Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GATROENTERITIS

AKUT

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II dengan dosen pembimbing Bapak Ns. Albertus Budi Arianto, S.Kep.

Oleh :
Dini Silmi Abdillah (30120116050)
Ester Sarah (30120116023)
Gita Natalia Rahelda (30120116035)
Muhammad Cristanto (30120116042)
Nova Kriswahyuni (30120116004)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2018

1
Daftar Isi.................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. 3


1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GEA ................................................................ 5


2.2 Anatomi dan Fisiologi GEA.............................................. 6
2.3 Etiologi GEA ..................................................................... 14
2.4 Klasifikasi GEA ................................................................ 16
2.5 Patofisiologi GEA ............................................................ 19
2.6 Gejala dan Tanda GEA ..................................................... 21
2.7 Manifestasi klinis GEA .................................................... 23
2.8 Penatalaksaan Medis GEA ................................................ 25
2.9 Pemeriksaan Diagnostik GEA........................................... 25
2.10 Komplikasi GEA ............................................................... 26
2.11 Penularan GEA.................................................................. 26
2.12 Pencegahan GEA .............................................................. 27

BAB III KONSEP DASAR ASKEP

3.1 pengkajian ............................................................................... 29


3.2 Diagnosa ................................................................................. 30
3.3 intervensi ................................................................................. 30
3.4 Evaluasi ................................................................................... 48

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................. 49


4.2 Saran ....................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 50

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya masalah penyakit gastroenteritis akut merupakan salah satu
penyakit berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar
di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan
fisik, maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
masih banyak faktor lainnya.
Kebersihan lingkungan adalah faktor yang sangat mempengaruhi kesehatan.
Pada lingkungan yang tidak terawat, terdapat banyak sekali mikroorganisme
patogen yang bisa mencari kesempatan untuk masuk ke tubuh. Terdapat
Rotavirus (40-60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), dan
parasit Entamoeba hystolitica (<1%) (Dyah dan Yunita, 2017).
Sekitar 5 juta anak meninggal dunia karena GEA dan sebagian besar terjadi di
Indonesia (Widoyono, 2011). Prevalensi GEA tertinggi ada pada kelompok umur
balita yaitu sebesar 16,7% (Anggraeni dan Farida, 2011). Sementara di Amerika
Serikat diperkiran angka kejadian gastroenteritis akut per tahun pada orang
dewasa mencapau 375 juta kasus dengan 900.000 orang diantaranya dirawat di
rumah sakit serta menyebabkan 6.000 orang meninggal dunia dan angka ini
semakin meningkat pada kelompok usia lanjut. Di seluruh dunia, angka kejadian
gastroenteritis akut per tahun mencapai 1,5 milliar kasus (Dadang, dkk., 2009). Di
Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya.
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian
dan dapat menimbulkan kejadian yang luar biasa (KLB). Penyebab utama
kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui

3
feses. Sementara penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi
(Meivi, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi diare?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi usus?
3. Bagaimana etiologi diare?
4. Apa saja klasifikasi diare?
5. Apa saja tipe-tipe diare?
6. Apa saja manifestasi klinis pada diare?
7. Bagaimana patofisiologi diare?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik diare?
9. Apa saja komplikasi pada diare?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada diare?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi diare.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi usus.
3. Untuk mengetahui etiologi diare.
4. Untuk mengetahui klasifikasi diare.
5. Untuk mengetahui tipe-tipe diare.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada diare.
7. Untuk mengetahui patofisiologi diare.
8. Untuk mengetahuipemeriksaan diagnostik diare.
9. Untuk mengetahui komplikasi pada diare.
10. Untuk mengetahuiasuhan keperawatan pada diare.

4
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Gastroenteritis Akut (GEA)


Menurut Cakrawardi, dkk (2011), gastroenteritis akut adalah penyakit yang
terjadi akibat adanya peradangan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
infeksi dengan gejala utamanya yaitu muntah, dehidrasi, dan diare.
Menurut Sodikin (2012), gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi
larutan di usus yang menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit
melalui feses.
Menurut Dharmika, dkk (2014), diare adalah kondisi peningkatan frekuensi
buang air besar dan konsistensi feses menjadi cair.
Jadi menurut penulis, gastroenteritis akut adalah salah satu kondisi
peradangan pada saluran pencernaan yang menyerang usus oleh infeksi sehingga
meningkatkan frekuensi defekasi dan konsistensi feses menjadi cair dengan
gejala adanya muntah, dehidrasi, dan diare.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Mulut

5
Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi
organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Secara umum
mulut terdiri atas dua bagian yaitu:
a. Bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang dianatara gusi, gigi,
dan bibir.
b. Bagian rongga mulut (bagian dalam) yaitu rongga mulut yang dibatasi
oleh tulang maksilaris, palatum, dan mandibularis.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis, di bawahnya
terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya
akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir syaraf sesoris.
Sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh
selaput lendir (mukosa). Dimulut ada beberapa bagian yang perlu diketahui
yaitu:
a) Palatum
Palatum terdiri dari dua bagian:
 Palatum durum yang tersusun atas taju-tajuk palatum dari sebelah
depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang teridiro dari dua
bagian palatum.
 Palatum mole yang terletak di belakang, merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan, fibrosa,
dan selaput lendir.
b) Rongga mulut
 Gigi manusia mempunyai susunan gigi primer dan sekunder.
 Lidah.
c) Kelenjar ludah, terdapat tiga bagian yaitu:
 Parotis.
 Submaksilaris.
 Sublingualis.
2. Faring

6
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan. Dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) dan
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit sebagai
pertahanan pada infeksi.

3. Esofagus

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan


lambung, panjangnya sekitar 9 – 25 cm dengan diameter 2,54 cm.
4. Lambung

7
Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak, terutama di daerah atas epigaster lambung terdiri fundus uteri yang
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilarik terletak di bawah
diagfragma di depan pankreas dan limpa menempel di sebelah kiri fundus
uteri. Bagian lambung yaitu:
 Fundus ventrikuli.
 Korfus vertikuli.
 Antrum filorus.
 Kurvatura minor.
 Kurvatura mayor.
 Osteom kardiakum.

5. Usus halus

Usus halus adalah tuba terlilit yang yang merentang dari sfingter pylorus
sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan usus besar. Usus halus
memiliki diameter ± 2,5 cm, panjang 3/5 meter saat bekerja. Usus halus terdiri
dari 3 bagian yaitu:
 Duodenum, merupakan bagian terpendek ± 25-30 cm.
 Yeyenum, bagian yang panjangnya ± 1 m sampai1,5 m.
 Ileum, panjangnya 2 – 2,5 meter merentang sampai menyatu dengan
usus besar.
Gerakan usus halus mencampur isinya dengan enzim untuk pencernaan,
memungkinkan produk akhir pencernaan mengadakan kontak dengan sel
absortif dan mendorong zat sisa memasuki usus besar. Pergerakan ini dipicu

8
oleh peregangan dan secara reflex dikendalikan oleh SSO. Gerakan usus halus
ada:
a) Segmentasi irama adalah gerakan pencampuran utama. Segmentasi
mencampur kimus dengan cairan pencernaan dan memaparkannya ke
permukaan absortif. Gerakan ini adalah gerakan konstriksi dan
relaksasi bergantian dari cincin ototo dinding usus yang membagi isi
menjadi segmen dan mendorong kimus bergerak maju mundur dari
satu segmen yang relaks ke segmen lainnya.
b) Peristaltis adalah kontraksi ritmik otot polos longitudinal dan sirkular
kontrakasi ini adalah daya dorong utama yang menggerakan kimus
kearah bawah disepanjang saluran.

DINDING USUS

a) Tiga spesialisasi struktural yang memperluas permukaan absortif


usus halus sampai kurang lebih 600 kali.
 Plicae circulares adalah lipatan sirkular membran mukosa yang
permanen dan besar. Lipatan ini hampir secara keseluruhan
mengitari lumen.
 Vili adalah jutaan tonjolan menyerupai jari yang tigginya 0,2 - 1
mm memanjang ke lumen dari permukaan mukosa. Vili hanya
ditemukan pada usus halus. Setiap vilus mengandung jaring
kalpilar dan pembuluh limfe yang disebut lacteal.

9
 Mikrovili adalah lipatan menonjol kecil pada membran sel yang
muncul pada tepi yang berhadapan engansel epitel.
b) Kelenjar
 Kelenjar usus (kripta lieberkuhn) tertanam dalam mukosa dan
membuka di antara basis vili. Kelenjar ini mensekresi hormon dan
enzim. Enzim yang dibentuk oleh sel epithelial usus dibutuhkan
untuk melengkapi digesti.
 Hormon yang mempengaruhi antara lain:
Sekreti, CCK, dan GIP berperan utuk menghalangi sekresi pada
kelenjar lambung.
 Paptida usus vasoaktif sebagai efek vasodilator dan efek relaksasi
otot polos.
 Subtansi P berpengaruh aktifitas motorik otot polos.
 Somatostatin menghambat sekresi asam klorida dan gastrin seperti
hipotalamus yang melepas faktor pelepas hormon pertumbuhan.

c) Kelenjar penghasil mukus


 Sel Goblet terletak dalam epitelium di sepanjang usus halus. Sel
ini memproduksi mukus pelindung.
 Kelenjar Bruner terletak dalam submukosa duodenum. Kelenjar ini
memproduksi mukus untuk melindungi mukosa duodenum
terhadap kimus asam dan cairan lambung yang masuk ke pylorus
melalui lambung.
d) Kelenjar enteroendokrin menghasilkan hormon gastrointestinal.
e) Jaringan limfantik
Leukosit dan nodus limfe ada di keseluruhan usus halus untuk
melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing. Agregasi odulus
limfe yang di sebut bercak peyer tedapat dalam ileum.

FUGSI USUS HALUS

a) Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di


mulut dan lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim
prankeas serta di batu empedu dalam hati.
b) Usus halus secara selektif mengabsobsi produk digesti.

10
6. Hati

Letaknya di bagian atas rongga abdomen di sebelah kanan bawah


diagfragma. Hepar terletak di quadran kanan atas abdomen, di bawah
diagfragma dan terlindungi tulang rusuk. Hati menerima teroksigenasi dari
arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien
vena porta hepatica.

7. Empedu

Letakanya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai


pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm.
8. Pankreas

11
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurva tura
besar lambung.
9. Usus Besar

Mulai dalam keluar adalah selaput lendir, lapisan otot meningkat, lapisan
otot memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar dari usus halus
disini terdapat tenia coli dan apendiks epiploika, mukosanya lebih halus dari
pada usus halus dan tidak memiliki filli, tidak memiliki lipatan sirkuler.
Serabut otot longitudinal dalam muskulus eksterna membentuk 3 pita, tenia
coli yang menarik kolon menjadi kantung besar yang disebut haustra. Bagian
bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar.
Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik,
sehingga kemungkinan kimus mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total
aliran 500ml/hari. Usus besar terdiri dari:
a) Kolon Asendens (menanjak)
 Memiliki panjang kurang lebih 14 cm.
 Terletak di abdomen sebelah kanan.
 Membujur ke atas dari illeum/usus kecil ke bawah hati.
 Melengkung ke kiri saat di bawah hati (fleksura hepatica).
b) Kolon Transversal (melintang)

12
 Melintang dari bagian kanan sampai kiri abdomen.
 Kemudian ke bawah limpa.
 Terbungkus dalam peritoneum.
 Melekat pada perut oleh jaringan omentum.
c) Kolon Desenden (menurun)
 Memiliki panjang kurang lebih 38 cm.
 Terletak di bawah abdomen kiri.
 Membujur dari atas (fleksura lienalis) ke bawah (illeum/usus kecil
kiri).
d) Kolon Sigmoid (berhubungan dengan rektum)
 Terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri.
 Bentuknya menyerupai huruf S.
 Ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
Menurut Potter dan Perry, kolon dibangun oleh jaringan otot untuk
menampung dan mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar. Kolon
memiliki 4 fungsi saling berkaitan yaitu:
a) Proteksi
Kolon berfungsi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
cara mengabsorpsi, mengurangi kadar keasaman asam lemak yang
diproduksi bakteri dalam usus besar dengan menciptakan larutan alkali
sehingga menjadi penyeimbang kadar keasaman, serta mencegah
infeksi akibat bakteri.
b) Absorpsi
Kolon berfungsi untuk menyerap 2,5 liter air, vitamin, 55 mEq
natrium, dan 23 mEq klorida dari kimus agar terbentuk feses yang
padat. Sebagian besar fungsi ini bekerja di bagian kolon proksimal.
c) Sekresi
Kolon berfungsi untuk mengeluarkan zat yang digunakan tubuh dalam
bentuk enzim dan hormon agar terjadi keseimbangan asam basa.
d) Eliminasi
Kolon berfungsi untuk meng-ekskresi sisa-sisa makanan dalam bentuk
feses yang dikeluarkan melalui lubang anus.

13
Saat makanan bergerak melalui kolon, terjadilah kontraksi haustral
(gerakan mendorong air dan semi padat sepanjang kolon) yang berlangsung
sampai 5 menit, lebih lama dibandingkan kontraksi di usus halus.
Kolon melindungi diri dengan melepaskan suplai lendir. Lendir normal
berwarna jernih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Lendir
melumasi kolon untuk mencegah trauma pada dinding dalamnya.
10. Rektum

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
simpan di tempat yang lebih tinggi yaitu kolon desenden, jika kolon desenden
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum maka akan timbul keinginan buang
air besar, orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan ini tetapi pada
bayi dan anak akan mudah mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda buang air besar.

11. Anus

14
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. (Setiadi, 2007).

C. Etiologi GEA
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral adalah infeksi yang terjadi di luar sistem pencernaan
dan dapat menimbulkan diare seperti otitis media akut,
bronkopneumonia, dll.
b. Infeksi Internal
Infeksi ini disebabkan oleh virus dan jamur. Pada umumnya ada 4
mikroorganisme patogen sebagai penyabab GEA yaitu:
 Eschericia coli: sifatnya patogen pada penyakit diare manusia.
 Salmonella: bakteri memasuki tubuh manusia melalui
makanan atau minuman yang tercemar tangan, tinja penderita
atau pembawa. Untuk menyebabkan diare diperlukan
inoculum yang besar.
 Shigella: sangat ganas pada manusia dapat menyebabkan
disentri basil yang sifatnya sangat akut. 10-200nshigella yang
varulen cukup dapat mengakibatkan diare.
 Vibrio campylobacter
Kuman ini ditemukan pada tinja bersifat invasif yang
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinis lain. Terjadi
pula kram abdomen hebat dan muntah/dehidrasi jarang terjadi.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi Karbohidrat
Malabsorpsi karbohidrat terutama pada intoleransi laktosa yang
terdapat pada susu dapat menyebabkan diare. Karbohidrat yang biasa
dimakan tersusun dari disakarida dan polisakarida. Karbohidrat bisa
dibagi jadi monosakarida (glukosa, galaktosa, dan fruktosa), disakarida
(laktosa, sukrosa atau gula pasir, dan maltosa), dan polisakarida
(glikogen, amilum, tepung). Setelah masuk ke dalam usus, disakarida
akan diabsorbsi ke mikrovili usus halus dan dipecah jadi monosakarida
15
oleh enzim disakaridase (laktase, sukrase, dan maltase) yang ada di
permukaan mikrovili tersebut. Jika terjadi defisiensi enzim disakaridase
selektif menyebabkan gangguan hidrolisis karbohidrat pada membran
enterosit meskipun tidak ada cedera mukosa.
Pada intoleransi laktosa terjadi defisiensi enzim laktase dalam brush
border usus halus, sehingga proses pemecahan laktosa menjadi glukosa
terganggu dan akibatnya terjadi gangguan penyerapan makanan atau zat
sehingga akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat dan akan mengakibatkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Malabsorbsi Lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan
bantuan kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap
diabsorbsi usus jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus
diare dapat terjadi. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
c. Malabsorbsi Protein
Malabsorpsi protein asam amino dan B-laktoglobulin bisa
menimbulkan diare.
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,
makanan alergi, beracun, mentah, dan kurang matang.

4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas dapat merangsang sistem saraf parasimpatis yang
bisa merangsang hormon adrenali yang menyebabkan hipermotilitas dan
menimbulkan diare.

D. Klasifikasi GEA
1. Klasifikasi berdasarkan lamanya:
a) Diare akut

16
Diare akut adalah jenis diare karena infeksi usus mendadak, dapat
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3-5 hari.
b) Diare kronik
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare
kronik dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
 Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan obat-obat atau zat kimia
yang hiperosmotik, malabsorbsi umum, dan defek dalam absorbsi
mukosa usus, misal pada defisiensi disasaridase, malabsorbsi glukosa
atau galaktosa. Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya
magnesium (laksan, antasid), karbohidrat atau asam amino lumen usus
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal sehingga
terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal.
Akumulasi karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare
ini dan paling sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa,
glukosa dan galaktosa dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat
disebabkan oleh gangguan transportasi baik kongenital maupun
dapatan. Misal pada laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi
enzim laktase dari brush border usus halus. Laktosa tidak dapat
dipecah sehingga tidak dapat diabsorbsi. Laktosa yang tidak tercerna
menrik air ke dalam lumen sehingga terjadilah diare.
Berkurangnya atau tidak adanya enzim pankreatik dan gangguan
asam empedu dapat menjadi salah satu penyebab diare osmotik,
contohnya pada Crohn’disease di ileum terminal. Pada penyakit ini,
ileum terminal tidak dapat mengabsorbsi asam empedu dengan baik,
sehingga mengakibatkan berkurangnya cadangan asam empedu dan
mengganggu penyerapan lemak. Timbunan lemak yang tidak
terabsorbsi akan meningkatkan tekanan osmotik intraluminal dan
akhirnya menimbulkan diare.
 Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Secara klinis ditemukan
diare dengan volume tinja banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
17
berlangsung walaupun dilakukan puasa makan dan minum. Penyebab
diare tipe ini antara lain karena enterotoksin pada infeksi Vibrio
cholerae atau Escherichia coli, penyakit yang mengahsilkan hormon
(VIPoma), reseksi ileum (gangguan absorbsi garam empedu) dan efek
obat laksatif.
Peningkatan sekresi pada sel kripta dengan hasil akhir berupa
peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorbsi
maksimum dari kolon dan berakibat adanya diare. Pada diare
sekretorik biasanya pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap
meskipun dipuasakan dan memiliki komposisi elektrolit yang isotonik.
Osmolalitas tinja isotonik dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi
pada diare yang disebabkan oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin
Kolera, E. Coli, dll.
 Diare inflamasi
Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir
dan darah.
2. Klasifikasi menurut ada tidaknya infeksi:
 Diare non spesifik
Diare non spesifik adalah diare yang bukan disebabkan oleh kuman
khusus maupun parasit. Penyebabnya adalah virus, makanan yang
merangsang atau yang tercemar toksin, gangguan pencernaan dan
sebagainya.
Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan
terlalu pedas sehingga mempercepat perstaltic usus), ketidak mampuan
lambung dan usus dalam metabolisme laktosa (terdapat dalam susu
hewani) disebut laktosa intoleran, ketidak mampuan metabolisme
sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang kol, sawi, nangka, durian),
juga infeksi virus noninvasive yang terjadi pada anak umur dibawah 2
tahun karena rotavirus.
 Diare infeksi spesifik
Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh bakteri, parasit,
maupun virus. Gejalanya, buang air besar berupa cairan berbusa, tidak

18
ada darah atau lendir, berbau asam (Virus). Buang air besar berupa
cairan dengan darah dan lendir, sakit perut (Bakteri).
3. Klasifikasi berdasarkan organ yang terinfeksi:
 Diare infeksi parenteral
Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar usus yang memacu
aktivitas saraf parasimpatis sehingga dapat mempengaruhi saluran
cerna berupa peningkatan sekresi sehingga terjadi diare. Beberapa
infeksi yang sering disertai diare adalah infeksi saluran nafas, infeksi
saluran kemih, campak dan lain-lain. Infeksi saluran nafas dapat
disebabkan oleh virus dari saluran napas atas, dapat juga oleh bakteri
yang ikut makanan atau minuman, atau udara pernapasan. Pada
campak, diare terjadi selama fase akut campak dan selama 2-3 bulan
sesudahnya karena daya tahan terhadap infeksi menurun.
Infeksi parenteral dapat menyebabkan diare diperkirakan melalui
jalur susunan syaraf vegetatif yang mempengaruhi sistem saluran
cerna. Saraf vegetatif terdiri dari syaraf simpatis dan parasimpatis yang
bila mendapat rangsangan akan memberikan respon yang berbeda pada
saluran cerna. Akibat adanya pirogen dari infeksi parenteral akan
menimbulkan rangsangan pada saraf parasimpatis, yang akan
menstimuli otot polos untuk berkontraksi sehingga menimbulkan
hipermotilitas usus yang menyebabkan berkurangnya fungsi usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Oleh karena itu,
kuman penyebab diare tidak selalu ditemukan dalam feses penderita.
 Diare infeksi enteral
Diare yang mengenai infeksi di usus karena bakteri, virus atau
parasit .

E. Patofisiologi GEA
Gastroenteritis merupakan proses transport aktif karena rangsangan toksin
mikroorganisme patogen terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal akan mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi cairan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
hingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorpsi
cairan elektrolit.
19
Gastroentritis akut disebabkan oleh 4 hal yaitu faktor infeksi (bakteri, virus,
parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis.
Faktor pertama berawal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh virus (Rotavirus, Adenovirus enteritis, Virus norwal), bakteri
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia Coli, Yerisinia), atau parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium) akan masuk ke dalam tubuh sampai ke lambung.
Mikroorganisme patogen akan dibunuh oleh asam lambung tapi jika jumlahnya
terlalu banyak, akan ada yang beberapa lolos sampai ke duodenum dan
berkembang biak.Jika penyebabnya adalah virus, mereka akan menginfeksi
enterosit kemudian bereplikasi dan menghancurkan sel-sel dalam usus hingga
menyebabkan atrofi pada epitel. Namun jika bakteri, mereka akan memproduksi
enzim yang akan mencairkan lapisan mukosa dan menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membran epitel. Pada membran ini,
bakteri mengeluarkan toksik LT yang merangsang sekresi cairan usus di bagian
cripta villi (enzim adenil siklase) lalu menyebabkan peningkatan aktivitas enzim
tersebut hingga menyebabkan permeabilitas sel epitel usus meningkat kemudan
terjadi akumulasi cairan dalam usus. Maka volume cairan di dalam lumen usus
meningkat yang akan mengakibatkan dinding usus menggembung dan tegang.
Sebagai kompensasi tubuh, dinding usus akan tetap berkontraksi sedikit tapi
cepat untuk mengalirkan cairan di usus besar sehingga terjadi hipermotilitas.
Apabila jumlah cairan melebihi kapasitas absorbsi usus, maka akan terjadi diare.
Faktor kedua, diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan bisa terjadi karena
penyakit lain yang menyebabkan terjadinya malabsorpsi. Malabsorpsi ini akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya, sehingga timbul
diare.
Tertelan makanan yang beracun/makanan alergi juga dapat menyebabkan
diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik
menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan, sehingga timbul diare.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di rongga usus
akan menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit.Nyeri abdomen atau
20
kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri di usus yang
menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus
berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah
serta nafsu makan menurun, karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa
elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan
menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan elektrolit berlebihan akan menyebabkan klien dalam
keadaan dehidrasi. Ditandai dengan berat badan menurun, tugor kulit berkurang,
mata dan ubun ubun bisa jadi cekung (pada bayi), selaput lendir dan mulut serta
kulit tampak kering.Tubuh yang kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan
akan membuat cairan ekstraseluler dan intra seluler menurun. Selain air, tubuh
juga kehilangan Na, K dan ion karbonat.Bila keadaan ini terus berlanjut, maka
volume darah akan berkurang.Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan terganggu, dan akhirnya menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala
denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun klien
sangat lemah kesadaran menurun.Akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan
intrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik, dimana klien
akan tampak pucat dengan pernapasan yang dalam (pernapasan kusmaull).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare karena faktor psikologis
(stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian
sistem pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang
kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka,
metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a) Gangguan osmotik.
Gangguan osmotik dapat terjadi karena makanan/zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
peningkatan pergeseran air elektrolit ke dalam rongga usus. Jika berlebih,
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi.
Gangguan sekresi terjadi karena rangsangan tertentu pada dinding usus
yang akan meningkatkan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus.
21
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatam usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Jika peristaltik menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang akan menimbulkan
diare.

F. Gejala dan Tanda GEA


1. Gejala umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis,
bahkan gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibrio cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis.
b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah.
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan:
 Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi
dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.
Penilaian dehidrasi
A B C
LOOK (lihat)
Keadaan umum Baik, sadar Normal, rewel, atau Apatis, letargi,
lesu tidak sadar
Mata Normal Sedikit cekung Cekung
Saat menangis Air mata ada Air mata berkurang Air mata tidak
ada
Saat menangis Normal Normal to decreased Poor quality
quality
Respon saat Minum normal, Haus, minum dengan Tidak mau atau
diberi minum menolak minum rakus tidak bisa minum
FEEL (rasakan)
Turgor kulit Cepat kembali Lambat < 2 detik Sangat lambat >
(cubit kulit di 2 detik
daerah
abdomen)
Tanda & Gejala Lain
Mulut dan Lembap (basah) Kering Pecah-pecah
lidah

22
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Frek denyut Normal Normal-turun Takikardi,
jantung bradikardi pada
kasus berat
Denyut nadi Normal, isi cukup Normal-menurun Melemah-tidak
teraba
Pengisian Normal Memanjang Memanjang,
kapiler minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, pucat,
biru
Produksi urin Normal Berkurang Minimal
Kehilangan BB < 3% 3-9% >9%
Status hidrasi Tidak ada gejala > 2 gejala pada B, > 2 gejala pada
(minimal lihat pada A, DEHIRASI C,
tanda dan TANPA GEJALA RINGAN/SEDANG DEHIDRASI
gejala pada DEHIDRASI BERAT
LOOK & FEEL)

 Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu
yang singkat, jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat
badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang
disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).
 Gangguan asam basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat)
dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas
cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri.
 Hipoglekimia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat
mengakibatkan koma, penyebab yang pasti sebelum diketahui,
kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan
air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak
yang mengakibatkan koma.
 Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan
outputyang berlebihan. Hal akan bertambah beratbila pemberian

23
makanan dihentikan, serta sebelumnya pederita sudah mengalami
kekurangan gizi (malnutrisi).

G. Manifestasi Klinis GEA


1. Membran mukosa kering.
Membran mukosa adalah jaringan berbentuk lapisan atau membran yang
melapisi beberapa organ tubuh. Membran ini melapisi daerah tubuh yang
terpapar lingkungan luar juga melapisi organ dalam. Daerah tubuh yang
terpapar lingkungan luar misalnya lubang hidung, bibir, kelopak mata,
telingan area genital dan anus organ dalam yang dilapisi membran mukosa
adalah organ-organ pada saluran kencing, saluran pencernaan dan saluran
pernapasan, sebagian besar membran ini mengandung kelenjar yang
mengsekresikan cairan seperti lendir (mucus) sehingga dapat disebut sebagai
membran mukosa. Pada diare, membran mukosa akan menjadi kering karena
kurangnya cairan dalam tubuh selama proses diare berlangsung. Kekurangan
cairan terjadi karena cairan tidak sempat diabsorpsi oleh usus dan terbuang
begitu saja.

2. Bibir kering
Bibir kering adalah dimana suatu tanda atau kondisi dimana tubuh yang
kekurangan cairan atau dehidrasi dan tidak dapat kelenjar minyak seperti
yang dimiliki kulit sehingga bibir jadi mudah kering.
3. Bau mulut.
Bau mulut adalah salah satu masalah mulut dan gigi yang sangat
mengganggu, bukan saja lantaran menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri
sendiri, tetapi juga menyebabkan sensai tidak enak pada orang lain. Tak
heran bila kasus bau mulut seringkali menyebabkan rendah diri dan merusak
semangat bersosialisasi anda. Salah satu penyebab bau mulut ini karena
tubuh merasakan kurang cairan yang lebih atau dehidrasi maka dari itu
menjadi bau mulut.Naiknya asam dan bahan bahan lain yang sebagian
24
dicerna ke dalam esophagus dan rongga mulut dapat menimbulkan masalah
bau mulut dan menyulitkan untuk menjaga kebersihan rongga mulut.
4. Muntah yang umumnya tidak lama
Muntah adalah keluarannya makanan secara paksa perut melalui
tenggorokan. Makanan keluar dari mulut, atau kadang dari hidung. Salah
satu penyebab keluarnya muntah karena masalah pencernaan. Muntah
karena infeksi pada usus yang menyebabkan peristaltik menurun. Infeksi ini
membuat adanya respon neuron ke otak pusat muntah vomiting center (cv)
sehingga merangsang kemoreseptor dan terjadilah muntah.
5. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi meningkat.
Efek ini karena usus tidak bisa menyerap nutrisi dengan baik sehingga
keja usus pun tidak baik terjadilah feses yang cair dan defekasi meningkat.
6. Malaise.
Malaise adalah istilah medis untuk menggambarkan kondisi umum yang
lemas, tidak nyaman, kurang fit atau merasa sedang sakit. Malaise ini
bukanlah suatu penyakit, melainkan suatau gejala dari penyakit. Pada diare
terjadi malaise karena seringnya BAB dan kekurangan cairan pada tubuh
sehingga membuat tubuh menjadi lesu dan lemas.
7. Berat badan menurun.
Berat badan menurun akibat dari tubuh banyak kehilangan cairan dan
nutrisi yang dikarenakan frekuensi feses yang meningkat sehingga tubuh
tidak dapat menyerap makanan dan nutrisi dengan baik.
8. Kram abdomen.
Pada intoleransi laktosa, laktosa akan mengendap dan berfermentasi
dalam usus yang menyebabkan produksi gas berlebih sehingga menekan
dinging abdomen dan terjadi distensi abdomen. Pembesaran abdomen ini
menjadi penyebab nyeri. Peningkatan peristaltik usus juga menyebabkan
usus menjadi letih dan bisa kram.
9. Demam
Demam adalah reaksi alami tubuh yang berusha untuk melawan virus
atau infeksi. Demam tidak dianggap sebagai sebuah penyakit tetapi biasanya
merupakan gejala dari sebuah gangguan kesehatan ataun infeksi. Bagian dari
otak yang disebut hipotakamus berfungsi sebagai untuk mengontrol suhu
tubuh kita saat tubuh mengalami penyakit atau virus tertentu. Maka
25
hipotalamus akan meningkatkan suhu tubuh untuk meningkatkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi. Pada diare
demam terjadi karena pengeluaran mediator kimia akibat infeksi yang
mengeluarkan inteleukin-1, prostaglandin sehingga menyebabkan demam
pada saat diare.

H. Penatalaksanaan Medis GEA


1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan peroral, mungkin
diserapkan glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang berikan obat-obat non-spesifik seperti difenoksilat
(lomotif) dan loperamit (imodium) untuk menurunkan motilitas dari
sumber non-infeksius.
3. Terapi intravena untuk hidrasi cepat (diberi cairan), terutama untuk klien
yang sangat muda atau lansia. Mengenai seberapa banyak cairan yang
harus diberikan tergantung dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi,
yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

I. Pemeriksaan Diagnostik GEA


1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pada maskrokopik perhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah,
lendir, puss, lemak, dan lain-lain. Bau tinja yang spesifik seperti bau
anyir telur busuk pada disentri basiler, bau anyir ikan pada disentri
amedika, atau bau minyak busuk pada sindroma malabsorpsi.
b) Pada mikroskopik ada tidaknya leukosit, eritrosit, parasit, bakteri, telur
cacing, dan lain-lain.
c) Melakukan pemeriksaan darah seperti pada sindroma malabsorpsi.
d) Tes darah : Hematokrit meningkat dan leukosit menurun.
e) Cek feses : pada feses terdapat bakteri atau parasit.
f) Cek cairan elektrolit : natrium dan kalium menurun.
g) Analisa Gas Darah (AGD) : antidosis metabolik bila kekurangan
cairan.
h) Cek urine : warna urine akan pekat dan berat jenis urine meningkat.
2. Pemeriksaan Endoskopi
26
a) Melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopik.
b) Melakukan operasi bila ditemukan kelainan seperti keganasan.
3. Pemeriksaan Radiologi

J. Komplikasi GEA
1. Dehidrasi ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik
(kejang demam).
2. Syok hipovolemik yang terkompensasi.
3. Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, kelemahan,
disritmia jantung, dan bradikardi.
4. Hipoglikemia.
5. Malnutrisi energi protein karena penderita juga mengalami kelaparan.
6. Intoleransi laktosa sekunder karena defisiensi enzim laktase yang rusak
dibagian vili mukosa dan usus halus.

K. Penularan GEA
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme
berikut ini:
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi
bila seseorang ,emggunakan air minum yang sudah tercemar, baik
tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah
rumah, atau tercemarpada saat di simpan di rumah. Pencemaran di rumah
terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi, tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar, bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang
dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu
dapat menularkan diare ke orang yang memakannya
3. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah:
a. Pada usia 4 bulan, bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi hal ini
akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena diare, karena
ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
27
b. Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol
akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan
terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang
bila susu tidak segera diminum.
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar, kondisi tersebut akan
menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan
peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan mikroba.
d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang
air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung.

L. Pencegahan GEA
1. Menggunakan air bersih, tanda tanda air besih adalah ‘3 tidak’ yaitu tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
2. Memasak air sampai mendidih sampai diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan, dan sesudah buang air besar (BAB).
4. Membersihkan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.
5. Menggunakan jamban yang sehat.
6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar.

28
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
a) Anamnesa
 Identitas pasien dan keluarga: nama, tempat tanggal lahir, dan
lain-lain.
 Riwayat kesehatan sekarang: suhu tubuh akan meningkat,
anoreksia, lemah, mual muntah, BB menurun, bibir kering.
 Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat inflamasi, dan penyakit
yang diderita.
 Riwayat kesehatan keluarga: JIKA ADA.
 Data sosial ekonomi: pasien yang berasal dari keluarga dengan
ekonomi bawah biasanya kurang menjaga budaya hygine
sehingga sangat mudah untuk terjangkit infeksi saluran
pencernaan terutama gastroenteritis.
b) Pengkajian Fisik
 Kesadaran
a) Belum ada dehidrasi: compos mentis, suara normal, pasien
berespon baik.
b) Dehidrasi sedang: compos mentis namun tidak menutup
kemungkinan jatuh pada tingkat kesadaran latergi (bicara
dengan suara keras, terlihat mengantuk tapi membuka
mata, dan dapat memberi respon terhadap pertanyaan).
c) Dehidrasi berat: tingkat kesadaran obtudansi (saat
diguncang perlahan, pasien membuka mata tapi berespon
lambat dan agak bingung) bahkan bisa ke tingkat koma.
 Tanda-tanda vital : suhu hipertermi, TD kurang dari 120/80
mmHg, denyut nadi menurun kurang dari 100x/menit, dan
pernafasan pada GEA non dehidrasi masih 24x/menit namun
pada dehidrasi sedang sampai berat bisa mengalami
penurunan.
 Keadaan umum: gelisah, haus, anoreksia, mual muntah, belum
ada dehidrasi pada diare akut.
 Keadaan psikologis: klien merasa sensitif.
29
 Sistem tubuh.
NO NAMA SISTEM ABNORMAL PADA GASTROENTERITIS
1. Integumen Pada diare berat, turgor kulit akan menurun,
sianosis, pucat, genetalia sampai rektum lesi dan
ada kemerahan.
2. Pencernaan Frekuensi defekasi lebih dari 4 kali sehari dan
konsistensinya cair, perut terasa mulas hingga nyeri
pada kuadran kanan bawah hingga tengah bawah,
frekuensi keluar urine menurun, bising usus
meningkat, mual, anoreksia, nyeri tekan abdomen.
3. Kardiovaskuler Nadi meningkat, tekanan darah menurun
4. Neurologi Lemah.
5. Muskuloskeletal Penurunan lemak otot, penurunan tonus.
6. Panca indera Mata cekung, mukosa mulut kering, penurunan
pendengaran, bibir sianosis/pucat.
7. Respirasi Respirasi menurun dengan irama lemah dan dalam.

B. Diagnosa
1. Nyeri b.d hiperperistaltik, iritasi mukosa usus.
2. Kurang volume cairan b.d intake cairan kurang.
3. Gangguan pola eliminasi b.d proses infeksi, iritasi, adanya toksin atau
malabsorpsi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake tidak
adekuat.
5. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit.
6. Kerusakan integritas kulit b.d seringnya defekasi.
7. Ansietas b.d hopitalisasi, eliminasi sering yang tidak terkontrol.

C. Intervensi

1. Nyeri b.d hiperperistaltik, iritasi mukosa usus.

N Diagnosa Tujuan dan Rasional


o Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

30
1 Nyeri Akut NOC NIC
Definisi :  Pain Pait
Pengalaman sensori level, management
dan emosional yang  Pain - Lakukan
tidak menyenagkan control, pekerjaan
yang muncul akibat  Confort nyeri
kerusakan jaringan level secara
yang aktual atau Kriteria hasil : koprehens
potensial  Mampu if
digambarkn dalam mengont termasuk
hal sedemikian rupa rol nyeri lokasi , - Mengetahu
( international (tahu karakteris i intensitas
association for the penyeba tik, durasi, derajat
study to pain ) b nyeri, frekuensi, nyeri klien
awitan yang tiba mampu kualitas yang tidak
tiba atau lambat dari menggun dan fakor bisa
intesitas ringan akan presipitasi diungkapk
hingga berat dengan tehnik - Observasi an.
akhir yang dapat nonfarm reaksi non - Teknik
diantisipasi atau akologi verbal dari komunikas
diprediksi dan untuk ketidak i
berlangsung kurang mengura nyamanan terapeutik
dari 6 bulan. ngi nyeri, - Gunakan untuk
Batasan mencari teknik membangu
Karakteristik : bantuan) komunika n
 Perubahan  Melapor si komunikas
selera kan terapeutik i yang baik
makan bahwa untuk dnegan
 Perubahan nyeri megetahui pasien dan
tekanan berkuran pengalama mendapat
darah g dengan n nyeri kan data
 Perubahan menggun pasien nyeri
frekuensi akan - Kaji kultur klien.
jantung manajem yang
 Perubahan en nyeri mempeng
frekuensi  Mampu aruhi - Merencana
pernapasan mengena respon kan
 Laporan li nyeri nyeri intervensi
isyarat (skala, - Evaluasi pada klien
 Diaphoresis intensita pengalama yang
 Perilaku s, n nyeri mengalami
distraksi frekuensi masa nyeri.
(mis; dan lampau
berjalan tanda - Evaluasi
mondar nyeri) bersama
mandir  Menyata pasien dn
mencari kan rasa tim
orang lain nyaman kesehatan
dan atau setelah lain
aktifitas lain, nyeri tentang
aktifitas berkuran ketidak
berulang) g efektifan - Meningkat
 Mengekspres kontrol kan
nyeri masa semangat

31
ikan perilaku lampau klien dan
(mis; gelisah, - Bantu keluarga.
merengek, pasien dan
menangis) keluarga
 Masker untuk - Menguran
wajah (mis; mencari gi faktor
mata kurang dan penyebab
bercahaya, menemuk nyeri pada
tampak an klien.
kacau, dukungan
gerakan - Konrol
mata lingkunga
berpencar n yang
atau tetap dapat
pada satu mempeng
focus aruhi
meringis) nyeri
 Sikap seperti - Menguran
melindungi suhu gi nyeri
area nyeri. ruangan, pasien dan
 Focus pencahaya mengingka
menyempit an dan tkan rasa
(mis; kebisingan nyaman.
gangguan - Kurangi
persepsi faktor
nyeri, presipitasi
hambatan nyeri - Merancang
proses - Pilih dan intervensi
berfikir, lakukan pada klien.
penurunan penangan
interaksi nyeri
dengan (farmakol - Pasien bisa
orang dan ogi, non menangani
lingkungan) farmakolo nyerinya
 Indikasi gi dan dengan
nyeri yang interperso mandiri.
dapat nal
diamati - Kaji tipe
 Perubahan dan
posisi ntuk sumber
menghindari nyeri
nyeri untuk
 Sikap tubuh menentuk
melindungi an
 Dilatasi pupil intervensi - Klien tidak
 Melaporkan ) merasakan
nyeri secara - Ajarkan nyerinya.
verbal tentang
 Gangguan teknik
tidur nonfarmak
Faktor yang ologi
berhubungan : - Berikan
analgetik
 Agen
untuk

32
cedera(mis; menguran
biologis, zat gi nyeri
kimia, fisik, - Evaluasi
psikologis) keefektifa
n kontrol
nyeri
- Tingkatka
n istirahat
- Kolaborasi
kan
dengan
dokter jika
ada
keluhan
dan
tindakan
nyeri tidak
berhasil
- Monitor
penerimaa
n pasien
tentang
menejeme
n nyeri
Analgesic
admistration
- Tentukan
lokasi,
karakteris
tik, kulitas,
dan drajat
nyeri
sebelumpe
mberian
obat
- Cek
instruksi
dokter
tentang
jenis obat,
dosis, dan
frekuensi
- Cek
riwayat
alergi
- Pilih
analgesic
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari
analgesic
ketika

33
pemberian
lebih dari
satu
- Tentukan
piliha anal
gesik
tergantun
g tipe dan
beratnya
nyeri
- Tentukan
analgesic
pilihan,
rute
pemberian
, dan dosis
optimal
- Pilih rute
pemberian
secara IV,
IM, untuk
pengobata
n nyeri
secara
teratur
- Monitor
vital sign
sebelum
dan
sesudah
pemberian
anal gesik
pertama
kali
- Berikan
analgesic
tepat
waktu
terutama
saat nyeri
hebat
- Evaluasi
efektivitas
analgesic,
tanda dan
gejala

2. Gangguan pola eliminasi b.d proses infeksi, iritasi, adanya toksin atau
malabsorpsi.

34
Diare NOC NIC Rasional
Definisi: Pasase feses  Bowel - Evaluasi efek - Evaluasi
yang lunak dan tidak elimination. samping berguna
berbentuk.  Fluid balance. pengobatan untku
Batasan karakteristik  Hydration. terhadap bahan
 Nyeri abdomen  Electrolyte and gastrointestinal. revisi
sedikitnya tiga kali acid base - Ajarkan pasien intervensi
defekasi per hari. balance. untuk selanjutny
 Kram. Kriteria Hasil menggunakan a.
 Bising usus  Feses berbentuk, obat antidiare.
hiperaktif. BAB sehari - Instruksikan - Pasien
 Ada dorongan. sekali tigas hari. pasien/keluarga perlu
Faktor yang  Menjaga daerah untuk mencatat diajarkan
berhubungan sekitar rektal dari warna, jumlah, cara
 Psikologis iritasi. frekuensi, dan menggun
- Ansietas  Tidak konsistensi dari akan obat
- Tingkat mengalami diare. feses. agar
 Situasional  Menjelaskan - Evaluasi intake terhindar
- Efek samping obat. penyebab diare makanan yang dari efek
dan rasional masuk. kesalahan
- Penyalahgunaan
tindakan. - Identifikasi pemakaia
alkohol.
 Mempertahankan faktor penyebab n/overdos
- Koritaminan.
turgor kulit. diare. is.
- Penyalahgunaan
laksatif. - Monitor tanda
- Radiasi, toksin. dan gejala diare.
- Melakukan - Observasi
perjalanan. turgor kulit
- Slang makan. secara rutin.
- Ukur - Identifika
 Fisiologis
diare/keluaran si faktor
- Proses infeksi dan
BAB. penyebab
parasit.
- Hubungi dokter diare
- Inflamasi dan berguna
jika ada
iritasi. sebagai
kenaikan bising
- Malabsorpsi. data
usus.
- Instruksikan pembuata
pasien untuk n
makan rendah intervensi
serat, tinggi .
protein dan
tinggi kalori jika - Monitor
memungkinkan. tanda
- Instruksikan gejala
untuk diare
menghindari berguna
laksative. untuk
- Ajarkan teknik mengetah
menurunkan ui
stress. perkemba
- Monitor ngan

35
persiapan perjalana
makanan yang n
aman. penyakit
pasien.

- Observasi
turgor
kulit
dilakukan
agar
mengetah
ui status
hidrasi
pasien
agar
dapat
ditangani
segera.

- Jika
stress
bisa
distabilka
n
kembali,
maka
hormon
endorphi
n akan
meningka
t dan
membant
uk
memperb
aiki kerja
pencerna
an.

- Persiapan
makanan
dimonitor
agar
pemberia
n
makanan
dapat
diberikan
dengan
tepat
sesuai

36
dengan
keadaan
pasien.

3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.


Kekurangan volume NOC NIC Rasional
cairan  Elektrolit dan Fluid
Definisi:Penurunan acid base management
cairan intravaskular, balance. - Timbang
interstitial, dan/atau  Fluid balance. popok/pembalut - Jumlah
intraseluler, ini  Hydration. jika diperlukan. intake dan
mengacu pada Kriteria Hasil: - Pertahankan output harus
dehidrasi,  Terbebas dari catatan intake sama agar
kehilangan cairan edema, efusi, dan output yang seimbang.
tanpa perubahan anaskara. akurat.
pada natrium.  Bunyi nafas - Monitor status - Monitor
Batasan bersih, tidak ada hidrasi status hidrasi
Karakteristik dyspnea/ortopne (kelembaban pasien untuk
 Perubahan status a. membran mengetahui
mental.  Terbebas dari mukosa, nadi perkembanga
 Penurunan distensi vena adekuat, tekanan n hidrasinya
tekanan darah. jugularis, reflek darah agar dapat
 Penurunan hepatojugular ortostatik), jika ditangani
tekanan nadi. (+). diperlukan. segera bila
 Penurunan  Memelihara - Monitor vital terjadi
volume nadi. tekanan vena sign. dehidrasi.
 Penurunan sentral, tekanan - Monitor
pengisisan vena. kapiler paru, masukan - Monitor vital
 Membran output jantung makanan/cairan sign agar
mukosa kering. dan vital sign dan hitung mendapatkan
dalam batas intake kalori data untuk
 Kulit kering.
normal. harian. bahan
 Peningkatan
 Terbebas dari - Kolaborasikan pembuatan
hematokrit.
kelelahan, pemberian intervensi
 Peningkatan kecemasan, atau cairan IV. selanjutnya.
suhu tubuh.
kebingungan. - Monitor status
 Peningkatan

37
frekuensi nadi.  Menjelaskan nutrisi. - Monitor
 Peningkatan indikator - Berikan cairan status nutrisi
konsentrasi kelebihan IV pada suhu untuk
urine. cairan. ruangan. mempersiapk
 Penurunan berat - Dorong an masukan
badan. masukan oral. nutrisi yang
 Haus. - Berikan cocok
 Kelemahan penggantian dengan
Faktor yang nesogatrik keadaan
berhubungan sesuai output. pasien.
 Kehilangan - Dorong keluarga
cairan aktif. untuk membantu - Support
 Kegagalan pasien makan. keluarga
mekanisme - Tawarkan snack penting
regulasi (jus buah, buah untuk
segar). kemajuan
- Kolaborasi kondisi
dengan dokter. pasien.
- Atur
kemungkinan - Pemberian
transfusi. snack bisa
- Persiapan untuk dilakukan
transfusi. agar pasien
Hypovolemia tetap bisa
Management mendapatkan
- Monitor status nutrisi.
cairan termasuk
intake dan - Pemberian
output cairan. obat atau
- Pelihara IV line. tindakan
- Monitor tingkat medis harus
Hb dan sesuai
hematokrit. dengan
- Monitor tanda instruksi
vital. dokter.
- Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan.
- Monitor berat
badan.
- Dorong pasien
untuk
menambah
intake oral.
- Monitor adanya
tanda gagal
ginjal.

38
4. Kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering.
Kerusakan integritas NOC NIC Rasional
kulit  Tissue Pressure
Definisi: integrity: Skin Management
perubahan/gangguan and mucous - Anjurkan pasien - Pakaian
epidermis dan/atau membranes. untuk longgar
dermis.  Hemodyalis menggunakan dapat
Batasan akses. pakaian longgar. memberikan
karakteristik Kriteria Hasil - Hindari kerutan jalur udara
 Kerusakan lapisan  Integritas kulit pada tempat bagi pori-
dermis. yang baik bisa tidur. pori.
 Gangguan dipertahankan - Jaga kebersihan - Kerutan pada
permukaan kulit (sensasi, kulit agar tetap tempat tidur
epidermis. elastisitas, bersih dan dapat
 Invasi struktur temperatur, kering. menjadi
tubuh. hidrasi, - Mobilisasi pasien sarang
Faktor yang pigmentasi). setiap dua jam bakteri
berhubungan  Tidak ada sekali. sehingga bisa
 Eksternal luka/lesi pada - Monitor kulit membuat
- Zat kimia, kulit. akan adanya pasien
radiasi.  Perfusi jaringan kemerahan. dekubitus.
- Usia ekstrim. baik. - Oleskan lotion
- Kelembaban.  Menunjukkan atau minyak/baby - Kulit yang
- Hipertermia, pemahaman oil pada daerah bersih akan
hipotermia. dalam proses yang tertekan. menghindari
- Faktor mekanik. perbaikan kulit - Monitor aktivitas invasi kuman
- Medikasi. dan mencegah dan mobilisasi bakteri yang
- Lembab. terjadinya pasien. dapat
- Imobilitas fisik. cedera - Monitor status memperburu
berulang. nutrisi pasien. k kesehatan
 Internal
 Mempu - Memandikan kulit.
- Perubahan status
melindungi pasien dengan
cairan.
kulit dan sabun dan air
- Perubahan
mempertahanka hangat.
pigmentasi.
n kelembaban Insision site care
- Perubahan
kulit dan - Membersihkan,
turgor.
perawatan memantau, dan - Penggunaan
- Faktor
alami. meningkatkan air hangat
perkembangan.
proses dapat
- Kondisi
penyembuhan membuka
ketidakseimbang
pada luka yang pori-pori
an nutrisi.
ditutup dengan sehingga
- Penurunan
jahitan, klip atau kotoran bisa
imunologis.
staples. keluar dari
- Penurunan
- Monitor proses yang paling
sirkulasi.
kesembuhan area dalam.
- Kondisi
gangguan insisi.
metabolik. - Monitor tanda
- Gangguan dan gejala infeksi
pada are insisi.

39
sensasi. - Bersihkan area
- Tonjolan tulang. sekitar jahitan
atau staples
menggunakan
lidi kapas steril.
- Gunakan preparat
antiseptik sesuai
program.
- Ganti balutan
pada interval
waktu yang
sesuai atau
biarkan luka tetap
terbuka sesuai
program.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan


intake makanan.
Ketidakseimbangan NOC NIC Rasional
nutrisi Kurang dari - Nutritional Nutrition
Kebutuhan Tubuh status: food and Management - Mengurangi
fluid intake - Kaji adanya fakor resiko
Definisi: Asupan - Nutritional alergi makanan gangguan
nutrisi tidak cukup status: nutrient - Kolaborasi nutrisi
untuk memenuhi intake weight dengan ahli gizi
kebutuhan metabolik. control untuk
menentukan
Batasan Kriteria Hasil: jumlah kalori
Karakteristik: - Adanya dan nutrisi yang - Membantu
- Kram abdomen peningkatan dibutuhkan pembentukan
- Nyeri abdomen berat badan pasien sel darah
- Menghindari sesuai dengan - Anjurkan pasien merah dalam
makanan tujuan untuk absorbsi
- Berat badan 20% - Berat badan meningkatkan makanan
atau lebih ideal sesuai intake Fe
dibawah berat dengan tinggi - Anjurkan pasien
badan ideal badan untuk
- Kerapuhan - Mampu meningkatkan
kapiler mengidentifikas protein dan
- Diare i kebutuhan vitamin C
- Kehilangan nutrisi - Berikan
rambut - Tidak ada tanda substansi gula
berlebihan tanda malnutri - Yakinkan diet
- Bising usus - Menunjukan yang dimakan
hiperaktif peningkatan mengandung - Agar pasien
- Kurang makanan fungsi tinggi serat dapat
- Kurang informasi pengecapan untuk mencegah mengontrol
- Kurang minat dari menelan konstipasi asupan
pada makanan - Tidak terjadi - Berikan nutrisinya

40
- Penurunan berat penurunan berat makanan yang secara mandiri
badan dengan badan yang terpilih (sudah dan bisa
asupan makanan berati dikonsultasi sebagai
adekuat dengan ahli gizi) pegangan jika
- Kesalahan - Ajarkan pasien keluar dari
konsepsi bagaimana rumah sakit.
- Kesalahan membuat catatan - Monitor
informasi makanan harian jumlah nutrisi
- Membran - Monitor jumlah untuk
mukosa pucat nutrisi dan mengetahui
- Ketidakmampuan kandungan status nutrisi
memakan kalori pasien.
makanan - Berikan
- Tonus otot informasi
menurun tentang
- Mengeluh kebutuhan
gangguan sensasi nutrisi
rasa - Kaji kemampuan
- Mengeluh asupan pasien untuk
makanan kurang mendapatkan
dari RDA nutrisi yang
- Cepat kenyang dibutuhkan
setelah makan Nutrition
- Sariawan rongga Monitoring - Monitor
mulut - BB pasien dalam lingkungan
- Steatorea batas normal saat makan
- Kelemahan otot - Monitor adanya berguna agar
pengunyah penurunan berat kebersihan
- Kelemahan otot badan makanan
untuk menelan - Monitor tipe dan pasien
jumlah aktivitas terjamin dan
Faktor-faktor yang yang biasa mengurangi
berhubungan: dilakukan gejala buruk.
- Faktor biologis - Monitor
- Faktor ekonomi interaksi anak - Monitor turgor
- Ketidakmampuan atau orangtua kulit dan
untuk selama makan keadaan
mengabsorbsi - Monitor rambut untuk
nutrien lingkungan mengetahui
- Ketidakmampuan selama makan status nutrisi
untuk mencerna - Jadwalkan pasien.
makanan pengobatan dan
- Ketidakmampuan tindakan tidak
menelan selama jam
makanan makan
- Faktor psikologis - Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor

41
kulit
- Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor kadar
pertumbuhan
dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan intake
nutrisi
- Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik,
papila lidah dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna
magenta, scariet

6. Resiko syok (hipovolemi) b.d kehilangan cairan dan elektrolit.


Resiko syok Noc Nic Rasional
Definisi : Beresiko - Syok prevention Syok prevention
terhadap - Syok - Monitor status
ketidakcukupan management sirkulasi BP,
aliran darah ke Kriteria Hasil: warna kulit, suhu
jaringan tubuh, yang - Nadi dalam batas kulit, denyut
dapat mengakibatkan yang diharapkan jantung, HR, dan
disfungsi seluler - Irama jantung ritme, nadi
yang menancam jiwa dalam batas yang perifer, dan
Faktor resiko diharapkan kapiler refill
- Hipotensi - Frekuensi nafas - Monitor tanda
- Hipovolemi dalam batas yang inadekuat
- Hiposekmia diharapkan oksigenasi
- Hipoksia - Irama pernafasan jaringan
- Infeksi dalam batas yang - Monitor suhu dan

42
- Sepsis diharapkan pernafasan
- Sindrom respons - Natrium serum - Monitor input
inflamasi dbn dan output
sistemik - Kalium serum - Pantau nilai labor
dbn : HB, HT, AGD,
- Klorida serum dan elektrolit
dbn - Monitor
- Kalsium serum hemodinamik
dbn invasi yang - Monitor
- Magnes serum sesuai tanda
dbn - Monitor tanda awal syok
- PH darah serum dan gejala asites agar jika
dbn - Monitor tanda syok
Hidrasi awal syok terjadi
- Indicator - Tempatkan bisa cepat
- Mata cekung pasien pada diketahui
tidak ditemukan posisi supine, dan cepat
- Demam tidak kaki elevasi memberik
ditemukan untuk an
- TD dbn peningkatan penangana
- Hematokrit DBN preload dengan n.
tepat
- Lihat dan
pelihara
kepatenan jalan
nafas
- Berikan
vasodilator yang
tepat
- Ajarkan keluarga
dan pasien
tentang tanda dan - Agar
gejala datangnya pasien dan
syok keluarga
- Ajarkan keluarga dapat
dan pasien melakuka
tentang langkah n
untuk mengatasi penangana
gejala syok n secara
Syok management mandiri.
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi
renal
- Monitor tekanan
nadi
- Monitor status
cairan, input,
output
- Catat gas darah

43
arteri dann
oksigen
dijaringan
- Monitor EKG,
sesuai
- Memanfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan
akurasi
pembacaan
tekanan darah,
sesuai
- Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor
jaringan
oksigenasi
- Memantau tren
dalam parameter
hemodinamik
- Memantau faktor
penentu - Agar
pengiriman segera
jaringan oksigen mengetah
- Memantau ui jika
tingkat terjadi
karbondioksida gagal
sublingual dan nafas.
atau tonometry
lambung, sesuai
- Memonitor gejala
gagal pernafasan
- Monitor nilai
laboratorium
- Masukkan dan
memelihara
besarnya
kobosanan akses
IV

7. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.


Ansietas Noc Nic Rasional
Definis : perasaan - Anxiety self- Anxiety
tidak nyaman atau control Reduction
kekhawatiran yang - Anxiety level (penurunan - Pendekatan
samar disertai respon - Coping kecemasan) yang
autonom, perasaan Kriteria hasil : - Gunakan menyenangkan
takut yang - Klien mampu pendekatan dapat

44
disebabkan oleh mengidentifikasi yang mendapatkan
antisipasi terhadap dan menenangkan kepercayaan
bahaya. Hal ini mengungkapkan - Nyatakan dari pasien.
merupakan isyarat gejala cemas dengan jelas
kewaspadaan yang - Mengidentifikasi, harapan - Agar pasien
memperingatkan mengungkapkan terhadap dapat
individu akan adanya dan pelaku pasien mengetahui
bahaya dan menunjukkan - Jelaskan tindakan apa
kemampuan individu teknik untuk semua yang akan
untuk bertindak mengontrol prosedur dan dilakukan
menghadapi cemas apa yang kepadanya.
ancaman - Vital sign dalam dirasakan
Batasan batas normal selama
karakteristik - Postur tubuh, prosedur
Perilaku : ekspresi wajah, - Pahami
- Penurunan bahasa tubuh dan prespektif
produktivitas tingkat aktivitas pasien
- Gerakan yang menunjukkan terhadap
ireleven berkurangnya situasi stres
- Gelisah kecemasan - Temani
- Melihat sepintas pasien untuk - Agar terjalin
- Insomnia memberikan hubungan yang
- Kontak mata keamanan baik antara
yang buruk dan pasien dan
- Mengekspresikan mengurangi perawat. Pasien
kekhawatiran takut pu bisa merasa
karena perubahan - Lakukan nyaman dengan
dalam peristiwa back/neck rub perawat.
hidup - Dengarkan
- Agitasi dengan penuh - Bantu pasien
- Mengintai perhatian mengenali
- Tampak waspada identifikasi situasi yang
Affektif : tingkat menimbulkan
- Gelisah, distres kecemasan kecemasan agar
- Kesedihan yang - Bantu pasien membantu
mendalam mengenal pasien untuk
- Ketakutan situasi yang bersiap bila
- Perasaan tidak menimbulkan diserang
adekuat kecemasan kecemasan dan
- Berfokus pada - Dorong bisa tetap
diri sendiri pasien untuk tenang hingga
- Peningkatan mengungkapk bisa mengatasi
kewaspadaan an peasaan, rasa cemasnya.
- Iritabilitas ketakutan,
- Gugup senang persepsi - Teknik
berlebihan - Instruksi relaksasi
- Rasa nyeri yang pasien berguna untuk
meningkatkan menggunakan merilekskan
ketidak teknik otot dan sistem
berdayaan relaksasi tubuh sehingga

45
- Peningkatan rasa - Berikan obat otak bisa
ketidak untuk mempersepsika
berdayaan yang mengurangi n kenyamanan.
persisten kecemasan
- Bingung, - Pemberian obat
menyesal bisa
- Ragu/ tidak menurunkan
percaya diri kecemasan
- Khawatir dengan efektif
Fisiologi : dan efisien.
- Wajah tegang,
tremor tangan
- Peningkatan
keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
Simpatik :
- Anoreksia
- Eksitasi
kardiovaskuler
- Diare, mulut
kering
- Wajah merah
- Jantung
berdebar-debar
- Peningkatan
tekanan darah
- Peningkatan
denyut nadi
- Peningkatan
reflek
- Peningkatan
frekuensi
pernapasan, pupil
melebar
- Kesulitan
bernapas
- Vasokontriksi
superfisial
- Lemah, kedutan
pada otot
Parasimpatik :
- Nyeri abdomen
- Penurunan
denyut nadi
- Diare, mual,
vertigo
- Letih, gangguan

46
tidur
- Kesemutan pada
extremitas
- Sering berkemih
- Anyang-
anyangan
- Dorongan segera
berkemih
Kognitif :
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking fikiran,
konfusi
- Penurunan
lapang persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi
- Penurunan
kemampuan
belajar
- Penurunan
kemampuan untu
memecahkan
masalah
- Ketakutan
terhadap
kosekwensi yang
tidak spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir,
melamun
- Cenderung
menyalahkan
orang lain
Faktor yang
berhubungan:
- Perubahan dalam
- Pemajanan toksin
- Terkait keluarga
- Herediter
- Infeksi
kontaminan
interpersonal
- Penularan
penyakit
interpersonal
- Krisis maturasi,
krisis situasional
- Stres, ancaman

47
kematian
- Penyalahgunaan
zat
- Ancaman pada
- Konflik tidak
disadari
mengenai tujuan
penting hidup
- Konflik tidak
disadari
mengenai nilai
yang esensial/
penting
- Kebutuhan yang
tidak dipenuhi

3. Evaluasi

Hasil yang diharapkan.

1. Melaporkan pola defekasinormal.

2. Mempertahankan keseimbangan cairan.

a. Mengomsumsi cairan peroral dengan adekuat.

b. Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot.

c. Menunjukan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

d. Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran.

e. Mengalami berat jenis urin normal.

3. Mengalami penurunan tingkat ansietas.

4. Mempertahankan integrasi kulit.

a. Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defekasi.

b. Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit.

5. Tidak mengalami komplikasi.

a. Elektrolit tetap dalam rentang normal.

b. Tanda vital stabil.

c. Tidak ada distrimia atau perubahan dalam tingkat kesadaran.

48
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis akut adalah salah satu kondisi peradangan pada saluran
pencernaan yang menyerang usus oleh infeksi sehingga meningkatkan frekuensi
defekasi dan konsistensi feses menjadi cair dengan gejala adanya muntah,
dehidrasi, dan diare. Faktornya karena infeksi saluran cerna, faktor makanan, dan
faktor psikologis. Jika tidak ditangani secara cepat bisa terjadi diare kronik.
Gastroenteritis akut dapat menyerang semua usia namun paling sering pada
anak. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada penderita gastroenteritis
adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko kerusakan integritas kulit,
dan ketidakseimbangan nutrisi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan
khususnya Gastroenteritis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan semoga masalah ini bermanfaat,
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penulisnya sendiri.

49
Daftar Pustaka

Christy, Meivi Yusinta. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi
Diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Kalijudan. https://e-
journal.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 21.22.
Hadi, Sujono. 2013. Gastroenterologi. Bandung: PT. ALUMNI.
Hendra. http://sasing.unimus.ac.id/. Diakses pada tanggal 1 April 2018 pukul 17.42.
Hera. http://repository.ump.ac.id. Diakses pada tanggal 1 April 2018 pukul 16.53.
Khasanah, Nur Aulia. http://repository.ump.ac.id. Diakses tanggal 1 April 2018 pukul
17.34.
http//digilib.unimus.ac.id. Diakses 27 maret 2018 pukul 14.21.
http//eprints.ums.ac.id. Diakses 21 maret 2018 pukul 14.15.
http//elearning.medistra.ac.id. Diakses 27 maret 2018 pukul 14.16.
https://journal.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 20.58.
http://library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 2 April 2018 pukul 20.26.
https://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 3 April 2018 pukul 21.08.
www.academia.edu/laporanpendahuluandiare.com. Diakses 6 maret 2018 pukul
16.27.

50
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYAKIT GASTROENTERITIS AKUT

(GEA)

I. PENGANTAR
Pokok Bahasan : GASTROENTERITIS (GEA)
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / tanggal :
Waktu : 20 menit
Tempat :

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit diharapkan
pasien dan keluarga pasien dapat memahami tentang penyakit Gastroenteritis
Akut.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


a. Keluarga dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, komplikasi,
penatalaksanaan serta cara pencegahan penyakit Gastroenteritis Akut.
b. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang menderita Gastroenteritis Akut.

IV. TOPIK PEMBAHASAN


a. Pengertian Gastroenteritis Akut
b. Penyebab terjadinya Gastroenteritis Akut
c. Tanda dan gejala Gastroenteritis Akut
d. Komplikasi Gastroenteritis Akut
e. Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut
f. Cara pencegahan Gastroenteritis Akut

51
V. METODE
Ceramah dan tanya jawab.Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi
secara terbuka, yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.
Keluarga dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai.

VI. MEDIA
a. Leaflet
b. Laptop
c. LCD

VII. KEGIATAN PENYULUHAN


NO KEGIATAN WAKTU EVALUASI
1. Memberi salam, 1,5’ Klien menjawab salam,
menyakan keadaan klien mempersilahkan masuk dan
menyetujui kontrak waktu
2. Menjelaskan maksud 1,5’ Klien mendengarkan dengan
kedatangan dan membuat seksama dan menyetujui
kontrak waktu kontrak waktu yang
ditetapkan bersama
3. Melakukan pendidikan 5 Klien memperhatikan dengan
kesehatan seksama.
tentangGastroenteritis
Akut
4. Menanyakan kepada klien 5’ Menanggapi dengan
tentang kejelasan materi melakukan pertanyaan
yang disampaikan.
Mempersilahkan pasien/ Menjawab pertanyaan dari
keluarga pasien pasien atau keluarga.
mengajukan pertanyaan
5. Mengakhiri kontrak waktu 2’ Klien dan keluarga
dan berpamitan kepada mempersilahkan dengan baik
pasien dan keluarganya

52
VIII. PENGORGANISASIAN
Moderator :
Penyaji :
Narasumber :
Notulen :

IX. EVALUASI
A. Evaluasi structural
1. Satuan Acara Pengajaran sudah siap sesuai dengan masalah keperawatan.
2. Kontrak waktu sudah tepat dengan kelompok masyarakat
3. Media sudah disiapkan yaitu leaflet
B. Evaluasi Proses
1. Media dapat digunakan dengan baik
2. Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan sesuai waktu.
3. Partisipasi peserta yang hadir
4. Peserta dapat mengikuti sampai selesai
C. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan klien dan keluarga dapat mengerti
dan mengetahui:apa yang di maksud dengan penyakit Gastroenteritis Akut,
penyebab Gastroenteritis Akut, menyebutkan tanda dan gejala, komplikasi,
penatalaksanaan serta pencegahan Gastroenteritis Akut.

53

Anda mungkin juga menyukai