Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASKEP KLIEN DENGAN PENYAKIT CACINGAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :
GLORIYA MARNI KENELAK (2020081024134)
INSYA NAOMI WAKUM (2020081024152)
APRILINA R.S.BEROTABUI (2019081024014)
YOHANA FR.LAUREN KIM (2020081024154)
ANJELIKA R YARE (2020081024010)
WINDA PUSPA HALIM (2020081024172)
MARTHA KEDEIKOTO (2020081024162)
AKOFE KOBAK (20180811024007)
ELISABETH M Y MAMBRASAR (2020081024176)
NORBERTUS HAGISIMIJAUW (2020081024174)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Askep
pada pasien dengan penyakit Cacingan”
Kami berharap makalah ini dapat memotivasi para mahasiswa/mahasiswi lain
dalam mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak terdapat
kekurangan.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan-masukan yang bersifat


membangun, yaitu berupa kritikan dan saran yang konstruktif demi memperbaiki dan
penyempurnaan pembuatan laporan dan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jayapura , 25 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Bekakang...............................................................................................................
B. Tujuan...........................................................................................................................
C. Manfaat.........................................................................................................................

BAB II KONSEP DASAR.....................................................................................................


A. Kosep Medis
1) Definisi...................................................................................................................
2) Anatomi dan Fisiologi ............................................................................................
3) Etiologi...................................................................................................................
4) Manifestasi.............................................................................................................
5) Patofisiologi...........................................................................................................
6) Patways..................................................................................................................
7) Pemeriksaan Fisik ..................................................................................................
8) Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
9) Penatalaksanaan Medis..........................................................................................
B. Proses Keperawatan
1) Pengkajian ..............................................................................................................
2) Diagnosis Keperawatan ..........................................................................................
3) Intervensi ................................................................................................................
a) Tujuan (NOC,SLKI) ..................................................................................
b) Rencana Keperawatan (NIC,SIKI) ............................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................


A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi cacing merupakan penyakit yang umum menyerang penduduk di
negara-negara berkembang. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia WHO,
60.000 kasus kematian di seluruh dunia terutama pada anak-anak diakibatkan oleh
infeksi cacing gelang atau Ascaris lumbricoides. Kasus penyakit cacingan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang dengan iklim tropis seperti Indonesia,
juga di daerah-daerah dengan level sanitasi yang buruk. Anak-anak balita dan usia
sekolah, yakni 3-8 tahun lebih sering terinfeksi dibanding orang dewasa.
World Health Organization (WHO) tahun 2012 memperkirakan lebih dari 1,5
miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi dengan cacing yang ditularkan
melalui tanah. Lebih dari 270 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 600 juta anak
usia sekolah tinggal di daerah di mana parasit ini ditularkan secara intensif dan
membutuhkan pengobatan serta tindakan pencegahan.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan pada
masyarakat Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga karena factor
kersadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya pengetahuan
kesehatan, dan kurangnya penyuluhan kepada masyarakat terutama di daerah terpencil
memberi kontribusi tingginya angka kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi pengaruhnya
bisa sangat mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan,
infeksi ringan mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi kilinis, baik
yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi yang sedang
sampai berat bisa mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan pada usus dan
gangguan beberapa fungsi organ dalam. Apabila hal ini terjadi pada masa anak-anak
terutama disekolah, maka akan sangat mengganggu proses belajar mengajar, secara
nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi, yang disadari atau tidak hal
tersebut mempengaruhi masa depan mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Cacingan?
2. Apa anatomi fisiologi dari cacing
3. Bagaimana dari etiologi ?
4. Bagaimana patofisiologi dari cacingan?
5. Apa manifestasi klinis dari penyakit cacingan?
6. Apa pathway dari cacingan?
7. Bagaimana pemeriksaan fisik penyakit cacingan ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit cacingan?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit cacingan ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yakni :
1) Untuk mengetahui pengertian dari penyakit cacingan
2) Untuk mengetahui anatomi fisiologi
3) Untuk mengetahui etiologi dari penyakit cacingan
4) Untukmengetahui patofisiologi dari penyakit cacingan
5) Untuk mengetahui manifestasi dari penyakit cacingan
6) Untuk mengetahui patway dari penyakit cacingan
7) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik penyakit cacingan
8) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit cacingan
9) Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaa dari penyakit cacingan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1) Definisi Cacingan
Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing-cacing khusus
yang ditularkan melalui tanah dan sarana penularan lainnya. Tempat bersarang
cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di usus
halus seperti cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di usus
besar seperti cacing cambuk.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya
meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan
larva (masa hidup setelah telur) cacing menyebar ke berbagai tempat yang sangat
mungkin dapat bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang
masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Manusia
merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini
menyebabkan masalah kesehatan.
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa
cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga sering kali
diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam
keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung
memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal
(Margono, 2008).
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi
satu atau lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara
nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa
disebut dengan cacing jenis STH (soil transmitted helminths ) yaitu Ascaris
lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichuira ( cacing cambuk ), Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale ( cacing tambanng). (Margono et al., 2006).

2) Anatomi Fisiologi Siklus Cacingan


a. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

b. Trichuris trichiura ( Cacing Cambuk )

c. Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang)


3) Etiologi Antraks
Penyakit infeksi cacing dapat di sebabkan oleh beberapa jenis cacing,
dintaranya adalah Ascaris lumbricoides yang menyebabkan askariasis,
Necatoramericanus dan Ancylostoma duodenale yang menyebabkan necatoriasis
dan anchilostomiasis, Enterobius vermicucularis yang menyebabkan
enterobiasis,Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar, cacing cambuk) yang
menyebabkan trichuriasis, Strongyloides stercoralis yang menyebabkan
strongiloidiasisTrichinella spiralis (Trichina worm, cacing trichina) yang
menyebabkan, Toxocara canis (dog worm) dan Toxocara cati (cat worm) umunya
menginfeksi hewan (anjing dan kucing) tapi kadang-kadang cacing ini dapat hidup
pada manusia sebagai parasit yang mengembara(erratic parasit) yang menyebabkan
penyakit viceral larva migrans, Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum
yang menyebabkan creeping eruption pada manusia dan cacing-cacing jenis lain
yang dapat menginfeksi manusia .

Infeksi cacing umumnya masuk melalui mulut atau langsung melalui luka di
kulit (cacing tambang dan benang) atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada di
atas tanah. Terlebih pada pembuangan kotoran yang dilakukan dengan sembarangan
dan tidak memenuhi syarat kebersihan (Zulkoni, 2010; Tjay dan Rahardja, 2002).
Kemudian kebiasaan penggunaan kotoran sebagai pupuk tanaman menyebabkan
semakin luasnya pengotoran tanah. Persediaan air rumah tangga dan makanan
tertentu, misalnya sayuran yang tidak dicuci bersih akan meningkatkan penderita
kecacingan. Demikian juga kebiasaan makan masyarakat, menyebabkan terjadinya
penularan penyakit cacing tertentu, misalnya kebiasaan mengkonsumsi makanan
mentah atau setengah matang sepeti ikan, kerang, daging atau sayuran. Bila dalam
makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing maka dapat terjadi kecacingan
pada manusia (Entjang, 2003).

4.) Patofisiologi Penyakit Cacingan


Patofisiologi askariasis dimulai dari masuknya telur Ascaris lumbricoides ke
saluran cerna manusia. Telur yang telah terfertilisasi akan menjadi bentuk infektif
setelah 18 hari atau beberapa minggu jika didukung oleh lingkungan yang
mendukung seperti kelembapan yang tinggi, suhu yang hangat, dan tanah ditempat
teduh. Telur infektif jika secara tidak sengaja tertelan oleh manusia akan masuk ke
saluran pencernaan, telur menetas di duodenum akibat stimulasi dari asam gaster dan
menghasilkan larva rhabditiform yang kemudian bermigrasi ke sekum (usus besar).
Larva rhabditiform akan mempenetrasi epitelium usus untuk mencapai
pembuluh darah vena, vena portal dan kemudian liver. Larva bermigrasi lewat
pembuluh darah vena atau sistem limfatik untuk mencapai jantung dan paru-paru.
Terkadang larva juga bermigrasi ke ginjal atau otak. Di paru-paru larva menembus
dinding kapiler menuju rongga alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,
kemudian laring dan memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva akan tertelan
kembali ke saluran pencernaan. Setibanya di saluran pencernaan bagian atas larva
sudah menjadi cacing dewasa (2-3 bulan). Cacing dewasa kemudian diam di jejenum
berkopulasi dan bertelur dengan masa hidup 6-24 bulan. Dan kemudian siklus
terulang kembali.
Ascaris lumbricoides akan menimbulkan masalah kesehatan pada manusia
melalui beberapa cara, yaitu dengan menimbulkan kerusakan jaringan secara
langsung, adanya respons imun host terhadap tempat infeksi, obstruksi orifisium
atau lumen traktus gastrointestinal, dan sekuele nutrisi yang disebabkan oleh adanya
infeksi. 

5.) Manifestasi Klinis Penyakit Cacingan


a. Gejala umum:
Secara keseluruhan gejala-gejala kecacingan adalah

• Berbadan kurus dan perrtumbuhan terganggu (kurang gizi)

• Kurang darah (anemia)

• Daya tahan tubuh rendah,sering-sering sakit, lemah dan senang


menjadi letih sehinnga sering tidak hadir sekolah dan mengakibatkan
nilai pelajaran turun.
Gejala-gejala ini terjadi karena cacing Ascaris Lumbricoides hidup
dalam rongga usus manusia dan mengambil makanan terutama karbohidrat
dan protein, 1 ekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 gram/hari dan
protein 0,035 gram/hari.Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak
yang mengkonsumsi makanan yang kurang gizi dapat dengan mudah akan
jatuh kedalam kekurangan gizi buruk, sedangkan cacing trichuris dan cacing
tambang disamping mengambil makanan juga akan menghisap darah sehingga
dapat menyebabkan anemia.
b. Gejala Khusus:
1. Cacing Gelang
Sering kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu
makan dibarengi diare, akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada
kasus yang berat, penderita mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang
jumlahnya banyak, akan menggumpal dan berbentuk seperti bola, sehingga
menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran pencernaan.
2. Cacing Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di sekitar tempat hidup si cacing,
misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi ringan, gejala tidak terlalu
tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan diare berkepanjangan.
Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan anemia. Peradangan
bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang menyebabkan mual,
muntah, dan perut kembung.

3. Cacing Tambang
Cacing tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk
kedalam tubuh melalui kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus
halus menghisap darah si penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu,
pucat, dan anemia berat.

4. Cacing Kremi
Telur cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang
di usus besar. Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah
banyak, cacing ini bisa menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran
bila si kecil nampak rewel akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi
daerah anusnya dengan baby oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa
menjadi media penyebar, seperti handuk, celana, pakaian.

6.) Pathway
7.) Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik dapat berbeda-beda tergantung dari fase askariasis :


 Askariasis pulmonaris: vesikular dan perkusi sonor. Febris, mengi, pada kasus yang
lebih berat terdapat pneumonia sehingga ditemukan ronki.
 Obstruksi intestinal: takikardia, takipneu, febris, muntah, nyeri hebat abdomen difus
atau lokal (biasanya pada sisi kanan). Teraba massa bolus askaris. Tanda-tanda
perforasi atau sepsis jika obstruksi menjaid progresif.
 Askaris hepatobilier: pasien tampak sangat sakit dengan tanda-tanda vital abnormal
(takikardia, takipneu, dan demam) disertai dengan muntah.
 Kolik bilier: Nyeri disebabkan oleh cacing yang masuk ampula vater dari duodenum,
pengambilan cacing segera dapat menyembuhkan gejala langsung. Gejala kolangitis
seperti demam menggigil dan ikterik ringan tidak selalu tampak
 Kolangitis akut: demam tinggi, ikterik, nyeri perut bagian atas, hipotensi,
hepatomegali
 Kolesistitis akut: nyeri hipokondriak kanan bisa disertai teraba massa bolus
askaris, muscle guarding, dan demam ringan
 Abses hepar: nyeri tekan hepatomegali, demam tinggi, edema dan nyeri pada
penekanan intercostal, nyeri hipokondriak kanan

8.) Pemeriksaat Penunjang

Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan


menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai
sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi (Menteri Kesehatan, 2006)
a. Pemeriksaan laboratorium
i. Pemeriksaan mikroskopis pada hapusan tinja dan dihitung dengan
metode apus tebal kato. Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur
fertil matang, sedangkan telur infertil ditemukan pada individu yang
terinfeksi hanya dengan cacing betina.
ii. Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit
paru.
iii. Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinofilia.
b. Pemeriksaan foto
1. Foto thorak menunjukkan gambaran opak pada lapang pandang paru
seperti pada sindrom Loeffler.
2. Penyakit pada saluran empedu
i. Endoscopic retrogade cholangiopancreatography (ERCP)
memiliki sensitifitas 90 % dalam membantu mendiagnosis
biliary ascariasis.
ii. Ultrasonography memiliki sensitivitas 50 % untuk
membantu membuat diagnosis biliary ascariasis.

9.) Penatalaksanaan Medis

Obat-obat untuk Pengobatan infeksi cacing


a. Albendazol
Albendazol merupakan obat cacing berspektrum luas. Obat bekerja dengan
menghambat pembentukan energi cacing sehingga mati. Albendazol juga memiliki
efek larvisida terhadap cacing gelang (A. lumbricoides) dan cacing tambang serta
memiliki efek ovisida terhadap cacing gelang (A.lumbricoides), cacing tambang
(A.duodenale) dan cacing cambuk (T.trichiura). Setelah pemberian oral, albendazol
akan segera mengalami metabolisme lintas pertama dihati menjadi metabolit aktif
albendazol-sulfoksida. Absorbsi obat akan meningkat bila diberikan bersama
makanan berlemak. Waktu paruh albendazol adalah 8 – 12 jam dengan kadar puncak
plasma dicapai dalam 3 jam. Pada pasien dewasa dan anak usia 2 tahun diberikan
dosis tunggal 400 mg per oral. Untuk askariasis berat dapat diberikan selama 2 – 3
hari. WHO merekomendasikan dosis 200 mg untuk anak usia antara 12 – 24 bulan.
b. Mebendazole
Mebendazole, suatu senyawa benzimidazole sintetik, efektif melawan
spektrum nematoda yang luas. Obat ini banyak digunakan sebagai monoterapi
untuk penanganan massal penyakit cacing, juga pada infeksi campuran dengan dua
atau lebih cacing (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini merupakan obat terpilipada
terapi infeksi oleh cacing cambuk, cacing kremi, cacing tambang, dan cacing
gelang. Mebendazole bekerja dengan mengikat dan mengganggu pembentukan
mikrotubulus parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa (Tjahyanto dan Salim,
2013; Tjay dan Rahardja, 2002).
c. Pyrantel pamoate
Pyrantel pamoate bersama dengan mebendazole, efektif pada pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang, cacing kremi, dan cacing tambang.
Obat ini bekerja sebagai agen penghambat neuromuskular dan depolarisasi,
menyebabkan aktivasi permanen pada reseptor nikotinik parasit, cacing yang
terparalisis dikeluarkan dari saluran cerna (Tjahyanto dan Salim, 2013).
Dosis yang dianjurkan 10 mg-11 mg/kg BB per oral, maksimum 1 gram,
tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek sampingnya jarang, ringan dan berlangsung
sekilas antara lain mual, muntah, diare, kram perut, pusing, mengantuk, nyeri
kepala, susah tidur, demam, lelah.

B. Proses Keperawatan
1.) Pengkajian
a. Identitas klien
i. Nama
ii. Usia
iii. Alamat
iv. Jenis kelamin
v. Agama
vi. Status
Dasar data pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
b. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalam karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
c. Sirkulasi
Tanda : tachikardia ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri)
d. Nutrisi / cairan
Gejala : mual, muntah, dan anoreksia.
Tanda : hipoglikemia, pot belly, dehidrasi, BB turun.
e. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urin.
f. Nyeri
Gejala : nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, kolik.
g. Integritas ego
Gejala : ansietas.
h. Keamanan
Tanda : kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat

2.) Diangnosa Keperawatan


1. Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap diare
2. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia dan muntah.
3. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi

3.) Intervensi Keperawatan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan,


manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada
nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Beberapa jenis
cacing yang menyerang manusia yaitu; cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi,
dan cacing tambang (Gandahusada, 2000, h.8).
Penyebab terjadinya kecacingan adalah semua cacing masuk ke dalam perut,
kecuali cacing tambang anak cacingnya menembus kulit kaki. Semua jenis cacing
bertelur di usus dan telur yang sudah matang dikeluarkan bersama-sama tinja. Berak
(tinja) yang dibuang di hutan, di sawah, di pantai dan sungai, bila kering telur cacing
akan tertiup angin, lalu masuk ke dalam makanan yang dimakan manusia.
Penyakit cacing umumnya ialah penyakit yang didapat oleh tubuh begitu
terjangkit oleh cacing baik melewati makanan yang dikonsumsi manusia atau
melewati pori-pori kulit tubuh manusia.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan di
bidang dokumentasi keperawatan komplementer sehingga mahasiswa mampu
menerapkannya dalam praktik sehari-hari dan bisa membuat dokumentasi
keperawatan dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
DAFTRA PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/490369624/ASKEP-Cacingan-Kel-2-siang

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/askariasis/diagnosis

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/askariasis/patofisiologi

https://id.scribd.com/document/419872779/REVISI-BAB-II-CACINGAN-2-docx

https://id.scribd.com/document/374714330/tugas-makalah-cacingan

Anda mungkin juga menyukai