryer”
untuk menghilangkan sisa eluen. Besarnya lempeng KLT yang sering digunakan adalah
20×20 cm dan untuk meratakan suspensi bakteri yang telah disemprotkan dapat
menggunakan alat putar atau “roller” yang dilapisi dengan kertas kromatogram. Lempeng
KLT diinkubasi selama 1×24 jam dalam boks plastik dan dilapisi dengan kertas,
kemudian disemprot dengan 5 ml larutan cair TTC (20 mg/ml) atau INT (5 mg/ml), INTB
(5 mg/ml), serta MTT (2,5 mg/ml) dan selanjutnya diinkubasi kembali selam 4 jam pada
suhu 37oC (Djide, M.N, 2005).
b. Bioautografi kontak
Dimana senyawa antimikroba dipindahkan dari lempeng KLT ke medium agar
yang telah diinokulasikan bakteri uji yang peka secara merata dan melakukan kontak
langsung. Prinsip kerja dari metode ini didasarkan atas difusi dari senyawa yang telah
dipisahkan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Lempeng kromatografi ini
disemprotkan di atas permukaan medium nutrient agar yang telah diinokulasikan dengan
mikroorganisme yang sensitif terhadap senyawa antimikroba yang dianalisa. Setelah 15-
30 menit lempeng kromatografi kemudian dipindahkan dari permukaan medium.
Senyawa antibakteri yang telah berdifusi dari kromatogram ke dalam medium agar akan
menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi pada waktu dan tempat temperatur
yang tepat, hingga noda yang menghambat tampak pada permukaan (Djide, M. N, 2005).
9
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
Jangka sorong
Cark bores
Ring
b. Bahan
Sampel
Cakram antibiotik
Biakan bakteri
Prosedur Kerja
Dicairkan media MH steril yang ada pada tabung reaksi. Dituangkan dalam cawan
petri secara aseptis,ditunggu hingga media membeku
10
o Metode TLC Bioautography
Disiapkan sampel yang sudah dieluasi dengan sistem KLT tertentu. Lempeng KLT
dikeringkan hingga benar- benar bebas dari fase gerak
Lempeng KLT ditempelkan secara terbalik pada media agar yang telah diberi bakteri
uji (sampel kontak langsung dengan media)
o Analisis data
Data berupa diameter hambat pada tiap sampel dan larutan baku standar dengan
jangka sorong
Dilakukan analisi data berdasarkan uji aktivitas antibakteri dan uji potensi antibiotik
11
BAB 4
PEMBAHASAN
Keempat larutan uji tidak menunjukkan aktivitas sebagai antibakteri, karena Oleum Rosae
biasa digunakan untuk corigen, Oleum Sereh digunakan sebagai penghalau serangga, Oleum
Mint digunakan sebagai karminativun, dan Oleum Gondopuro biasa dignakan sebgai analgesik
lokal.
12
d. Metode sumuran
Pada metode ini MH dibuat sumur dengan cork boarer. Pada lubang sumuran akan
ditanami antimikroba dan mikroba.
e. Metode bioautography
Metode ini digunakan untuk mengetahui senyawa baru atau senyawa yang belum
diketahui aktivitas antibakterinya. Metode ini menggunakan prinsip difusi
senyawa yang terpisah dengan KLT ataukeromatografi kertas
b. Metode sumuran
Keunggulan : mudah dilakukan , relative murah, tidak memerlukan alat
khusus, dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya
lambat dan bersifat anaerob obligat
Kekurangan : membutuhkan waktu inkubasi 24 jam, ukuran zona bening yang
terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, dan preinkubasi serta
ketebalan medium
c. Metode bioautugraphy
Keunggulan : mudah dilakukan, hanya perlu peralatan yang sederhana,
interpretasi hasilnya relative lebih mudah dan akurat, dapat digunakan untuk
mengetahui aktivitas biologi dan antibakteri
Kekurangan : membutuhkan waktu yang lama, kurang efisien, harus
menggunakan pembanding deteksi seperti blank disc.
13
3. Termasuk kedalam metode apa uji aktivitas antibakteri yang dilakukan
a. Metode difusi agar
Kerja metode ini dengan mengamati daerah yang bening yang mengindikasikan
adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan
media agar. Yang termasuk kedalam metode ini adalah cara silinder plat, cara
cakram, dan cara cup plat.
b. Metode dilusi
Metode ini mengukur MIC dan MBC. Caranya dengan membuat pengenceran
antimikroba pada medium cair yang ditumbuhkan dengan mikroba uji. Larutan uji
dengan konsentrasi kecil akan terlihat jernih tanpa ada pertumbuhan mikroba yang
ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebgai KHM selanjutnya
dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun antibiotic
dan inkubasi 18-24 jam. Media cair yang tetap terihat jernih setelah inkubasi
ditetapkan sebgai KBM.
c. Metode bioautography
Metode ini spesifik untuk mendeteksi bercak pada kromatografi hasil KLT yang
mempunyai aktivitas antibakteri, antifungi dan antivirus.
14
tersebut. Semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk maka bakteri akan
semakin sensitif terhadap antibakteri.
6. Pengaruh konsentrasi dan jenis bakteri uji terhadap zona hambat yang terbentuk :
Konsentrasi
Pengaruh jenis bakteri uji terhadap zona hambat yang terbentuk adalah semakin
kuat pertahanan bakteri, maka semkain kecil zona hambat yang akan terbentuk. Hal ini
tergantung pada jenis gram positif atau gram negatif pada bakteri yaitu dengan adanya
kapsul pelindung pada dinding sel sehingga resisten terhadap antibiotik tertentu.
Uji potensi antibiotik adalah suatu teknik untuk menerapkan suatu potensi
antibiotik dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap mikroorganisme uji yang
peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan senyawa uji dapat berupa hambatan
pertumbuhan. Uji potensi antibiotika dilakukan dengan 2 metode yaitu metode kertas
saring (menggunakan zat-zat kimia) dan metode D’aurbert (bahan uji berupa bahan
pengawet). Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotika ditentukan oleh diameter zona
hambatnya. Terbentuknya zona bening atau zona hambat menandakan adanya potensi
antibiotik maka efektivitasnya meningkat. Untuk menghitung potensi antibiotik dapat
dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus transformasi log dengan prosedur
penyesuaian kuadratterkecil dan uji linearitas. Kemudian penetapan dari bahan uji
dilakukan dengan menggunakan kurva baku yang berbeda, buat rata-rata dari dua atau
lebih nilai potensi.
15
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17