Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

(PENYAKIT OSTEOMIELITIS)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III
RISCA BEATRIC KAMBU
SARCE SARA AWOM
SITI NURRIYANI
STHERA PRYSKILA SALAMOR
STIEN MAGDALENA BAWANDA

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASAYARAKAAT (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA (STIKES)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SORONG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah
juga menjadi salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai
nilai tambah. Kami membuat makalah ini berdasarkan sistematika yang diberikan
Dosen mata kuliah Ns.Triani Banna,S.Kep.,M,Kep dengan menggunakan Buku
Panduan dan dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.
Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal yang
nanti akan berguna bagi kami. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.
Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya
makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan
kepada semua pihak dan instansi yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Sorong , 08 Desember 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis ...................................................................... 3
1. Definisi.................................................................................... 3

2.
Etiologi..................................................................................... 3
3.
Insiden......................................................................................
4.
Patofisiologi............................................................................ 5
5.
Manifestasi
Klinis........................................................................................ 6
6. Test Diagnostik..................................................................... 7
7. Terapi...................................................................................... 7
8. Komplikasi.............................................................................. 8
9. Prognosis................................................................................ 8
B. Konsep Asuhan
Keperawatan................................................................................... 8
1. Pengkajian.............................................................................. 8
2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 9
3. Intervensi Keperawatan........................................................ 10
4. Implementasi Keperawatan.................................................. 16
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 18
B. Saran.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia.
Salah satupenyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis
umumnya disebabkanoleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi
penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra ,tulang
pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.Banyak mitos yang berkembang tentang
penyakit ini, seperti diyakini bahwa infeksi akanberlanjut menyebar pada tulang dan
akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang sebenarnya adalahosteomielitis tidak menyebar
ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut punya alirandarah yang baik dan
terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan dibagian tubuh
yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses
local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan
demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi
tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak
mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti
femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. (Yuliani, 2010).
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien
dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral
adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara
berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah
terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. (Randall, 2011).
Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh
memiliki mekanimepertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di
daerah yang terinfeksi.Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi
pada anak-anak danorang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan
yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit
dan juga gambaran radiologik.Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis
adalah mereka yang nutrisinyaburuk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes
mellitus.
Selain itu, pasien yang menderitaartitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah
sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsisrentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukanevakuasi
hematoma pasca operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan
masalah dalam makalah ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Osteomielitis.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomielitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomielitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomielitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomielitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan klien yang mengalami osteomielitis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami
osteomielitis.
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Defenisi
a. Osteomielitis adalah infeksi bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influenza. (Risnanto, 2014)
b. Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
(Suratun, 2008)
c. Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Smeltzer,
Suzanne C, 2002).
d. Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000).
e. Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen) (Corwin, 2001).
f. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
g. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
h. Osteomielitis adalah infeksi tulang yang dapat timbul dari inokulasi
langsung oleh organisme penyebab, misalnya pada fraktur terbuka, atau
berasal dari penyebaran hematogen. (Davey, Patrick.2005)
2. Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
a. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus(70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan
oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan
Proteus.
b. Virus
c. Jamur
d. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free
encyclopedia, 2000) yaitu:
a. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu
infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai
dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada
tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
b. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus
tulang.
c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi
jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis
kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang
akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya
disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme
lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka
yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita
diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita

artritis
rumahsakit,
rheumatoid,telahdi rawat lamadi
infeksiluka
ortopedi,
menjalani pembedahan mengalami
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.
3. Insiden

Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun


demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis
pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 :
1.

4. Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%


infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan
sering
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia
dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan
medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
5. Manifestasi Klinis
a. Infeksi dibawa oleh darah
1) Biasanya awitannya mendadak.
2) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
d. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus.
6. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endapan darah.
b. Pemeriksaan titer antibodi–anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas.
c. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri Salmonella.
d. Pemeriksaan Biopsi tulang
e. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
f. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus.
7. Terapi
a. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
1) penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
2) Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
3) Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
4) Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
b. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
c. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam
pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan
cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
d. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
e. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, dan C
8. Komplikasi
a. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang
terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang
yang mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
b. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
9. Prognosis
Prognosisnya bermacam-macam tetapi secara nyata diperbaiki
dengan diagnosis dini dan terapi yang agresif. (King R., 2004) Pada
osteomyelitis kronis kemungkinan kekambuhan infeksi masih besar. Ini
biasanya disebabkan oleh tidak komplitnya pengeluaran semua daerah
parut jaringan lunak yang terinfeksi atau tulang nekrotik yang tidak
terpisah. (Samiaji E., 2003)
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pemgkajian

a. Riwayat keperawatan

1) Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan,


eritema, demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan dan demam.
2) Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka
panjang, cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka
terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi
radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya
infeksi.
b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah
sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan
kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau
sekolah.
d. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap
darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen
secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang.
Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan
c. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi
penyakit dan pengobatan.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam
bergerak
g. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang.
3. Intervensi Keperawatan
DP.1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
a. Tujuan / Hasil Pasien : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan
Peningkatan rasa kenyamanan
b. Kriteria Evaluasi : Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi
normal,ekspresi wajah rileks dan suhu tubuh normal
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Mengkaji karakteris- tik nyeri : 1. Untuk mengetahui tingkat rasa
lokasi, durasi, intensitas nyeri nyeri sehingga dapat me- nentukan
dengan meng- gunakan skala nyeri jenis tindak annya
(0-10)
2. Mempertahankan im- mobilisasi 2. Mencegah pergeseran tulang dan
(back slab) penekanan pada jaring- an yang
luka.

3. Berikan sokongan (support) pada 3. Peningkatan vena return,


ektremitas yang luka menurunkan edem, dan me-
ngurangi nyeri
4. Amati perubahan suhu setiap 4 jam 4. Untuk mengetahui penyimpangan
– penyimpangan yang terjadi

5. Kompres air hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan


memberikan rasa nyaman

Kolaborasi :
6. Pemberian obat-obatan analgesik 6. Mengurangi rasa nyeri
DP. 2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
a. Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
b. Kriteria Hasil :
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Mempertahankan posisi fungsional
3) Meningkatkan / fungsi yang sakit
4) Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
No. Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Pertahankan tirah baring dalam 1. Agar gangguan mobilitas fisik
posisi yang di programkan dapat berkurang

2. Tinggikan ekstremitas yang


2. Dapat meringankan masalah
sakit, instruksikan klien / bantu
dalam latihan rentang gerak gangguan mobilitas fisik yang
pada ekstremitas yang sakit dan dialami klien
tak sakit
3. Beri penyanggah pada
ekstremitas yang sakit pada saat 3. Dapat meringankan masalah
bergerak
gangguan mobilitas yang dialami
4. Jelaskan pandangan dan
keterbatasan dalam aktivitas klien
5. Berikan dorongan pada klien 4. Agar klien tidak banyak melakukan
untuk melakukan AKS dalam gerakan yang dapat
lingkup keterbatasan dan beri membahayakan
bantuan sesuai kebutuhan 5. Mengurangi terjadinya
6. Ubah posisi secara periodik penyimpangan – penyimpangan
Kolabortasi : yang dapat terjadi
7. Fisioterapi / aoakulasi terapi
6. Mengurangi gangguan mobilitas
fisik
7. Mengurangi gangguan mobilitas
fisik
DP. 3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
a. Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
b. Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal,
tidak mual, suhu tubuh normal
c. Intervensi dan Rasionalisasi
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Pantau Suhu tubuh setiap 2 jam, 1. Memberikan dasar untuk deteksi
Warna kulit , TD, nadi dan hati
pernapasan, Hidrasi (turgor dan
kelembapan kulit.
2. Lepaskan pakaian yang berlebihan 2. Pakaian yang tidak berlebihan
dapat mengurahi peningkatan suhu
tubuh dan dapat memberikan rasa
nyaman pada pasien.
3. Lakukan kompres dingin atau 3. Menurunkan panas melalui proses
kantong es untuk menurunkan konduksi serta evaporasi, dan
kenaikan suhu tubuh. meningkatkan kenyaman pasien.
4. Motivasi asupan cairan 4. Memperbaiki kehilangan cairan
akibat perspirasi serta febris dan
meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien.
Kolaborasi :
5. Beriakn obat antipiretik sesuai 5. Antipiretik membantu mengontrol
dengan anjuran peningkatan suhu tubuh

DP, 4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi


penyakit dan pengobatan.
a. Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi
tentang proses penyakit, program pengobatan
b. Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
N Intervensi Rasionalisasi
o
Mandiri :
1. Jelaskan tujuan pengobatan pada 1. Mengorientasi program pengobatan.
pasien Membantu menyadarkan klien untuk
memperoleh kontrol
2. Kaji patologi masalah individu. 2. Informasi menurunkan takut karena
ketidaktahuan. Memberika
pengetahuan dasar untuk
pemahaman kondisi dinamik
3. Kaji ulang tanda / gejala yang 3. Berulangnya
memerlukan evaluasi medik pneumotorak/hemotorak
cepat,contoh nyeri dada tiba-tiba, memerlukan intervensi medik untuk
dispnea, distres pernapasan lanjut. mencegah / menurunkan potensial
komplikasi.
4. Kaji ulang praktik kesehatan yang 4. Mempertahanan kesehatan umum
baik, istirahat. meningkatkan penyembuhan dan
dapat mencegah kekambuhan.
rapeutik.
Kolaborasi :
5. Gunakan obat sedatif sesuai 5. Banyak pasien yang membutuhkan
dengan anjuran obat penenang untuk mengontrol
ansietasnya

DP. 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman
a. Tujuan / Hasil Pasien :
Pola tidur kembali normal
b. Kriteria Evaluasi :
Jumlah jam tidur tidak terganggu, insomnia berkurang, adanya
kepuasan tidur, pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Tentukan kebiasaan tidur yang 1. Mengkaji perlunya dan
No Intervensi Rasionalisasi
biasanya dan perubahan yang mengidentifikasi intervensi yang
terjadi tepat
2. Berikan tempat tidur yang 2. Meningkatkan kenyamanan tidur
nyaman dan beberapa milik serta dukungan fisiologis/ psikologis
pribadi, misalnya ; bantal dan
guling
3. Buat rutinitas tidur baru yang 3. Bila rutinitas baru mengandung
dimasukkan dalam pola lama dan aspek sebanyak kebiasaan lama, stres
lingkungan baru dan ansietas dapat berkurang
4. Cocokkan dengan teman 4. Menurunkan kemungkinan bahwa
sekamar yang mempunyai pola teman sekamar yang “burung hantu”
tidur serupa dan kebutuhan dapat menunda pasien untuk terlelap
malam hari atau menyebabkan terbangun
5. Dorong beberapa aktifitas fisik 5. Aktivitas siang hari dapat membantu
pada siang hari, jamin pasien pasien menggunakan energi dan siap
berhenti beraktifitas beberapa untuk tidur malam hari
jam sebelum tidur
6. Instruksikan tindakan relaksasi 6. Membantu menginduksi tidur
7. Kurangi kebisingan dan lampu 7. Memberikan situasi kondusif untuk
tidur
8. Gunakan pagar tempat tidur 8. Pagar tempat tidur memberikan
sesuai indikasi, rendhkan tempat keamanan dan dapat digunakan
tidur bila mungkin untuk membantu merubah posisi
Kolaborasi :
9. Berikan sedatif, hipnotik sesuai 9. Mungkin diberikan untuk membantu
indikasi pasien tidur atau istirahat selama
periode transisi dari rumah ke
lingkungan baru

DP. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam


bergerak
a. Tujuan / Hasil Pasien (kolaboratif) :
Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
b. Kriteria Evaluasi :
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan, dan kelelahan dalam
melakukan aktifitas, berkurangnya nyeri.
c. Intervensi dan Rasionalisasi :
No Intervensi Rasionalisasi
Mandiri :
1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang 1. Merokok, suhu ekstrim dan stre
dapat meningkatkan kebutuhan menyebabkan vasokonstruksi
oksigen pembuluh garah dan peningkatan
beban jantung
2. Anjurkan program hemat energi 2. Mencegah penggunaan energi
berlebihsn
3. Buat jadwal aktifitas harian, 3. Mempertahankan pernapasan lambat
tingkatkan secara bertahap dengan tetap mempertahankan
latihan fiisk yang memungkinkan
peningkatan kemampuan otot bantu
pernapasan
4. Kaji respon abdomen setelah 4. Respon abdomen melipuit nadi,
beraktivitas
tekanan darah, dan pernapasan yang
meningkat
5. Berikan kompres air hangat
5. Kompres air hangat dapat
mengurangi rasa nyeri
6. Beri waktu istirahat yang cukup
6. Meningkatkan daya tahan pasien,
mencegah keletihan

DP 7. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan


pembentukan abses tulang
a. Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
b. Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
c. Intervensi dan rasionalisasi:
No. Intervensi Rasionalisasi
Mandiri: 1. Mencegah pemasukan bakteri dari
1. Pertahankan system kateter steril; infeksi/ sepsis lanjut.
berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air, berikan
salep antibiotic disekitar sisi
kateter.
2. Ambulasi dengan kantung 2. Menghindari refleks balik urine, yang
No. Intervensi Rasionalisasi
drainase dependen. dapat memasukkan bakteri kedalam
kandung kemih.
3 Awasi tanda vital, perhatikan 3. Pasien yang mengalami sistoskopi/
demam ringan, menggigil, nadi TUR prostate beresiko untuk syok
dan pernapasan cepat, gelisah, bedah/ septic sehubungan dengan
peka, disorientasi. manipulasi/ instrumentasi
.
4. Observasi drainase dari luka, 4. Adanya drain, insisi suprapubik
sekitar kateter suprapubik. meningkatkan resiko untuk infeksi,
yang diindikasikan dengan eritema,
drainase purulen.
5. Ganti balutan dengan sering
5. Balutan basah menyebabkan kulit
(insisi supra/ retropublik dan
iritasi dan memberikan media untuk
perineal), pembersihan dan
pertumbuhan bakteri, peningkatan
pengeringan kulit sepanjang
waktu resiko infeksi luka.
6. Gunakan pelindung kulit tipe
ostomi 6. Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
Kolaborasi: dan menurunkan resiko infeksi.
7. Berikan antibiotic sesuai indikasi
7. Mungkin diberikan secara profilaktik
sehubungan dengan peningkatan
resiko infeksi pada prostatektomi.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh
perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari
rumah sakit. Sebelum pelaksanaan, terlebih dahulu harus mengecek
kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data dan bila
terjadi hal demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan
pasien.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu
dengan aman
c. Tidak adanya infeksi
1) Memakai antibiotika sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
6) Biakan darah negative
d. Mamatuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotika sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Memperlihatkan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
5) Makan diet seimbang dengan tinggi protein, vitamin C dan D
6) Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
7) Melaporkan peningkatan kekuatan
8) Tidak melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut (Smeltzer,
Suzanne C, 2002).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya
disebabkanoleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua
usia tetapi umumnyamengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya
disebabkan oleh bakteri, diantaranyadari species staphylococcus dan stertococcus. Selain
bakteri, jamur dan virus juga dapatmenginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia
bagian distal, femur bagian distal, humerus ,radius dan ulna bagian proksimal dan distal,
vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulangyang paling beresiko untuk terkena
osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis
akut, subakut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami
luka danmembengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis
menahun seringmenyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang
berulang dan pengeluarannanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran
nanah terjadi jika nanah daritulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan
suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.Oteomielitis didiagnosis
banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebabmemiliki gambaran radiologik
yang mirip.
Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihatsetelah 10-14 hari setelah infeksi,
yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis,sekwestrum dan
involikrum.Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau
dengandebridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan
penyakitnya, untuk yangakut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya
buruk.

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman
sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteomilitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai
host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
DAFTAR
PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Davey, Patrick.2005.At A Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Harrison. 1999. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.


Helmi, Zairin Noor. 2012. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

King R., 2004, Osteomyelitis, Emedicine.Com, Inc.


Risnanto, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Deepublish : Yogyakarta
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba


Samiaji Medika.
E., 2003,UMY.
Osteomyelitis, Bagian Ilmu Bedah BRSD Wonosobo, Fakultas
Kedokteran
Pamela L. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Suratun, 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta:
Keperawatan. Jakarta : EGC
EGC.

Anda mungkin juga menyukai