Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Desa


1. Pengertian
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No.6 Tahun 2014
Tentang Desa Pasal 1 Ayat 1).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia3 , desa adalah satu
kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang
mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang
Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah luar kota yang
merupakan kesatuan (KBBI, 2013).

2. Unsur-unsur Pembentukan Desa


Dalam pembentukan sebuah Desa terdapat 3 unsur pokok:
1) Daerah/Wilayah yang merupakan tempat tinggal dan tempat
beraktifitas.
2) Penduduk, adalah terkait dengan kualitas dan kuantitas manusia
itu sendiri.
3) Tata Kehidupan atau Aturan-aturan yang berhubungan langsung
dengan keadaan masyarakat dan adat istiadat setempat.
3. Klasifikasi Desa
Berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan
mengembangkan potensi yang dimilikinya,desa dapat diklasifikasikan
menjadi berikut ini :
1) Desa Swadaya
Desa swadaya adalah suatu wilayah pedesaan yang hampir
seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan
cara mengadakan sendiri.Ciri-ciri desa swadaya :
a. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
b. Penduduknya jarang.
c. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
d. Bersifat tertutup.
e. Masyarakat memegang teguh adat.
f. Teknologi masih rendah.
g. Sarana dan prasarana sangat kurang.
h. Hubungan antarmanusia sangat erat.
i. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga.
2) Desa Swakarya
Desa swakarya adalah desa yang sudah bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri,kelebihan produksi sudah mulai dijual
kedaerah-daerah lainnya.
Ciri-ciri desa swakarya :
a. Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan
perubahan pola pikir.
b. Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat.
c. Produktivitas mulai meningkat.
d. Sarana prasarana mulai meningkat.
e. Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan
cara berpikir.
3) Desa Swasembada
Desa swasembada adalah desa yang lebih maju dan mampu
mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal,dengan
ciri-ciri berikut :
a. Hubungan antarmanusia bersifat rasional.
b. Mata pencaharian homogen.
c. Teknologi dan pendidikan tinggi.
d. Produktifitas tinggi.
e. Terlepas dari adat
f. Sarana dan prasarana lengkap dan modern.

4. Ciri-ciri Masyarakat Desa


1) Kehidupan tergantung pada alam
2) Toleransi sosialnnya kuat
3) Adat-istiadat dan norma agama kuat
4) Kontrol sosialnya didasarkan pada hokum informal
5) Hubungan kekerabatan didasarkan pada Gemeinssehaft
(paguyuban)
6) Pola pikirnya irrasional
7) Struktur perekonomian penduduk bersifat agraris.

5. Pemerintahan dan kewenangan desa


1) Pemerintahan desa
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan desa
terdiri atas pemerintah desa (yang meliputi kepala desa dan
perangkat desa) dan badan permusyawaratan desa (BPD). Kepala
desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama badan
permusyawaratan desa (BPD). Kepala desa juga memiliki
wewenang menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan
persetujuan bersama BPD.
Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa terdiri dari
sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. salah satu perangkat
desa adalah sekretaris desa yang diisi dari pegawai negeri sipil.
Sekretaris desa diangkat oleh sekretaris daerah kabupaten/kota
atas nama bupati/walikota. Perangkat desa lainnya diangkat oleh
kepala desa dari penduduk desa yang ditetapkan dengan keputusan
kepala desa. Perangkat desa juga mempunyai tugas untuk
mengayomi kepentingan masyarakatnya.
Badan permusyawaratan desa (BPD) merupakan lembaga
perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa.
Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari ketua rukun
warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan
tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. BPD berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
2) Kewenangan desa
Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada
berdasarkan hal asal usul desa, menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten atau kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa yakni urusan pemerintahan
yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.
Tugas pemantauan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
pemerintahan kabupaten kota. Urusan pemerintahan lainnya yang
diserahkan kepada desa.

2.2 Konsep Dasar Desa Siaga (Sehat)


1. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
Desa dan kelurahan siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari
Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan
Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau
keluarahan (Kemenkes RI, 2010), yang:
1) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada
diwilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu
(Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puseksmas) atau sarana
kesehatan lainnya.
2) Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan
survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit,
kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaruratan kesehatan dan penangggulan bencana, serta
penyehatan lingkungan sehingga masyarakat menerapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
3) Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan
Siaga Aktif memiliki kompone (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2)
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan
mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan
lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Desa sehat merupakan implementasi program prioritas


“Optimalisasi gizi dan kesehatan masyarakat dengan memperioritaskan
aspek promosi dan pencegahan penyakit melalui gaya hidup sehat”
yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah desa mandiri dengan
kondisi masyarakat yang memiliki pengethauan dan keterampilan
tentang gizi dan kesehatan, mampu menerapkan pola budaya hidup
sehat dan bersih, lingkungan yang saniter (bebas kuman) dan
menerapkan pola gizi seimbang serta mampu memanfaatkan sumber
daya alam yang ada untuk kelangsungan hidup yang mendukung
terciptanya desa sehat mandiri.
2. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif
atau kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM,
serta kegiatan kader dan masyarakat. pelayanan ini selanjutnya
didukung oleh saran-sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas
Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit (Kemenkes RI, 2010).
Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunju-petunjuk
teknis dari Kementrian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan
dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer,
sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan
kesehatan dasar berupa (Kemenkes RI, 2010):
1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil
2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
3) Pelayanan kesehatan untuk anak
4) Peneluan dan penganan penderita penyakit.

3. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM


Pemberdayaaan maasyarakat terus diupayakan melalui
pengembangan UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan pada
upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan, kesehatan dan
penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans
berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga
kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari
Kementrian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Pengamatan
dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi,
lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
masyarakat, (2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas
kesehatan untuk respon cepat, (3) Pencegahan dan penanggulangan
sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta (4) Pelaporan
kematian (Kemenkes RI, 2010).
Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-
upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi
bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada
petunjuk teknis dari Kementrian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya
berupa: (1) Bimbingan dan pencarian tempat yang aman untuk
mengungsi, (2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah
kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab
masalah, (3) Bantuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi
dasar(air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, da lain-lain) di
tempat pengungsian, (4) Penyediaan relawan yang bersedia mejadi
donor darah, dan (5) pelayanan kesehatan bagi pengungsi (Kemenkes
RI, 2010).
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
desa/kelurahan dan pemukiman agar terhindar dari penyakit dan
masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dan
Kementrian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Promosi
pentingnya sanitasi dasar, (2) Bantuan/fasilitas pemenuhan kebutuhan
sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah,
dan lain-lain.), dan (3) Bantuan/fasilitas upaya pencegahan
pencemaran lingkungan (Kemenkes RI, 2010).

4. Perilaku Masyarakat Bersih dan Sehat (PHBS)


Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib
melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kseshatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat
(Kemenkes RI, 2010).
Salah satu indicator bagi kesehatan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan
rumah tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus
dipraktikkan di tatanan manapun pada saat seseorang sedang berada.
Selain di tatanan rumah tangga, PHBS harus dikembangkan dan
dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat kerja,
tempat umum, dan sarana kesehatan (Kemenkes RI, 2010).
PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan
kelurahan siaga aktif meliputi perilaku sebagai berikut (Kemenkes RI,
2010):
1) Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika
mengetahui dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya
menderita penyakit menular
2) Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke
poskesdes/pustu/puskesmas bila terserang penyakit
3) Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan
4) Mengonsumsi tablet tambah darah semasa hamil dan nifas (bagi
ibu)
5) Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang
(terutama bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui)
6) Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
7) Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak
8) Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan
9) Mengonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas
10) Member ASI ekslusif kepada bayinya (0-6bulan)
11) Memberi makanan pendamping ASI
12) Member kapsu vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan
februari dan agustus
13) Menimbang berat badan bayi dan balita secara tertaur serta
menggunakan kartu menuju sheta (KMS) atau buku KIA untuk
memantau pertumbuhannya
14) Membawa bayi/anak, ibu dan wanita usia subur untuk diimunisasi
15) Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan diare
16) Menyediakan rumah atau kendaraannya untuk pertolongan dalam
keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin,
ambulan, dan lain-lain)
17) Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan,
termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan
18) Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana
19) Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari
20) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
21) Menggunakan jamban sehat
22) Mengupayakan tersedianya saran sanitasi dasar lain dan
menggunakannya
23) Memberantas jentik-jentik nyamuk
24) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
25) Tidak merokok, minum-minuman keras, madat, dan
menyalahgunakan napza serta bahan berbahaya lain
26) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan baik dirumah,
desa/keluarahan maupun dilingkungan pemukiman
27) Memanfaatkan UKBM<, poskesdes, pustu, puskesmas atau sarana
kesehatan lainnya
28) Pemanfaatan pekarangan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA)
dan Warung Hidup di halaman masing-masing rumah atau secara
bersama-sama (kolektif)
29) Melaporkan kematian
30) Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan
31) Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS

Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga


digunakan 10 perilaku yang merupakan indicator yaitu:

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


2) Memberi ASI ekslusif kepada bayi
3) Menimbang berat badan balita
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik nyamuk
8) Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah.

Di tatanan rumah tangga, kepala rumah tangga harus menjadi


panutan dan mendorong anggota rumah tangganya untuk
mempraktikkan PHBS. Ia juga bertanggung jawab untuk
mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikannya PHBS di
rumah tangga (Kemenkes RI, 2010).

Di tatanan institusi pendidikan, yaitu sekolah-sekolah, madrasah,


pesantren, seminari, dan sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan
para pendidik merupakan panutan dan mendorong anak didiknya
dlaam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk
mengupayakan saran dan kemudahan bagi dipraktikkanya PHBS di
institusi pendidikan (Kemenkes RI, 2010).

Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, took, kantor/perusahaan,


dan lain-lain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus
menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawannya dalam
mempraktikkan PHBS. Pemilik dan pengelola tempat kerja wajib
menyediakan saran dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS
ditempat kerja (Kemenkes RI, 2010).

Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal,


pelabuhan, bandara, pasar, pertokoan/mall, tempat hiburan, tempat
rekreasi/pariwisata, tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan
pengelola tempat umum harus menjadi panutan dan mendorong para
pekerja/karyawan dan pengunjung dalam mempraktikkan PHBS.
Mereka juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan
kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di tempat-tempat umum
(Kemenkes RI, 2010).
Di tatanan institusi kesehatan seperti pustu, puskesmas, klinik, RS,
dan lain-lain, pemilik atau pengelola dan para petugasnya merupakan
panutan dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam
mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk
mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di
institusi kesehatan (Kemenkes RI, 2010).

5. Kriteria
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan
memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu
(Kemenkes RI, 2010).:
1) Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka
masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan
kelurahan.
2) Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
3) Kemudian akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar
yang buka atau memberikan pelayanan setiap hari.
4) Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans
berbasis masyarakat, (b) penanggulangan bencana dan kedaruratan
kesehatan, (c) penyehatan lingkungan.
5) Tercakupnya (terakomodasinya) pendanaan untuk pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan
Desa atau Kelurahan serta dari masyarakat dan dunia usaha.
6) Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam
kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
7) Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan
mengatur tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
8) Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga di desa atau kelurahan.
2.3 Konsep Dasar Rukun Warga dan Rukun Tetangga
1. Pengertian Rukun Warga (RW)
Rukun warga merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan
dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai
kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan
dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran
tugas pemerintah pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan
kelurahan.
Rukun warga dipimpin oleh ketua RW yang dipilih oleh warganya,
ada beberapa di wilayah pemilihan ketua RW di Indonesia dilakukan
seperti pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah. Dimana
terdapat kampanye dan pemungutan suara, sebuah RW terdiri dari
sejumlah RT (Rukun Tetangga).

2. Pengertian Rukun Tetangga (RT)


Rukun tetangga adalah pembagian wilayah di Indonesia dibawah
rukun warga. Rukun tetangga adalah termasuk pembagian administrasi
pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah
mufakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang
ditetapkan oleh desa atau kelurahan. Rukun tetangga dipimpin oleh
ketua RT yang dipilih oleh warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah
rumah. Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui
dan di bina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-
nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan
kegotongroyongan dan kekeluargaan serta membantu meningkatkan
kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di
desa dan kelurahan.

Anda mungkin juga menyukai