Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang dilaksanakan sesuai


dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajeman keperawatan terdiri atas
beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan
balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer
dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output atau
keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Kontrol dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur
sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui
laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar dengan
proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk
mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga
proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah,
pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).
Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan
Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang
memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat
elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas
manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi
utama yang bergerak secara simultan.
Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Perencanaan disini dimaksudkan nntuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua
anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan
efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk
mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002)
2. Organizing
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur fotmal
direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan samar.
Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif.
Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola
hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam
kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang
tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja mereka.
Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung
dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan
informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur
organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara
satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda
sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian
tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan ketrampilan perawat
dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan
maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak
opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka kepada
semua pasien di bangsal).

Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik

Pasien

2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.

Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien
Pasien

3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang

Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir Sesuai


Sore Malam Kebutuhan

4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1
perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna
S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan
yaitu :
 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau
setara.
 Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
 Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas asuhan
keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode
pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi konstribusi
pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad
tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat
diambil 3 point penting yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang baik
fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. ( Luthan,
2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di dalam kebanyakan
sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan kebergantungan mereka
pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem
klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing
nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur
perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing
kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut,
memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada
pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah
menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-
masing sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu
sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
 Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
 Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
 Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas

Σ perawat = Σ klien X derajat ketergantungan

Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien

Minimal care Partial care Total care


Σ
klien Mala Mala Sor Mala
Pagi Sore Pagi Sore Pagi
m m e m
0,3
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,20
0
0,6
2 1,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,40
0

3) Rumus Depkes 2003


Berdasarkan :
 Tingkat ketergantungan klien
 Rata-rata klien/hari
 Jam perawatan yang diperlukan/hari/klien
 Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hr
 Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan :
 Hitung jumlah perawat yang tersedia
a. Σ jam perawat
= A
Jam kerja efektif per shift
 Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan tugas-tugas
non keperawatan
b. Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c. Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
 Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
 Berdasarkan hasil workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa :
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian
adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan
misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk
dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil
yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang
mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan.
Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer
perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu
untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk / libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut
jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja per –
hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari libur
per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai jadwal
tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-masing
pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi
kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja.
Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai
kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.

2) Metode Lokakarya (Workshop)


Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya
bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.

3) Metode Sekolah atau Kursus


Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan
dilaksanakan oleh peserta.

Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi


peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau
kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada
bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.

Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan


pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi
lainnya.
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan penyebab
masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan
dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
 Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
 Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf
 Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum
 Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
 Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan
tersebut tidak dapat dicapai
 Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
 Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan
 Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab
dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
 Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang
jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk
mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai
dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang
telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf
dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai