DENGAN OSTEOMIELITIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Kelompok 1 :
1. AGUSTINO KAPOYOS
2. ANGGRANI WULLUR (020003)
3. ARFANDI PATILIMA (020004)
Pertama marilah kita tuturkan puji syukur kita kepada TUHAN YANG MAHA ESA
karena berkat rahmat, karunia dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Makalah ASKEP
TEORI TENTANG OSTEOMIELITIS.
Kami menyadari bahwa tugas kami ini jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan saran dan kritik untuk membangun makalah yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami
berharap semoga tugas kami ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 29
4.2 Saran ............................................................................................................................. 29
iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth. 2002).
iii
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat
penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya
(Lukman & NurmaNingsih, 2009).
2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang). (Lukman &NurmaNingsih. 2009)
2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
iii
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).
2.10 Prognosis
Dari penelitian yang dilakukan Riiseetal total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat,
prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada
diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan
lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen.
Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-
komplikasi yang berkepanjangan.
iii
2.11 PATHWAY
Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Osteomielitis
Fagositosis
iii
3.2 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri b/d Tujuan : 1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons subjektif
abses tulang, Nyeri berkurang, yang dapat dikaji dengan
pertumbuhan hilang, atau teratasi. 2. Atur posisi imobillisasi pada daerah menggunakan skala nyeri. Klien
tulang baru nyeri sendi atau nyeri ditulang yang melaporkan nyeri biasanya di atas
dan hilang , atau teratasi. mengalami infeksi tingkat cidera.
pengeluaran Kriteria Hasil :
pus. Secara subjektif, klien 3. Bantu klien dalam mengidentifikasi 2. Mobilisasi yang adekuat dapat
melaporkan nyeri factor pencetus. mengurangi nyeri pada daerah nyeri
berkurang sendi atau nyeri ditulang yang
subjektif, klien 4. Jelaskan dan Bantu klien terkait dengan mengalami infeksi.
melaporkan nyeri tindakan pada nyeri nonfarmakologi
iii
akut. 5. Teknik ini melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan 02 pada
7. Beri kesempatan waktu istirahat bila jaringan terpenuhi dan nyeri
terasa nyeri dan beri posisi yang berkurang.
nyaman ( mis; ketika tidur, punggung
klien diberi bantal kecil ). 6. Mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
8. Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri hubungkan dengan 7. Istirahat merelaksasikan semua
beberapa lama nyeri akan berlangsung. jaringan sehingga meningkatkan
kenyamanan.
9. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Pengetahuan tersebut membantu
mengurangi dan dapat membantu
meningkatkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik
2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk memberi
iii
integritas Integritas jaringan informasi tentag intervensi
jaringan b/d membaik secara 2. Lakukan perawatan luka : perawatan luka, alat, dan jenis
proses optimal. Lakukan perawatan luka dengan teknik larutan apa yang akan digunakan.
pembentukan steril.
tulang baru, Kriteria Hasil : 2. Perawat luka dengan teknik steril
pengeluaran Pertumbuhan jaringan 3. Kaji keadaan luka dengan teknik dapat mengurangi kontaminasi
pus tirah meningkat, keadaan membuka balutan dan mengurangi kuman langsung kearel luka.
baring lama luka membaik, stimulus nyeri, bila perban melekat
dan penekanan pengeluaran pus pada kuat, peran diguyur dengan NaCl. 3. Menejemen membuka luka dengan
lokal. luka tidak ada lagi, luka mengguyur larutan NaCl keperban
menutup. 4. Lakukan pembilasan luka dari arah dapat mengurangi stimulus nyeri dan
dalam keluar dengan caira NaCl. dapat menghindari terjadinya
pendarahan pada luka osteomielitis
5. Tutup luka dengan kasa steril atau konis akibat perban yang kering oleh
kompres dengan NaCl yang dicampur pus.
dengan antibiotic.
4. Teknik menbuang jaringan dan
6. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang kuman diareal luka sehingga keluar
sudah mati. dari areal luka.
7. Rawat luka setiap hari atau setiap kali 5. NaCl merupakan larutan fisiologis
bila pembalut basah atau kotor. yang lebih mudah diabsorpsi oleh
iii
jaringan daripada larutan antiseptic.
8. Hindari pemakaian peralatan perawatan NaCl yang dicampur dengan
luka yang sudah kontak dengan klien antibiotic dapat mempercepat
osteomielitis, jangan digunakan lagi penyembuhan luka akibat infeksi
untuk melakukan perawatan luka pada osteomielitis.
klien lain.
6. Jaringan nekrotik dapat menghambat
9. Gunakan perban elastis dan gips pada menyembuhan luka.
luka yang disertai kerusakan tulang atau
pembengkakan sendi 7. Memberi rasa nyaman pada klien
dan dapat membantu meningkatkan
10. Evaluasi perban elastis terhadap pertumbuhan jaringan luka.
resolusi edema
8. Pengendalian infeksi nosokomial
11. Evaluasi kerusakan jaringan dan dengan menghindari kontaminasi
perkembangan pertumbuhan jaringan langsung dari perawatan luka yang
dan lakukan perubahan intervensi bila tidak steril.
pada waktu yang ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan jaringan
yang optimal. 9. Pada klien osteomielitis dengan
kerusakan tulang, stabilitas formasi
12. Kolaborasi dengan tim bedah untuk tulang sangat stabil. Gips dan perban
iii
bedah perbaikan pada kerusakan elastis dapat membantu memfiksasi
jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dan mengimobilisasi sehingga dapat
dipercepat. mengurangi nyeri.
13. Pemeriksaan kulur cairan ( pus ) yang 10. Pemasangan perban elastis yang
keluar dari luka. terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
14. Pemberian antibiotik/antimikroba menambah nyeri pada klien.
iii
dilakukan setelah masalah infeksi
osteomielitis teratasi.
demam dan asupan makanan yang 3. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu 3. Ahli diet adalah spesialisasi dalam hal
malaise. adekuat untuk makanan yang dapat memenuhi nutrisi yang dapat membantu klien
iii
memenuhi kebutuhan kebutuhan nutrisi selama sakit. yang dapat memenuhi kebutuhan
dan metabolisme tubuh, kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
peningkatan asupan 4. Dorong klien mengkonsumsi makanan dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi,
makanan, tidak ada lunak tinggi kalori tinggi protein dan BB-nya.
penurunan BB lebih
lanjut, menyatakan 5. Berikan makanan lunak dengan porsi 4. Peningkatan suhu tubuh
perasaan sejahtera. sedikit tapi sering yang mudah dicerna meningkatkan metabolisme, asupan
jika ada sesak nafas berat. protein yang adekuat, vitamin, mineral
dan kalori untuk aktivitas anabolic
dan sintesis antibody.
iii
atau tempatkan pasien pada tempat membuat deformasi gips yang masih
Kriteria Hasil : tidur ortopedik. basah, mematahkan gips yang sudah
Pasien dapat kering, atau mempengaruhi dengan
menunjukan mekanika Pasien Dengan Gips/bebat penarikan traksi.
tubuh yang
meningkatkan stabilitas 3. Sokong fraktur dengan bantal atau 3. Mencegah gerakan yang tidak perlu
pada sisi fraktur. gulungan selimut. Pertahankan posisi dan perubahan posisi. Posisi yang
netral pada bagian yang sakit dengan tepat dari bantal juga dapat mencegah
bantal pasir, pembebat, gulungan tekanan deformitas pada gips yang
trokanter, papan kaki. kering.
iii
(contoh: Buck, Dunlop, Pearson, kembali pembebat atau penggunaan
Russel) gips plester mubgkin diperlukan untuk
mempertahankan kesejajaran fraktur.
7. Yakinkan bahwa semua klem berfungsi.
Minyaki katrol dan periksa tali tehadap 6. Traksi memungkinkan penarikan pada
tegangan. Amankan dan tutup ikatkan aksis panjang fraktur tulang dan
dengan plester perekat. mengatasi tegangan otot/pemendekan
untuk memudahkan posisi/penyatuan.
8. Pertahankan katrol tidak terhambat Traksi tulang (pen, kawat, jepitan)
dengtan beban bebas menggantung; memungkinkan penggunaan berat
hindari mengangkat/menghilangkan lebih besar untuk penarikan traksi
berat. daripada digunakan untuk jaringan
kulit.
9. Bantu meletakkan beban di bawah roda
tempat tidur bila diindikasikan.
10. Kaji ulang tahanan yang mungkin 7. Yakinkan bahwa susunan traksi
timbul karena terapi, contoh berfungsi dengan tepat untuk
pergelangan tidak menekuk/duduk menghindari interupsi penyambungan
dengan traksi Bruck atau tidak memutar fraktur.
di bawah pergelangan dengan traksi
Russel 8. Jumlah beban traksi optimal
dipertahankan. Catatan: Memastikan
iii
11. Kaji intregritas alat fiksasi eksternal gerakan bebas beban selama
mengganti posisi pasien menghindari
12. Kolaborasi untuk mengkaji ulang penarikan beban berlebihan tiba-tiba
foto/evaluasi. pada fraktur yang menimbulkan nyeri
dan spasme otot.
13. Kolaborasi dalam pemberian/
pertahankan stimulasi listrik bila 9. Membantu posisi tepat pasien dan
digunakan. fungsi traksi dengan memberikan
keseimbangan timabal balik.
iii
mengubah tekanan kerangka,
menyebabkan kesalahan posisi.
iii
perawatan diri sesuai daerah spondilitis. 3. Memberikan data dasar tentang
dengan tingkat kesejajaran tubuh dan kenyamanan
kemampuan, 4. Atur posisi terlentang dan letakkan klien untuk perencanaan selanjutnya.
mengidentifikasi gulungan handuk/bantal di area bagian
individu/masyarakat bawah punggung yang sakit dengan 4. Mengurangi kemungkinan stimulus
yang dapat membantu, menjaga kondisi curvature tulang nyeri, kontraktur sendi dan
klien terhindar dari belakan g dalam kondisi optimal. memungkinkan untuk pergerakan
cedera. optimal pada ekstremitas atas.
5. Sokong kaki bawah yang mengalami
paraplegia dengan bantal dengan posisi 5. Posisi optimal untuk mencegah
jari-jari menghadap langit. footdrop yang sering terjadi akibat
kondisi kaki yang jatuh.(posisi
6. Lakukan latihan ROM ekstensi) terlalu lama di tempat tidur.
Adanya bantala kan mencegah
7. Ajak klien untuk berfikir positif terhadap terjadinya rotasi luar kaki dan
kelemahan yang dimilikinya. Berikan mengurangi tekanan pada jari-jari
klien motivasi dan izinkan klien kaki.
melakukan tugas, memberi umpan balik
positif atas usahanya. 6. Latihan yang efektif dan
berkesinambungan akan mencegah
terjadinya kontraktur sendi dan atropi
otot.
iii
7. Klien memerlukan empati. Tetapi
perlu juga mengetahui bahwa dirinya
harus menjalani perawatan yang
konsisten. Hal tersebut dapat
meningkatkan harga diri,
memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus.
6. Defisit Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1. Mebantu mengantisipasi dan
perawatan diri Perawatan diri klien dalam skala 0-4 untuk melakukan merencanakan pertemuan untuk
b/d penurunan dapat terpenuhi aktivitas hidup sehari-hari. kebutuhan individual.
kemampuan
pergerakan Kriteria Hasil : 2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan 2. Klien dalam keadaan cemas dan
Klien dapat klien dan bantu bila perlu. tergantung. Ini dilakukan untuk
menunjukkan mencegah frustasi dan menjaga harga
perubahan gaya hidup 3. Ajak klien untuk berpikir positif tentang diri klien.
untuk kebutuhan kelemahan yang dimilikinya. Berikan
merawat diri, klien klien motivasi dan izinkan klien 3. Klien memerlukan empati. Tetapi
iii
mampu melakukan melakukan tugas, beri umpan balik perlu juga mengetahui bahwa dirinya
aktivitas perawatan diri, positif. harus menjalani perawatan yang
klien mampu konsisten. Hal tersebut dapat
melakukan aktivitas 4. Rencanakan tindakan untuk penurunan meningkatkan harga diri,
perawatan diri sesuai gerakan pada sisi yang sakit, seperti memandirikan klien, dan
dengan tingkat tempatkan makanan dan alat di dekat menganjurkan klien untuk terus
kemampuan, klien. mencoba.
mengidentifikasi
individu masyarakat 5. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan 4. Klien akan lebih mudah mengambil
yang dapat membantu klien untuk minum dan meningkatkan peralatan yang diperlukan karena
latihan. levih ekat dengan sisi yang sakit.
iii
3.3 Implementasi Keperawatan
Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-
batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi, dan pemahaman mengenai program
pengobatan.
(Brunner, suddarth. 2001)
4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
iii
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC;
Jakarta
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy
Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta
iii